BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan kota yang terletak di tengah-tengah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Yogyakarta dikenal banyak orang dengan sebutan Kota Budaya. Dengan segala keindahan kota dan berbagai macam kearifan budayanya yang menyimpan banyak keunikan, Yogyakarta memiliki daya tarik tersendiri bagi para pendatang untuk sekedar singgah di Kota Yogyakarta, atau bahkan tidak jarang sebagian besar orang memilih tinggal dan menetap di Yogyakarta. Selain itu Yogyakarta yang juga dikenal dengan sebutan sebagai Kota Pelajar, ruang lingkup perkotaan Yogyakarta hampir sebagian besar dipenuhi oleh keberadaan mahasiswa dari seluruh daerah di Indonesia. Yogyakarta yang selalu lekat dengan imagenya sebagai Kota Pelajar, membuat sebagaian besar orang khususnya para intelektual dari berbagai daerah di Indonesia dan bahkan manca negara untuk datang dan menimba ilmu di Kota Yogyakarta. Berbagai macam universitas baik negri maupun swasta tersedia di kota ini. Selain itu, iming-iming biaya hidup yang terbilang cukup murah dan terjangkau, membuat sebagian besar orang memilih untuk datang dan tinggal di Yogyaakarta. Di kota ini terdapat banyak tempat-tampat pendidikan yang lengkap dengan para mahasiswa atau pelajarnya. Dimasa sekarang dunia pendidikan selalu dekat dengan teknologi yang dapat 1
mendukung berbagai proses belajar mengajar. Salah satu teknologi yang dibutuhkan dalam hal ini adalah adanya teknologi yang dapat membantu proses komunikasi dan informasi untuk menunjang proses belajar para mahasiswa 1. Situasi dan kondisi daerah yang ramai dipenuhi oleh mahasiswa juga membawa pengaruh tersendiri bagi perkembangan teknologi komunikasi dan informasi di kota Yogyakarta. Penggunaan barang-barang elektronik khususnya yang berfungsi sebagai alat komunikasi dan pencarian informasi kian pesat. Para mahasiswa membutuhkan sebuah teknologi yang canggih untuk menunjang pendidikan mereka seperti gadget. Semakin maraknya penggunaan teknologi komunikasi seperti gadget oleh mahasiswa membuat pasar melirik Kota Yogyakarta sebagai tempat yang tepat untuk menjual dan memasarkan produk-produk mereka. 1 1 Colin Cherry: Teknologi Komunikasi adalah proses dimana pihak-pihak saling menggunakan informasi dengan untuk mencapai tujuan bersama dan komunikasi merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh penerus rangsangan dan pembangkitan balasannya. Bernard Barelson & Garry A. Steiner:Teknologi Komunikasi adalah proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dsb.jadi teknologi komunikasi adalah dimana seseorang dapat berkomunikasi secara mudah dan secara luas. http://lesthariesenja.blogspot.com/2013/03/definisiteknologi-komunikasi-menurut.html http://edukasi.kompasiana.com/2012/09/06/phenomena-trend-teknologi-parapelajar-490724.html Roger : Teknologi adalah suatu rancangan (desain) untuk alat bantu tindakan yang mengurangi ketidakpastian dalam hubungan sebab akibat dalam mencapai suatu hasil yang diinginkan. Teknologi komunikasi adalah peralatan-peralatan keras, struktur organisasi,dan nilai sosial dengan mana individu mengumpulkan, memperoses terjadinya pertukaran informasi dengan individu lain. http://elitanov.blogspot.com/2012/12/pengertian-teknologi-komunikasi-dan.html 2
