JurnalIlmiahPlatax Vol. 5:(1), Januari 2017 ISSN:

dokumen-dokumen yang mirip
JurnalIlmiahPlatax Vol. 5:(1),Januari 2017 ISSN:

Distribusi Karang Batu Di Rataan Terumbu Pantai Selatan Pulau Putus- Putus Desa Ratatotok Timur Kecamatan Ratatotok Kabupaten Minahasa Tenggara

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang

DISTRIBUSI VERTIKAL KARANG BATU (SCLERACTINIA) DI PERAIRAN DESA KALASEY, KABUPATEN MINAHASA

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

KERUSAKAN TERUMBU KARANG KARIMUNJAWA AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI BATUBARA

KONDISI TERUMBU KARANG HIDUP BERDASARKAN PERSEN TUTUPAN DI PULAU KARANG PROVINSI SUMATERA UTARA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KUALITAS PERAIRAN

STATUS PERSENTASE TUTUPAN KARANG SCLERACTINIA DI PULAU BUNAKEN (TAMAN NASIONAL BUNAKEN) DAN DI PANTAI MALALAYANG, PESISIR KOTA MANADO

KONDISI TERUMBU KARANG PADA LOKASI WISATA SNORKELING DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA, JAWA TENGAH

MODUL TRANSPLANTASI KARANG SECARA SEDERHANA PELATIHAN EKOLOGI TERUMBU KARANG ( COREMAP FASE II KABUPATEN SELAYAR YAYASAN LANRA LINK MAKASSAR)

I. PENDAHULUAN. yang tinggi dan memiliki ekosistem terumbu karang beserta hewan-hewan laut

REHABILITASI TERUMBU KARANG TELUK AMBON SEBAGAI UPAYA UNTUK MEREDUKSI EMISI CARBON CO

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terumbu Karang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbandingan Kondisi Terumbu Karang Selama Tiga Tahun Terakhir pada Perairan Taka Malang dan Tanjung Gelam Kep. Karimunjawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

B. Ekosistem Hutan Mangrove

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Diterima : 5 Juni 2012 : ABSTRAK

Kelimpahan dan Distribusi Gastropoda Di Zona Intertidal Teluk Sikulo Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONDISI TERUMBU KARANG DAN IKAN KARANG PERAIRAN TULAMBEN BALI Tyas Ismi Trialfhianty 09/288367/PN/11826 Manajemen Sumberdaya Perikanan

BAB I PENDAHULUAN. yang mencapai pulau dengan panjang pantai sekitar km 2 dan luas


I. PENDAHULUAN. terumbu karang untuk berkembangbiak dan hidup. Secara geografis terletak pada garis

METODE SURVEI TERUMBU KARANG INDONESIA Oleh OFRI JOHAN, M.Si. *

JAKARTA (22/5/2015)

TERUMBU KARANG KITA. Oleh : Harfiandri Damanhuri Pusat Kajian Mangrove dan Kawasan Pesisir Universitas Bung Hatta Padang ABSTRAK

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan

POLA DISTRIBUSI DAN KEPADATAN POPULASI GASTROPODA Terebralia sulcata DI PERAIRAN MUARA SUNGAI PUTRI SEMBILAN KECAMATAN RUPAT UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang

KOMPARASI STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI BANTAYAN KOTA DUMAGUETE FILIPINA DAN DI TANJUNG MERAH KOTA BITUNG INDONESIA

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

KONDISI TERUMBU KARANG DI PULAU-PULAU KECIL KABUPATEN SARMI, PROVINSI PAPUA. Laporan Penelitian Kerjasama UNIPA & Pemerintah Kabupaten Sarmi

I. PENDAHULUAN. Indonesia berada tepat di pusat segi tiga karang (Coral Triangle) suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif dengan pengambilan

KEPADATAN DAN DISTRIBUSI BIVALVIA PADA MANGROVE DI PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATRA UTARA

Jurnal Ilmiah Platax Vol. 2:(1), Januari 2014 ISSN: KONDISI TERUMBU KARANG PULAU BUNAKEN PROVINSI SULAWESI UTARA

