TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN Naskah Film Dan Sinopsis Ber Ibu Seekor KUCING DISUSUN OLEH : INDRA SUDRAJAT 09.12.3831 09-S1SI-05 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012
Ber Ibu Seekor KUCING Karakter 1 : Karakter 2 : Mimi Karakter 3 : Pemuda Karakter 4 : Kucing ( Ibunya ) Karakter 5 : Matahari Karakter 6 : Awan Karakter 7 : Karakter 8 : Tikus Sinopsis : Ibu adalah seorang yang harus kita hormati dan sayangi. Namun, bagaimana jika ibu kita seekor kucing? Apakah kita tetap menghormati dan menyayanginya? Dahulu kala, dua gadis memiliki ibu seekor kucing. Awalnya, mereka sangat menyayanginya. Namun, setelah ada kejadian yang merugikan, keduanya kesal. Kedua gadis itu lantas mencari ibu lain yang pantas menjadi ibu mereka. Apakah keduanya menemukan ibu baru? Kira-kira siapa, ya, yang pantas menjadi ibu dua gadis yang catik jelita itu? ** Mau tau cerita selanjutnya tonton film, Beribu Seekor KUCING. ** Dahulu, adadua gadis kakak beradik bernama dan Mimi. Mereka dikenal baik hati dan cantik jelita sehingga banyak yang menyayangi mereka. Sebagaimana anak-anak lain, dan Mimi biasa bermain, mencuci baju, memasak, dan menanam padi serta sayuran. Segalanya berjalan dengan wajarsehingga tdak ada yang menyangka kalau mereka adalah anak seekor kucing.
Padahal, dan Mimi tidak pernah menyembunyikan ibu mereka. Mereka biasa pergi bersama-sama. Oreng-orang menyangka kalau kucing yang selalu mengikuti mereka adalah binatang peliharaan, bukannya ibu mereka. Suatu ketika, datang dua pemuda tampan. Mereka bermaksud meminang dan Mimi. Betapa terkejutnya mereka saat mengetahui ibu dan Mimi adalah seekor kucing. Pemuda Pemuda Pemuda : kalian tidak sedang bercanda, kan? tanya salah satu pemuda yang berkumis tipis. : ( menggeleng), Kucing itu memang ibu kami. Memangnya kenapa? katanya : Aku hanya kaget dan tak percaya. Gadis secantik kalian beribu seekor kucing. : Kalau begitu, kami pamit pulang. Kami tidak jadi meminang kalian, Kata pemuda itu dan Mimi sangat sedih. Selama satu minggu mereka menangis. Selama satu minggu juga mereka tidak mau berbicara dengan ibu mereka. Kucing (Ibu) : maafkan Ibu, Nak.seharusnya semua ini tidak terjadi, kata Ibu. dan Mimi tidak menghiraukannya. Mereka menyesal sekali mempunyai ibu seekor kucing. Pelan-pelan mereka mulai membenci. Bahkan mereka mulai tidak mengakui ibu mereka. Setiap kali ibu mereka berbicara, dan Mimi menghindar dan tidak mau mendengarkan. Mereka juga tidak mau makan masakan ibunya. Padahal selama ini mereka menyukainya. : Bagai mana kalau kita cari ibu baru?. : Kita sudah cukup sedih memiliki ibu seekor kucing. Mimi yang semenjak tadi terdiam menoleh, lantas menyetujui usulan. Mimi : Siapa tau ada ibu yang lebih pantas menjadi ibu kita dibandingkan seekor kucing.