Dengan alasan kebutuhan sebagai penunjang pendidikan, para mahasiswa tidak jarang rela membeli gadget dengan harga yang terbilang mahal. Berbagai kelebihan yang dimiliki oleh jenis-jenis gadget (seperti, Laptop, iphone, ipad, dan sebagainya), maka mahasiswa dapat dengan mudah mengakses berbagai informasi yang mereka butuhkan untuk tugas-tugas kuliah mereka. Selain dapat mengakses berbagai informasi tentang pendidikan, mereka juga dapat mengakses berbagai informasi lain seperti fashion dan bahkan mendapatkan teman baru melalui jejaring sosial. Dengan berbagai aplikasi yang tersedia dalam gadget, seperti internet, mereka akan dengan sangat mudah mengakses berbagai informasi. Dengan banyaknya kemudahan yang didapat dengan menggunakan gadget yang canggih, hal ini tentu akan mendorong adanya perubahan pola konsumsi gadget itu sendiri bagi mahasiswa. Penggunaan gadget yang awalnya sebagai alat penunjang komunikasi dan informasi, selanjutnya berubah menjadi konsumsi gaya hidup. Berbicara mengenai gaya hidup tentu erat kaitannya dengan proses konsumsi yang dilakukan masyarakat pada umumnya, dan mahasiswa khususnya. Di era globalisasi, berbagai perubahan banyak terjadi, yang juga membawa dampak tersendiri bagi masyarakat khususnya kaum muda di perkotaan. Kaum muda atau lebih tepatnya mahasiswa yang selalu identik dengan rasa ingin tahunya untuk mencoba berbagai hal yang baru, kemudian menjadi sasaran perubahan dan perkembangan tersebut. Berbagai produk diciptakan oleh produsen pasar yang memunculkan berbagai trend dan modelmodel baru yang digunakan untuk menarik minat konsumsi para konsumennya. 3
Mahasiswa sebagai kelompok muda yang mudah menerima berbagai hal baru, mereka seakan menjadi sasaran utamanya. Seperti yang penulis simak dari beberapa obrolan dengan rekan kuliah, tidak jarang para mahasiswa yang kebetulan rekan kuliah mengatakan bahwa mereka malu kalau mereka tidak menggunakan gadget yang sesuai dengan trend keluaran terbaru saat ini. Bahkan mereka rela mengeluarkan nominal uang yang cukup besar hanya untuk menutupi gengsi mereka tersebut, dengan membeli gadget keluaran terbaru. Hampir di setiap tempat khususnya di lingkungan kampus, pasti akan kita temui mahasiswa yang selalu sibuk dengan gadget mereka masing-masing. Dengan adanya gadget yang dilengkapi dengan akses internet, hal itu tentu akan mempermudah para penggunanya untuk mengakses berbagai media jejaring sosial melalui gadget mereka seperti Handphone, iphone, laptop, Tablet dan lain-lain. Dengan mengakses media jejaring sosial melalui gadget, mereka akan dengan sangat mudah berkomunikasi dengan siapapun dan dimanapun. Tak jarang para mahasiswa sibuk menggunakan gadget mereka ketika proses perkuliahan sedang berlangsung. Para mahasiswa banyak yang sibuk main dengan gadget mereka, dan tidak memperhatikan dosen yang sedang memberikan perkuliahan. Sebenarnya jika mereka bisa menggunakan gadget seperti smartphone dan laptop dengan baik, maka manfaat yang akan mereka dapat sangatlah banyak. Setiap orang memiliki tujuan yang berbeda-beda dalam mengkonsumsi sesuatu. Begitu juga dengan para mahasiswa. Mahasiswa, sebagai salah satu 4
kelompok dalam masyarakat, mereka sangat mudah menerima dan mengkonsumsi berbagai hal baru. Yang kemudian dengan tidak sadar mereka mengkonsumsi sesuatu yang bukan menjadi kebutuhan mereka yang sesungguhnya, melainkan paksaan sosial dan pasar. Selanjutnya makna dari konsumsi itu sendiri menjadi problematis, kaitannya dengan para mahasiswa masa kini. Di satu sisi konsumsi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam artian bahwa konsumsi di sini berdasarkan pada nilai guna suatu barang. Sedangkan bagi sebagian orang atau mahasiswa tepatnya, konsumsi