MEDIA MEDIKA INDONESIANA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH AKTIVITAS FISIK SUBMAKSIMAL, WAKTU PEMBERIAN ANTIOKSIDAN VITAMIN DAN TINGKAT KEBUGARAN TERHADAP KONDISI OTOT

PENGARUH MANIPULASI SPORT MASSAGE TERHADAP PENURUNAN DENYUT NADI SETELAH LATIHAN OLAHRAGA

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang. membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan,

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E DAN MANIPULASI MASSAGE TERHADAP HITUNG JENIS LEUKOSIT DARAH PASCA LATIHAN FISIK SUBMAKSIMAL. Luqmanul Hakim 1 Suharti 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebugaran jasmani berhubungan dengan keberadaan hemoglobin di. Jumlah sel darah merah dan jumlah hemoglobin didalam sel-sel sangat

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat otot-otot skelet yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN MIKROSKOPIS GINJAL TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI ETANOL DAN SOFT DRINK

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas fisik merupakan setiap pergerakan tubuh akibat kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN. Minuman isotonik atau dikenal juga sebagai sport drink kini banyak dijual

Pengaruh Kebiasaan Merokok dengan Timbulnya Radikal Bebas

STRES OKSIDATIF DAN STATUS ANTIOKSIDAN PADA LATIHAN FISIK

BAB 6 PEMBAHASAN HASIL PENELITAN

GAMBARAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA)SERUM PADA LANSIA LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN KADAR MALONDIALDEHIDA PADA SUBYEK BUKAN PEROKOK, PEROKOK RINGAN DAN SEDANG-BERAT. (Studi pada mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang)

DAFTAR ISI x. HALAMAN JUDUL i. HALAMAN PERSETUJUAN. ii. HALAMAN PERNYATAAN... iii. RIWAYAT HIDUP... iv. KATA PENGANTAR... v. ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGARUH KOPI TERHADAP KELELAHAN OTOT PADA SPRINT 100 METER LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH EKSTRAK TAPE UBI UNGU (Ipomoea batatas L.) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN TOTAL DARAH TIKUS SETELAH AKTIVITAS FISIK MAKSIMAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

PENGARUH EKSTRAK TAPE UBI UNGU (Ipomoea batatas L.) TERHADAP KADAR AST DAN ALT DARAH TIKUS SETELAH AKTIVITAS FISIK MAKSIMAL

NEUTROPHILS PERCENTAGE AND AMOUNT OF LEUCOCYTES AFTER CONSUMING RED GUAVA JUICE (Psidium guajava L. Red Cultivar) ON AEROBIC EXERCISE SHORTLY

PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI SUPEROXIDE DISMUTASE (SOD) TERHADAP KADAR ALBUMIN SERUM PADA LANSIA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

The Effect of Buah Merah (Pandanus conoideus) Oil Administration on Erythrocyte Number Experimental Study on the Male UV Expossed Wistar Rats

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. membunuh serangga (Heller, 2010). Sebanyak dua juta ton pestisida telah

OLAHRAGA DAN RADIKAL BEBAS

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Namun tanpa disadari radikal

I. PENDAHULUAN. Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak

PENGARUH METODE LATIHAN DRILL

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Radikal bebas merupakan molekul yang terbentuk akibat kerusakan

ABSTRAK. Yuvina Ria Octriane, 2014, Pembimbing I : Dr. Meilinah Hidayat, dr., M.Kes. Pembimbing II : Sylvia Soeng, dr., M.Kes.,PA(K).

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan dalam jumlah kecil karena memiliki tingkat kemanisan yang tinggi,

ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KLOROFIL TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN DAN PENURUNAN FREKUENSI DENYUT JANTUNG PASCA OLAHRAGA

PENGARUH PEMBERIAN BUBUR BUAH PISANG

PENGARUH AKTIVITAS BADMINTON PADA MALAM HARI TERHADAP STRES OKSIDATIF (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Negeri Malang)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam air, tidak berbau dan sangat manis. Pemanis buatan ini mempunyai tingkat kemanisan 550

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRAK PENGARUH KONSUMSI PUTIH TELUR, IKAN NILA, DAN PROTEIN KEDELAI OLAHAN TERHADAP KADAR ASAM URAT DALAM DARAH

ABSTRAK PERBANDINGAN STATUS ANTIOKSIDAN TOTAL ANTARA ABORTUS SPONTAN DAN KEHAMILAN NORMAL. Alfonsus Zeus Suryawan, 2016.

