15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia Rumah Sakit sebagai salah satu bagian sistem pelayanan kesehatan secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, rehabilitas medik dan pelayanan perawatan (Herlambang dan Muwarni, 2012). Rumah sakit merupakan suatu tempat dimana orang yang sakit di rawat dan di tempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Di tempat ini pasien mendapatkan terapi dan perawatan untuk dapat sembuh. Tetapi, rumah sakit selain untuk mencari kesembuhan, juga merupakan depot bagi berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti : udara, air, lantai, makanan dan benda benda medis maupun non medis. Kuman penyakit ini dapat menyebabkan infeksi nosokomial (Muhlis, 2006 dalam Rawati, 2011). Perawatadalahanggota timkesehatanyang memimpinseluruh timdalam menjalankanstrategi pencegahanuntuk melindungipasiendari infeksi. Perawat sebagai praktisi yang dihasilkan dari pendidikan tinggi harus mampu mengetahui, mengerti, dan memahami terhadap ketrampilan perawatan profesional yang antara lain adalah kontrol infeksi. Adapun wujud dari kontrol infeksi adalah memantau dan mencegah penularan infeksi, membantu melindungi pasien dan pekerja perawatan kesehatan dari penyakit(habni, 2009). Kemampuan perawat dalam mencegah transmisi infeksi di rumah sakit dan upaya pencegahan adalah tingkatan pertama dalam pemberian pelayanan bermutu. 15 1
162 Perawat berperan dalam pencegahan infeksi nosokomial, hal ini disebabkan perawat merupakan salah satu anggota tim kesehatan yang berhubungan langsung dengan klien dan bahan infeksius di ruang rawat. Perawat juga bertanggung jawab menjaga keselamatan klien di rumah sakit melalui pencegahan kecelakaan, cidera, trauma, dan melalui penyebaran infeksi nosokomial (Handayani, 1999 dalam Habni, 2009). Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik, yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit. Infeksi nosokomial adalah suatu infeksi yang diperoleh/dialami pasien selama dirawat di rumah sakit. Infeksi nosokomial terjadi karena adanya transmisi mikroba patogen yang bersumber dari lingkungan rumah sakit dan perangkatnya. Akibat lainnya yang juga cukup merugikan adalah hari rawat penderita yang bertambah, beban biaya menjadi semakin besar, serta merupakan bukti bahwa manajemen pelayanan medis rumah sakit kurang bermutu (Darmadi, 2008). Infeksi nosokomial sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan pasien secara menyeluruh yang dapat meningkatkan morbidilitas dan mortalitas sehingga hari rawat yang lebih lama dan beban biaya menjadi lebih besar (Darmadi, 2008). Infeksi nosokomial juga dapat meningkatkan ketidakmampuan dalam pemenuhan antibodi pasien sehingga akan memperpanjang masa penyembuhan pasien yang pada akhirnya akan menambah biaya pengeluaran pasien maupun institusi yang menanggung biaya (Potter & Perry, 2005). Pengetahuan perawat tentang infeksi nosokomial dan pencegahannya merupakan stimulus sosial dari luar yang dapat menimbulkan respons emosional perawat terhadap upaya universal precaution sehingga akan meningkatkan peran sertanya dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial. Peran perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial sangat penting, karena rata-rata setiap harinya 7 8 jam 16
173 perawat melakukan kontak dengan pasien sehingga dapat menjadi sumber utama terpapar/exposureinfeksi nosokomial (Martono, 2007 dalam Rawati (2011). Menurut Zulkarnaen (2006) dalam Rawati 2011, pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit dapat dilakukan melalui pelaksanaan program universal precaution atau tindakan-tindakan asepsis dan antisepsis yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, baik perawat maupun dokter. Tindakan universal precautionini meliputi: pencucian tangan, penggunaan sarung tangan, penggunaan cairan aseptik, pemrosesan alat bekas pakai dan pembuangan sampah (Hidayat, 2006). Pengetahuan tentang pencegahan infeksi nosokomial sangat penting untuk petugas rumah sakit terutama perawat, kemampuan untuk mencegah transmisi infeksi di rumah sakit, dan upaya pencegahan infeksi adalah tingkatan pertama dalam pemberian pelayanan yang bermutu (Martono, 2007). Suatu penelitian yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari Eropa, timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik tetap menunjukkan adanya infeksi nosokomial dengan