menjadi simbol suatu kegiatan yang berkaitan dengan pasar dan berlandaskan atas sebuah identitas diri seseorang. Menurut Douglas dan Isherwood, konsumsi adalah beyond commerce dimana kegunaan produk atau barang-barang konsumsi selalu dibingkai oleh konteks kebudayaan (Lurry, 1996:10). Proses konsumsi yang dilakukan para mahasiswa, merupakan proses konsumsi yang bernilai simbolik, bukan sematamata untuk memenuhi kebutuhan mereka. Konsumsi bagi para mahasiswa mungkin juga menjadi sarana untuk bersenang-senang, menikmati hidup, misalnya saja dengan berbelanja, berjalan-jalan, ke mall untuk sekedar melihat barang-barang yang unik dan menarik (khususnya gadget). Dengan demikian gambaran mengenai gaya hidup yang dijalani para mahasiswa tersebut akan terlihat. Perkembangan teknologi dan informasi sebagai wujud dari rezim globalisasi telah berhasil masuk dan merasuki pikiran sebagian besar masyarakat di dunia dan mahasiswa di Indonesia khususnya. Ketergantungan 5
pada pasar dunia dan revolusi transportasi serta telekomunikasi telah memungkinkan barang-barang global masuk dengan mudah (Featherstone, 1991). Kaum muda memang merupakan sasaran utama para produsen barangbarang elektronik. Kaum muda khususnya mahasiswa merupakan alat distribusi produk-produk global. Tidak sedikit masyarakat yang mencontoh gaya hidup atau pola konsumsi gadget para mahasiswa saat ini, karena mereka menganggap mahasiswa lebih up-date tentang berbagai hal yang baru khususnya gadget. Trend penggunaan gadget khususnya smartphone yang kini marak di kalangan mahasiswa, baik di lingkungan kampus, perumahan, mall, dan seterusnya, itu merupakan bukti bahwa sasaran utama pasar adalah kaum muda. Mereka mengkonsumsi atau menggunakan gadget tersebut didasarkan pada gaya hidup. Yogyakarta sebagai kota pelajar dengan penduduknya yang sebagian besar adalah mahasiswa dan pelajar, merupakan tempat pemasaran produk-produk global seperti barang elektronik dan gadget yang sangat besar. Seperti yang dapat kita lihat, di Yogyakarta banyak sekali toko-toko yang menjual barang-barang elektronik dan gadget yang selalu menyediakan produkproduk terbaru sesuai dengan trend saat ini. Dengan demikian, jelas bahwa berbagai jenis gadget sekarang bukan lagi merupakan barang mahal dan terbatas untuk kalangan bisnis, karena sebagian orang yang berkeinginan dapat memilikinya. 6
I.2 Rumusan Masalah Pada zaman dahulu orang membeli barang elektronik atau gadget seperti handphone atau laptop misalnya, didasarkan pada nilai kegunaannya, karena benar-benar membutuhkan untuk komunikasi dan menyelesaikan tugas kerja mereka atau tugas belajar mereka. Lain halnya dengan kondisi saat ini, dimana sebagaian besar masyarakat membeli barang elektronik atau gadget untuk tujuan lain, bukan berdasarkan fungsi kerjanya melainkan lebih pada nilai estetika, style, dan gengsi seseorang. Seperti banyak kasus yang sering saya temui di berbagai tempat, baik di kampus, maupun di lingkungan tempat saya tinggal, banyak sekali rekanrekan saya atau tetangga saya yang sering sekali ganti-ganti gadget khususnya smartphone, dengan alasan gadget mereka yang lama kurang canggih. Selain itu mereka juga mengikuti tren yang terbaru supaya mereka tidak ketinggalan dan dikatakan kuno. Dengan demikian sangat terlihat, bahwa motivasi seseorang untuk mengkonsumsi sesuatu bukan lagi semata-mata karena nilai fungsi kegunaan suatu barang tersebut, melainkan didasarkan pada nilai identitas. Gaya, kepemilikan gadget di kalangan mahasiswa ini, yang awalnya dilandaskan karena nilai guna dari gadget itu sendiri, kini lebih pada nilai estetika, style, dan gengsi seseorang. Dengan menyimak dari berbagai uraian diatas dan juga uraian pada latar belakang, maka terumuskan permasalahan sebagai berikut: 7