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti seminar hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa program strata-1 kedokteran umum

KONSUMSI PISANG AMBON PADA AKTIVITAS FISIK SUBMAKSIMAL MENINGKATKAN KADAR GLUKOSA DARAH. Alin Anggreni Ginting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan pemulihan (Menteri Kesehatan RI,

PERBEDAAN PENGARUH RASIO KERJA ISTIRAHAT LATIHAN INTERVAL ANAEROB DAN KAPASITAS AEROB TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER PUTRA

PENGARUH PEMBERIAN DARK CHOCOLATE PADA JUMLAH SPERMATOZOA MENCIT BALB/C JANTAN YANG DIPAPAR ASAP ROKOK LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemampuan otot dan sistem kardiorespiratori dalam

PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

GAMBARAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) SERUM PADA LANSIA JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

Perbandingan Tes Lari 15 Menit Balke dengan Tes Ergometer Sepeda Astrand

Abstrak. Pendahuluan. Yuliana Noor Setiawati Ulvie 1, Wiryatun Lestariana 2, Zaenal Muttaqien 3

BAB I PENDAHULUAN. tetapi, aktifitas fisik maksimal pada individu yang tidak terkondisi akan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

The Effect of Mangosteen Peel Extract on Sperm Motility and Sperm Count of Swiss Webster Mice Induced by Hard Physical Exercise

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

Pengaruh pemberian vitamin C terhadap kadar neutrofil setelah latihan fisik

UJI KORELASI ANTARA NILAI AKTIVITAS SUPEROXIDE DISMUTASE DALAM ERITROSIT DENGAN DERAJAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS PADA WANITA

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

HUBUNGAN MINUMAN ISOTONIK DENGAN KONSUMSI OKSIGEN MAKSIMAL PADA MAHASISWA JPOK UNLAM BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. dan injuri otot (Evans, 2000) serta menimbulkan respon yang berbeda pada jaringan

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan preterm sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang serius

PENGARUH EKSTRAK KULIT MANGGIS TERHADAP KATALASE ORGAN HEPAR TIKUS TERPAPAR FLUFENAZIN DEKANOAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Variasi produk dan harga rokok di Indonesia telah menyebabkan Indonesia

DAPAT MENURUNKAN KADAR F2-ISOPROSTAN PADA URIN TIKUS

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,

BAB I PENDAHULUAN. 1

ABSTRAK PENGARUH ASUPAN CAIRAN TINGGI PROTEIN DAN TINGGI KARBOHIDRAT TERHADAP JUMLAH MAKANAN YANG DIKONSUMSI PADA MAKAN BERIKUTNYA

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim

Sistem Energi. Kinerja manusia memerlukan energi. Energi tersebut berasal. dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari. Tujuan makan antara lain

ABSTRAK EFEK EKSTRAK KULIT MANGGIS TERHADAP MOTILITAS DAN JUMLAH SPERMATOZOA MENCIT SWISS WEBSTER YANG DIINDUKSI LATIHAN FISIK BERAT

Kadar Malondialdehide (MDA) dan Lactate Dehidrogenase (LDH) Pada Latihan Aerobik dan Anaerobik

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya stres oksidatif pada tikus (Senturk et al., 2001) dan manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK PERBANDINGAN PERUBAHAN KADAR GLUKOSA DARAH SETELAH PUASA DAN DUA JAM SETELAH SARAPAN SELAMA MELAKUKAN TREADMILL PADA LAKI-LAKI DEWASA MUDA

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

EFEK PEMBERIAN VITAMIN E TERHADAP PENURUNAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) HATI MENCIT STRAIN JEPANG AKIBAT PAPARAN MINYAK GORENG BERULANG

