NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS PADA PRODUK DAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA BARU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Belanja idealnya dilakukan untuk

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk

Jurnal SPIRITS, Vol.5, No.2, Mei ISSN:

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicermati dengan semakin banyaknya tempat-tempat per-belanjaan.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah seseorang yang berada pada rentang usia tahun dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memiliki suatu kebutuhan yang berbeda-beda. Tiap orang juga

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. perilaku membeli pada masyarakat termasuk remaja putri. Saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PERILAKU KONSUMTIF PRODUK FASHION DITINJAU DARI KONFORMITAS PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 3 SEMARANG

BAB I PEMBUKAAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan globalisasi memberi pengaruh pada masyarakat Indonesia, salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan

PERILAKU KONSUMEN REMAJA MENGGUNAKAN PRODUK FASHION BERMEREK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon.

Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, yang bisa disebut dengan kegiatan konsumtif. Konsumtif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERILAKU KONSUMTIF DALAM MEMBELI BARANG ONLINE SHOP PADA MAHASISWA DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai calon-calon intelektual yang bersemangat, penuh dedikasi, enerjik, kritis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh hasil yang menyatakan

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN GAYA HIDUP KONSUMTIF SMA BHINNEKA KARYA 2 BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI. Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU KONSUMTIF DALAM MEMBELI PAKAIAN DI ONLINE SHOP PADA REMAJA SMA KESATRIAN 1 SEMARANG

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Disusun Oleh : : Hanifah Mardhiyah NPM : Pembimbing : Prof.Dr.Fawzia Aswin Hadis. Psikolog

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Sarlito (2013) batasan umum usia remaja adalah tahun

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pulau Jawa merupakan kepulauan yang berkembang dengan pesat, khususnya kota Jakarta. Berdasarkan Undang-Undang no.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB III METODE PENELIITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan menggunakan

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang

BAB II LANDASAN TEORI. A. Perilaku Konsumtif. produk yang tidak tuntas artinya, belum habis sebuah produk yang dipakai

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. remaja sering mengalami kegoncangan dan emosinya menjadi tidak stabil

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakses informasi melalui media cetak, TV, internet, gadget dan lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

BAB I PENDAHULUAN. informasi, ekonomi-industri, sosial budaya dan bidang lainnya. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibidang fashion semakin meningkat. Gaya hidup berbelanja. hanya bagi perempuan saja, laki-laki bahkan tidak

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu manusia satu sama lain saling membutuhkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DAN KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA KOTA BOJONEGORO. Abd. Hafid

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk individu mengarah kepada karakteristik

HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF REMAJA DI BANDA ACEH

III. METODE PENELITIAN. konseptual dengan dunia empirik. Suatu penelitian sosial diharapkan

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN PERILAKU KONSUMTIF KOSMETIK MAKE UP WAJAH PADA MAHASISWI. Naskah Publikasi

BAB II LANDASAN TEORI. (1994) sebagai orang yang memiliki uang untuk dibelanjakan dan tinggal di kota

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

2015 HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI TINGKAT AWAL DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) BANDUNG

HUBUNGAN SELF-CONTROL DENGAN PERILAKU KONSUMTIF SEPATU BERMEREK PADA MAHASISWA UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekaligus merugikan bagi semua orang. Akibat globalisasi tersebut diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dan keperluannya masing-masing. Tidak terkecuali juga para

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam memprediksikan perilaku pembelian konsumen terhadap suatu

BAB I PENDAHULUAN. Di kota Bandung akhir-akhir ini banyak bermunculan pusat-pusat

Psikologi Kelas E 2014

I. PENDAHULUAN. proses interaksi sosial. Soekanto (2009:55) menyatakan bahwa, Interaksi sosial

BAB III METODE PENELITIAN

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Hubungan Antara Kepuasan Konsumen Dalam Belanja Online Dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Surabaya

PENDAHULUAN STUDI KASUS

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. 2016). Belakangan ini, fenomena perkembangan fashion yang sedang menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitan. Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perilaku konsumen yang terjadi pada era globalisasi saat ini sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah jeans berasal dari bahan denim yang dibuat pertama kali untuk para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan persoalan akses informasi dan dunia internet. Online shopping merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang

