PENDAHULUAN BAB I. berpopulasi tinggi. Melihat kondisi geografisnya, transportasi menjadi salah satu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Airport) berfungsi sebagai simpul pergerakan penumpang atau barang dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sandhyavitri (2005), bandar udara dibagi menjadi dua bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini telah menjadikan peranan transportasi menjadi sangat

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan dalam waktu cepat, berteknologi

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Bandar udara merupakan salah satu infrastruktur penting yang diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perbandingan Metode Perencanaan Perkerasan Kaku Pada Apron Dengan Metode FAA, PCA dan LCN Dari Segi Daya Dukung: Studi Kasus Bandara Juanda

STUDI PERBANDINGAN METODE PERENCANAAN PERKERASAN KAKU UNTUK LAPANGAN TERBANG MONICA SARI

Perencanaan Bandar Udara

BAB 1 PENDAHULUAN. laut, maupun udara perlu ditingkatkan. Hal ini bertujuan untuk menjangkau, menggali,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tingkat pelayanan (level of service) terminal dan apron Bandara. Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang.

PERENCANAAN STRUKTUR PERKERASAN LANDAS PACU BANDAR UDARA SYAMSUDIN NOOR BANJARMASIN

BAB II FAKTOR FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PERENCANAAN PERKERASAN PADA LAPANGAN TERBANG

BAB I PENDAHULUAN. Bandara Internasional Minangkabau yang terletak 23 km dari pusat Kota

ANALISIS PERKERASAN LANDAS PACU BANDARA SOEKARNO-HATTA MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK FAARFIELD

TUGAS AKKHIR ANALISIS PERANCANGAN TEBAL PERKERASAN APRON BANDARA INTERNASIONAL AHMAD YANI SEMARANG DENGAN METODE FEDERATION AVIATION ADMINISTRATION

PERANCANGAN STRUKTURAL PERKERASAN BANDAR UDARA

PERENCANAAN LANDASAN PACU BANDAR UDARA TUANKU TAMBUSAI KABUPATEN ROKAN HULU. B U D I M A N 1 ARIFAL HIDAYAT, ST, MT 2 BAMBANG EDISON, S.

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan

Bandar Udara. Eddi Wahyudi, ST,MM

DESAIN TEBAL PERKERASAN DAN PANJANG RUNWAY MENGGUNAKAN METODE FAA; STUDI KASUS BANDARA INTERNASIONAL KUALA NAMU SUMATERA UTARA

PERENCANAAN BANDAR UDARA. Page 1

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan transportasi udara adalah tersedianya Bandar Udara (Airport)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation

DAFTAR PUSTAKA. 1. Basuki, H Merancang, Merencana Lapangan Terbang. 2. Horonjeff, R. dan McKevey, F Perencanaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN METODE PERENCANAAN PERKERASAN KAKU PADA APRON DENGAN METODE FAA, PCA DAN LCN DARI SEGI DAYA DUKUNG: STUDI KASUS BANDARA JUANDA

Analisis Nilai ACN dan PCN untuk Struktur Perkerasan Kaku dengan menggunakan Program Airfield. Djunaedi Kosasih 1)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bandara atau bandar udara yang juga populer disebut dengan istilah airport

Analisis Perbandingan Material Slab Beton Pada Perkerasan Apron dengan Menggunakan Program Bantu Elemen Hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bandar Udara dan Sistem Lapangan Terbang. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization):

Analisis Kerusakan Retak Lelah pada Struktur Perkerasan Kaku Landasan Pesawat Udara dengan menggunakan Program Airfield

1) Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, FTSP-ITB, Bandung, dan Jurusan Teknik Sipil, FT-Untar, Jakarta.