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan. Oleh: Agus Widayat A

PENGARUH PEMBERIAN UBI UNGU (IPOMOEA BATATAS L) TERHADAP KADAR MALONDIALDEHIDA SERUM PADA TIKUS WISTAR YANG DIBERI MINYAK GORENG PEMANASAN BERULANG

ABSTRAK PENGARUH AIR SEDUHAN BEKATUL TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA SERUM TIKUS WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

I G P Ngurah Adi Santika*, I P G. Adiatmika**, Susy Purnawati***

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

Transkripsi:

Antioksidan Vitamin dan Kerusakan Otot pada M Aktivitas Med Indones Fisik MEDIA MEDIKA INDONESIANA Hak Cipta 2009 oleh Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Jawa Tengah Studi Eksperimen pada Mahasiswa JPOK-FKIP UNS Surakarta Kiyatno * ABSTRACT Vitamin antioxidants administration toward muscle damage on exercise. An experimental study in students of FKIP JPOK Sebelas Maret University Background: Exercise has dual effects, which not only enhance health status and performance but also results in muscular damage. The aim of this study is to determine when the administration of vitamin antioxidants is more effective in reducing the muscular damage. Methods: An experimental quantitative study with a 2x2 factorial research design was used in this study. Forty of total students in third semester of JPOK-FKIP Sebelas Maret University were randomly selected to become the experimental subjects and divided equally into four groups. First and second groups performed exercise with strenuous sub maximal intensity (SSI, running 2x800 m) and took the vitamin antioxidants (30 mg vitamin A, 200 mg vitamin C, 50 mg vitamin E, 15 mg Zn and 25 mcg Se) before running for first group and after running for second group respectively. Prior to perform prolonged sub maximal intensity (PSI, running 1500 m) third group took the same antioxidants while fourth group took the antioxidant after doing PSI. 48 hours later, MDA plasma levels were determined by using TBARS in order to measure the muscular damage. T-test was use for analyzing all collected data. Results: There is different effect on muscle damage when vitamin antioxidants were taken before and after exercise (obs.t 3.70> tb.t 1.68), which vitamin antioxidants were taken after exercise has a better muscle damage (MDA 200.60><222.38). Conclusions: The administration of vitamin antioxidants after exercise has a better muscle damage. Keywords: Exercise, vitamin antioxidants, muscle damage ABSTRAK Latar belakang: Aktivitas fisik selain membuat tubuh menjadi lebih sehat dan lebih bugar, juga dapat menimbulkan kerusakan otot. Tujuan penelitian untuk mengetahui waktu pemberian antioksidan vitamin yang paling efektif untuk mengurangi kerusakan otot. Metode: Jenis penelitian adalah kuantitatif eksperimental menggunakan rancangan penelitian faktorial 2x2. Subyek penelitian diambil secara acak sederhana (n=40) mahasiswa JPOK-FKIP UNS semester III, dibagi menjadi 4 kelompok: (1) minum antioksidan vitamin lalu lari 2x800 m (2) lari 2x800 m lalu 20 jam kemudian minum antioksidan vitamin (3) minum antioksidan vitamin lalu lari 1500 m (4) lari 1500 m lalu 20 jam kemudian minum antioksidan vitamin. Kerusakan otot diukur berdasarkan kadar MDA plasma dengan metode TBARS 48 jam setelah perlakuan. Antioksidan vitamin terdiri vitamin C 200 mg, vitamin E 50 mg, vitamin A 30 mg, Zn 15 mg, Se 25 mcg. Analisis data menggunakan t-test dengan tingkat kepercayaan 95%, dengan komputer minitab for Window release 13. Hasil: Terjadi perbedaan pengaruh yang bermakna terhadap kerusakan otot antara pemberian antioksidan vitamin sebelum dengan sesudah aktivitas fisik (t hit 3,70>t tab 1,68). Pemberian antioksidan vitamin sesudah aktivitas fisik kerusakan otot lebih kecil dibanding sebelum aktivitas fisik. (MDA 200,60><222,38). Simpulan: Pemberian antioksidan vitamin sesudah aktivitas fisik kerusakan otot lebih kecil dibanding sebelum aktivitas fisik. * Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami No. 36A Surakarta Volume 43, Nomor 6, Tahun 2009 277