Hari itu juga mereka meninggalkan rumah tanpa pamit. Mereka benerbener membenci ibu mereka. Mereka lupa segala-galanya hanya karena perasaan malu. Karena dan Mimi pergi tanpa pamit, Ibu mereka mencari mereka ke mana-mana. Namun, sang ibu tidak berhasilmenemukan mereka. Akhirnya, ia hanya pasrah menunggu di rumah. Sementara itu, dan Mimi tiba di sebuah bukit. Mereka melihat matahari pagi mulai bersinar indah. Mereka terpana karenanya. : Lihat matahari itu, : Saat pagi hari, ia bersinar indah, dan sewaktu siang, ia terlihat besar dan kuat, ia mampu menyinari seluruh alam ini, Kita pasti bangga memiliki ibu seperti dia. Mimi : Benar juga, Mimi : Yuk, kita naik lebia atas lagi, supaya bisa bicara dengan matahari. Mereka berjalan kembali menaiki bukit. Mereka memedulikan tanah bukit yang kadang menanjak da terjal. Mereka ingin sekali bisa bertemu dan berbicara dengan matahari. dan Mimi sampai di puncak bukit saat matahari berada di atas kepala mereka. Sinarnya begitu terik, membuat mereka kepanasan. : Matahari!! (teriak ) Matahari yang telah menyinari seluruh alam terkejut dipanggil. Ia mencari-cari ke segala arah. : Au di sini, matahari! (Sambil melambai-lambaikan tangannya) Matahari tersenyum begitu melihat gadis secantik dan Mimi di atas bukit. Matahari : Iya, ada apa kau memanggilku? (tanya matahari) : Engkau keliatan sangat besar dan kuat! Kami sedang mencari seorang ibu, Apa engkau mau menjadi ibu kami?, Ujarnya setelah bertegur sapa sejenak.
Matahari sedikit terkejut. Baru kali ini ada seorang manusia memintanya menjadi ibu. Matahari Matahari : Terima kasih atas permintaan kalian. : Tapi aku tidak mungkin menjadi ibu kalian. dan Mimi saling pandang. Harapan mereka tiba-tiba menghilang. : Matahari, kenapa engkau tidak mungkin menjadi ibu kami?, tanyanya dengan penasaran. Matahari tersenyum, rupanya ia tidak mau mengecewakan dan Mimi, Matahari : Sebenernya aku tidak seperti yang kalian duga. Jika awan datang, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Sinarku langsung terhalang. Jadi, menurutku, awanlah yang tepat menjadi ibu kalian, jawab matahari. Mengikuti saran matahari, dan Mimi mencari awan. Ternyata tidak susah mencari awan karena awan selalu menggantung di antara perbukitan. : Hai awan! Apa kabar? Sapanya semanis mungkin. Awan : Hay juga. Kabarku baik-baik saja, Awan menoleh sambil membalas sapa. Mimi : Hari ini engkau kelihatan indah sekali. Lembut seperti kapas. Meskipun lembut, engkau hebat karena mampu menghalangi cahaya matahari, pujinya. : Kami sedang mencari ibu. Dengan kehebatan engkau, maukah engkau menjadi ibu kami, tanyanya. Awan terbelalak mendengar permintaan Mimi. Sama seperti matahari, baru kali ini ada manusia memintanya menjadi ibu. Awan tersenyum semanis mungkin. Ia tidak ingin mengecewakan dan Mimi. Awan : Terima kasih kalian telah mempercayaiku untuk menjadi ibu kalian. : Sama-sama.