EVALUASI RIGID PAVEMENT APRON BANDARA KALIMARAU BERAU DENGAN METODE FEDERAL AVIATION ADMINISTRATION

2.3 Dasar - Dasar Perancangan Tebal Lapis Keras Lentur Kapasitas Lalulintas Udara 20

DAFTAR lsi. ii DAFTAR lsi. iv DAFTAR TABEL. vi DAFTAR GAMBAR. vii DAFTAR LAMPIRAN. viii ISTILAH - ISTILAH. ix NOTASI- NOTASI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

KESIMPULAN DAN SARAN

Analisa Kekuatan Perkerasan Runway, Taxiway, dan Apron (Studi Kasus Bandar Udara Soekarno Hatta dengan Pesawat Airbus A-380)

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG DAN MANAJEMEN KONSTRUKSI TAXIWAY DI BANDARA ADI SUTJIPTO YOGYAKARTA

ANALISIS TEBAL PERKERASAN APRON PADA BANDAR UDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN

ICAO (International Civil Aviation Organization)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. jenis data yang diperlukan untuk menunjang proses penelitian, untuk kemudian diolah

Singkatan dari Advisory Circular, merupakan suatu standar dari federasi penerbangan Amerika (FAA) yang mengatur mengenai penerbangan.

konfigurasi sumbu, bidang kontak antara roda perkerasan. Dengan demikian

PERTEMUAN KE - 1 PENGENALAN

BAB I PENDAHULUAN. strategis sehingga memiliki pengaruh positif dalam berbagai bidang. Moda

Analisis Kerusakan Retak Lelah pada Struktur Perkerasan Kaku Landasan Pesawat Udara dengan menggunakan Program Airfield

[[PERANCANGAN INTERIOR BANDARA INTERNASIONAL KERTAJATI MAJALENGKA]] BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS DESAIN TEBAL STRUKTUR PERKERASAN KAKU DENGAN METODE PCA DAN FAA PADA APRON BANDAR UDARA ADISUMARMO SURAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI No.70 Tahun 2001 tentang Kebandar udaraan, Pasal 1 Ayat

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur merupakan public service obligation, yaitu sesuatu yang

PERBANDINGAN METODE PERENCANAAN PERKERASAN KAKU PADA APRON DENGAN METODE FAA, PCA DAN LCN DARI SEGI DAYA DUKUNG : STUDI KASUS BANDARA JUANDA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 93 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perencanaan Sisi Udara Pengembangan Bandara Internasional Juanda Surabaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI NO 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan Pasal 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN PENGEMBANGAN BANDAR UDARA DI KABUPATEN NABIRE

ANALISIS PENINGKATAN LANDASAN PACU (RUNWAY) BANDAR UDARA PINANG KAMPAI-DUMAI

Analisis Disain Struktur Perkerasan Kaku Landasan Pesawat Udara dengan menggunakan Program Airfield

BAB I LATAR BELAKANG

PENGARUH BEBAN PESAWAT BOEING B ER TERHADAP TEBAL PERKERASAN LANDAS PACU BANDAR UDARA

LAPORAN. Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III NIM NIM

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku atau rigid pavement adalah jenis perkerasan yang

STUDI KORELASI DAYA DUKUNG TANAH DENGAN INDEK TEBAL PERKERASAN JALAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) E-12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penumpang menunggu. Berikut adalah beberapa bagian penting bandar udara.

Desain Bandara Binaka Nias Untuk Pesawat Airbus 300A ABSTRAK

BAB III METODOLOGI. Dalam diagram alir, proses perencanaan geometrik akan dilakukan seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.1.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II

BAB IV PRESENTASI DATA DAN ANALISIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

parameter, yaitu: tebal /(bidang kontak)^ dan CBR/tekanan roda, serta memisahkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA PERENCANAAN PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) APRON BANDAR UDARA SULTAN THAHA SYAIFUDDIN JAMBI

( LAPANGAN TERBANG ) : Perencanaan Lapangan Terbang

ANALISA METODE-METODE PERENCANAAN PERKERASAN STRUKTURAL RUNWAY BANDAR UDARA TUGAS AKHIR

BAB 4 HASIL PEMBAHASAN

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT. Oleh : Dwi Sri Wiyanti

BAB I PENDAHULUAN. LU dan antara 133,5-133,5 BT dengan luas wilayah 6,269 km 2 yang terbagi. dalam dua kelurahan 117 Desa dan 7 Kecamatan.