HUBUNGAN KEPRIBADIAN NARSISTIK TERHADAP PERILAKU KONSUMTIF PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 6 KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

PERILAKU KONSUMTIF DALAM MEMBELI BARANG PADA IBU RUMAH TANGGA DI KOTA SAMARINDA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. konsumtif remaja ditinjau dari status sosial ekonomi orangtua di SMKN 4. B. Variabel Penelitian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. apabila P > 0,05 dan diperoleh hasil sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

BAB I PENDAHULUAN. selektif dalam melakukan proses pembelian atas suatu produk. Pada sisi yang lain

Transkripsi:

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS PADA PRODUK DAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA BARU Oleh : INDAH IRYANTININGSIH SUSILO WIBISONO PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2016

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS PADA PRODUK DAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA BARU Telah Disetujui Pada Tanggal Dosen Pembimbing Utama (Susilo Wibisono,S.Psi, M.A. )

RELATIONSHIP BETWEEN THE CONFORMITY OF THE PRODUCT AND CONSUMPTIVE BEHAVIOR IN THE NEW STUDENT Indah Iryantiningsih Susilo Wibisono ABSTRACT This study aims to determine the relationship between conformity of product and consumptive behavior in The new student. The study involved 93 subjects with student class of 2015, 34 men and 59 women at the Islamic University of Indonesia. Instrument Measuring used in this research is consumptive behavior, are adapted based on aspects from Lina & Rashid with α = 0.947 and conformity are adapted based on aspects of Myers with α = 0.558. The results of data analysis using the technique product moment from spearmen's indicates there is a positive relationship (r = 0.221, p = 0.017 <0.05). The results explain that the positive relationship between conformity of product and consumptive consumer behavior in the new student so that the hypothesis a proposed is accepted. Keywords: consumer behavior, conformity, new students.

A. Pengantar Perilaku konsumtif merupakan proses pembelian yang tidak terkontrol dan tidak rasional, hal ini secara nyata berdampak pada pemborosan dalam pengelolaan keuangan baik pada level pribadi maupun rumah tangga (Astuti, 2013). Zaman sekarang banyak hal yang dapat mempermudah orang untuk berbelanja contohnya teknologi internet yang hadir saat ini memberikan kemudahan yang sangat signifikan dalam proses belanja. Hal ini antara lain melalui kehadiran berbagai macam online shop yang dapat diakses dengan mudah. Teknologi telah memberikan banyak kemudahan sehingga dapat meningkatkan gaya hidup bagi semua kalangan termasuk remaja. Remaja yang memiliki gaya hidup tinggi akan menggunakan uangnya untuk hal-hal yang tidak penting tanpa memikirkan manfaatnya sehingga lama kelamaan remaja tersebut dapat berperilaku konsumtif. Pola konsumtif yang terbentuk dari remaja akan membuatnya perlahanlahan menjadi orang dewasa dengan gaya konsumtif tinggi. Perilaku konsumtif muncul karena remaja selalu mengikuti arus mode yang selalu berubah sehingga membuatnya tidak pernah puas dengan apa yang telah dimiliki. Misalnya sebagian orang yang memiliki tingkat perilaku konsumtif yang tinggi dan tergolong dalam kelas sosial tinggi maka ia akan berpenampilan dengan menggunakan barangbarang mewah sehingga dapat menunjukkan status sosial dirinya. Remaja yang sebagian besar belum bekerja dan belum berpenghasilan akan menggunakan uang orang tuanya untuk memenuhi segala kebutuhannya, sehingga jika mereka yang berasal dari keluarga dengan kelas ekonomi keatas tentu saja tidak sulit untuk