Mimi : Sama-sama. Awan : Mmm..., perlu kalian ketahui. Sebetulnya aku tidak sehebat yang kalian duga. Aku memang bisa menghalangi sinar matahari, tapi aku punya kelemahan. Mimi : Apa kelemahanmu?. Awan : Aku tidak kuasa jika angin datang. Angin bisa membuat ku terempas di atas gunung. Karena benturan gunung begitu keras, aku bisa pecah menjadi serpihan-serpihan. Jadi menurutku, gununglah yang pantas menjadi ibu kalian, menjelaskan panjang lebar. dan Mimi agak kecewa, tetapi mereka tidak mau putus asa. Mereka lantas mencari gunung tertinggi yang akan mereka minta menjadi ibu mereka. Mimi : Hari sudah gelap. Bagaimana kalau kita istirahat dulu?, usulnya saat mereka sampai di kaki sebuah gunung. : Iya!!, sambil mengangguk. Mereka kelihatan sangat lelah dan mereka lau mencari pohon untuk beristirahat. Mereka juga mencari buah-buahan untuk mengganjal perut yang telah seharian tidak diisi apa pun. Setelah menemukan pohon dan buah-buahan, dan Mimi tertidur lelap sekali. Mereka benar-benar kelelahan. dan Mimi terjaga oleh cahaya matahari yang menyinari mereka dari sela dedaunan. : Mimi ayo bangun, sudah siang!, (Mimi merentangkan tangannya lebar-lebar). : Kita harus secepatnya mendaki gunung supaya tidak kamalaman. Mereka turun dari pohon dan mulai mendaki gunung. Mereka sangat bersemangant sehingga tidak menghiraukan rintangan yang ada di gunung. Setelah berjuang hampir setengah hari, dan Mimi sampai juga di atas gunung. Sejenak, mereka beristirahat. : Hai sedang apa kalian?, sapanya saat melihat dan Mimi istirahat di badannya.
: Kami ingin bertemu engkau,. : Oh ya? Untuk apa kalian ingin bertemu aku? : Kami mohon engkau sudi menjadi ibu kami. : Apa?! (menjerit kecil) sampai-sampai dia mengeluarkan sedikit asap. : Aku tidak salah dengar, kan? : Tidak. Aku yakin engkau bisa menjadi ibu kami karena kamu terlihat amat kuat. : Siapa bilang aku kuat?, kalau aku kuat, badanku mungkin tidak akan berlubang-lubang, jawabnya sambil tersenyum. : Memangnya siapa yang membuat badanmu penuh lubang? : Tikus. Tikus lebih kuat dari pada aku. Jadi, tikuslah yang pantas menjadi ibu kalian. Hari itu juga, dan Mimi mencari seekor tikus. Mereka menemukannya saat berada di kaki gunung. Mimi : Hai Tikus. : Hai Tikus, Apa kabar? Tikus : Hai, baik. Tikus terkejut disapa dan Mimi. Tikus : Kalian ramah sekali, mau menyapaku. Tikus : Ada yang bisa aku bantu? dan Mimi lalu menceritakan perjalanan mereka selama beberapa hari ini. Mereka sudah sangat lelah. Mereka ingin secepatnya mendapatkan ibu baru. : Nah, menurut gunung engkaulah yang terkuat di antara semua yang telah kami temuai. Oleh karena itu, Aku minta engkau menjadi ibu kami.
Tikus : Aku memang mampu membuat badan gunung berlubanglubang, tetapi aku tidak sekuat yang kalian pikirkan! katanya yang cukup panjang. dan Mimi saling pandang. Tanpa berkata apa-apa lagi, mereka meninggalkan tikus. dan Mimi kembali ke rumah. Selama dalam perjalanan, kalimat terakhir yang diucapkan tikus terngiang-ngiang di kepala mereka. Mereka mulai menyadari kesalahan mereka. Ibu mereka yang sekarang ternyata sudah yang paling baik. Mereka merasa malu sekali. Kucing (Ibu) : Kalian ke mana saja?, tanyanya saat dan Mimi tiba di rumah. sang ibu. dan Mimi tersenyum, tanpa mengatakan apa-apa, mereka memeluk Kucing(Ibu) Kucing(Ibu) : Kalian sudah makan? : Ibu khawatir sekali terjadi apa-apa pada kalian. Kalian pasti belum makan, buakan? sekarang ayo kita makan bersama-sama, dan Mimi mengiyakan ajakan sang ibu. Mereka akan menyimpan kekecewaan yang sempat hinggap di hati mereka. Mereka berjanji tidak akan menceritakannya kepada siapa pun, termasuk pada ibu mereka. Sejak saat itu, mereka semakin sayang kepada ibu mereka meski dia hanya seeokor kucing. ~ SELESAI ~