Prof.Dr.Ir. Azwar Maas, MSc**)

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLEMENTASI PP 57/2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT PADA IUPHHK-HTI. Oleh : Dr. Bambang Widyantoro ASOSIASI PENGUSAHA HUTAN INDONESIA

Restorasi Ekosistem Gambut HARMONISASI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN RESTORASI GAMBUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN TRIWULAN BADAN RESTORASI GAMBUT RI KEPADA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA JULI SEPTEMBER 2016

ULASAN KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pengelolaan Ekosistem Gambut Pasca Kebakaran Lahan Gambut di Provinsi Kalimantan Tengah

Sistem Informasi Restorasi Gambut

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT

2017, No kelestarian keanekaragaman hayati, pengaturan air, sebagai penyimpan cadangan karbon, penghasil oksigen tetap terjaga; c. bahwa revisi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

KRITERIA PROPER PENGENDALIAN KERUSAKAN EKOSISTEM GAMBUT

Laporan Investigasi Jikalahari KEPALA BRG DIHADANG, PT RAPP LANJUT MERUSAK HUTAN ALAM DAN GAMBUT

NAMA JABATAN : KASUBPOKJA PERENCANAAN PROGAM DAN ANGGARAN ATASAN LANGSUNG : KAPOKJA PERENCANAAN ANGGARAN DAN HUKUM

Restorasi Gambut Harus Berpihak Kepada Ajas Manfaat

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/Permentan/OT.140/3/2015 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT

PERA TURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2014

Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Desa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

USULAN STRUKTUR KELEMBAGAAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Disampaikan dalam acara Focus Working Group 2017 Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia Jakarta, 18 Mei 2017

KRITERIA CALON AREAL IUPHHK-RE DALAM HUTAN PRODUKSI

2016, No informasi geospasial dengan melibatkan seluruh unit yang mengelola informasi geospasial; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

Pengelolaan Sawit di Lahan Gambut sesuai PermenLHK no 14, 15 dan 16/2017 di Lahan Gambut

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENUNDAAN PEMBERIAN IZIN BARU DAN

PELAKSANAAN PARTICIPATORY MAPPING (PM) ATAU PEMETAAN PARTISIPATIF

PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT: PERSPEKTIF LINGKUNGAN. Mukti Sardjono, Saf Ahli Menteri Pertanian Bidang Lingkungan,

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

2014, No menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang Tata Cara Penetapan Peta Indikatif Arahan Pemanfaatan Kawasan Hutan Produksi Yang Tidak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

PENATAAN KORIDOR RIMBA

KONTESTASI TENURE, KAWASAN GAMBUT & KEBAKARAN HUTAN- LAHAN

No baik hayati berupa tumbuhan, satwa liar serta jasad renik maupun non-hayati berupa tanah dan bebatuan, air, udara, serta iklim yang saling

Oleh: PT. GLOBAL ALAM LESTARI

SALINAN : Peraturan... Nomor 7l Tahun 2OL4 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut; disempurnakan sesuai dengan perkembangan dan

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

POTRET GAMBUT KALIMANTAN

Rehabilitasi dan Pengelolaan Lahan Gambut Bekelanjutan

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN KPH

Laporan Investigatif Eyes on the Forest Desember 2015

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

1 TAHUN PELAKSANAAN INPRES 10/2011: Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola pada Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut

PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Policy Brief Perbaikan Regulasi Lahan Gambut Dalam Mendukung Peran Sektor Industri Kelapa Sawit Indonesia 2017

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 58/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG

REGULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBERIAN HAK ATAS TANAH UNTUK PERKEBUNAN

PRINSIP DAN KRITERIA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK USAHA KEBUN SWADAYA

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.7/Menhut-II/2010P. /Menhut-II/2009 TENTANG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

BAB I PENDAHULUAN. pada 2020 dan berdasarkan data forecasting World Bank diperlukan lahan seluas

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

2 tentang Fasilitasi Biaya Operasional Kesatuan Pengelolaan Hutan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN GAMBUT DI INDONESIA

REVITALISASI KEHUTANAN

05/12/2016 KUALA PEMBUANG

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi.