BAB III METODA PENELITIAN

ANALISIS KESUKAAN HABITAT IKAN KARANG DI SEKITAR PULAU BATAM, KEPULAUAN RZAU

TINJAUAN PUSTAKA. Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah sumberdaya hayati, sumberdaya nonhayati;

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN EKOSITEM PERAIRAN

LAJU PERTUMBUHAN KARANG Porites Sp. PADA SUBSTRAT YANG BERBEDA DI PULAU GILI RAJEH KABUPATEN SUMENEP

DISTRIBUSI UKURAN KARANG PORITES SEBAGAI PENYUSUN UTAMA MIKROATOL DI DAERAH RATAAN TERUMBU (REEF FLAT) PERAIRAN KONDANG MERAK KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang dan Masalah yang dikaji (Statement of the Problem) I.1.1. Latar belakang

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

Kadar Salinitas, Oksigen Terlarut,..Kepulauan Seribu-Provinsi DKI Jakarta (Dumarno, D & T. Muryanto)

Coral reef condition in several dive points around Bunaken Island, North Sulawesi

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Lamun di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

PERSENTASE TUTUPAN KARANG HIDUP DI PULAU ABANG BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kondisi Eksisting Ekosistem Terumbu Karang di Perairan Dok II Kota Jayapura Provinsi Papua

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati membuat laut Indonesia dijuluki Marine Mega-

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Wilayah Pesisir 2.2. Pengertian Wilayah Pesisir

STUDI KEPADATAN DAN PENYEBARAN ECHINODERMATA DI SEKITAR RATAAN TERUMBU KARANG DI DESA WAEURA KECAMATAN WAPLAU KABUPATEN BURU

ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG, KABUPATEN KEPULAUAN SERIBU

Oleh : ASEP SOFIAN COG SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Geiar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN KARANG JENIS Lobophyllia hemprichii YANG DITRANSPLANTASIKAN DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar dari luas daratan, oleh karena itu dikenal sebagai negara maritim. Total

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jurnal Perikanan dan Kelautan p ISSN Volume 6 Nomor 2. Desember 2016 e ISSN Halaman :

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KONDISI TERUMBU KARANG DI SEKITAR PERAIRAN BANYAN TREE BINTAN KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. (Estradivari et al. 2009).

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

JURNAL KELIMPAHAN DAN POLA PENYEBARAN BULU BABI (ECHINOIDEA) DI EKOSISTEM TERUMBU KARANG PANTAI PASIR PUTIH, SITUBONDO

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

KARAKTERISTIK FISIKA-KIMIA PERAIRAN DAN STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA (BIVALVIA DAN GASTROPODA) DI PANTAI CERMIN SUMATERA UTARA SKRIPSI

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI KELURAHAN TONGKAINA MANADO

THE CORAL REEF CONDITION IN SETAN ISLAND WATERS OF CAROCOK TARUSAN SUB-DISTRICT PESISIR SELATAN REGENCY WEST SUMATERA PROVINCE.

Pelestarian Terumbu Karang untuk Pembangunan Kelautan Daerah Berkelanjutan

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-2, Januari 2013 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki luas wilayah lebih dari 7,2 juta km 2 yang merupakan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POTENSI ANCAMAN LEDAKAN POPULASI ACANTHASTERPLANCI TERHADAP KELESTARIAN TERUMBU KARANG DI WILAYAH LAUT JAKARTA DAN UPAYA PENGENDALIANNYA

BAB I PENDAHULUAN. Pesisir merupakan daratan pinggir laut yang berbatasan langsung dengan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KOMPOSISI JENIS, KERAPATAN, KEANEKARAGAMAN, DAN POLA SEBARAN LAMUN (SEAGRASS) DI PERAIRAN TELUK TOMINI KELURAHAN LEATO SELATAN KOTA GORONTALO SKRIPSI

KAJIAN KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN TERUMBU KARANG PADA ZONA PEMANFAATAN WISATA TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU OLEH PERSADA AGUSSETIA SITEPU

I. Pengantar. A. Latar Belakang

KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DI PERAIRAN LAUT TELUK PERING KECAMATAN PALMATAK KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS ERWAL DENI

1.2.1 Bagaimanakah kehidupan ekosistem terumbu karang pantai Apakah yang menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu karang?