ANALISIS TEBAL PERKERASAN TAMBAHAN PADA BANDAR UDARA NUSAWIRU CIJULANG KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Hairul Azhar, 2014 kajian kapasitas terminal penumpang dan apron bandar udara h.as. hanandjoeddintanjungpandan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB V ANALISA KEBUTUHAN RUANG BANDARA PADA TAHUN RENCANA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Bandar Udara

ANALISIS PERENCANAAN STRUKTUR PERKERASAN RUNWAY, TAXIWAY, DAN APRON BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II MENGGUNAKAN METODE FAA

BAB II STUDI PUSTAKA. disebut perkerasan lentur, sedangkan perkerasan yang dibuat dari slab-slab beton (

BAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN.

Transkripsi:

PENDAHULUAN BAB I I.1 Latar Belakang Transportasi adalah usaha untuk memindahkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain dalam aktivitas sehari hari dengan menggunakan alat trasportasi. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang sangat luas dan berpopulasi tinggi. Melihat kondisi geografisnya, transportasi menjadi salah satu sektor yang vital bagi warga negara Indonesia. Terdapat 3 moda transportasi secara umum salah satunya adalah transportasi udara. Transportasi udara merupakan moda transportasi yang dapat melayani dalam waktu yang lebih cepat dengan jangkauan yang lebih luas. Sebagai prasarana untuk transportasi udara, lapangan terbang harus memiliki infrastruktur yang aman dan terencana dengan baik. Perencanaan perkerasaan struktural merupakan bagian utama untuk membangun infrastruktur pada lapangan terbang. Seiring dengan perkembangan waktu kebutuhuan untuk menggunakan transportasi udara semakin meningkat, sehingga dalam merencanakan lapangan terbang harus memperhitungkan kebutuhan untuk masa yang akan datang. Untuk merencanakan sebuah lapangan terbang dibagi dalam dua jenis perencanaan yaitu: Perencanaan sistem lapangan terbang bertujuan untuk menentukan karakteristik, lokasi dan waktu yang di perlukan untuk membangun sistem yang baik pada lapangan terbang. Menurut horonjeff et al. (2010:136), proses perencanaan sistem bandara harus konsisten dengan negara, regional, maupun nasional tujuan transportasi, penggunaan lahan, dan lingkungan hidup.

Perencanaan induk lapangan terbang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan penerbangan, lingkungan, masyarakat dan transportasi lain dengan memberikan pedoman perkembangan pada masa yang akan datang Lapangan terbang terbagi ke dalam dua bagian yaitu sisi darat (land side) dan sisi udara (air side). Terdapat gedung terminal sebagai pembatas antara sisi darat dan sisi udara seperti yang terlihat pada gambar 2.1 berikut ini : Gambar 2.1 Bagian-bagian Bangunan Pada Lapangan Terbang Sumber : horonjeff (2010)

Sisi darat pada lapangan terbang adalah landasan pacu (runway), landasan hubung (taxiway) dan apron. Runway adalah sebuah area pada lapangan terbang yang berfungsi sebagai tempat pesawat terbang melakukan lepas landas (take off) dan pendaratan (landing) dengan kecepatan tertentu. Taxiway sebuah jalan yang berfungsi sebagai jalur untuk pergerakan pesawat terbang dari runway ke apron atau hanggar dan sebaliknya. Dan apron adalah sebuah area untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, surat atau barang, pengisiaan bahan bakar, parkir dan pemeliharaan pesawat. Untuk merencanakan perkerasan struktural berarti mentukan merencanakan ketebelan setiap lapisan perkerasan. Bagian struktural yang berhubungan langsung dengan pesawat terbang adalah runway, taxiway dan apron. Berdasarkan bahan pengikatnya terdapat tiga jenis perkerasan struktural yaitu perkerasan kaku, perkerasan lentur, dan perkerasan komposit yang merupakan kombinasi dari perkerasan kaku (rigid pavement) dan perkerasan lentur (flexible pavement). Perbedaan penting antara kedua jenis perkerasan, lentur dan kaku, adalah cara keduanya mendistribusikan beban diatas tanah dasar (Yoder, 1975). Perkerasan kaku terdiri dari lembaran PCC (Portland Cement Concrete) diletakkan diatas lapis pondasi yang didukung pada tanah dasar yang dipadatkan. Pada perkerasan kaku beban diberikan pada lapisan beton dan kekuatan tanah dasar memberikan pengaruh kecil terhadap perkerasan. Seperti perkerasan lentur, sebuah perkerasan kaku harus dirancang dengan baik agar lapis permukaan tidak selip dan dapat mencegah air masuk ke dalam tanah dasar sekaligus memberikan dukungan struktural untuk pesawat yang melintas diatasnya. (Horonjeff, et.al., 2010).