Media Medika Indonesiana PENDAHULUAN Aktivitas fisik (exercise) atau olahraga akan menimbulkan dampak positif terhadap tubuh antara lain menjadi lebih sehat dan lebih bugar. Dampak positif olahraga aerob tingkat sel ialah jumlah mioglobin, mitokhondria, glikogen otot, enzim dan oksidasi lipid meningkat. 1 Pada olahraga anaerob fosfagen, ATP-PC (adenosine triphosphate phosphocreatine) dan enzim glikolisis meningkat. Selain menghasilkan dampak positif, masih jarang orang berpikir tentang dampak negatif aktivitas fisik atau olahraga terhadap kerusakan otot (muscle damage), maka dampak negatif ini masih perlu diteliti. Olahraga yang dilakukan secara berlebihan atau tidak sesuai takarannya dapat menyebabkan nyeri otot (soreness), sendi sakit digerakkan, gejala ini disebut delayed onset muscle soreness (DOMS). Kerusakan otot pada aktivitas fisik ini disebabkan trauma mekanik saat otot kontraksi yang diikuti stres oksidatif. 1 Kontraksi otot rangka merupakan peristiwa mekanik, elektrik dan kimia yang terdiri enam tahap yang disebut siklus cross bridges. 2 Pada intensitas submaksimal, power stroke, sliding filament dan disconnecting pada siklus cross bridges merupakan trauma mekanik yang dapat menimbulkan injury otot. 1,3 Daerah injury akan mengeluarkan chemo atract yang menarik netrofil dan monosit ke daerah injury, yang diikuti pembentukan reactive oxygen species (ROS) untuk pertahanan tubuh. 4 Dalam keadaan normal pembentukan ROS akan diimbangi pembentukan antioksidan endogen seperti SOD (superoxide dismutase), GPx (glutation peroxidase), katalase. Apabila pembentukan antioksidan lebih sedikit dibandingkan terbentuknya radikal bebas, akan terjadi stres oksidatif, yang akan menyerang polyunsaturated fatty acid (PUFA) dan menghasilkan malondialdehyde (MDA), serta merusak DNA (deoxyribonucleic acid) dan protein. 5 Aktivitas fisik dapat meningkatkan pembentukan radikal bebas melalui (1) Peningkatan reduksi O 2 dalam mitokhondria (2) Peningkatan metabolisme epinefrin dan katekolamin yang lain (3) Peningkatan aktivitas lekosit dan makrofag pada daerah injury (4) Peningkatan xanthine oxidase (5) Peningkatan aktivitas NADPH (nicotinamide adenine dinucleotide phosphate) oxidase dan cytochrome P.450. Pembentukan radikal bebas mulai meningkat 12-24 jam setelah aktivitas fisik, mencapai puncaknya setelah 48-72 jam dan kembali normal 168 jam setelah aktivitas fisik. 3 Aktivitas fisik submaksimal merupakan masalah yang kompleks, karena menggunakan energi predominan campuran lactic acid (LA) dan aerob (O 2 ) sehingga intensitas submaksimal dipilih dalam penelitian ini untuk memanipulasi terjadinya kerusakan otot. Kerusakan otot pada aktivitas fisik banyak terjadi pada strenuous submaximal intensity (SSI) dan prolong submaximal intensity (PSI). 6,7 Makin berat intensitas aktivitas fisik energi LA makin besar dan O 2 makin kecil, disebut strenuous submaximal intensity (SSI), misalnya renang atau lari cepat 800 meter. Apabila intensitas makin ringan seperti lari 1500 meter, energi dari O 2 makin besar dan LA makin kecil disebut prolong submaximal intensity (PSI). 7 Antioksidan adalah senyawa pemberi elektron atau senyawa yang dapat meredam dampak negatif oksidan. 5 Antioksidan dibagi menjadi 3 yaitu (1) Antioksidan primer (enzimatik) misalnya SOD, GPx, katalase, GSH (glutathione) (2) Antioksidan sekunder misalnya vitamin E, vitamin A dan vitamin C (3) Antioksidan tertier misal metionin dan DNA repair enzim. 8 Cara antioksidan meredam dampak negatif oksidan atau mencegah oxidative damage pada molekul sasaran adalah sebagai berikut (1) Meredam oxygen-derived species (2) Meminimalkan pembentukan oxygenderived species (3) Mengikat ion metal yang dibutuhkan untuk mengubah poorly reactive species (O 2 dan H 2 O 2 ) menjadi species yang lebih reaktif (4) Memperbaiki kerusakan molekul sasaran (5) Merusak molekul sasaran yang rusak berat dan menggantinya dengan yang baru. 9 Kerusakan otot akibat stres oksidatif dapat mengenai dinding sel, DNA dan protein. 10 Indikator tingkat kerusakan otot yang banyak digunakan adalah kadar MDA plasma dengan metode pengukuran thiobarbituric acid reactive substance (TBARS). 8 Belum ada laporan yang jelas kapan waktu pemberian antioksidan vitamin itu paling efektif, sebelum aktivitas fisik (SB) atau sesudah aktivitas fisik (SS), maka masih perlu diteliti. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah mengurangi dampak negatif aktivitas fisik yang berupa kerusakan otot sehingga dampak positif aktivitas fisik yang berupa peningkatan derajat kesehatan atau peningkatan prestasi olahraga dapat lebih maksimal. METODE Penelitian ini dilakukan di FKIP-JPOK UNS pada bulan Nopember 2007, dengan metode penelitian eksperimental menggunakan rancangan penelitian faktorial 2x2. Populasi adalah mahasiswa semester III FKIP-JPOK UNS sebanyak 132 orang. Pengambilan sampel secara purposive quota random sampling sebanyak 40 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah mahasiswa lelaki, sehat pada pemeriksaan fisik diagnostik dan laboratorik, bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani informed consent. Kriteria eksklusi adalah kebiasaan merokok, mengkonsumsi antioksidan vitamin atau obat anti radang. Subyek penelitian dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan: (1) Minum antioksidan vitamin lalu segera 278 Volume 43, Nomor 6, Tahun 2009