1. Bagaimana pola konsumsi gadget khususnya smartphone di kalangan mahasiswa di Yogyakarta? 2. Manfaat apa yang akan diperoleh dari penggunaan gadget smartphone tersebut? I.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Melihat dan memahami proses dan perilaku konsumsi gadget smartphone di kalangan mahasiswa. 2. Untuk mengetahui manfaat apa saja yang akan diperoleh dari penggunaan gadget smartphone tersebut. I.4 Kerangka Pemikiran Memang tidak bisa dihindari lagi di era globalisasi ini manusia sudah bergantung dengan teknologi, karena teknologi yang semakin bagus dan canggih. Sudah banyak sekarang kita temukan gadget-gadget yang sangat menarik dari handphone, smartphone, tablet, dan laptop. Namun semua gadget tersebut banyak yang dibeli tapi tidak di pakai dengan maksimal dan sesuai kebutuhan karena sebagian dari mahasiswa memakai gadget tersebut untuk gengsi atau tidak mau kalah update dengan temannya yang sudah punya terlebih dahulu darinya. 8
Sifat manusia yang tidak pernah puas dan rasa ingin tahu yang sangat tinggi menyebabkan munculnya suatu inovasi baru, baik berupa ide dan gagasan, maupun sistem teknologi canggih. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi canggih telah merasuki berbagai kehidupan bangsa, termasuk Indonesia. Masyarakat semakin terbuka untuk akses informasi dengan dunia luar sehingga arah perkembangan kehidupan yang demikian turut mengubah sistem nilai budaya masyarakat Indonesia (Sairin, 2001: 5-9). Perkembangan teknologi yang mempengaruhi perubahan pola konsumsi masyarakat saat ini, tentu tidak lepas dari arus globalisasi. Dengan adanya arus globalisasi maka akan mendorong terbukanya peluang bagi para produsen barang-barang elektronik untuk masuk ke pasar dan menyentuh semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali. Di sini tidak hanya masyarakat kelas menengah ke atas saja yang menjadi sasaran, akan tetapi kelas menengah ke bawah juga menjadi sasaran perkembangan teknologi tersebut. Oleh karena itu manusia semakin tergantung pada produk-produk teknologi seperti barangbarang elektronik atau gadget. Hal yang mencolok terjadi dalam kecencenderungan ini adalah tumbuhnya consumer culture di kota-kota (Featherstone, 1991) yang merupakan bagian dari proses dari ekspansi pasar (Evers, 1991, dalam Abdullah, 2008:29). Sebagai konsekuensi dari pemanfaatan produk-produk teknologi, maka benda-benda yang dikonsumsi oleh seseorang telah menjadi acuan klasifikasi diri seseorang dalam masyarakat. Benda-benda tersebut berperan sebagi sumber identitas sosial dan pembawa makna sosial. Di sini kemudian terlihat bahwa 9
benda-benda yang dikonsumsi oleh manusia menjadi penunjuk atau pertanda identitas seseorang. Makna dari setiap barang yang di konsumsi seseorang dapat berubah-ubah, yakni lebih pada makna simboliknya. Semua yang berkaitan dengan masalah konsumsi tentu erat kaitannya dengan peran pasar, dimana pasar sebagai tempat penyedia barang-barang atau benda-benda yang dibutuhkan oleh manusia. Kegunaan suatu benda sebagai sarana komunikasi telah didistorsikan secara sistematis oleh pencarian keuntungan kapitalis (Jumrati, 2003). Dengan tujuan mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, pasar kapitalis