AsiaTenggara sebanyak 10,0%. Walaupun ilmu pengetahuan dan penelitian tentang mikrobiologi meningkat pesat pada 3 dekade terakhir dan sedikit demi sedikit resiko infeksi dapat dicegah, tetapi semakin meningkatnya pasien pasien dengan penyakit immunocompromised, bakteri yang resisten antibiotik, super infeksi virus dan jamur, dan prosedur invasif, masih menyebabkan infeksi nosokomial menimbulkan kematian sebanyak 88.000 kasus setiap tahunnya. Di rumah sakit lebih berbahaya dan lebih resisten terhadap obat, karena itu diperlukan antibiotik yang lebih paten atau suatu kombinasi antibiotik. Semua kondisi saat ini dapat meningkatkan resiko infeksi kepada pasien. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Depkes tahun 2004, infeksi nosokomial banyak terjadi di rumah sakit pemerintah dengan jumlah pasien 160.417 (55,1%), sedangkan pada Rumah Sakit swasta jumlah infeksi nosokomial 17
18 4 adalah 991 pasien dari jumlah pasien beresiko 130.047 (35,8%), dan pada Rumah Sakit ABRI jumlah infeksi nosokomial 254 pasien dari jumlah pasien beresiko 1.672 (9,1%). Presentasi infeksi nosokomial yang tertinggi di Rumah Sakit swasta maupun Rumah Sakit pemerintah pada tahun 2004 adalah plebitis dengan jumlah 2.168 pasien dari jumlah pasien yang berisiko 124.733 (1,7%) meskipun jumlah pasien beresiko cukup tinggi yaitu 5.765 (0%) (Depkes, 2004). Pada penelitian AtefehAllahBakhshian dkk menyatakan di Rumah sakit Tabriz menunjukkan bahwa93,9% perawatmemilikipengetahuanrata-rata dan94,7% memiliki sikap positif terhadappengendalianinfeksinosokomial. Hampir semuaperawat(99,1%) memilikipraktekmoderat untukmengendalikan infeksinosokomial. Dari hasil studi deskriptif Suwarni, A di semua rumah sakit di Yogyakarta (1999) menunjukkan bahwa proporsi kejadian infeksi nosokomial berkisar antara 0,0% hingga 12,06% dengan rata rata keseluruhan 4,26%. Untuk rerata lama perawatan berkisar antara 4,3 11,2 hari, dengan rata rata keseluruhan 6,7 hari. Setelah di teliti lebih lanjut maka didapatkan bahwa angka kuman lantai ruang perawatan mempunyai hubungan bermakna dengan infeksi nosokomial. Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan penulis di RSU Sari Mutiara Medan di peroleh data jumlah perawat ICU dan IGD sebanyak 30 orang dan di peroleh data dari medical record bahwa pasien rawat inap pada tahun 2013 sebanyak 9409 pasien dan kasus terbanyak adalah demam tyhpoid sebanyak 600 pasien. Dari 9409 pasien terdapat 8,04 % terjadi infeksi nosokomial. Dan dari hasil observasi di dapatkan banyak perawat yang tidak menggunakan alat pelindung diri saat melakukan tindakan keperawatan, tidak mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan keperawatan serta perawat memakai alat medis berulang, sehingga hasil observasi tersebut di simpulkan bahwa perawat kurang memahami bagaimana cara pencegahan infeksi nosokomial. 18
5 19 Dari paparan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang Hubungan pengetahuan perawat tentang infeksi nosokomial dengan pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2014. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka penulis ingin menggali/ mengetahui lebih dalam tentang : Apakah ada hubungan pengetahuan perawat tentang infeksi nosokomial dengan pencegahan infeksi nosokomial di IGD dan ICU RSU Sari Mutiara Medan?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan perawat tentang infeksi nosokomial dengan pencegahan infeksi nosokomial di IGD dan ICU RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2014. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi pengetahuan perawat tentang infeksi nosokomial di IGD dan ICU RSU sari Mutiara Medan tahun 2014. b. Mengidentifikasi pencegahan tentang infeksi nosokomial yang dilakukan perawat di IGD dan ICU RSU Sari Mutiara Medan tahun 2014. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi Bidang Perawatan Sebagai masukan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam upaya mencegah infeksi nosokomial di IGD dan ICU RSU Sari Mutiara Medan tahun 2014. 2. Manfaat Bagi Perawat 19
20 6 Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi perawat untuk memberikan tindakan asuhan keperawatan sesuai prosedur yang di tetapkan guna mencegah terjadinya infeksi nosokomial di IGD dan ICU RSU Sari Mutiara Medan. 3. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai dasar untuk peneliti selanjutnya dengan judul yang sama. 20