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

Wahyu Marjaka Puslitbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan (P3KLL)

Focus Group Discussion Pertama: Penyusunan Kajian Kritis Penguatan Instrumen ISPO

Pada saat ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan

Disampaikan dalam Semiloka Refeleksi setahun nota kesepakatan bersama (NKB) Selasa, 11 November 2014 Hotel Mercure Ancol, Ancol Jakarta Baycity

MENUJU LINGKUNGAN HIDUP & KEHUTANAN EKOREGION KALIMANTAN YANG BERKUALITAS

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG HUTAN HAK

Persyaratan ISPO Untuk Bahan Baku Energi Terbarukan (Bioenergi)

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.62/Menhut-II/2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

Perkembangan Regulasi Terkait Dengan Lahan Gambut*) Prof.Dr.Ir. Azwar Maas, MSc**) *) IPOS-Forum Sesi 3: Sustainability Bisnis Kelapa Sawit Terkait dengan Lahan Gambut, Medan 28 29 September 2017 **) Ketua Kelompok Ahli Badan Restorasi Gambut, Guru Besar FaKultas Pertanian UGM

Perkembangan KebijakanTerkait Pengelolaan Gambut Sumber: Direktorat PKG PPKL KLHK, 2017 Fungsi Lindung Gambut : Ketebalan > 3m yang berada di hulu sungai dan rawa Fungsi Lindung Ekosistem Gambut: minimal 30% dari luas KHG + Ketebalan >3m, dll. Keppres No. 32 Th. 1990 Pengelolaan Kawasan Lindung PP No. 57 Th. 2016 Perubahan PP No. 71 Th. 2014 1990 1992 1997 2000 2006 2007 2008 2009 2011 2013 2014 2015 2016 UU No. 24 Th. 1992 Penataan Ruang PP No. 47 Th. 1997 RTRWN Strategi Nasional Pengelolaan Lahan Gambut PP No. 150 Th. 2000 Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomasa UU No. 26 Th. 2007 Penataan Ruang PP No. 26 Th. 2008 RTRWN Inpres No. 2 Th. 2007 Percepatan Rehabilitasi dan Revitalisasi Kawasan Pengembangan Lahan Gambut di Kalimantan Tengah Permentan No. 14 Th. 2009 Pedoman Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Budidaya Kelapa Sawit UU No. 32 Th. 2009 Perlindungan dan Pengelolaan LH Inpres No. 10 Th. 2011 PIPIB PP No. 71 Th. 2014 PPEG Inpres No. 6 Th. 2013 PIPIB Inpres No. 8 Th. 2015 PIPIB P.14_2017 Tata Cara Inventarisasi & Penetapan Fungsi EG P.15_2017 Tata Cara Pengukuran Muka Air Tanah di Titik Penaatan EG P.16_2017 Pedoman Teknis Pemulihan Fungsi EG P.17_2017 Perubahan P.12_2015 tentang Pembangunan HTI SK.129_2017 Penetapan Peta KHG Nasional SK.130_2017 Penetapan Peta FEG Nasional Kriteria Baku Kerusakan Lahan Gambut: Kedalaman Air Tanah > 25 cm Kriteria Rusak Fungsi Budidaya Gambut: Tinggi Muka Air Tanah > 0,4 m

PASAL 26 LARANGAN (PP 71/2014 jo PP 57/2016) 1. Setiap orang dilarang : a. Membuka lahan di Ekosistem Gambut dengan fungsi lindung; b. Membuat saluran drainase yang mengakibatkan Gambut menjadi kering; c. Membakar lahan Gambut; dan/atau d. Melakukan kegiatan lain yang mengakibatkan terlampauinya kriteria baku kerusakan Ekosistem Gambut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) dan ayat (3) Sumber: Direktorat PKG PPKL KLHK, 2017 3

Sumber: Direktorat PKG PPKL KLHK, 2017

Kebakaran di Lahan Gambut sebagai akibat dari Pengelolaan Lahan Gambut yang tidak memperhatikan Tata Kelola Air, disamping masih adanya unsur kesengajaan dalam membakar lahan Sumber: Direktorat PKG PPKL KLHK, 2017

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/Permentan/OT.140/3/2015 Lampiran: PRINSIP DAN KRITERIA KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG MELAKUKAN USAHA BUDIDAYA PERKEBUNAN TERINTEGRASI DENGAN USAHA PENGOLAHAN DAN ENERGI TERBARUKAN PELINDUNGAN TERHADAP PEMANFAATAN HUTAN ALAM PRIMER DAN LAHAN GAMBUT Penundaan izin baru sesuai peta indikatif pada hutan primer dan lahan gambut yang berada pada hutan konservasi, hutan lindung, hutan produksi (hutan produksi terbatas, hutan produksi biasa/tetap, hutan produksi yang dapat dikonversi) dan areal penggunaan lain. Perusahaan Perkebunan yang telah mendapatkan persetujuan prinsip Menteri Kehutanan dikecualikan.