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Populasi Acanthaster planci di Perairan Teluk Tomini Kelurahan Leato Selatan Kota Gorontalo

I. PENDAHULUAN km dengan luas perairan pantai yang mencapai 5,8 km 2 dari 3,1 juta km 2

TRANSPLANTASI KARANG BATU MARGA Acropora PADA SUBSTRAT BUATAN DI PERAIRAN TABLOLONG KABUPATEN KUPANG

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

DISTRIBUSI KARANG BATU Favites abdita (Ellis dan Solander,1786) DI RATAAN TERUMBU PANTAI KELURAHAN MALALAYANG DUA KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO (The Distribution of Favites abdita Coral Reef (Ellis and Solander, 1786) in the Land of Coral Coast Village of Malalayang Dua, Malalayang sub-district Manado) Yusuf Suleman¹, Laurentius Th. X. Lalamentik ², Unstain N.W.J. Rembet 2 1 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi Manado e-mail : yusufsuleman50@gmail.com 2 Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi Abstract This study was conducted at Malalayang Dua waters (Sub-district Malalayang Dua, Manado City). The aim of study is: To know and to inform the coral of Favites abdita. The other aim was to describe the distribution of Favites abdita. This research also will contribute for the management effort of coral reef in Malalayang Dua area, and also as information and literature in doing research at the same place in the future. Data collection was done by using simple random method with 1x1 meter quadrant. Every coral found was wrote at data sheet. The pictures of those coral was taken by using underwater camera. The highest percentage cover of hard coral was found in station 3 (1.46%), while the lowest was wrote at station first (0.13%). The distributions patterns of hard coral were found in each stations are Clumped. There is no significant difference in number of colony, percentage cover and diameter for the three depths. Keyword : Distribution coral, Favites abdita Penelitian ini dilaksanakan di pantai Kelurahan Malalayang Dua Kecamatan Malalayang Kota Manado. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menginformasikan serta bagaimana mengkaji distribusi karang batu F. abdita. Manfaat penelitian yaitu Memberikan kontribusi bagi upaya pengelolaan terumbu karang di wilayah Pantai Malalayang Dua dan Sebagai bahan informasi dan pustaka serta acuan dalam melakukan penelitian pada tempat yang sama di waktu yang akan datang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode acak sederhana dengan mengunakan kuadran. Pada lokasi penelitian, ditentukan tiga titik pengambilan data, yaitu stasiun 1 stasiun 2 dan stasiun 3. Pada setiap stasiun diletakkan transek berukuran 10x10 meter sebanyak 30 kali ulangan mengunakan kuadran 1x1 meter dengan jarak setiap stasiun 100 meter. Setiap karang yang ditemukan dalam kuadran dicatat pada data sheet dan mengambil gambar dengan camera underwater. Persentase tutupan karang batu tertinggi diperoleh pada stasiun 3 yaitu sebesar 1,46 % dan tutupan terendah pada stasiun 1 yaitu 0,13 %. Pola distribusi karang batu pada ketiga stasiun masing (mengelompok). Pada ketiga kedalaman ini tidak terdapat perbedaan yang nyata antara jumlah koloni, persentase tutupan dan panjang diameter. 69