Pada masa sekarang kebanyakan lapangan terbang menggunakan perkerasaan lentur sebagai lapis perkerasan pada runway. Namun, bukan berarti perkerasan kaku tidak dapat digunakan. Beberapa contoh lapangan terbang di dunia maupun di Indonesia yang menggunakan perkerasan kaku, yaitu : 1. Los Angeles International airport yang terletak di kota Los Angeles. United State Of America Runway 06L/24R 06R/24L 07L/25R 07R/25L Dimensions 2720 x 46 m (8924 x 151 ft) 3135 x 46 m (10285 x 151 ft) 3685 x 46 m (12090 x 151 ft) 3382 x 61 m (11096 x 200 ft) Suface Concrete Concrete Concrete Concrete Sumber : www.worldairports.de 2. Soekarno Hatta Internasional Airport yang terletak di Jakarta, Indonesia Runway Dimesions PCN Surface 07L/25R 3600 x 60 m (11811 x 197 ft) 120 RDWT Concrete 07R/25L 3660 x 60 m (12008 x 197 ft) 120 RDWT Concrete Sumber : www.worldairports.de Tidak hanya pada runway beberapa bagian tertentu pada lapangan terbang juga disarankan untuk menggunakan perkerasan kaku daripada perkerasan lentur sebagai lapis perkerasannya. Perkerasan rigid biasanya dipilih untuk : ujung landasan, pertemuan antara landasan pacu dan taxiway, apron dan daerah-daerah lain yang dipakai untuk parkir pesawat atau daerah-daerah yang mendapat pengaruh panas blast jet, dan limpahan minyak (Basuki,2008). Perkerasan kaku juga digunakan untuk moda trasportasi darat pada jalan raya. Namun, terdapat beberapa faktor yang membedakan perencanaan perkerasan kaku pada lapangan terbang dan jalan raya. Menurut Huang (2004) perbedaan

antara lapangan terbang dan jalan raya adalah Jumlah repetisi beban pada perkerasan lapangan terbang biasanya lebih kecil yang perkerasanjalan raya. Pada perkerasan lapangan terbang yang dihitung sebagai repetisi adalah satu set roda, sedangkan pada perkerasan jalan raya repetisi merupakan sumbu kendaraan yang dikonfigurasikan terhadap sumbu standard. Beban repetisi pada jalan raya didasarkan oleh pengulangan beban sumbu dengan durasi tertentu, sedangkan pada desain perkerasan lapangan terbang didasarkan pada tipe sumbu kendaraan yang bergerak pada bagian tengah lapis perkerasan dan statis pada bagian pinggir lapis perkerasan Perkerasan kaku pada lapangan terbang direncanakan agar dapat memikul beban pesawat terbang. Dalam merencanakan perkerasan kaku pada lapangan terbang terdapat beberapa faktor yang penting untuk diperkirakan. Teknik desain perkerasan kaku pada lapangan terbang didasarkan pada tekanan teoritis dalam lapis perkerasan yang dimodifikasi berdasarkan pengalaman lapangan dan faktor keselamatan yang tepat (Yoder,et.al., 1975). Untuk perkerasan kaku pada lapangan terbang terdapat beberapa metode yang digunakan. Menurut Basuki (2008) ada beberapa perencanaan perkerasan lapangan terbang antara lain adalah metode US corporation of engineers lebih di kenal dengan metode CBR, metode FAA, metode LCN dari Inggris, metode Asphalt Institute, metode Canadian department of Transportastion. Namun menurut Yoder, et.al., dalam Kosasih (2005) metode desain struktur perkerasan kaku landasan pesawat udara yang umum dikenal antara lain adalah metode PCA dan Metode FAA.