memenuhi kebutuhannya, namun jika mereka yang tergolong dalam status ekonomi menengah atau kebawah akan sedikit sulit untuk mengikuti hawa nafsunya untuk berperilaku konsumtif, misalnya mereka tidak dapat mengontrol uang saku atau akan melakukan hal-hal negatif lainnya untuk memenuhi keinginannya. Sebuah penelitian dari Astuti (2013) menjelaskan bahwa perilaku konsumtif dalam membeli barang pada ibu rumah tangga menunjukkan hasil membeli barang berdasarkan atas dasar kesukaan dan ketertarikan terhadap model barang yang terlihat menarik, melakukan pembelian barang tanpa adanya perencanaan, membeli barang atas pertimbangan harga serta tidak mempertimbangkan manfaat maupun kegunaan, membeli barang dengan harga yang mahal atau barang dengan merek ternama akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi, membeli barang dengan jenis sama namun dari merek yang berbeda, membeli barang demi menjaga simbol status. Apabila perilaku konsumtif terus menerus dilakukan tanpa adanya pemikiran panjang maka akan berakibat terjadinya tindakan pemborosan dimana seseorang yang memiliki keluarga harus terlebih dahulu mementingkan kebutuhan keluarga maupun kebutuhan rumah tangganya, (Astuti, 2013). Menurut Sumartono (2002) ada enam indikator perilaku konsumtif yaitu membeli produk karena iming-iming hadiah. Konsumen membeli suatu produk hanya karena tertarik dengan hadiah yang ditawarkan atau produsen membuat suatu sistem dimana ketika konsumen membeli dua produk akan mendapatkan satu produk gratis, sehingga membuat ketertarikan terhadap produk tersebut.

Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi, orang yang berperilaku konsumtif akan membeli barang-barang yang bermerek dan mahal hanya karena gengsi terhadap lingkungan sekitar dan selalu merasa penampilannya tidak sempurna sehingga harus terus membeli barang-barang mewah agar terlihat sempurna dan modis. Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status, orang yang berperilaku konsumtif akan benar-benar selektif dalam membeli barang dan tidak ingin membeli sesuatu yang terkesan sederhana hanya untuk menjaga simbol statusnya sosial. Memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yang mengiklankan, konsumen yang berperilaku konsumtif akan membeli produk yang digunakan oleh idolanya, padahal produk tersebut tidak dibutuhkan oleh konsumen dan hanya ingin terlihat up to date. Kemudian indikator selanjutnya menurut Sumartono (2002) munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi. Konsumen yang sudah terbiasa menggunakan barangbarang bermerek akan merasa lebih percaya diri dalam berinteraksi dengan orangorang disekitarnya namun jika tidak menggunakan barang-barang yang mahal maka akan menurunkan tingkat kepercayaan dirinya. Yangs terakhir yaitu mencoba lebih dari dua produk sejenis (merek berbeda), ketika suatu merek tertentu mengeluarkan suatu produk, konsumen yang konsumtif akan membeli produk walaupun mereka sudah mempunyai produk tersebut dengan model yang sama, namun dengan merek yang berbeda mereka merasa harus membelinya walaupun barang yang mereka beli sebelumnya itu belum habis digunakan.

Mahasiswa angkatan awal masih digolongkan sebagai remaja, menurut Monks (2002) remaja adalah suatu tahap perkembangan manusia yang berada pada rentang usia 12-21 tahun dengan pembagian menjadi tiga masa, yaitu masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja tengah 15-18 tahun, dan masa remaja akhir 18-21 tahun. Pada usia seperti ini remaja akan mengalami perubahan baik secara fisik maupun psikis. Pada tahap ini remaja lebih mempercayai teman-temannya daripada keluarganya, sehingga biasanya mereka lebih banyak menghabiskan waktu diluar bersama teman-temannya dan teman sebaya memegang peran penting selama masa remaja, karena remaja akan mudah terpengaruh terhadap minat, sikap dan juga penampilan. Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 2002) tugas dari perkembangan remaja adalah memulai persiapan diri untuk kebebasan secara ekonomi. Remaja akan dituntut untuk berlatih mencapai kesanggupan berdiri sendiri secara ekonomi. Tapi kenyataannya remaja tidak melakukan kemandirian secara ekonomi, namun mereka melakukan pembelian yang berlebihan atau berperilaku konsumtif. Mahasiswa yang awalnya merupakan siswa SMA, kemudian berstatus sebagai mahasiswa pasti akan mengalami banyak perubahan, baik itu beradaptasi dengan teman-teman baru, dan suasana yang baru. Lingkungan dapat mempengaruhi suatu individu misalnya remaja yang seharusnya mengisi waktu dengan kegiatan yang positif, namun seiring dengan perkembangan budaya, banyak diantara mereka malah mempertahankan perilaku konsumtifnya. Mahasiswa angkatan awal cenderung akan mencari teman, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam hidupnya.