lari 2x800 m (SB-SSI) (2) Lari 2x800 m lalu 20 jam kemudian minum antioksidan vitamin (SS-SSI) (3) Minum antioksidan vitamin lalu segera lari 1500 m (SB-PSI) (4) Lari 1500 m lalu 20 jam kemudian minum antioksidan vitamin (SS-PSI). Kerusakan otot diukur berdasarkan kadar MDA plasma dengan metode TBARS 48 jam setelah perlakuan. Antioksidan vitamin terdiri dari vitamin C 200 mg, vitamin E 50 mg, vitamin A 30 mg, Zn 15 mg, Se 25 mcg. Analisis data menggunakan uji beda statistik t-test dengan tingkat kepercayaan 95%, dengan menggunakan komputer minitab for Windows release 13. HASIL for Windows release 13) dari Tabel 1 menunjukkan hasil t hit =3,04 dan t tab =2,10. Ini berarti terdapat perbedaan yang bermakna kadar MDA plasma antara pemberian antioksidan vitamin sebelum dan sesudah lari 800 m, pada pemberian antioksidan vitamin setelah aktivitas fisik kadar MDA lebih kecil atau kerusakan otot lebih kecil. Tabel 1. Hasil analisis statistik kadar MDA plasma (mmol/l) pemberian antioksidan vitamin sebelum (SB) dan 20 jam sesudah (SS) lari 800 m (strenuous submaximal intensity = SSI) SB-SSI 10 12,00 0,97 0,31 SS-SSI 10 10,57 0,59 0,19 for Windows release 13) dari Tabel 2 menunjukkan t hit = 2,96 dan t tab =2,10. Ini berarti terdapat perbedaan bermakna kadar MDA plasma antara pemberian antioksidan vitamin sebelum dan sesudah aktivitas lari 1500 m. Pada pemberian antioksidan vitamin setelah aktivitas lari 1500 m kadar MDA lebih kecil atau kerusakan otot lebih kecil dibanding pemberian antioksidan vitamin sebelum aktivitas fisik. Tabel 2. Hasil analisis statistik kadar MDA plasma (mmol/l) pemberian antioksidan vitamin sebelum (SB) dan 20 jam sesudah (SS) lari 1500 m (prolong submaximal intensity = PSI) SB-SSI 10 10,23 1,29 0,41 SS-SSI 10 9,48 1,37 0,43 Tabel 3 menunjukkan bahwa kadar MDA plasma pada pemberian antioksidan vitamin sebelum aktivitas fisik lari 800 m (SB-SSI) sebesar 120,00 mmol/l dan pada lari 1500 m (SB-PSI) sebesar 102,38 mmol/l. Ini berarti kadar MDA plasma pada pemberian antioksidan vitamin sebelum aktivitas fisik sebesar 222,38 mmol/l dengan harga rerata 11,29 dan SD 1,26. Tabel 3 menunjukkan bahwa kadar MDA plasma pada pemberian antioksidan vitamin setelah aktivitas fisik lari 800 m (SS-SSI) sebesar 105,76 mmol/l dan pada lari 1500 m (SS-PSI) sebesar 94,84 mmol/l. Ini berarti kadar MDA plasma pada pemberian antioksidan vitamin setelah aktivitas fisik sebesar 200.60 mmol/l dengan harga rerata 10,03 dan SD 1,18. Tabel 3. Kadar MDA plasma setelah perlakuan (mmol/l) Pemberian Antioksidan Vitamin Sebelum (SB) MDA (mmol/l) Lari 800m (SSI) 11,86 11,05 10,28 13,50 13,90 12,71 12,44 13,32 Aktivitas Fisik MDA (mmol/l) Lari 1500m (PSI) 8,23 9,93 8,59 9,97 9,13 11,09 11,13 11,44 12,13 120,00 102,38 222,38 Sesudah (SS) 10,86 11,88 10,24 10,26 10,00 10,12 10,40 10,59 11,24 10,17 8,40 9,97 8,53 8,74 8,09 9,63 10,17 10,78 10,63 9,90 105,76 94,84 200,60 Tabel 4. Hasil analisis statistik kadar MDA plasma (mmol/l) pada pemberian antioksidan vitamin sebelum (SB) dengan sesudah (SS) aktivitas fisik SB 20 11,29 1,26 0.28 SS 20 10,03 1,18 0,26 for Windows release 13) Tabel 4 menunjukkan hasil Volume 43, Nomor 6, Tahun 2009 279