PERPRES NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT Tugas: mengkoordinasikan dan memfasilitasi restorasi gambut pada Provinsi Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi Papua. Pasal 3: BRG menyelenggarakan fungsi: a. pelaksanaan koordinasi dan penguatan kebijakan pelaksanaan restorasi gambut; b. perencanaan, pengendalian dan kerja sama penyelenggaraan restorasi gambut; c. pemetaan kesatuan hidrologis gambut d. penetapan zonasi fungsi lindung dan fungsi budidaya; e. pelaksanaan konstruksi infrastruktur pembasahan (rewetting) gambut dan segala kelengkapannya; f. penataan ulang pengelolaan areal gambut terbakar; g. pelaksanaan sosialisasi dan edukasi restorasi gambut; h. pelaksanaan supervisi dalam konstruksi, operasi dan pemeliharaan infrastruktur di lahan konsesi; dan i. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Presiden.

Rancangan Tata Kelola Air Kesatuan hidrologis vertikal/tebal gambut < 1 to 18 m Upland River Kesatuan hidrologis Kubah lindung horizontal) (nature water 2 - > 100 km) reservation) Sumber Ilustrasi: KLHK Kesatuan hidrologis menjadi dasar perumusan tata air. Prinsip dasar adalah lahan gambut selalu dalam keadaan lembab sepanjang tahun. Berbagi air untuk berbagai peruntukan di KHG

Fakta Lapangan Telah ada pemetaan ketebalan gambut berbasis KHG oleh Ditjen PPKL pada tahun 2015 dan 2016 Telah ada pemetaan landscape berbagsis KHG di 4 Kabupaten Target BRG Saat ini tengah disusun rencana restrosi dengan basis KHG di zona Lindung dan zona Budidaya dengan prinsip dasar Reweeting (R1), Revegetasi (R2), dan Revitalisasi (R3) Kehidupan Masyarakat Rencana implementasi berdasar rancangan rinci hanya dikerjakan di wilayah masyarakat, bukan di wilayah perusahan. Telah ada kegiatan kanal bloking, sumur bor yang sporadis di target area milik masyarakat Diharapkan perusahaan mengerjakan hal yang sama di wilayah kerjanya telah ada yang mencoba menyesuaikan R1

KRITERIA FUNGSI LINDUNG - Gambut 3 m - Telah ditetapkan dalam RTRW - Telah ditetapkan untuk Moratorium 30% KHG MULAI DARI 1 ATAU LEBIH PUNCAK KUBAH KRITERIA FUNGSI BUDIDAYA DI LUAR KRITERIA FUNGSI LINDUNG SUMBER: SOSIALISASI PERATURAN MENTERI LHK tentang: 1. TATA CARA INVENTARISASI DAN PENETAPAN FUNGSI EKOSISTEM GAMBUT 2. TATA CARA PENGUKURAN MUKA AIR TANAH DI TITIK PENAATAN EKOSISTEM GAMBUT 3. PEDOMAN TEKNIS PEMULIHAN FUNGSI EKOSISTEM GAMBUT Oleh: M.R. KARLIANSYAH Sumber: Dirjen PPKL, Maret 2017 DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN KLHK, JAKARTA, 20 MARET 2017 10

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN 1 NOMOR P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN INVENTARISASI DAN PENETAPAN FUNGSI EKOSISTEM GAMBUT Tata cara inventarisasi dan penetapan fungsi Ekosistem Gambut, mencakup: inventarisasi dan penetapan peta final Kesatuan Hidrologis Gambut; penetapan fungsi Ekosistem Gambut; dan perubahan penetapan fungsi Ekosistem Gambut. Sumber: Dirjen PPKL, Maret 2017