Jika suatu individu telah bergabung dengan suatu kelompok, maka secara tidak langsung individu tersebut akan mengikuti gaya dari kelompoknya. Perilaku konsumtif pada remaja tidak akan terlepas dari pengaruh kelompok disekitarnya dalam mengkonsumsi barang untuk menunjang penampilan diri. Keinginan untuk diterima di dalam kelompok merupakan penyebab remaja mudah terpengaruh oleh kelompoknya. Lalu, remaja merasa tidak puas terhadap dirinya sendiri sehingga menyebabkan remaja tersebut menjadi kurang percaya diri. Maka remaja akan menggunakan barang-barang yang dapat meningkatkan kepercayaan dirinya, seperti barang-barang yang mahal dengan brand tertetu. Morgan, dkk (dalam Nindyati, 2007) menjelaskan bahwa konformitas merupakan kecenderungan pada individu dimana individu tersebut mengubah pandangan dan perilakunya dengan tujuan menyesuaikan diri terhadap tuntutan norma sosial. Jatman (1987) mengatakan bahwa remaja merupakan sebagian dari golongan masyarakat yang tidak terlepas dari pengaruh perilaku konsumtif, sehingga remaja menjadi sasaran berbagai produk perusahaan. Pernyataan ini diperkuat oleh Sumartono (2002) yang mengatakan bahwa biasanya perilaku konsumtif begitu dominan di kalangan remaja, karena secara psikologis remaja masih berada dalam proses pembentukan jati diri dan sangat sensitif terhadap pengaruh dari luar. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Segut (dalam Sumartono) kelompok remaja merupakan kelompok usia yang sangat konsumtif. Menurut Ningrum (2011) Seseorang dalam kelompok pertemanan akan memiliki suatu bentuk komitmen yang sama-sama dimengerti oleh orang-orang dalam kelompok tersebut, demikian dengan suatu pilihan produk mereka cenderung

tidak ingin dikatana berbeda. Pada kelompok sosial formal seperti pada lingkungan sekolah, dunia kerja atau organisasi lain mereka memahami perilaku yang bisa diterima dalam kelompok ini, sehingga perilaku belinyapun sedikit banyak terpengaruh oleh norma kelompok. Dalam hal membeli produk maupun jasa, konsumen juga berkiblat pada kelompoknya, menurutt Prasetijo (dalam Ningrum, 2011), ini berarti dapat dikatakan bahwa konformitas memberikan pengaruh pada suatu perilaku pembelian yang dapat menimbulkan adanya suatu perilaku konsumtif jika kelompok yang diikutinya tersebut berperilaku konsumtif juga (Ningrum, 2011). Menurut Fardhani dan Izzati (2013) Remaja menganggap bahwa dukungan sosial sangat besar dipengaruhi oleh penampilan diri dan menganggap bahwa kelompok sosial akan menilai dirinya berdasarkan bendabenda yang dimiki, kemandirian, sekolah, keanggotaan sosial dan banyaknya uang yang dibelanjakan. Kotler (dalam Fardhani dan Izzati 2013) mengatakan bahwa kelompok akan mempengaruhi tiga hal dalam diri seseorang yaitu menghadapkan seseorang pada perilaku dan gaya hidup, mempengaruhi perilaku dan konsep pribadi, serta menciptakan tekanan untuk mematuhi pilihan atau merk suatu produk. Konformitas terhadap tekanan teman sebaya pada remaja dapat menjadi positif ataupun negatif. Remaja yang terlibat dengan tingkah laku akibat dari konform yang negatif seperti menggunakan bahasa asal-asalan, mencuri, coret-mencoret, dan mempermainkan orang tua dan guru. Konformitas pada remaja tidak semuanya berpengaruh negatif, namun adapunya yang berpengaruh positif, Fardhani dan Izzati (2013)