PENDAHULUAN Indonesia memiliki sumberdaya perikanan sangat luas yang menjadi modal dasar dalam pembangunan nasional sekaligus memiliki potensi yang sangat besar bagi pembangunan kelautan dan perikanan (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2009). Salah satu potensi sumberdaya alam yang melimpah di Indonesia adalah terumbu karang. Terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang mempunyai tingkat produktifitas paling tinggi, yang didukung oleh kumpulan biota-biota yang sangat beragam (Wu and Zhang, 2012). Menurut Bengen (2001), terumbu karang terbentuk dari endapanendapan masif kalsium karbonat (CaCO 3 ), yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu (karang hermatipik) dari Filum Cnidaria, Ordo Scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan zooxanthellae dan sedikit tambahan alga berkapur serta organisme lain yang mensekresi kalsium karbonat. Luasan terumbu karang Indonesia mencapai 51% dari luasan di Asia Tenggara, namun kondisinya mengalami penurunan dari tahun ke tahun, di mana 30,96% masih dalam keadaan baik, sedangkan 69,04% dalam kondisi buruk (Coremap, 2009 dalam Callista, 2014). Terumbu karang adalah suatu ekosistem di perairan laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur khususnya jenis-jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya seperti jenisjenis moluska, krustasea, ekhinodermata, porifera dan tunicata serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya termasuk jenisjenis Plankton dan jenis-jenis ikan (Lalamentik, 1995). Pantai Malalayang Dua terletak di wilayah perairan teluk Manado yang memiliki terumbu karang yang potensial untuk dikembangkan. Namun sangat disayangkan, terumbu karang yang terdapat di sekitar perairan tersebut terancam oleh aktivitas manusia seperti reklamasi dan kegiatan wisata pantai yang terjadi hampir disepanjang garis Pantai Malalayang. Selain permasalahan tersebut di atas, teknologi konservasi untuk memulihkan dan meningkatkan kuantitas dan kualitas hewan karang masih sangat kurang diterapkan. Jenis-jenis karang yang ditemukan di Indonesia diperkirakan sebanyak 590 jenis yang termasuk dalam 80 marga karang, distribusi karang dari Favites abdita hampir terdapat di seluruh Perairan Indonesia, karang ini dijumpai hidup pada kedalaman 2-7 meter (Veron,1986). Secara keselurahan, persentase tutupan karang Favites abdita di Pantai Kelurahan Malalayang Dua Kecamatan Malalayang, pada masing-masing kedalaman yaitu Inner reef flat, Middle reef flat dan Outer reef flat antara 2,8 6,8 % (Suleman, 2016). TINJAUAN PUSTAKA Karang Favites abdita (Ellis dan Solander, 1786) Karang Favites abdita termasuk karang dari Family Faviidae dengan ciriciri koloni massif dan berbentuk bulat. Ukuran panjang diameter bisa mencapai lebih dari 1 meter. Koralit bulat dengan dinding yang tebal serta septa lurus dan bergerigi yang tumbuh keluar dengan warna umumnya berwarna cokelat muda. Bagian mulut berwarna cokelat atau hijau. Di lingkungan yang keruh biasanya warna Favites abdita lebih gelap (Veron, 1986).Karang dari spesies Favites abdita biasanya memiliki jumlah septa 28-40, bentuk pali menonjol keluar dari bagian septa, serta pada bagian kolumella berbentuk bulat. Koloni masif biasanya kecil, koralit berbentuk cerioid berbukit-bukit kecil, septa tegak dan gigi-gigi yang tajam. Berwarna coklat tua atau kuning muda dan, umumnya dijumpai di rataan terumbu sampai 70