Laporan Menteri KLHK dalam Ratas Kabinet 26 April 2017: EVALUASI PENGATURAN TENTANG LAHAN GAMBUT. PERINTAH KEBIJAKAN PRESIDEN 2015-2016 KEBIJAKAN OPERASIONAL, PERINTAH BAPAK PRESIDEN DARI LAPANGAN (September-Oktober, 2015) : 1. LAKUKAN UPAYA PEMADAMAN SEMAKSIMAL MUNGKIN 2. MOBILISASI PASUKAN TNI UNTUK MEMBANTU PEMADAMAN GAMBUT TERBAKAR 3. BASAHKAN GAMBUT DAN BUAT EMBUNG 4. BUAT SEKAT KANAL 5. PENEGAKAN HUKUM 6. AREAL TERBAKAR DIAMBIL NEGARA 7. TIDAK BOLEH ADA IJIN BARU DI GAMBUT 8. EVALUASI SEMUA PERIJINAN 9. TATA KELOLA GAMBUT RAKOR NAS KARHUTLA 18 JANUARI 2016 : KEBIJAKAN DASAR PENANGANAN KARHUTLA : 1. PRINSIP PENCEGAHAN 2. TATA KELOLA GAMBUT: PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN 3. PENGENDALIAN PERIZINAN 4. PENEGAKAN HUKUM 5. REHABILITASI/RESTORASI 6. MORATORIUM SAWIT (14 April 2016) 33

KEWAJIBAN PERUSAHAAN [Pasal 14 PERMEN LHK 14/2017] Melakukan inventarisasi karakteristik Ekosistem Gambut di lokasi usaha dan/atau kegiatannya dengan supervisi dari DIRJEN PPKL. Hasil inventarisasi berupa data dan peta (*shp file) diserahkan kepada DIRJEN PPKL 13 Sumber: Dirjen PPKL, Maret 2017

KEWAJIBAN PERUSAHAAN [Pasal 21 ayat (4) dan ayat (5) PERMEN LHK 14/2017] Wajib melakukan revisi: Rencana Kerja Usaha (RKU), Dokumen Rencana Usaha, Dokumen Rencana Pengelolaan atau sejenisnya untuk disesuaikan dengan Peraturan Menteri ini. wajib mengajukan permohonan perubahan Izin Lingkungan sebagai akibat perubahan fungsi Ekosistem Gambut sesuai dengan Peraturan Menteri ini. [Pasal 21 ayat (6) PERMEN LHK 14/2017] Wajib menaati ketentuan dalam Peraturan Menteri Nomor: P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 14 Sumber: Dirjen PPKL, Maret 2017

Fakta Lapangan Lokasi perusahaan tersebar diberbagai tempat dalam satu Kesatuan Hidrologis Gambut, baik di gambut Topogen, Kaki gambut Ombrogen, maupun di kubah gambut Ombrogen Inventarisasi umumnya telah dikerjakan dalam perancangan (design) sistem tata air (topografi), dan sebagian telah pula punya pengukuran ketebalan gambut. Inventarisasi ini di dunia usaha dikerjakan oleh pengusaha, dan di areal masyarakat oleh Pemerintah Sebagian besar berada di luar lahan kehutanan, sudah dilepaskan, ataupun dalam proses pelepasan. Meskipun demikian ada juga yang belum punya izin usaha. Berada pada ketebalan gambut yang beraneka, banyak yang > 3m Catatan: Sangat diperlukan kesepakatan sesama dunia usaha dan pemerintah untuk merencanakan sistem tata air berbasis KHG. Untuk Konsesi/HTI sebagian besar sudah berjalan dengan bimbingan KLHK

Sumber: Dirjen PPKL, Maret 2017 2 PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR P.15/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 TENTANG TATA CARA PENGUKURAN MUKA AIR TANAH DI TITIK PENAATAN EKOSISTEM GAMBUT

1 kompartemen = 1 lokasi pemantauan 1 kompartemen = 1 lokasi pemantauan SEBARAN Lokasi pemantauan mewakili 15% (lima belas per seratus) dari luas keseluruhan area konsesi. Pengukuran muka air tanah dilakukan pada titik penaatan yang telah ditetapkan. Penentuan titik penaatan harus didasarkan pada karakteristik lahan, topografi, zona pengelolaan air, kanal dan/atau bangunan air. 17 Sumber: Dirjen PPKL, Maret 2017

15% dari TOTAL BLOK di Gambut, dan CENTROID + 0,25 km + 1 km Titik penaatan TMAT 18 Sumber: Direktorat PKG PPKL KLHK, 2017

KEWAJIBAN PERUSAHAAN 1. Mengukur tinggi muka air tanah di lahan Gambut. 2. Mengajukan permohonan penetapan titik pemantauan muka air tanah dengan melampirkan informasi dan peta (*shp file) berdasarkan hasil inventarisasi kepada DIRJEN PPKL. 3. Melaporkan secara rutin hasil pengukuran tinggi muka air tanah. 4. Menaati seluruh peraturan perudangan. 5. wajib melakukan revisi RKU, Dokumen Rencana Usaha, Dokumen Rencana Pengelolaan atau sejenisnya untuk disesuaikan dengan Peraturan Menteri ini. 6. wajib mengajukan permohonan perubahan Izin Lingkungan sebagai akibat adanya Peraturan Menteri ini. 19 Sumber: Dirjen PPKL, Maret 2017