Media Medika Indonesiana t hit =3,70 dan t tab =1,68. Ini berarti terdapat perbedaan bermakna kadar MDA plasma antara pemberian antioksidan vitamin sebelum dengan sesudah aktivitas fisik, pemberian antioksidan vitamin setelah aktivitas fisik kadar MDA plasma lebih kecil atau kerusakan otot lebih kecil dibanding pemberian antioksidan vitamin sebelum aktivitas fisik. PEMBAHASAN Pada SSI energi yang digunakan sebagian besar berasal dari LA dan sebagian kecil dari O 2. Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian antioksidan vitamin sebelum lari (SB-SSI) kadar MDA plasma 120,00 mmol/l, dan pemberian antioksidan vitamin setelah lari 105,76 mmol/l. for Window release 13) t hit =3,04 dan t tab =2,10. Ini berarti terdapat perbedaan yang bermakna kadar MDA plasma antara pemberian antioksidan vitamin sebelum aktivitas fisik dengan sesudah aktivitas fisik, pemberian antioksidan vitamin setelah aktivitas fisik kadar MDA plasma lebih kecil atau kerusakan otot lebih kecil. Kadar MDA yang tinggi menunjukkan kerusakan otot juga besar. Kerusakan ini karena pembentukan radikal bebas yang meningkat atau pembentukan antioksidan yang tidak seimbang dengan terbentuknya radikal bebas. 11 Peningkatan pembentukan radikal bebas pada aktivitas fisik yang berat seperti pada SSI ini berasal dari peningkatan jumlah lekosit, peningkatan aktivitas enzim xanthine dehydrogenase. 12 Menurut hasil penelitian Castel 13 atlet yang melakukan latihan fisik dengan intensitas berat, antibodi tubuh akan menurun sesaat, sehingga terjadi peningkatan ISPA. Para atlet akan mengalami penurunan aktivitas sistem imunitas saat menjalani latihan berat menjelang kompetisi tingkat nasional atau internasional. Cooper 14 menganjurkan untuk mengurangi stres oksidatif, olahraga hendaknya dilakukan dengan intensitas yang rendah waktu lama, peningkatan denyut jantung tidak melebihi 80% dari denyut jantung maksimal. Dapat diambil kesimpulan pada aktivitas fisik dalam keadaan hipoksia seperti aktivitas di pegunungan, atau pada kadar Hb (hemoglobin) yang rendah, atau pada aktivitas fisik dengan intensitas tinggi akan terjadi kerusakan otot yang lebih besar dibanding pada PSI. Pada PSI energi yang digunakan sebagian besar berasal dari O 2 dan sebagian kecil dari LA. Tabel 3 menunjukkan pada pemberian antioksidan vitamin sebelum aktivitas fisik (SB-PSI) kadar MDA plasma 102,38 mmol/l dan pada pemberian antioksidan vitamin setelah aktivitas fisik (SS-PSI) sebesar 94,84 mmol/l. Hasil analisis uji beda (dengan komputer minitab for Window release 13) menunjukkan t hit =2,96 dan t tab =2,10. Ini berarti terjadi perbedaan kadar MDA yang bermakna antara pemberian antioksidan vitamin sebelum dengan setelah aktivitas fisik lari 1500 m. Pada pemberian antioksidan vitamin