BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan adalah sebagai sebuah proses multidimensional yang mencakup

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan terkonsentrasi dan ada tempat-tempat dimana penduduk atau kegiatannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tipologi masyarakat dikategorikan menjadi dua,

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dengan tujuan tertentu seperti meningkatkan kesejahteraan, menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang, yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk Republik. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah

POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN

Good Governance. Etika Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator dalam mengukur. keberhasilan ekonomi suatu wilayah. Untuk membentuk kegiatan ekonomi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam

Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Koentjaraningrat sebagaimana yang dikutip oleh Adon Nasrulloh 2 memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. mengelola tanah hingga menanam bibit sampai menjadi padi semuanya dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden telah melahirkan. Royong, dengan misi : (1) Mewujudkan keamanan nansional yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan pembangunan manusia seutuhnya dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki oleh desa dan adat istiadat desa tersebut. Dilihat dari asal katanya, desa

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah negara agraria yang kaya akan sumber daya alamnya. Kekayaan

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup

BAB I PENDAHULUAN. arah perubahan struktural desa-kota diharapkan dapat berlangsung secara seimbang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Industrialisasi merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Gambaran Umum Lokasi KKN Sejarah Gampong Baro Demografi Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) TOTAL

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin

II.TINJAUAN PUSTAKA. dengan teori-teori yang telah dikemukakan oleh ahli. Untuk menghubungkan hasil penelitian dengan teori yang dikemukakan oleh

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia, pariwisata telah dianggaap sebagai salah satu sektor ekonomi

Gambar 1.1 Skema Aerotropolis

PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERHADAP PERKEMBANGAN KEGIATAN EKONOMI MASYARAKAT DI KAWASAN PINGGIRAN BANDARA KUALA NAMO

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. berlaku dalam masyarakat suku bangsanya sendiri-sendiri. Kondisi ini

Perlu menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi atau daya yang dimiliki masyarakat dalam hal membaca.

A. Gambaran Umum Lokasi KKN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH. hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan selama periode tertentu.

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pemekaran wilayah pemerintahan merupakan suatu langkah strategis yang

EVALUASI PROGRAM BANTUAN KEUANGAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Desa Bogak merupakan wilayah pesisir yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29)

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

Keinginan Aburizal Bakri untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa terpandang, terhormat & bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat orang lebih berpikir maju dan berwawasan tinggi. Pendidikan. majunya teknologi informasi dalam dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan otonomi daerah seperti diatur dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah memberikan

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN

PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA BATAM BATAM, 8 DESEMBER 2011

Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan. nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian

PENDAHULUAN. Latar Belakang

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG POLA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI WILAYAH

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK KEBERADAAN MODAL SOSIAL (SOCIAL CAPITAL) PASCA MASUKNYA INDUSTRI DI PEDESAAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Hal ini dapat dipastikan bahwa desa memiliki potensi yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah sebagai sebuah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 2000). Pembangunan juga diartikan sebagai suatu proses perubahan sosial dengan partisipatori yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk mencapai kemajuan sosial dan material (termasuk bertambah besarnya keadilan, kebebasan dan kualitas lainnya yang dihargai) untuk mayoritas rakyat melalui control yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka (Rogers, 1983). Pada hakikatnya pembangunan harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual, maupun kelompok-kelompok sosial yang ada di dalamnya untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang lebih baik, secara material maupun spritual. Pembangunan Kabupaten Deli Serdang sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan mempunyai arti yang sangat strategis, karena Deli Serdang merupakan basis dari pembangunan nasional, dengan mendasarkan kepada prinsip pembangunan dilaksanakan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dengan bantuan pemerintah, maka terdapat adanya kewajiban yang harus dilaksanakan bersama oleh pemerintah dan masyarakat secara seimbang. 9

Rapuhnya sistem sosial sekarang ini disebabkan akibat dari model pembangunan yang hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi seperti yang telah dijalankan oleh pemerintah pusat sebelumnya, sehingga dianggap gagal dan menyebabkan permasalahan bangsa. Hal ini perlu dicari sumber dan penyebab sehingga dapat memperoleh solusi yang baik dan salah satunya adalah pembangunan dan pengembangan yang melibatkan aspek sosial selain dari aspek ekonomi dan demografi, karena hal inilah yang dianggap sebagai sumber permasalahan sekaligus pemecahan masalah yang ada. Intensitas tekanan sosial- ekonomi yang membawa akibat kemiskinan dan mempersulit kehidupan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat seharihari. Dalam menanggulangi permasalahan yang ada maka perlu memikirkan faktorfaktor yang mempengaruhi misalnya faktor non ekonomi seperti rasa aman, partisipasi aktif, organisasi, peran adat/ norma yang selama ini kurang di perhatikan, hanya dengan menciptakan kondisi ini akan dapat merangsang kreatifitas yang pada nantinya akan dapat mewujudkan manusia-manusia yang mempunyai inisiatif dan dapat memecahkan segala persoalan yang ada. Untuk membangun faktor nonekonomi tersebut dalam masyarakat diperlukan beberapa faktor pendukung, salah satunya adalah bagaimana memainkan peran dan fungsi dari modal sosial dalam masyarakat yang menjadi salah satu komponen penting untuk menunjang model pembangunan manusia karena dalam model ini manusia ditempatkan menjadi subyek penting yang menentukan arah penyelenggaraan pembangunan. Partisipasi dan kapasitas mengorganisasikan diri menjadi penting agar masyarakat dapat berperan 10