menciptakan produk-produk dengan jenis yang beraneka ragam, dan dengan segala kecanggihannya. Hal inilah yang berperan dalam pembentukan gaya hidup konsumtif. Sebuah pandangan yang memberi peluang gaya budaya konsumen mengubah organisasi produksi masyarakat modern, khususnya peningkatan produksi obyek-obyek untuk pertukaran di pasar (Lury, 1998:62). Dengan promosi, pengemasan, dan iklan yang sangat menarik, pasar mampu menjerat konsumen dengan sangat mudah. Tidak hanya itu, pasar juga mampu mengubah pola pikir dan konsumsi manusia menjadi mengada-ada. Pemasarannya pun mengarah pada semua kalangan tanpa terkecuali. Produk yang ditawarkan seperti handphone, tablet, laptop, ipad, iphone, dan sebagainya dapat digunakan dengan bebas oleh seluruh lapisan masyarakat. Sehingga dampak euphoria teknologi canggih ini pun merambat hingga pada keinginan mahasiswa yang harus untuk mengonsumsi berbagai jenis gadget terbaru yang dirasa merupakan sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi. 10
Faktanya, justru teknologi informasi dan komunikasi ini dijadikan sebagai trend hidup yang penggunaannya menyimpang dari tujuannya yang fundamental yaitu sebagai sarana komunikasi dan peningkatan mutu belajar bagi para mahasiswa yang masih sekolah atau kuliah. Yang kemudian tampak dalam konteks ini adalah ekspansi budaya elektronik. Teknologi tidak lagi mengembangkan dan memperbaiki demi teknologi itu sendiri, melainkan demi keuntungan pasar (Soedjatmiko, 2008:59). Beberapa penjelasan di atas merupakan suatu penggambaran yang sesuai bagi kondisi masyarakat saat ini, khususnya yang marak terjadi di kalangan generasi muda di tengah derasnya arus perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang ditandai dengan adanya gadget-gadget dengan berbagai kecanggihannya. Melalui kecanggihan teknologi tersebut, proses globalisasi menjadi sesuatu yang tidak mungkin terelakkan lagi. Gagasangagasan baru dari seluruh pelosok dunia, terutama yang berasal dari negara maju, secara berangsur-angsur telah berhasil mengubah pola gagasan budaya masyarakat kita yang menjadi tujuannya (Sairin, 2001: 49). Hal tersebut terlihat dari berubahnya gaya hidup generasi muda yang terkena imbas teknologi informasi dan komunikasi. Dengan fasilitas yang termuat pada gadget mereka, mahasiswa pengguna gadget dapat menemukan banyak sekali alternatif dan pilihan informasi yang diperlukannya. Pada kondisi yang sama, mereka pun dimungkinkan untuk melakukan interaksi secara daring (dalam jaringan/online) lewat ketersediaan beragam aplikasi jejaring sosial, yang di dalamnya mereka 11
saling bertegur sapa, mengomentari keberadaan masing-masing, mengaktualisasikan diri, bertukar pengetahuan dan melakukan aktivitas jualbeli di online shop. Di sisi lain, pihak mahasiswa pun tak jarang mengakses berbagai sajian hiburan melalui gadget mereka dengan akses internet, yang terdiri dari permainan virtual game online, serta wahana hiburan lain berbentuk video, musik, dan gambar (Bayu; 2012). Proses konsumsi dan pemanfaatan teknologi secara terus-menerus, lama-kelamaan akan membentuk suatu pola tingkah-laku yang menjadi gaya hidup. Melalui gaya hidup tersebut, seseorang mahasiswa dianggap membawa kesadaran dan kepekaan yang lebih tinggi terhadap proses konsumsi, yakni konsumsi gadget di keseharian mereka (Lury; 1998). Berbicara mengenai gaya hidup manusia tentu sangat erat kaitannya dengan pola konsumsi. Dimana manusia untuk memenuhi gaya hidupnya, mereka harus mengkonsumsi produk-produk