BAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus sanguis adalah jenis bakteri Streptococcs viridans yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang (Sari & Suryani, 2014). Penyakit gigi dan mulut memiliki

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Rerata Zona Radikal. belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk dipublikasikan pada jurnal ilmiah. Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuntutan dan kebutuhan akan perawatan ortodonti pada masa kini semakin

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Rongga mulut manusia tidak pernah terlepas dari bakteri. Dalam rongga mulut

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang predominan. Bakteri dapat dibagi menjadi bakteri aerob, bakteri anaerob dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah hal yang penting di kehidupan manusia. Rasulullah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. Di Indonesia penyakit periodontal

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. tanaman alami sebagai bahan dasar pembuatan obat. (Adiguzel et al.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kesehatan terutama pada kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kondisi ini dapat tercapai dengan melakukan perawatan gigi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memikirkannya sehingga dapat memahaminya. Hal ini tersirat dalam Q.S.An-

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka kejadian masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari harapan. Hal ini terlihat dari penyakit gigi dan mulut masyarakat Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi KOMPOSISI EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (AVERRHOA BILIMBI L) DAN PENGGUNAANNYA

BAB I PENDAHULUAN. periodontitis. Terdapat 2 faktor utama penyakit periodontal, yaitu plaque-induced

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. putih akan membuat orang lebih percaya diri dengan penampilannya (Ibiyemi et

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan komponen esensial dari kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Streptococcus sanguis merupakan bakteri kokus gram positif dan ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental murni laboratoris

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Hayati et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-10

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. American Association of Orthodontists menyatakan bahwa Ortodonsia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut tidak lepas dari peran mikroorganisme, yang jika

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keparahan penyakit periodontal di Indonesia menduduki. urutan kedua utama setelah karies yang masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,

PENGARUH SEDUHAN TEH HIJAU (Camellia sinensis) TERHADAP HAMBATAN PERTUMBUHAN BAKTERI Streptococcus sanguis PENYEBAB KARIES (In vitro)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam rongga mulut. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (2006) menunjukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perawatan kelainan oklusal yang akan berpengaruh pada fungsi oklusi yang stabil,

BAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. nyeri mulut dan nyeri wajah, trauma dan infeksi mulut, penyakit periodontal,

BAB 1 PENDAHULUAN. RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. 1 Karies gigi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

I. PENDAHULUAN. menggunakan tumbuhan obat (Sari, 2006). Dalam industri farmasi, misalnya obatobatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatnya permintaan perawatan ortodontik (Erwansyah, 2012). Perawatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pohon Arak (salvadora persica) (Almas,2002). dan minyak atsiri untuk meningkatkan air liur (Zaenab dkk,2004)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tujuan mengatasi maloklusi. Salah satu kekurangan pemakaian alat ortodonti cekat

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. 25,9%, tetapi hanya 8,1% yang mendapatkan perawatan. 2

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. mulut dan bersama grup viridans lainnya umum terdapat di saluran pernapasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi pada jaringan keras gigi yang bermula dari ke dentin berlanjut ke

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. iskemik jaringan pulpa yang disertai dengan infeksi. Infeksi tersebut

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasi

JUDUL PENELITIAN Masalah Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan adalah perubahan morfologi dan fungsional pada suatu

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan alam banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan, termasuk dalam

BAB I PENDAHULUAN. dijual dipasaran, diantaranya adalah chlorhexidine. Chlorhexidine sendiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periodontitis kronis, sebelumnya dikenal sebagai periodontitis dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat (Depkes RI, 2006), utamanya adalah gingivitis (Suproyo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. maupun anaerob. Bakteri Streptococcus viridans dan Staphylococcus aureus

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah dengan menggunakan obat kumur antiseptik. Tujuan berkumur

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah,

BAB 1 PENDAHULUAN. Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan konsentrasi 25%, 50%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh keseluruhan (Tambuwun et al., 2014). Kesehatan gigi dan mulut tidak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB 2 LATAR BELAKANG TERAPI AMOKSISILIN DAN METRONIDAZOLE SEBAGAI PENUNJANG TERAPI PERIODONTAL

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan mulut diderita 90% dari penduduk Indonesia. Berdasarkan Survey Kesehatan

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

BAB VI PEMBAHASAN. pseudohalitosis, halitophobia dan psychogenic halitosis. 6,7,8