dalam model pembangunan manusia, sehingga kedua kapasitas tersebut baru bisa berkembang apabila ditunjang oleh modal sosial yang dimiliki masyarakat. Menurut (Noor, 2006 dalam Masdin AP) bahwa modal sosial yang ada dalam masyarakat dapat mensejahterakan masyarakat dan mereduksi ketidakpastian bahkan lebih dari itu dapat meminimalisir peluang konflik. Kondisi inilah yang menjadi tantangan bagi daerah dalam rangka otonomi daerah dalam rangka otonomi daerah yaitu membangun kembali institusi-institusi yang sudah hancur,menegakkan kembali modal sosial terutama rasa saling percaya antara masyarakat dan pemerintah. Kondisi masyarakat yang dulunya beriman dengan ciri-ciri masyarakat tradisional yang mengandalkan sifat toleransi, saling percaya dan gotong royong kini berubah menjadi rasa saling mencurigai antar etnis, antar suku, antar agama, antar partai politik, antara masyarakat dengan pemerintah harus mendapat perhatian utama dalam memulai proses pembangunan daerah otonom. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan memudar diakibatkan oleh memudarnya sejumlah lembaga tradisional yang dahulu hidup di pedesaan, sebagai akibat intervensi pemerintah yang terlalu jauh terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat. Faktor lainnya yang menjadi akar permasalahan dari kegagalan dalam pembangunan selama ini salah satunya adalah tidak adanya pemanfaatan modal sosial dalam pelaksanaaan program-program pembangunan dan pemberdayaan yang dilaksanakan. Modal sosial bisa dikatakan sebagai sumber daya sosial yang dimiliki oleh masyarakat. Sebagai sumber daya tentunya modal sosial ini memberikan kekuatan atau daya dalam beberapa kondisi-kondisi sosial dalam masyarakat. Menurut Fukuyama (1995) justru semakin bertambah bobotnya apabila semakin 11

intensif di daya gunakan modal sosial itu. Putnam (dalam Badaruddin, 2003) menyebutkan bahwa modal sosial tersebut mengacu pada aspek-aspek utama dari organisasi sosial,seperti kepercayaan (trust), norma-norma (norms) dan jaringan jaringan (networks) yang dapat meningkatkan efisiensi dalam suatu masyarakat melalui fasilitas bagi tindakan-tindakan yang terkoordinasi. Modal sosial merupakan salah satu modal dasar pembangunan yang saat ini mulai diperhatikan oleh berbagai kalangan. Modal sosial itu sendiri dicirikan oleh berkembang dan berfungsinya kelembagaan di masyarakat dengan baik. Atas dasar ini, maka dapat dikatakan bahwa pembangunan harus didasarkan kepada pemahaman yang utuh terhadap ragam dan sifat modal sosial yang mereka miliki, sehingga perencanaan dan pelaksanaan pembangunan akan menjadi lebih efektif. Dalam proses konteks perkembangan wilayah, kawasan pedesaan merupakan kawasan yang tertinggal, sebab letaknya relatif jauh dari pusat pemerintah karena jaraknya yang relatif jauh pembangunan dikawasan tersebut belum dianggap sebagai prioritas utama. Kemajuan dikawasan pedesaan biasanya disebabkan oleh adanya dukungan dari sektor industri, jasa, dan perdagangan.ketiadaan sektor-sektor tersebut membuat kawasan pedesaan tetap tertinggal. Kecamatan Batang Kuis adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Batang Kuis terdiri atas 11 Desa dan 72 dusun. Sejalan dengan rencana pemindahan Bandara Internasional Polonia- Medan ke Bandara Internasional Kuala Namu yang berbatasan dengan Kecamatan Batang Kuis, kecamatan ini terus berbenah diri menjadi Kecamatan Gapura (Gerbang Dan Pintu Utama Menuju Bandara). `Selanjutnya, melalui kebijakan lokal Pemerintah 12