yang mereka butuhkan. Dimanapun manusia berada pasti akan berhubungan dengan barang-barang konsumsi. Konsumsi itu hadir sebagai solusi seluruh permasalahan (Haryanto: 2008;12). Penggunaan gadget di kalangan mahasiswa kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan, agaknya telah mengalami pergeseran, dimana awalnya untuk membantu mereka dalam berkomunikasi dan untuk menyelesaikan berbagai tugas kerja atau kuliah, kini telah menjadi kebutuhan sehari-hari yang kemudian menjadi trend gaya di kalangan mereka. Hal itu muncul dari keinginan mereka untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain dan 12
dianggap lebih dari yang lain. Semakin tinggi nilai style suatu barang, maka semakin tinggi pula nilai gengsi bagi penggunanya. Jadi style merupakan nilai utama dan teknologi menjadi nilai kedua dalam penggunaan gadget di kalangan mahasiswa sekarang, (Jumrati:2003). I.5 Metodologi Penelitian I.5.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Yogyakarta, khususnya di wilayah perkotaan. Yogyakarta yang selama ini dikenal dengan sebutan kota pelajar, sehingga sangat mudah menemukan para pelajar dan mahasiswa di Yogyakarta ini. Hal inilah yang menjadi alasan utama pemilihan lokasi penelitian di kota ini. Pokok bahasan dalam kajian ini adalah mahasiswa pengguna gadget. Sudah pasti akan sangat mudah menemukan informan yang sesuai dengan kajian ini di kota Yogyakarta. Selain itu Yogyakarta juga merupakan kota yang menjadi sasaran para produsen gadget, hal ini dapat dilihat dari banyaknya lokasi di Yogyakarta yang menjadi pusat-pusat penjualan gadget khususnya smartphone. I.5.2 Pemilihan Informan Kajian mengenai gaya hidup dan konsumsi gadget pada pemuda khususnya mahasiswa ini memilih delapan mahasiswa sebagai informan utamanya. Informan yang dipilih di sini yang berlatar belakang sebagai mahasiswa, yakni delapan orang mahasiswa di sebuah universitas negri dan 13
swasta di Yogyakarta. Dengan latar belakang universitas yang berbeda-beda dan jurusan yang berbeda-beda pula, diharapkan dapat membantu memberikan data yang lengkap dalam melihat konsumsi Gadget pada mahasiswa kaitannya dengan gaya hidup. Alasan lain dari pemilihan informan tersebut dikarenakan mahasiswa merupakan kelompok konsumen yang biasanya menjadi acuan atau model bagi kelompok sosial yang lainnya (Jumrati: 2003). Selain itu mahasiswa juga merupakan kelompok yang cukup mudah untuk mendapat pengaruh dan menerima berbagai hal baru khususnya dalam mengkonsumsi smartphone, mereka juga aktif dalam melihat sesuatu yang sedang menjadi trend, sehingga mereka banyak mengkonsumsi barang-barang berteknologi canggih seperti smartphone. Sehingga pasar banyak membidik kalangan ini untuk menjadi agen pemasaran produk mereka (Wibowo: 2013). I.5.3 Tehnik Pengumpulan Data Penelitian ini, menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan wawancara mendalam, wawancara bebas, dan observasi. Wawancara mendalam yang dilakukan dengan mewawancarai langsung informan (mahasiswa) dilakukan untuk mengumpulkan dan menggali data sesuai yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Wawancara bebas juga akan dilakukan setiap ada kesempatan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan penelitian ini. Dalam melakukan wawancara mendalam, penulis akan lebih banyak ngobrol santai dengan para informan. Observasi dan wawancara 14
dilakukan di kampus tempat informan belajar, dan juga melalu media jejaring sosial seperti facebook, line, whatsapp, Blackberry. 15