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan alat ortodontik merupakan salah satu perawatan dari kesehatan gigi dan mulut. Perawatan ortodontik merupakan perawatan yang dilakukan di bidang kedokteran gigi yang bertujuan untuk mendapatkan penampilan dentofasial yang baik secara estetika yaitu dengan menghilangkan susunan gigi yang berdesakan, mengoreksi penyimpangan rotasional dan apikal dari gigi-geligi, mengoreksi hubungan antar insisal serta menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). Berdasarkan pemakaiannya, alat ortodontik dibedakan menjadi dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed). Ortodontik lepasan adalah alat yang tidak menempel permanen pada gigi dan dapat dilepas sendiri oleh pasien. Ortodontik cekat adalah alat yang menempel secara langsung pada gigi (Cobourne & Dibiase, 2010). Alat ortodontik cekat mempunyai konstruksi yang lebih komplek dan sulit untuk dibersihkan dibanding dengan alat ortodontik lepasan, sehingga pengguna lebih sulit untuk menjaga kebersihan rongga mulutnya. Adanya kegagalan dalam menjaga kebersihan rongga mulut ini dapat meningkatkan terjadinya akumulasi plak dan sejumlah lesi karies. Penggunaan alat ortodonti cekat di dalam mulut semakin meningkatkan retensi plak, yang apabila tidak ditangani maka akan menimbulkan reaksi yang berkelanjutan seperti 1

2 gingivitis atau bahkan yang lebih parah yaitu periodontitis (Christensen, 2005). Menurut penelitian yang dilakukan pada pasien dari Raja Khalid University College of Dentistry didapatkan bahwa sebanyak 40 dari 53 responden menderita pembesaran gingiva yang merupakan salah satu tanda terjadinya gingivitis (Eid et al., 2014). Penelitian lain yang dilakukan pada pengguna ortodontik cekat umur 18-23 tahun di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta didapatkan hasil bahwa sebanyak 51 responden (92,7%) menderita gingivitis ringan (Prajarini, 2015). Gingivitis merupakan proses peradangan bersifat reversibel di dalam jaringan periodonsium terbatas pada gingiva yang disebabkan oleh mikroorganisme yang membentuk suatu koloni serta membentuk plak gigi yang melekat pada tepi gingival. Bakteri penyebab gingivitis antara lain; Fussobacterium nucleatum, Prevotella intermedia dan Porphyromonas gingivalis. Pada umumnya gambaran klinis gingivitis ditandai dengan gingiva yang berwarna kemerahan, pembengkakan dengan konsistensi lunak, kecenderungan berdarah bila disentuh, serta terdapat plak dan kalkulus. Cairan sulkus gingiva merupakan salah satu indikator untuk menilai keadaan jaringan periodontal secara objektif. Pada beberapa penelitian menunjukkan adaanya hubungan yang berarti antara beratnya radang periodontal dan volume pada cairan sulkus gingival yang dihubungkan dengan penyakit gingivitis dan periodontitis (Vindani, 2007). Perawatan untuk penyembuhan gingivitis dapat dilakukan secara mekanik dan kimiawi. Perawatan secara mekanik dapat dilakukan scaling

3 dengan cara menghilangkan tumpukan plak dan kalkulus. Secara kimiawi dapat diberikan obat kumur antiseptik dengan tujuan untuk membunuh bakteri-bakteri setelah perawatan secara mekanik. Obat kumur khlorhexidin, hexetidin, dan betadin merupakan contoh sediaan obat kumur yang beredar di pasaran. Khlorheksidin sebagai antiseptik yang dapat mencegah pembentukan plak dan perkembangan gingivitis. Khlorheksidin memiliki daya antibakteri karena kandungan fenol yang bersifat bakteriostatik pada kadar 0,2-1%, bersifat bakterisid pada kadar 0,4-1,6% dan bersifat fungsidal pada kadar 1,3% keatas. Kandungan khlorheksidin merupakan desinfektan tinggi yang dapat membunuh semua bakteri, virus, jamur, parasit, dan beberapa spora (Ermawati et al., 2014). Khlorheksidin memiliki beberapa efek samping bagi rongga mulut dalam penggunaan jangka panjang, antara lain pewarnaan ekstrinsik gigi, tidak enak rasa di mulut, gangguan rasa, perubahan sensitivitas di lidah, rasa sakit dan iritasi karena kandungan alkohol (Dekeyser et al., 2005). Oleh karena itu dibutuhkan alternatif pengobatan lain yang lebih aman dan cukup terjangkau dari segi harga maupun cara memperolehnya. Allah tidak akan menurunkan penyakit, kecuali menurunkan obatnya, maka berobatlah (HR Ibnu Majah) Dari ayat tersebut jelas bahwa Allah SWT pasti akan menurunkan obat bagi segala macam penyakit. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat adalah tanaman belimbing wuluh. Tanaman belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) merupakan salah satu tanaman obat di Indonesia yang

4 mudah di temui dan memiliki khasiat menyembuhkan beberapa penyakit antara lain sebagai obat batuk, sariawan, gondongan, tekanan darah tinggi, gusi berdarah, sakit gigi berlubang (Muhlisah, 2000). Hasil penelitian Hayati, Sa dah dan Lallis (2010) menyatakan ekstrak daun belimbing wuluh memiliki kandungan zat aktif di dalamnya yaitu tanin, flavonoid, saponin, peroksidase, kalsium oksalat, glucoside dan juga banyak mengandung vitamin A, vitamin B1, serta vitamin C (Hayati et al.,2010). Flavonoid, tanin, dan saponin merupakan zat aktif yang dipercaya sebagai zat antibakteri. Selain itu Flavonoid dan saponin juga merupakan antiinflamasi (Sudarsono et al., 2002). Penelitian mengenai manfaat tanaman belimbing wuluh dalam kedokteran gigi menunjukkan bahwa ekstrak daun belimbing wuluh dalam berbagai konsentrasi mempunyai daya antibakteri terhadap pertumbuhan Streptococcus sanguis (Taliningrum, 2015). Pada penelitian lain juga terbukti bahwa ekstrak daun belimbing wuluh memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans (Apriliana N.S, 2013). Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab gingivitis pengguna ortodontik cekat secara in vitro. B. Perumusan Masalah Apakah ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) mempunyai daya hambat terhadap bakteri penyebab gingivitis pengguna ortodontik cekat secara in vitro?.