daerah tubir, tersebar diseluruh perairan Indonesia (Suharsono, 2008). Terumbu karang memiliki fungsi sebagai tempat perkembangbiakan ikan, perlindungan dan mencari makan bagi ikan, kerang, udang dan biota lainnya. Selain itu karang juga berfungsi sebagai pelindung pantai dari abrasi dan gempuran ombak, menstabilkan keliling pulau-pulau dan garis pantai dari kikisan ombak yang sangat kuat. Terumbu karang juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat pariwisata bahari dan tempat menangkap ikan bagi para nelayan (Damanhuri, 2003). Sebaran Karang Favites abdita Di Indonesia Menurut Suharsono (2008), Karang di Indonesia tersebar mulai dari Sabang hingga utara Jayapura. Sebaran karang tidak merata di seluruh perairan Indonesia. Ada daerah tertentu di mana karang tidak dapat tumbuh dengan baik dan pada daerah lainnya tumbuh sangat baik Lalamentik, (Pers. Com). Daerah sekitar Sulawesi, Maluku, Sorong, NTB, dan NTT merupakan daerah yang sangat baik untuk pertumbuhan karang Distribusi karang dari Favites abdita hampir terdapat di seluruh perairan Indonesia. Karang ini dijumpai pada rataan terumbu sampai daerah tubir. Indonesia dikenal sebagai pusat keanekaragaman jenis karang dan tempat asal-usul karang. Jenis-jenis karang yang ditemukan di Indonesia diperkirakan sebanyak 590 jenis yang termasuk dalam 80 marga karang. Sebagai gambaran di Pulau-pulau Raja Ampat berhasil diidentifikasi sebanyak 456 jenis karang yang termasuk dalam 77 marga (Veron, 2002). METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan mengunakan metode acak sederhana, dengan bantuan tabel angka random (Zar, 1984). Pada setiap kuadran 1 x 1m dibuat 100 grid berukuran 10 x 10 cm, kemudian dicatat tutpan setiap karang Favites abdita, di mana tutupan 1 grid = 1%. Selain presentase tutupan karang juga dicatat jumlah individu dan diameter karang Favites abdita. Parameter lingkungan diukur pada setiap titik pengambilan data (suhu dan salinitas) dengan menggunakan alat ukur horiba. Untuk kepentingan identifikasi, 2 koloni karang Favites abdita akan diambil (sebelumnya didokumentasi menggunakan underwater camera). Untuk proses identifikasi mengacu pada panduan identifikasi Veron (1986). Sampel karang yang diambil akan digunakan untuk kepentingan indentifikasi. Pertama-tama karang tersebut direndam selama 24 jam dalam air tawar yang dicampur pemutih pakaian (bayclin) sebanyak 2-3 tuang seukuran dengan penutup pamutih tersebut, pemutih ini dapat membuat hewan karang mati. Kemudian karang dibersihkan di air yang mengalir sampai permukaan karang terlihat memutih, dan selanjutnya karang diletakkan di tempat yang terkena langsung cahaya matahari untuk mengeringkan karang agar mudah untuk proses identifikasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis terhadap persentase tutupan karang Favites abdita, dihasilkan persentase tutupan sebagi berikut: stasiun 1 (0.13 %), stasiun 2 (0.18 %), dan stasiun 3 (1.46 %). Berdasarkan hasil tersebut, maka persentase tutupan karang tertinggi diperoleh pada stasiun 3 yaitu stasiun yang letaknya jauh dari sungai. Persentase tertinggi terletak pada stasiun 3 (1.46%) kemudian diikuti dengan stasiun 2 (0.18%) dan tutupan terendah pada stasiun 1 (0.13%). Melihat persentase tutupan karang Favites abdita di rataan terumbu Pantai Malalayang tidak berbeda jauh di tiap stasiun. Dibandingkan dengan penelitian S. Jemmy (2009) persentase tutupan karang Favites abdita di daerah Pulau nusalaut Maluku tengah, yaitu 71

(0,50%) jika dilihat pada kedua data ini bahwa persentase tutupan F. abdita yang ada pada Pantai Malalayang dan Maluku tengah tidak berbeda jauh. Pengukuran suhu dengan kisaran 27.76-28.93 C sedangkan untuk salinitas yaitu 29.6 32.2. Salinitas yang didapati di lokasi penelitian dapat dikatakan cukup baik. Nybakken (1992), menyatakan bahwa suhu optimal untuk terumbu karang ialah sekitar 29.6 32.2 dan kisaran salinitas normal untuk terumbu karang yaitu 32 35. Meskipun suhu dan salinitas menunjang pertumbuhan karang batu Favites abdita pada ketiga stasiun, tetapi ada faktor biologi dan faktor antropogenik yang mempengaruhi pertumbuhan karang di daerah tersebut. Faktor antropogenik yaitu aktifitas manusia dalam pemanfaatan karang baik secara langsung maupun secara tidak langsung membawa dampak pada kerusakan karang yang umumnya mempunyai bentuk pertumbuhan braching yang mudah patah atau rusak (Lalamentik, 1993). Dengan demikian agar karang di rataan terumbu Pantai Malalayang khususnya aktivitas Pola Distribusi Dari hasil analisis didapatkan nilai pola distribusi penyebaran di tiga stasiun masing-masing (mengelompok). 1.60% 1.40% 1.20% 1.00% 0.80% 0.60% 0.40% 0.20% 0.00% Persentase tutupan F. abdita 1.46% 0.13% 0.18% Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Gambar 1. Histogram persentase tutupan rata-rata karang Favites abdita di rataan terumbu Pantai Malalayang dua. Tabel 3. Pola distribusi karang batu Favites abdita di rataan terumbu Pantai Malalayang Stasiun Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Id 1,15 > 1 (Mengelompok) 1,05 > 1 (Mengelompok) 1,51 > 1 (Mengelompok) 72

