BAB I PENDAHULUAN. yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

BAB I PENDAHULUAN. sebaliknya, masa tua dijalani dengan rasa ketidak bahagiaan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan. masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. bersiap-siap mengakses dan menangani klien-klien lansia. Terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. biasanya disebabkan oleh usia yang semakin menua (Arking dalam Berk, 2011). Dari masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penitipan orang tua ke panti jompo menjadi alternatif pilihan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Ada banyak definisi mengenai lanjut usia (lansia), namun selama ini

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Ada tiga aspek yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA

para1). BAB I PENDAHULUAN

FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak hanya dilihat secara obyektif, tapi kebahagiaan juga bisa di lihat secara

BAB I PENDAHULUAN. ( orang di tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. perkembangan pada masa dewasa akhir. Kehidupan pada fase perkembangan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB I PENDAHULUAN. Studi penelitian yang dilakukan oleh lembaga demokrafi Universitas

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

BAB I PENDAHULUAN. angka harapan hidup semakin tinggi, sehingga kebutuhan ini mendesak yang

BAB I PENDAHULUHAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan melalui

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan menjadi 3 yakni young old (70-75 tahun), old ( laporan PBB, populasi lansia meningkat sebesar dua kali lipat hanya

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN diprediksikan mencapai jiwa atau 11,34%. Pada tahun terjadi peningkatan mencapai kurang lebih 19 juta jiwa.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2013 tentang perubahan keempat

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari

BAB I PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupannya. Mulai dari masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

BABI PENDAHULUAN. Manusia pada setiap tahap perkembangannya memiliki tugas-tugas

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Indonesia dalam pembangunan nasional, telah. mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang berupa kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia adalah seorang laki-laki atau

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi fisik maupun segi mental. Menurunnya derajat kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BABI. kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Zahroh Nur Sofiani Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam hidupnya mengalami perkembangan dalam serangkaian

BAB 1 PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak semua manusia, baik kaya, msikin, tua, maupun muda.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dan usia tujuh puluh sampai akhir kehidupan (usia lanjut). Pada masa lansia

BABI PENDAHULUAN. Masa tua adalah bagian dari kehidupan. Namun demikian, tidak semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengarah pada suatu perkembangan jasmani maupun rohani. Perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut atau biasa disebut dengan lanjut usia (lansia) merupakan tahap

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan kesehatan bagi

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan (Papalia, et. la., 2007). Setelah menikah laki-laki dan perempuan akan

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. terkait fisik tetapi juga masalah kesehatan jiwa masyarakat. Sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas-tugas perkembangannya dengan baik agar dapat tumbuh menjadi individu

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN. alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Di Indonesia, hal-hal yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah masa penutup. Masa penutup merupakan masa dimana. penurunan jumlah aktivitas (Hurlock, 1999).

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AGAMA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kebijakan dan Program Pelayanan Sosial Lansia, Departemen Sosial RI, Direktorat Jenderal Pelayanan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia. Pada lanjut usia terjadi beberapa perubahan fisik dan fungsi biologis tubuh,

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lanjut usia bertambah, sedangkan proporsi penduduk berusia muda

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PROVINSI GORONTALO

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pada dasarnya dialami oleh semua makhluk hidup. Tahapan perkembangan pada manusia dimulai pada saat manusia berada di dalam kandungan (prenatal) hingga lanjut usia. Tahap perkembangan yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan selanjutnya. Menurut teori psikososial Erik Erikson (Papalia et al, 2008) manusia melewati delapan tahap perkembangan dalam hidupnya, empat tahap yang pertama terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak, tahap kelima pada masa adolesen, dan ketiga tahap yang terakhir pada tahuntahun dewasa dan usia tua. Tahapan yang utama adalah pada masa adolesen karena masa tersebut merupakan peralihan dari masa kanakkanak ke masa dewasa. Terdapat tiga tahap perkembangan pada manusia yaitu perkembangan fisik, kognitif dan psikososial. Menurut Hurlock (1996) perkembangan adalah suatu pola perubahan yang dimulai pada saat pembuahan dan berlanjut melalui masa hidup. Perkembangan melibatkan pertumbuhan sampai kematian, yang merupakan hasil dari beberapa proses biologis, kognitif dan sosioemosional. 1