Dalam FAA AC 150/5320-6E (2009) beberapa faktor yang diperlukan dalam perencanaan perkerasan kaku adalah kelangsungan desain standard untuk umur rencana perkerasan yaitu 20 tahun, campuran lalu lintas yang akan diubah menjadi pesawat desain tunggal dan semua keberangkatan tahunan dikonversi ke keberangkatan tahunan setara dengan pesawat desain, Pass To Coverage Rasio merupakan unit kerusakan ekivalen yang terjadi di dalam struktur perkerasan yang disebabkan oleh setiap lintasan roda pesawat, siklus keberangkatan tahunan dan Lalu Lintas Desain perkerasan Bandara menganggap hanya keberangkatan dan mengabaikan lalu lintas kedatangan ketika menentukan jumlah dari pesawat rencana, faktor kerusakan kumulatif umur kelelahan struktur perkerasan yang telah habis. Hal ini dinyatakan sebagai rasio pengulangan beban yang diterapkan untuk pengulangan beban yang diijinkan terhadap kegagalan. Dalam engineering bulletin menurut Robert G. Packard (1995) faktor yang diperlukan dalam perencanaan perkerasan kaku yaitu : 1. Sifat beton Kuat lentur yaitu tekukan perkerasan beton di bawah beban roda menghasilkan baik tegangan tekan dan lentur. Kekuatan lentur ditentukan oleh modulus rupture (MR) Kelelahan seperti bahan struktural lainnya, beton harus sesuai dengan efek kelelahan. Kegagalan kelelahan lentur terjadi retak ketika material di bawah pengulangan terus beban yang menyebabkan rasio stres lentur kurang dari kesatuan.

Untuk setiap proyek campuran beton harus dirancang untuk memberikan daya tahan yang memadai, kekuatan lentur yang memadai, tahan lama, permukaan selip-tahan. 2. Kekuatan tanah dasar atau pondasi bawah-tanah dasar kombinasi Dalam desain analisis asumsi yang dibuat mengenai kerja dari kombinasi tanah dasar atau pondasi bawah-tanah dasar. Kebanyakan desain perkerasan beton telah didasarkan pada modulus Westergaard reaksi tanah dasar (k) 3. Jenis pesawat dan beban yang ditanggung perkerasan dan frekuensi perkiraan operasi tegangan lentur akibat beban pesawat disediakan untuk kemudahan ditentukan dengan grafik desain khusus untuk pesawat tertentu dan tepi luar landasan pacu, taxiway, apron atau tidak memerlukan penebalan karena roda pesawat jarang, jika seandainya, melakukan perjalanan dekat dengan tepi luar 4. Menentukan jenis perkerasan yang dirancang, seperti landasan pacu,taxiway, apron. Dalam merencanakan desain perkerasan kaku untuk lapangan terbang kedua metode tersebut yaitu metode PCA (Portland Cement Association) dan FAA (Federal Aviation Administration) memiliki perbedaan dalam memperhitungkan tebal perkerasan. Untuk perbedaan PCA dan FAA pada jurnal berjudul Analisis Desain Struktur Perkerasan Kaku Landasan Pesawat Udara dengan Menggunakan Program Airfield, Djunaedi kosasih mengatakan Perbedaan antara kedua proses disain struktur perkerasan ini mungkin dapat dijelaskan dari hasil perhitungan tingkat kerusakan struktur perkerasan yang diakibatkan oleh setiap jenis pesawat udara yang beroperasi.