Tabel 4. Analisis ragam untuk jumlah koloni Sumber keragaman Db JK KT Fhit Ftab 0,05 % Stasiun 2 54.42 27.211 2.46 3.1 Galat 87 961.64 11.053 Total 29 1016.07 Tabel 5. Analisis ragam untuk persentase tutupan Sumber keragaman Db JK KT Fhit Ftab 0,05 % Stasiun 2 65.19044 32.60 0.86 3.1 Galat 87 8844.265 101.6582 Total 29 8909.456 Tabel 6. Analisis ragam untuk panjang diameter Sumber keragaman Db JK KT Fhit Ftab 0,05 % Stasiun 2 21.42851 10.71425 2.08 3.1 Galat 87 448.74 5.158393 Total 29 470.2087 Krebs (1989) dalam Rani, (2003) menyatakan ada tiga tipe pola distribusi yaitu acak, mengelompok dan teratur. Hasil analisis pola distribusi pada karang batu di tiga Stasiun berbeda ditampilkan pada (Tabel 3). Umumnya pola distribusi karang batu Favites abdita pada ketiga kedalaman ada yang pola distribusinya seragam ada yang distribusinya acak dan ada juga distribusinya yang mengelompok. Keadaan substrat pada ketiga stasiun ini yang memiliki sedikit perbedaan yaitu pada stasiun 1 substrat yang ditemukan berpasir dan berlumpur dan pada stasiun 2 substrat yang keras sedangkan untuk stasiun 3 substrat yang ditemukan sedikit pasir dan substrat yang keras, kemungkinan ini yang menjadi penyebab karang Favites abdita untuk pola distribusinya berfariasi. Faktor lingkungan yang sangat penting mempengaruhi penyebaran dan kelimpahan karang (Suharsono, 2000). Keadaan substrat di rataan terumbu Pantai Malalayang Dua yaitu berpasir dan substrat yang keras dan ada juga substrat pasir berlumpur sehingga karang batu di tiga stasiun tersebut berfariasi. Analisis Ragam RAL Analisis ragam RAL digunakan untuk melihat apakah ada perbedaan nyata atau tidak antara jumlah koloni pada tiga stasiun yang berbeda (stasiun satu, stasiun dua dan stasiun tiga) menghasilkan Fhit (2.46) < Ftab (3.1). Selanjutnya untuk melihat persentse tutupan apakah ada perbedaan nyata antara ketiga stasiun didapatkan hasil Fhit (2.08) < Ftab (3.1). Serta untuk melihat apakah ada perbedaan panjang diameter pada ketiga stasiun diperoleh hasil Fhit (0.86) < Ftab (3.1). Dari hasil analisis yang didapat: 1. Jumlah koloni: dimana F hit (2.46) < Ftab (3.1) artinya Ho diterima dengan kesimpulan bahwa tidak ada 73