2 Havighurst (Hurlock, 1996) menjelaskan tugas-tugas perkembangan sepanjang rentang kehidupan yang dimulai dari masa bayi hingga masa tua, diantaranya mulai dari belajar memakan makanan padat, berjalan, berbicara, membaca, mencapai hubungan baru dengan orang lain, bekerja, memilih pasangan hidup, mencapai tanggung jawab, hingga menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan. Dalam perjalanannya, perkembangan kehidupan manusia memiliki tanggung jawab yang terus meningkat. Seiring dengan peningkatan pada tahapan perkembangan maka bertambah pula usia manusia. Ketika manusia memasuki tahap perkembangan akhir, maka mereka harus dapat menerima segala perubahan yang terjadi pada diri mereka. Hal tersebut dijelaskan dalam Hurlock (1996) yaitu cepat atau lambat, sebagian orang berusia lanjut perlu mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan kematian suami atau istri. Menjadi tua adalah sesuatu yang pasti akan dialami semua orang di dunia jika berumur panjang. Lanjut usia menurut UU RI no 13 tahun 1998 adalah mereka yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Banyak istilah yang dikenal masyarakat untuk menyebut orang lanjut usia, antara lain lansia yang merupakan singkatan dari lanjut usia. Istilah lain adalah manula yang merupakan singkatan dari manusia lanjut usia. Apapun istilah yang dikenakan pada individu yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas tersebut tidak lebih penting dari realitetas yang dihadapi oleh kebanyakan

3 individu usia ini. Mereka harus menyesuaikan dengan berbagai perubahan baik yang bersifat fisik, mental, maupun sosial. Perubahan-perubahan dalam kehidupan yang harus dihadapi oleh individu usia lanjut khususnya berpotensi menjadi sumber tekanan dalam hidup karena stigma menjadi tua adalah sesuatu yang berkaitan dengan kelemahan, ketidakberdayaan, dan munculnya penyakit-penyakit. Masa lansia sering dimaknai sebagai masa kemunduran, terutama pada keberfungsian fungsi-fungsi fisik dan psikologis. Sebagaimana dijelaskan oleh Hurlock (1996) yaitu masalah-masalah umum yang menjadi keunikan untuk lansia yaitu menjadi tergantung pada orang lain karena fisiknya yang lemah, perbedaan status ekonomi, mencari teman baru, mengembangkan kegiatan baru dan mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat. Populasi lansia sendiri di Indonesia mengalami peningkatan, sebagaimana dijelaskan dalam Pathony (2012) pada tahun 2000 jumlah lansia sudah 17, 2 juta dengan peningkatan 3 kali lebih besar dari tahun 1970. Prediksi jumlah penduduk lansia di Indonesia hingga tahun 2100 menunjukkan angka kelipatan yang luar biasa, 5 kali lebih tinggi dibanding tahun 2013 (dari 8,9 % menjadi 41%), bahkan melebihi prediksi jumlah lansia Dunia yang hanya 35,1 % (Budijanto, 2014). Kondisi ini perlu mendapat perhatian khusus, karena jika tidak tentunya akan menjadikan beban tanggungan tenaga non produktif yang berat.

4 Seiring dengan meningkatnya populasi lansia berkembang pula stereotype (anggapan) tentang lansia. Kebudayaan orang Amerika mempunyai stereotype orang lansia yang didasarkan pada kepercayaan tradisional tentang kemampuan fisik dan mental lansia, antara lain cenderung melukiskan lansia sebagai usia yang tidak menyenangkan (Hurlock, 1996). Sebagian Negara maju lansia sering dipandang sebagai hal yang tidak diinginkan stereotype tentang lansia tersebar luas tercermin bahwa lansia biasanya mudah lelah, kurang koordinasi, dan cenderung menderita infeksi dan kecelakaan sebagian besar dari mereka tinggal di suatu lembaga, mereka tidak dapat menggunakan waktunya secara produktif, mereka menimbulkan rasa kasihan dan sakit-sakitan. Stereotype negatif ini merugikan bagi eksistensi lansia (Suardiman, 2011). Stereotype tentang lansia yang berkembang di Indonesia memiliki dua sisi, ada yang bersifat positif dan ada yang bersifat negatif. Bersifat positif seperti lansia kaya akan pengalaman, memiliki kearifan, bijak, dan menjadi pupuden (orang yang dihormati atau dijunjung tinggi). Bersifat negatif seperti misalnya tidak berguna, tidak bisa apa-apa lagi, istirahat saja, kolot, konservatif, sulit diberi tahu dan sebagainya (Suardiman, 2011). Pendapat lain tentang stereotype negatif lansia di dalam kehidupan sosial masyarakat kita, predikat lansia sering dikonotasikan sebagai orang yang mulai menurun kemampuan produktivitas dan aktivitas fisik sudah layak pensiun dari kegiatan pekerjaan, pantas untuk dimanjakan, cukup menunggui cucu di rumah atau mengantar cucu ke sekolah, harus