Islam mendorong manusia untuk mengkonsumsi sesuatu yang halal untuk mewujudkan tujuan dari penciptaan manusia, yaitu beribadah kepada-nya dan menjadi khalifah-nya di muka bumi. Artinya, manusia akan mendapatkan dua manfaat sekaligus yaitu manfaat sekarang (dunia) dan manfaat akan datang (akhirat), Nabi Muhammad S.A.W bersabda (dalam Mukhtarom, 2013) Makan dan minumlah, bersedekahlah serta berpakaianlah dengan tidak berlebihan (HR. Imam Ahmad). Kemudian dalam firman Allah SWT menjelaskan bahwa Hai keturunan Adam, pakailah pakaianmu yang bagus tiap berada di tempat bersujud, makan dan minumlah dan jangan melampaui batas. Allah sungguh tidak senang orang yang melampaui batas (QS. Al A raaf, 7 : 31). Berikan hak kaum keluarga, kaum miskin dan yang terlantar dalam perjalanan. Jangan kamu hamburkan hartamu secara boros. Sungguh para pemboros betul-betul saudara setan, setan itu sangat kufur kepada nikmat Tuhannya (QS. Al Israa, 17:26-27). Hadis diatas menjelaskan bahwa Allah tidak suka dengan orang-orang yang berperilaku boros dan berlebihan. Kemudian hadis diatas juga menjelaskan bahwa kita harus menggunakan harta sesuai dengan kemampuan masing-masing, sesungguhnya Allah tidak suka dengan orang yang berlebih-lebihan. Terdapat contoh penelitian yang dilakukan oleh Zebua dan Nurdjayadi (2001) bahwa 15,8% perilaku konsumtif pada remaja dipengaruhi oleh konformitas. Remaja memilih dan membeli sesuatu tanpa memikirkan manfaatnya artinya remaja kurang selektif dalam memilih mana kebutuhan yang pokok dan mana kebutuhan yang kurang penting. Pertimbangan dalam membeli suatu produk

pada remaja hanya menitikberatkan pada status sosial, mode dan kemudahan daripada pertimbangan ekonomis. Surindo (dalam Anastasya dkk, 2008) pernah melakukan survei bahwa remaja Indonesia terbukti makin konsumtif, sering dengan berganti-ganti merek dalam penggunaan suatu barang dan gemar tampil keren, dan mereka adalah penyumbang terbesar di dalam kategori remaja akhir, munurut Swa (dalam Anastasya dkk, 2008). Peneliti melakukan wawancara dan observasi dengan tiga orang mahasiswa baru, maka didapatkan informasi bahwa beberapa subjek mengatakan mereka sering melakukan pembelian secara berlebihan untuk menunjang fashion dan mereka sering bertukar informasi dengan teman-temannya mengenai fashion. Mereka juga mengatakan ketika sedang stress mereka sering pergi ke mall untuk melihat-lihat bahkan melakukan pembelian yang tidak terencana, dan mereka juga mengakui bahwa mereka sangat senang mengikuti trend. Berdasarkan penelitian sebelumnya dan uraian di atas, maka pertanyaan dari penelitiannya adalah Apakah ada hubungan antara konformitas pada produk dan perilaku konsumtif pada mahasiswa baru? Untuk lebih memahami dan menjawab pertanyaan tersebut maka peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini dan di dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dan responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru di salah satu Universitas di Yogyakarta.

B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode yang diambil secara random dengan rentang subjek yang berusia 17-21 tahun dan merupakan mahasiswa angkatan baru di Universitas Islam Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pengumpulan data menggunakan kuesioner berupa skala likert. Skala perilaku konsumtif diadaptasi berdasarkan dari teori Lina & Rasyid (1997). Skala konformitas diadaptasi berdasarkan teori Myers (1999). Analisis yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis penelitian menggunakan teknik korelasi Product moment dari Spearman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara konformitas pada produk dan perilaku konsumtif pada mahasiswa baru. Analisis data dilakukan dengan menggunakan komputer SPSS 22 for windows. C. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil uji normalitas yang dilakukan pada kedua variabel menunjukkan bahwa pada variabel perilaku konsumtif berdistribusi normal dengan nilai p = 0,140 (p>0,005), sedangkan variabel konformitas berdistribusi tidak normal dengan nilai p =0,000 (p<0,005). Pada uji asumsi linier menunjukkan nilai F = 4,965 dengan P = 0,029 (p>0,005). Hasil ini menunjukkan bahwa hubungan antara konformitas dan perilaku konsumtif tidak memenuhi asumsi linearitas atau tidak mengikuti garis lurus. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan teknik Product Moment dari Spearmans, hasilnya menunjukkan