Kabupaten Deli Serdang yang dinamakan Gerakan Deli Serdang Membangun, sampai dengan akhir tahun 2010, kecamatan ini mampu menghimpun partisipasi swadaya masyarakat dan pengusaha senilai Rp.17.735.160.000. Desa sena merupakan salah satu dari dua puluh desa yang terdapat di Kacamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang. Desa Sena yang saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, padahal pada tahun 2002 desa sena hanyalah salah satu desa tertinggal dari sekian banyak desa yang ada di daerah Kecamatan Batang Kuis. Berdasarkan hasil obesrvasi, peneliti melihat infrastruktur Desa Sena, seperti sarana dan prasarana transportasi, sumber daya air, energi, dan sanitasi, telekomunikasi maupun pengolaan sampah, sebagai prasyarat dari aktivitas sosial dan ekonomi dinilai cukup baik. Selain itu lembaga-lembaga kemasyarakatan pun mulai terlihat aktif seperti organisasi kepemudaan, partai-partai politik,lembaga adat, lembaga-lembaga keagamaan,dan sebagainya.ini menandakan bahwa elemenelemen modal sosial telah terbangun diantara komunitas tempatan Desa Sena, dimana terbangunnya modal sosial diiringi dengan perkembangan wilayah Desa Sena sebagai kawasan hinterland (daerah pedalaman). Desa Sena di Kabupaten Deli Serdang adalah keberadaan masyarakat yang homogen yang didiami oleh suku jawa pada umumnya. Sama halnya dengan masyarakat indonesia lainnya, masyarakat di Kabupaten Deli Sedang membangun kerja sama dalam bentuk gotong royong telah melekat dalam beragam perilaku dengan intensitas dan nuansa yang sesuai dengan lingkungan setempat serta kebutuhan-kebutuhan dan daya tarik antar perilaku di dalam kelompok. Gotong royong berproses pada berbagai kelompok masyarakat baik atas dasasr kesamaan 13

wilayah, kesamaan kepentingan atau kesadaran membantu satu sama lain dalam menghadapi kesulitan dan tantangan yang muncul. Masyarakat desa Sena Kabupaten Deli Sedang dikenal sebagai komunitas yang dalam kehidupan sehari-hari menggantungkan hidupnya pada perdagangan, buruh dan pekerja perkebunan, tatanan sosial masyarakatnya berakar kuat pada sendisendi agama dan erat dalam memegang adat istiadat setempat. Kandungan nilai-nilai sosial tersebut bersifat universal di mana banyak memuat nilai-nilai kebersamaan, saling tolong menolong, toleran, dan sifatnya terbuka merupakan wujud nyata dari nilai-nilai modal sosial. Modal sosial yang muncul pada level individu seperti melaksanakan gotong royong, ibadah haji, kematian, perkawinan, pengajian umum, greneg besar, dan tradisi lainnya oleh tokoh-tokoh agama dan kegiatan lainnya. Sementara pada aktivitas kelompok, modal sosial muncul dalam kegiatan membangun sarana beribadah, madrasah, peringatan Maulid Nabi, peringatan hari syawal, peringatan hari besar islam, selamatan dan lainnya. Dengan demikian keberadaan modal sosial diharapkan dapat menumbuhkan partisipasi masyarakat dan menjadi pendorong bagi peningkatan akselerasi peran daerah dalam meningkatkan pengembangan masyarakat sehingga kesenjangan daerah atau desa dan kota dapat diminimalisir. Modal Sosial merupakan norma-norma dan hubungan-hubungan sosial yang mengakar dalam struktur masyarakat, sehingga orang-orang dapat mengkoordinir tindakan untuk mencapai tujuan. Secara sederhana Modal Sosial merupakan kemampuan masyarakat untuk mengkoordinir diri sendiri dalam memperjuangkan tujuan-tujuan mereka. Melihat hakikat dan pengertian dari modal sosial tersebut di 14

atas dapat dicermati apabila memberi ruang dan peluang yang cukup baik dalam optimalisasi program pembangunan dan pemberdayaan yang akan dilakukan. Dengan adanya upaya mensinergiskan suatu program dengan modal sosial yang ada pada masyarakat penerima program tentunya akan memberi suatu pencapaian yang lebih baik dan maksimal. Berdasarkan fenomena tersebut, Penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai. Konfigurasi modal sosial etnis Jawa dalam mendukung keberhasilan pembangunan Desa Sena Kec. Batang kuis, Kabupaten Deli Serdang. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada latar belakang di atas,maka peneliti menyimpulkan permasalahan yang akan dijadikan bahan penelitian,adapun perumusan masalah dalam penelitian ini,antara lain: 1. Bagaimana cara masyarakat etnis Jawa di Desa Sena mendukung keberhasilan pembangunan Desa.? 2. Modal sosial apakah yang dimiliki oleh komunitas etnis Jawa di Desa Sena untuk mendukung keberhasilan pembangunan desa? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. Untuk mengetahui cara yang dilakukan masyarakat etnis Jawa di Desa Sena untuk mendukung keberhasilan pembangunan desa. 2. Untuk mengetahui Modal sosial yang dimiliki oleh etnis Jawa di Desa Sena untuk mendukung keberhasilan pembangunan desa. 15