5 dihormati dan dimintai nasehat, pandangan dan pemikirannya lebih arif dan bijaksana, makin pikun berlaku otoriter terhadap anak, sulit menyesuaikan diri dengan perubahan, makin meningkatkan kegiatan ibadah agamanya dan sebagainya (Satwika, 2012). Stereotype positif berdampak positif bagi lansia sehingga mereka merasa mampu, menurunkan stres, dan meningkatkan rasa percaya diri. Sebaliknya, stereotype negatif berdampak negatif seperti merasa diri lemah, rendah diri, tidak berdaya dan stres. Meningkatnya populasi lansia di Indonesia, tidak sejalan dengan kesejahteraan yang lansia dapatkan. Hal ini juga diikuti oleh kondisi lansia yang mulai mengalami berbagai penurunan atau kemunduran baik fungsi biologis maupun psikis dapat mempengaruhi mobilitas dan juga kontak sosial. Dengan keadaan ini sering membawa lansia kepada masalah kesepian. Seperti dijelaskan dalam Suardiman (2011) yaitu adanya penurunan fungsi biologis dan psikis menimbulkan masalah psikologis pada lansia. Penurunan berbagai fungsi organ akan berpengaruh pada mobilitasnya yang berdampak pada semakin berkurangnya kontak sosial. Yang dapat dikatakan sebagai akar dari permasalahan psikologis bagi lansia adalah kesepian, yang kemudian memunculkan perasaaan terasing dari lingkungan, ketidakberdayaan, kurang percaya diri, perasaaan tidak berguna, ketergantungan, keterlantaran terutama pada lansia yang miskin, post power syndrome dan sebagainya.

6 Berbagai persoalan yang menjadi sumber dari menurunnya fungsifungsi fisik dan psikis adalah sebagai akibat dari proses penuaan (Suardiman, 2011). Aspek psikologi merupakan faktor penting dalam kehidupan lansia, bahkan lebih sering menonjol daripada aspek lainnya. Aspek psikologis yang dimaksud meliputi kebutuhan-kebutuhan psikologis dari lansia seperti kebutuhan akan rasa aman, dimana lansia merasa bahwa mereka mendapatkan perlindungan, bebas dari rasa takut, rasa cemas. Bekerja dapat membuat seseorang mampu memenuhi kebutuhan fisiknya sebagai makhluk biologis yang membutuhkan pangan, sandang, dan papan. Bekerja juga akan memenuhi kebutuhan akan rasa aman, tenteram dan kepastian tentang hari-hari yang akan dating. Aktivitas bekerja juga memungkinkan berinteraksi dengan orang lain yang menimbulkan rasa senang dan tidak kesepian. Kesepian (Hanum: 2006) merupakan gejala yang bersifat umum, karena dapat menghinggapi semua orang, orang tua lanjut usia, pemuda pemudi yang tinggal di daerah terpencil atau di kota-kota besar dapat dihinggapi perasaan sepi, sedih, mencekam seorang diri. Yang menarik dari permasalahan ini adalah kesepian yang terjadi pada lansia. Karena dalam tahap perkembangan akhir ini, lansia merasa tidak lagi seperti masa muda dahulu yang produktif dan berdampak pada gangguan kesehatan yang kompleks. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2013 oleh Amalia tentang kesepian dan isolasi sosial yang dialami oleh lansia, menunjukkan bahwa jaringan sosial pada lansia berpotensial untuk mengurangi kesepian