Metode PCA menggunakan setiap jenis pesawat untuk menghitung pengaruh sumbu roda pesawat tersebut dan metode FAA hanya memperhitungkan pesawat desain kritis saja dimana pesawat desain kritis adalah pesawat yang memberikan dampak kerusakan terbesar. Oleh karena itu diperlukan kajian untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari kedua metode tersebut dan untuk mengetahui metode yang lebih efisien dalam desain tebal perkerasan kaku pada lapangan terbang. I.3 Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang tersebut, perkerasan kaku dipilih sebagai dasar studi untuk perencanaan perkerasan struktural pada lapangan terbang. Karena terdapat banyak metode untuk perencanaan perkerasan kaku pada lapangan terbang. Maka dilakukan kajian untuk mengetahui lebih dalam perbedaan metode FAA dan PCA dalam melakukan desain tebal perencanaan perkerasan kaku pada lapangan terbang I.4 Tujuan Studi Adapun tujuan dilaksanakannya studi ini adalah untuk mengetahui perencanaan perkerasan kaku dengan metode PCA (Portland Cement Association) dan FAA (Federal Aviation Administration) serta mengetahui kelebihan dan kekurangan pada masing masing metode sehingga dapat dilihat secara lebih jelas perbedaan dari kedua metode tersebut. I.5 Manfaat Studi Studi ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam bidang transportasi. Terutama dalam pemilihan metode yang efisien untuk merencanakan perkerasan kaku pada lapangan terbang baik menggunakan metode metode PCA (Portland

Cement Association) dan FAA (Federal Aviation Administration). Dan dapat digunakan sebagai bahan yang bermanfaat untuk penelitian lainnya. I.6 Batasan Masalah Dalam penulisan tugas akhir ini, batasan masalah pada perencanaan struktural perkerasan kaku adalah untuk merencanakan tebal perkerasan beton pada landasan pacu untuk jenis pesawat yang didasarkan dari data lalulintas pesawat bandar udara Kualanamu International Airport 2014 dan metode yang akan dikaji dalam studi ini yaitu metode PCA (Portland Cement Association) dan FAA (Federal Aviation Administration) 1.7 Sistematika Penulisan Untuk memperjelas tahapan penulisan tugas akhir ini maka digunakan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB 1 PENDAHULUAN Merupakan rencana awal yang akan dilakukan pada tugas akhir ini meliputi : Umum, latar belakang, maksud dan tujuan penulisan, metodologi pembahasan yang digunakan dan sistematika penulisan BAB II FAKTOR-FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PERENCANAAN PERKERASAN LAPANGAN TERBANG Merupakan kajian yang membahas hal-hal yang mendasar yang dibutuhkan untuk menunjang suatu perencanaan perkerasan seperti evaluasi tanah, jenis-jenis perkerasan dan faktor desain BAB III KARAKTERISTIK PESAWAT TERBANG

Merupakan kajian karakteristik dari pesawat terbang sebagai angkutan udara yang membahas berat ukuran, kapasitas dan lainnya yang mempengaruhi perencanaan perkerasan. BAB IV STRUKTUR PERKERASAN KAKU Merupakan bagian yang akan membahas tentang sifat-sifat, dimensi serta kekuatan pada perkerasan kaku BAB V METODE PERENCANAAN PERKERASAN KAKU PADA LAPANGAN TERBANG Merupakan bagian yang akan memapar perencanaan perkerasan kaku dengan menggunakan metode FAA (Federal Aviation Administration), dan metode PCA (Portland Cement Association). Dan menunjukan perbedaan dari setiap metode serta kelebihan dan kekurangannya. BAB VI APLIKASI METODE PERENCANAAN PERKERASAN Merupakan bagian yang membahas tentang aplikasi dari metode FAA (Federal Aviation Administration), dan metode PCA (Portland Cement Association) BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Merupakan bagian penutup yang berisi kesimpulan berdasarkan bab-bab dan bukti yang disajikan sebelumnya.kemudian menjadi saran yang berguna.