setelah aktivitas fisik lari 1500 m kadar MDA lebih kecil atau kerusakan otot lebih kecil dibanding pemberian antioksidan vitamin sebelum aktivitas fisik. Olahraga memang merupakan sarana yang baik untuk pembentukan antioksidan endogen, terutama bila dilakukan pada intensitas yang sedang, lama aktivitas fisik sedikitnya 30 menit setiap hari. Risiko terjangkit penyakit seperti ISPA meningkat apabila olahraga dilakukan pada intensitas berat dan jangka waktu lama. 15 Peneliti lain melaporkan olahraga yang berat dan berkepanjangan akan menurunkan kadar glutamin plasma yang berakibat penurunan laju proliferasi limfosit dan monosit, sehingga menurunkan antibodi tubuh. 16 Menurut Clarkson 17 limfosit dan monosit tidak akan bertahan di daerah otot yang mengalami injury lebih dari satu hari, tetapi dilanjutkan oleh makrofag yang juga melepaskan radikal bebas. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa kadar MDA plasma pada pemberian antioksidan vitamin sebelum aktivitas fisik sebesar 222,38 mmol/l dengan harga rerata 11,29 dan SD 1,26. Kadar MDA plasma pada pemberian antioksidan vitamin 20 jam setelah aktivitas fisik sebesar 200,60 mmol/l dengan harga rerata 10,03 dan SD 1,18. Hasil ini apabila dianalisis dengan uji beda t-test dengan tingkat kepercayaan 95% maka t hit =3,70 dan t tab =1,68. Ini berarti terdapat perbedaan kadar MDA yang bermakna antara pemberian antioksidan vitamin sebelum dan sesudah aktivitas fisik, pemberian antioksidan vitamin setelah aktivitas fisik kadar MDA plasma lebih kecil atau kerusakan otot lebih kecil dibanding pemberian antioksidan vitamin sebelum aktivitas fisik. Pemberian antioksidan vitamin sesudah aktivitas fisik atau setelah olahraga berpengaruh lebih optimal dibanding pemberian antioksidan vitamin sebelum olahraga. Kebiasaan minum antioksidan vitamin sebelum olahraga, seperti vitamin C, redoxon, jus buah, dan sebagainya, sebaiknya diubah diminum setelah olahraga. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Lenn 3 bahwa kerusakan otot mulai meningkat 24 jam setelah olahraga, mencapai puncaknya 48 jam 72 jam setelah olahraga dan kembali normal setelah 168 jam. Apabila antioksidan diberikan sebelum olahraga manfaatnya kecil, karena pambentukan radikal bebas masih sedikit, sehingga tubuh masih mampu menangkal serangan radikal bebas dengan pembentukan antioksidan endogen. 5 Stres oksidatif menyebabkan kerusakan otot sehingga memicu timbulnya rasa nyeri otot setelah olahraga, suplementasi vitamin C setelah olahraga dapat mengurangi rasa nyeri otot. 17 Suplementasi antioksidan setelah olahraga juga sangat dibutuhkan oleh weekend atlet, karena stres oksidatif pada atlet ini meningkat secara mendadak sehingga pertahanan tubuh terhadap anti- 280 Volume 43, Nomor 6, Tahun 2009