7 pada lansia. Penelitian lain yang dilakukan pada tahun 2012 oleh Sanjaya menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara interaksi sosial dengan kesepian pada lansia. Hal ini bermakna bahwa semakin besar interaksi sosial maka semakin besar perasaan tidak kesepian. Meningkatnya jumlah lansia perlu memperoleh perhatian yang serius terutama untuk mengusahakan bagaimana agar mereka tetap mandiri dan berguna. Pemerintah sebagai Lembaga Negara yang disampaikan melalui Dirjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial (Setiawan: 2003), untuk mengatasi permasalahan lansia adalah dengan pelayanan sosial lansia yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan sosial lansia yang tetap mempertahankan filosofi nilai-nilai tiga generasi dalam satu atap (three generation in one roof) yang menjamin keharmonisan hubungan diantara anak, orang tua dan lansia dalam satu ikatan keluarga secara khusus. Kebijakan penanganan lansia selama ini maupun dimasa yang akan datang juga menempatkan keluarga sebagai basis utama pelayanan sosial, selain berbasis masyarakat, sedangkan pelayanan melalui Panti Sosial merupakan alternatif terakhir. Penanganan permasalahan lansia yang berkembang selama ini dikenal melalui dua cara yaitu pelayanan dalam panti dan luar panti. Pelayanan dalam Panti Werdha meliputi pemberian pangan, sandang, papan, pemeliharaan kesehatan dan pelayanan bimbingan mental keagamaan, serta pengisian waktu luang termasuk didalamnya rekreasi, olah raga dan keterampilan. Sedangkan pada pelayanan di luar panti para

8 lansia tetap berada di lingkungan keluarganya dengan diberikan bantuan permakanan dan pemberdayaan di bidang Usaha Ekonomis Produktif (Departemen Sosial, 2003). Panti Werdha Melania adalah salah satu dari sekian banyaknya Panti Werdha yang ada di Indonesia. Panti inilah yang akan dijadikan sumber data oleh peneliti. Pengurus panti menjelaskan kalau Panti Werdha Melania tidak banyak memiliki kegiatan yang mengharuskan untuk diikuti oleh seluruh Oma dan Opa (panggilan penghuni Panti Werdha Melania), kegiatan inti hanyalah berdoa pada pagi hari dan malam hari kemudian senam pagi, selanjutnya Oma dan Opa bebas melakukan kegiatan yang dapat membuatnya nyaman. Hal yang menarik dari Panti Werdha Melania ini adalah dengan sedikitnya kegiatan yang dilakukan bersama membuat Oma dan Opa lebih banyak melakukan aktivitas yang dilakukan sendiri seperti, menonton televisi, duduk-duduk di depan kamarnya sendiri, atau tiduran di kamarnya masing-masing. Kurangnya aktivitas yang dilakukan bersama-sama ini dapat membuat Oma dan Opa menjadi kurang kontak sosial. Kontak sosial sangat diperlukan bagi lansia khususnya pada lansia yang tinggal di panti. Menurut Ide (2010) orang yang kesepian mengharapkan kontak sosial dan ditemani oleh orang lain, tapi tampak tak bisa menemukan apa atau siapa yang mereka perlukan atau cari. Penelitian terbaru dari Cacioppo (dalam Ide, 2010) menunjukkan perbedaan tingkat kesehatan antara orang-orang yang kesepian dengan yang bersosialisasi. Orang yang tidak bersosialisasi

9 mengalami peningkatan tekanan darah, melemahnya sistem kekebalan, menyebabkan masalah tidur dan demensia. Berdasarkan latar belakang di atas dan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, permasalahan yang dialami oleh lansia kebanyakan adalah mengenai kesepian, beberapa diantaranya karena berkurangnya interaksi sosial, munculnya stereotype tentang lansia, dan peran keluarga dalam menangani lansia. Maka dari itu, peneliti ingin mengetahui secara lebih mendalam mengenai gambaran kesepian pada lansia di Panti Werdha Melania. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan fenomena yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan bahwa hal yang menjadi permasalahan utama pada penelitan ini adalah Bagaimana gambaran kesepian pada lansia di Panti Werdha Melania. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kesepian pada lansia di Panti Werdha Melania.

10 1.4 Manfaat Penelitian 1) Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kesepian yang dialami oleh lansia, khususnya pada lansia yang ada di Panti Werdha. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat membangkitkan kepedulian kita terhadap kaum lansia tanpa mengucilkan mereka. 2) Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan masukan yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu-ilmu psikologi khususnya yang membahas mengenai lansia.