korelasi di antara kedua variabel sebesar r = 0,221dengan p = 0,017(p<0,05). Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara konformitas dan perilaku konsumtif. D. Pembahasan Berdasarkan analisis yang dilakukan menunjukkan besarnya koefisien korelasi antara variabel perilaku konsumtif dengan konformitas pada mahasiswa beru adalah sebesar R=0,221 dengan P=0.017 (P<0,05), ini membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara konformitas dan perilaku konsumtif. Nilai R sebesar 0,221 menunjukkan korelasi positif antara kedua variabel tersebut. Dari hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa konformitas memiliki nilai R Squared yaitu sebesar 0,053. Artinya bahwa sebesar 5,3% konformitas mempengaruhi perilaku konsumtif pada bidang fashion, sedangkan 99,47% lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologi. Konformitas merupakan mengikuti apa yang ada di dalam kelompok walaupun itu bersifat tekanan, meskipun tidak ada peraturan yang disepakati bersama, sehingga konformitas dapat menyebabkan perubahan perilaku pada individu sebagai hasil dari tekanan kelompok, ini dapat terlihat dari kecenderungan seseorang untuk menyamakan perilakunya terhadap kelompok dan untuk mengindari dari celaan, menurut Myers (1999). Penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani (2013) mengenai hubungan antara konformitas dengan perilaku konsumtif pada mahasiswa di genuk indah semarang dengan subjek perempuan berusia 18 sampai 21 tahun, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perilaku

konsumtif yang dilakukan oleh mahasiswi kos di perumahan Genuk Indah berkaitan dengan konformitas yang dimiliki oleh mahasiswi kos. Konformitas yang tinggi di lingkungan kos membawa dampak munculnya perilaku konsumtif yang dilakukan oleh mahasiswi kos. Penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Kottler (2003), yaitu kelompok referensi dapat mempengaruhi seseorang mealalui tiga jalur yaitu menghadapkan seseorang pada perilaku gaya hidup baru, mempengaruhi perilaku dan konsep pribadi seseorang dan menciptakan tekanan untuk mengikuti kebiasaan kelompok yang mungkin mempengaruhi pilihan produk seseorang. Kebanyakan orang memiliki perilaku konformias disebabkan karena individu percaya dengan apa yang dilakukan temannya sesuai dengan nilai-niali yang ada di dalam dirinya. Kesimpulannya adalah penerimaan dari teman telah menciptakan rasa aman dan dihargai sebagai bagian dari temannya karena mahasiswa juga belajar untuk mengamati dengan teliti minat dan pandangan temannya dengan tujuan untuk memudahkan proses penyatuan dirinya kedalam aktivitas temannya yang sedang berlangsung, menurut Santrock (dalam Sari, 2015). E. Kesimpulan Berdasarkan uji analisis, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan ada hubungan positif antara konformitas pada produk dan perilaku konsumtif pada mahasiswa baru.

F. Saran Peneliti Selanjutnya Kepada peneliti selanjutnya yang ingin meneliti dengan tema yang sama diharapkan dapat memperbaiki penelitian ini. Peneliti juga berharap kepada peneliti selanjutnya agar dapat memperbaiki alat ukur yang telah digunakan agar menjadi lebih baik lagi dan dapat mengelompokkan atau memilih kriteria subjek secara lebih spesifik dan dapat mencari subjek penelitian yang lebih banyak daripada sebelumnya. Selain itu peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan metode-metode yang berbeda dari peneliti sebelumnya.