perbedaan nyata jumlah koloni pada ketiga stasiun tersebut. 2. Persentase tutupan: dimana Fhit (2.08) < Ftab (3.1) artinya Ho diterima dengan kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan nyata persentase tutupan pada ketiga stasiun tersebut. 3. Panjang diameter: dimana Fhit (0.32) < Ftab (3.1) artinya Ho diterima dengan kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan nyata panjang diameter pada ketiga stasiun tersebut. Dari ketiga hasil pengukuran yang diperoleh karena uji ANOVA menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata secara statistik. Dilihat dari jarak antara setiap stasiun dan jarak antara ketiga stasiun dengan sungai sanggat berbeda jauh yaitu antara jarak setiap stasiun (100 m) sedangkan jarak antara ketiga stasiun dengan sungai yaitu (600 m), maka hasil yang ada setelah diuji ANOVA tidak berbeda nyata, jadi sungai yang ada pada pantai Malalayang tidak berpengaruh terhadap jumlah koloni, persentase tutupan dan panjang diameter maka tidak perlu lagi untuk uji selanjutnya. KESIMPULAN Persentase tutupan pada ketiga stasiun yaitu: Satasiun 1 (0.13 %), stasiun 2 (0.18 %), dan stasiun 3 (1.46 %). Berdasarkan hasil tersebut, maka persentase tutupan karang tertinggi yaitu pada stasiun 3 (1.46 %), dan persentase tutupan karang terendah terdapat pada stasiun 1 yaitu (0.13 %). Pola distribusi karang batu pada ketiga stasiun berbeda ada yang seragam, acak dan mengelompok yaitu Id<1 (seragam), Id=1 (acak) dan Id>1(mengelompok). Pada Analisis Ragam (RAL) tidak ditemukan perbedaan nyata pada ketiga stasiun antara jumlah koloni, persentase tutupan dan panjang diameter. SARAN Dari hasil penelitian ini, kiranya diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui keberadaan karang batu F. abdita, serta diperlukan pemantauan tentang kondisi karang batu F. abdita yang lebih luas, mengingat luas DAFTAR PUSTAKA Bengen, D. G. 2001. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut. Sinopsis. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Hal 28-37. Damanhuri, H. 2003. Terumbu Karang Kita. Pusat Kajian Mangrove dan Kawasan Pesisir. Universitas Bung Hatta Padang. Vol 3 (2). Hal 33. Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2009. Visi Misi, Grand Strategy dan Sasaran Strategis (KKP). Pusat Data, Statistik dan Informasi. Lalamentik, L. Th. X. 1993. Evaluasi Kondisi Terumbu Karang Di Sekitar Pantai Malalayang Kotamadya Manado (Laporan Penelitian). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNSRAT. Manado. 17 Hal. Lalamentik, L. Th. X. 1995. Studi Potensi Terumbu Karang Di Kecamatan Tombasian Minahasa Sulawesi Utara. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNSRAT. Manado. 28 Hal. Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Penerbit Gramedia. Jakarta. Rani, C. 2003. Metode Pengukuran dan Analisis Pola Spasial (Dispersi) Organisme Bentik. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. 74

Universitas Hasanuddin. Makassar Birkeland C. 2004. Ratcheting down the coral reefs. BioScience 54(11):1021-1027. Suleman, Y. 2016. Zonasi Karang Spesies Favites Abdita (Ellis & Solander, 1786) Di Rataan Terumbu Pantai Malalayang II (PKL). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNSRAT. 35 Hal Suharsono, 2008. Jenis-Jenis Karang Di Indonesia. LIPI. Jakarta. Vii +372 hal.a. Suharsono, 2008. Jenis-Jenis Karang Di Indonesia. LIPI. Jakarta. Vii +372 hal.b. Souhoka, J. 2009 Kondisi Dan Keanekaragaman Jenis Karang Batu Di Pulau Nusalaut, Maluku Tengah. LIPI. Bitung. 12 hal. Veron, J.E.N. 1986. Coral of Australia and the Indo-Pacific. The Australian Institute of Marine Science. Angus and Robertson Publisher. Australia Veron, J.E.N. 2002. Reef corals of the Raja Ampat Islands, Papua Province, Indonesia. Part I Overview of Scleractinia. A marine Rapid Assessment of the Raja Ampat Islands, Papua Province, Indonesia. Hal 26-36. Wu, S.H. and W.J. Zhang. 2012. Current status, crisis and conservation of coral reef ecosystem in China. In Proceedings of the International Academy of Ecology and Environmental Sciences. Hongkong. March 2012. Hal: 1-11. Zar, Jerrold H., 1984. Biostatistical analysis. Prentice Hall, Inc. Uppur, Saddle, River, New Jersey, United States of America. 728Hal. 75

Gambar 1. Lokasi Penelitian Pantai Kelurahan Malalayang Dua 76