oksidan lemah. 18 Penelitian yang dilakukan oleh Hellsten menunjukkan bahwa pada olahraga yang berlangsung lama dan berat, pemberian antioksidan vitamin setelah olahraga mempercepat recovery. 19 Sistem pertahanan tubuh yang berupa antioksidan, sangat penting untuk menangkal serangan radikal bebas disertai atau tanpa disertai suplementasi antioksidan. 20 SIMPULAN Terdapat perbedaan pengaruh yang bermakna terhadap kerusakan otot antara waktu pemberian antioksidan vitamin sebelum aktivitas fisik dengan pemberian antioksidan vitamin setelah aktivitas fisik. Pemberian antioksidan vitamin setelah aktivitas fisik kerusakan otot lebih kecil dibanding sebelum aktivitas fisik. SARAN Diperlukan penggunaan senyawa antioksidan vitamin terutama setelah aktivitas fisik yang berat dan lama. DAFTAR PUSTAKA 1. Foss LM. Physiological basis for exercise and sport. New York: Mc Graw Hill Book Company; 1998. 2. Ganong WF. Review of medical physiology. California: Lange Medical Publication; 1998. 3. Len J, Davies CT, Young K. Changes in indicators of inflammation after eccentric exercise of the elbow flexors. Med Sci Sports Med. 2002; 25: 236-9. 4. Ong NO, Chia SE. Oxidative damage antioxidant and human sperm. In: Nasretman, Packer, editors. Micronutrients and health; molecular, biological mechanism. Illionis: AOCS Pers; 2001. 5. Halliwell B, Gutteridge JMc. Free radical in biology and medicine. New York: Oxford University Press; 1996. 6. Fox EL. Sport physiology 2 th ed. New York: WB Saunders Company; 1984. 7. Bompa OT. Theory and methodology of training. Dubuque. Iowa: Kendal/Hunt Publishing Company; 1990. 8. Tarr M, Samson F. Oxygen free radicals in tissue damage. Berlin: Birkhauser Verlog; 1995. 9. Ceriello DV. Cellular defenses against damage from reactive oxygen species. Physiol Rev. 2000;74:139-62. 10. Ross KM, Jenkin RR. Free radical chemistry relationship to exercise. Sports Med. 1998;10:236-54. 11. Kim JD, Carter RJ, Yu BP. Influence of age, exercise, and dietary restriction on oxidative stress in rats. Aging Clin Exp Res. 1996;8:123-9. 12. Bagchi DC. Oxygen free radical scavenging abilities of vitamin C and E. Illionis: AOCS Press; 2000. 13. Castell LM, Poortman J. The effects of oral glutamine supplementation upon athletes after prolong exercise. Nutrition. 1997;13:738-42. 14. Cooper KH. Sehat tanpa obat, empat langkah revolusi antioksidan. Bandung: Kafia; 2001. 15. Kent MM. Free radicals and exercise: effect of nutrional antioxidant supplementation. In: Holloszy JO, ed. Exercise and sport science review. Baltimore. MD: Williams and Wilkins, 1994; p.375-398. 16. Bendich, A. Exercise and free radicals: effect of antioxidant vitamins. Med Sport Sci. 1991;32:59-78. 17. Clarkson, PM. Antioxidant an physical performance. Clin Rev Food Sci Nutr. 1995;35:131-41. 18. Barja GC. Free radical and respiration. New York: Oxford University Press; 1994. 19. Hellsten WY, Balsom PD, Norman B, Sjodin B. The effect of high intensity training on purine metabolisme in man. Acta Physiol Scand.1993;149:405-12. 20. White CR, Clarkson, PM. Antioxidants and physical performance. J Sports Sci. 2000;32:59-78. Volume 43, Nomor 6, Tahun 2009 281