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR P.16/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMULIHAN FUNGSI EKOSISTEM GAMBUT Dilakukan untuk Ekosistem Gambut yang mengalami kerusakan, baik pada fungsi lindung maupun fungsi budidaya. Fungsi Lindung: a. terdapat drainase buatan; b. tereksposnya sedimen berpirit c. terjadi pengurangan luas/volume tutupan lahan Fungsi Budidaya: a. muka air tanah lebih dari 0,4 m pada titik penaatan b. tereksposnya sedimen berpirit c. melampaui kroteria baku kerusakan Ekosistem Gambut 20 Sumber: Dirjen PPKL, Maret 2017

[PERMEN LHK P.16/MENLHK / SETJEN/KUM. 1/2/2017] 21 Sumber: Dirjen PPKL, Maret 2017

CARA PEMULIHAN Suksesi alami; Rehabilitasi: perubahan vegetasi; Restorasi: tata kelola air; Cara lain yang sesuai perkembangan IPTEK. 22 Sumber: Dirjen PPKL, Maret 2017

Langkah Kedepan (A. Maas, Yogyakarta April 2017) Pengelolaan lahan gambut harus menjamin tidak terjadi kebakaran Sawit di lahan gambut harus lestari dan menyesuaikan diri dengan peraturan perundangan Unit KHG menjadi acuan pengelolaan tata air Air berbagi untuk semua pihak yang terlibat Peningkatan produktivitas lebih utama daripada pengembangan Sawit rakyat harus dibina meskipun bukan plasma perusahaan Masyarakat dilibatkan sampai pada pengelolaan pasca panen Bersama dukung kegiatan pencegahan kebakaran melalui kerjasama dengan BRG dengan implementasi di berbagai institusi pemerintah, swasta dan masyarakat. Sawit didukung asal memenuhi persyaratan: aman bagi lingkungan, KHG selalu lembab sepanjang tahun (berbagi air) dan tidak terbakar, meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan lestari

Resume Workhop Yogyakarta, April 2017 Aspek Teknis Pemberlakuan kriteria kedalaman muka air tanah <0,4 m pada lahan budidaya (perkebunan kelapa sawit) perlu didahului dengan pilot percontohan yang diikuti dengan pentunjuk teknis pelaksanaan pengaturan muka air tanah. Dampak dari kedalaman muka air tanah 0,4 m terhadap hasil berbagai jenis komoditas pertanian perlu diverifikasi pada perusahaan yang telah menerapkannya, disamping perlu penelitian di berbagai lokasi dalam satu KHG untuk kemudian dipublikasi secara transparan. Penerapan pengelolaan kelapa sawit berkelanjutan dengan prinsip Responsible Peat Management yang tidak hanya memperhatikan aspek teknis, tetapi juga aspek sosial, ekonomi, berwawasan lingkungan dan kelembagaan. Untuk jangka panjang diperlukan inovasi teknologi, termasuk genetic engineering, agar kelapa sawit bisa diusahakan pada kedalaman muka air sesuai PP 57/2016, namun produksi sawit senantiasa dapat ditingkatkan.

Perkembangan Terkini Tahun 2017 tidak banyak terjadi kebakaran karena: Pelarangan pembakaran semakin digalakkan Relatif kecil Gambut bukaan baru karena sudah dilarang Hujn cukup merata dan neraca air di KHG cukup baik Telah ada kasus hukum tentang kebakaran yang sudah tahapan eksekusi Telah ada Draft Audit Sistem Tata Air di Perkebunan yang dibuat oleh PUPR Balai Rawa Litbang SDA dan telah diujicobakan di beberapa perkebunan sawit, termasuk sosialisasi di KLHK, Gapki Pusat Telah ada rencana penelitian bersama tentang pengaruh tinggi muka air 0,4 yang ditetapkan dalam aturan, terutama pengaruhnya terhadap keragaan tanaman. Melibatkan Akademisi, Gapki (lokasi target penelitian), Perusahaan Sawit, Kementan (Ditjen Bun dan BBSDLP), KLHK, HGI, Balai Rawa PUPR yang direncakan mulai berlangsung pada tahun 2018 dengan jangka waktu yang belum dirumuskan

Terima Kasih