1.4. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: Secara umum, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai karakteristik dan konfigurasi modal sosial pada komunitas etnis di dikawasan pedesaan. a. Manfaat Teoritis 1. Mengenali perilaku sosial didalam ruang lingkup modal sosial penduduk desa Sena. 2. Untuk melihat pemanfaatan jaringan sosial, kepercayaan, resiprositas, norma, nilai dan tindakan proaktif yang dimiliki masyrakat etnis Jawa, didalam melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan keberhasilan pembangunan desa. 3. Mengenali perilaku pengusaha didalam kegiatan-kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan keberlangsungan usaha industri batik, yang dilihat dari sisi permodalan, manajemen tenaga kerja atau sumber daya manusia, produksi dan pemasaran. 4. Sebagai syarat menyelesaikan S1 Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. a. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan ataupun referensi untuk menetapkan perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan di kawasan pedesaan, khususnya Desa Sena. 16

Kemudian bagi peneliti sendiri, hasil penelitian ini berguna untuk memperdalam kajian sosiologi, terutama kajian-kajian yang berkaitan dengan modal sosial. 1.5. Defenisi Konsep Peneitian mengenai konfigurasi modal sosial pada etnis Jawa di desa Sena tidak semata-mata ditujukan untuk mengidentifikasi karakteristik dan konfigurasi modal sosial, tetapi juga untuk mengetahui bagaimana proses tumbuh dan berkembangnya elemen-elemen modal sosial yang memacu pesatnya pertumbuhan Desa Sena sebagai kawasan pinggiran (hinterland). Kemudian, agar penelitian tetap terfokus dan tidak menimbulakan penafsiran ganda,maka digunakan beberapa defenisi konsep sebagai berikut: 1. Komunitas tempatan adalah setiap orang yang menempati suatu wilayah geografis suatu daerah selama satu tahun atau lebih,terikat oleh aturan-aturan yang berlaku,saling berinteraksi satu sama lain. 2. Hinterland (daerah pinggiran) adalah desa-desa pendukung yang berada disekitar wilayah kota medan mainland (kota). Hinterland merupakan daerah perbatasan antara kota medan dan Kabupaten Deli Serdang, letaknya relatif jauh dari pusat pemerintahan dua membentuk pembangunan dikawasan hinterland belum menjadi prioritas utama. 3. Modal sosial adalah hubungan sosial antar individu maupun antar kelompok yang dapat digunakan untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai lain,seperti saling percaya guna melakukan kerjasama demi mencapai tujuan atau kepentingan bersama. 17

4. Pedesaan adalah satu kesatuan dimana bertempat tinggal bersama dalam lingkungan yang sama dan suatu masyarakat yang berkuasa mengadukan pemerintahan sendiri. 5. Trust (kepercayaan) adalah rasa saling percaya yang melekat pada setiap komunitas.ketersediaan trust berbeda-beda dalam setiap komunitas,yang disebabkan oleh perbedaan nilai-nilai budaya. 6. Partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan partisipasi mencakup keterlibatan masyarakat dalam perencanaan, pengambilan keputusan, hingga pelaksanaan kegiatan pembangunan. 7. Konfigurasi adalah Struktur sosial atau unsur-unsur sosial yang pokok dalam masyarakat, seperti: kelompok-kelompok sosial, kelas-kelas sosial, kekuasaan dan wewenang, lembaga-lembaga sosial maupun nilai dan norma sosial. Furnival mengemukakan bahwa apabila dilihat dari konfigurasi etnis atau kelompok yang menjadi unsurnya, paling tidak terdapat empat macam masyarakat majemuk, yaitu: a. Masyarakat majemuk dengan konfigurasi kompetisi seimbang Di antara kelompok-kelompok yang ada, masing-masing mempunyai kekuatan kompetisi yang seimbang, tidak ada satupun kelompok yang dapat menguasai yang lain. b. Masyarakat majemuk dengan konfigurasi mayoritas dominan di antara kelompok-kelompok yang ada terdapat satu kelompok besar dan berkuasa. 18

c. Masyarakat majemuk dengan konfigurasi minoritas dominan.di antara kelompok-kelompok yang ada terdapat satu kelompok yang kecil tetapi berkuasa d. Masyarakat majemuk dengan konfigurasi fragmental. Masyarakat multicultural secara secara sederhana adalah masyarakat yg memiliki beragam kebudayaan yang berbeda-beda. 19