5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk menguji kemampuan daya hambat ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab gingivitis pada pengguna ortodontik cekat in vitro. 2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) yang mempunyai daya hambat terbesar terhadap bakteri penyebab gingivitis pengguna ortodontik cekat in vitro. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1. Menambah wawasan ilmiah kepada masyarakat tentang manfaat daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L). 2. Menjadikan ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) sebagai salah satu bahan pilihan antibakteri yang alami dan aman selain bahan kimia dalam tindakan preventif dan kuratif berbagai macam penyakit gigi dan mulut, terutama gingivitis. 3. Menunjukkan potensi kandungan ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) sebagai salah satu alternatif zat antibakteri alami yang dapat dikembangkan sebagai bahan utama pada obat kumur antimikroba alami yang digunakan untuk mencegah dan mengobati gingivitis pada pengguna ortodontik cekat.

6 E. Keaslian Penelitian 1. Uji daya antibakteri ekstrak etanol kayu siwak (salvadora persica) terhadap pertumbuhan bakteri porphyromonas gingivalis penyebab gingivitis in vitro Tujuan penelitian untuk menguji kemampuan daya antibakteri ekstrak etanol kayu siwak (Salvadora persica) terhadap pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis penyebab gingivitis secara in vitro dan mengetahui konsentrasi ektrak etanol kayu siwak yang mempunyai daya hambat terbesar terhadap pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis penyebab gingivitis in vitro. Penelitian eksperimental laboratoris ini membagi kelompok perlakuan menjadi 5 kelompok yaitu konsentrasi ekstrak etanol kayu siwak 20%, 40% dan 80%, aquades steril, khlorheksidin 0,2% dan direplikasi sebanyak 5 kali. Penelitian menggunakan cawan petri dengan metode difusi sumuran dan di inkubasi pada suhu 37 C selama 48 jam. Zona bening terlihat disekitar lubang sumuran kemudian diukur menggunakan jangka sorong dengan satuan millimeter. Data yang sudah diperoleh dihitung menggunakan uji Anova satu jalur yang dilanjutkan dengan Post Hoc LSD test dengan derajat kemaknaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan terdapat daya antibakteri ekstrak etanol kayu siwak (Salvadora persica) terhadap pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis penyebab gingivitis pada konsentrasi 20%, 40% dan 80% serta chlorhexidine 0,2%. Tidak terjadi hambatan pada aquades steril terhadap pertumbuhan bakteri Porphyromonas

7 gingivalis penyebab gingivitis in vitro. Persamaan dengan penelitian adalah metode yang digunakan untuk melihat daya hambat bakteri. Perbedaan dengan penelitian yaitu variabel pengaruh yang digunakan adalah daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) dan tempat penelitiannya berada di Yogyakarta. 2. Perbedaan berbagai konsentrasi ekstak etanol 70% daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) sebagai bahan obat kumur terhadap hambatan pertumbuhan streptococcus sanguis In Vitro. Penelitian laboratoris eksperimental ini membagi kelompok perlakuan menjadi 7 kelompok yaitu 2,5%, 5%, 10%, 20%, 40% konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh, aquades steril (k-), khlorheksidin 0,2% (k+) dan di replikasi sebanyak 3 kali. Penelitian menggunakan media cawan petri dengan metode sumuran dan inkubasi dengan suhu 37 C selama 24 jam. Zona bening akan terlihat disekitar sumuran kemudian diukur menggunakan jangka sorong dengan satuan millimeter. Data yang sudah diperoleh dihitung menggunakan uji one-way Anova kemudian dilanjutkan dengan Post hoc LSD test dan uji regresi linear. Hasil pengolahan data didapatkan nilai p=0.01 (p<0.05). Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan variabel pengaruh yang digunakan adalah ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) denan pelarut ekstrak menggunakan etanol 70%. Perbedaan dengan penelitian ini adalah konsentrasi dari ekstrak daun belimbing wuluh yang digunakan dengan konsentrasi 12,5%, 25%, 50% dan 100%. Bakteri yang

8 digunakan juga merupakan bakteri hasil swab dari penderita gingivitis pengguna ortodontik cekat. Berdasarkan beberapa penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya, menurut sepengatahuan penulis belum ada penelitian tentang Daya hambat ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab gingivitis pengguna ortodontik cekat in vitro.