PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUNGO NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUNGO, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan serta Pasal 45 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, maka untuk melaksanakan tugas dan fungsi pemerintahan di bidang penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan di tingkat Kabupaten/Kota perlu dibentuk Badan Pelaksana Penyuluhan sebagai bagian dari perangkat daerah; b. bahwa untuk mengoptimalkan kinerja lembaga penyuluhan di Kabupaten Bungo dan melaksanakan peraturan perundang-undangan, maka pembentukan Kantor Pelaksana Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008, perlu disesuaikan dan ditetapkan kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Sarolangun Bangko dan Daerah Tingkat II Tanjung Jabung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2755); 2. Undang-...2
-2-2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 3. Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3903), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 81, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3969); 4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor 4389); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 6. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor 4660); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4263); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 9. Peraturan...3
-3-9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2009 tentang Pembiayaan, Pembinaan, dan Pengawasan Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5018); 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah; 12. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bungo Tahun 2008 Nomor 2); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BUNGO dan BUPATI BUNGO MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Bungo. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Bupati adalah Bupati Bungo. 4. Urusan pemerintahan daerah adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan kewajiban Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan, dan mensejahterakan masyarakat. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bungo. 6. Sekretaris.4
-4-6. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Bungo. 7. Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan adalah Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Bungo. 8. Kepala Badan adalah Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Bungo. 9. Penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang selanjutnya disebut penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. 10. Pertanian yang menyangkut tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan yang selanjutnya disebut pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang pengelolaan sumber daya alam hayati dalam agroekosistem yang sesuai dan berkelanjutan, dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat. 11. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan, mulai dari praproduksi, produksi, pengelolaan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. 12. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu dan berkelanjutan. 13. Eselon adalah tingkat jabatan struktural. 14. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disingkat UPT adalah unsur pelaksana operasional/teknis yang melaksanakan sebagian tugas badan. 15. Kelompok Jabatan Fungsional adalah unsur penunjang yang terdiri dari pegawai negeri sipil yang melaksanakan tugas dan fungsi berdasarkan keahlian dan spesialisasi yang dibutuhkan sesuai dengan prosedur ketentuan yang berlaku. BAB II PEMBENTUKAN Pasal 2 Dengan Peraturan Daerah ini dibentuk Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. BAB III...5
-5- BAB III KEDUDUKAN Pasal 3 (1) Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan adalah lembaga lain yang merupakan bagian dari satuan kerja perangkat daerah dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan pemerintahan Daerah. (2) Badan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. BAB IV SUSUNAN ORGANISASI Pasal 4 (1) Susunan organisasi Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, terdiri dari : a. Kepala Badan; b. Sekretariat, membawahkan : 1) Subbagian Umum dan Kepegawaian; 2) Subbagian Keuangan; dan 3) Subbagaian Program; c. Bidang Kelembagaan dan Sarana Prasarana, membawahkan : 1) Subbidang Kelembagaan; dan 2) Subbidang Sarana Prasarana; d. Bidang Pengembangan SDM, membawahkan : 1) Subbidang Pengembangan Penyuluh; dan 2) Subbidang Pengembangan Pelaku Utama dan Pelaku Usaha; e. Bidang Programa dan Informasi, membawahkan : 1) Subbidang Programa dan Materi Penyuluhan; dan 2) Subbidang Pengkajian dan Penyebaran Informasi Teknologi. f. Kelompok Jabatan Fungsional; g. UPT, membawahkan: 1) Subbagian Tata Usaha; 2) Kelompok Jabatan Fungsional. (2) Struktur organisasi Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan adalah sebagaimana terlampir dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. BAB V TUGAS DAN FUNGSI Pasal 5 (1) Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan. (2) Badan...6
-6- (2) Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai fungsi : a. penyusunan kebijakan teknis dan programa di bidang penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang sejalan dengan kebijakan dan programa penyuluhan provinsi dan nasional; b. pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan; c. melaksanakan penyuluhan dan pengembangan mekanisme, tata kerja, dan metode penyuluhan; d. melaksanakan pengumpulan, pengolahan, pengemasan, dan penyebaran materi penyuluhan bagi pelaku utama dan pelaku usaha; e. melaksanakan pembinaan pengembangan kerjasama, kemitraan, pengelolaan kelembagaan, ketenagaan, sarana dan prasarana, serta pembiayaan penyuluhan; f. menumbuhkembangkan dan memfasilitasi kelembagaan dan forum kegiatan bagi pelaku utama dan pelaku usaha; g. melaksanakan peningkatan kapasitas penyuluh PNS dan swasta melalui proses pembelajaran secara berkelanjutan; dan h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan bupati. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penjabaran tugas dan fungsi dari masing-masing susunan organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati. BAB VI JABATAN DAN ESELON Bagian Pertama Jabatan Pasal 6 Masing-masing susunan organisasi sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (1) terdiri dari : a. Badan dipimpin oleh Kepala Badan; b. Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris; c. Bidang dipimpin oleh Kepala Bidang; d. Subbagian dipimpin oleh Kepala Subbagian; e. Subbidang dipimpin oleh Kepala Subbidang; dan f. UPT dipimpin oleh Kepala UPT. Bagian Kedua Eselon Pasal 7 (1) Kepala Badan merupakan jabatan struktural eselon IIB. (2) Sekretaris merupakan jabatan struktural eselon IIIA. (3) Kepala...7
-7- (3) Kepala Bidang merupakan jabatan struktural eselon IIIB. (4) Kepala Subbagian, Kepala Subbidang, dan Kepala UPT merupakan jabatan struktural eselon IVA. (5) Kepala Subbagian Tata Usaha pada UPT merupakan jabatan struktural eselon IVB. BAB VII PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN DALAM JABATAN Pasal 8 (1) Pengangkatan dan pemberhentian Kepala Badan dilakukan oleh Bupati. (2) Pengangkatan dan pemberhentian Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Subbagian, Kepala Subbidang, dan Kepala UPT yang berada di lingkungan Badan dilakukan oleh Bupati atas usul Kepala Badan. BAB VIII KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Pasal 9 (1) Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Badan sesuai dengan keahlian dan kebutuhan. (2) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga penyuluh Kabupaten dan tenaga fungsional lainnya, dalam jenjang jabatan fungsional dan berbagai bidang keahlian, yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan Badan secara profesional sesuai dengan bidang keahlian dan kebutuhan teknis Badan. (3) Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk. (4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan. (5) Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. (6) Kelompok Jabatan Fungsional dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Badan. BAB IX...8
-8- BAB IX UPT Pasal 10 Pengaturan UPT mengenai nomenklatur, jumlah dan jenis akan ditetapkan dengan Peraturan Bupati. BAB X KOMISI PENYULUHAN Pasal 11 (1) Untuk menetapkan kebijakan dan strategi penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan, Bupati dibantu oleh Komisi Penyuluhan yang merupakan lembaga independen, terdiri atas para pakar dan/atau praktisi yang mempunyai keahlian dan kepedulian dalam bidang penyuluhan. (2) Komisi Penyuluhan mempunyai tugas memberikan masukan kepada Bupati sebagai bahan penyusunan kebijakan dan strategi penyuluhan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Komisi Penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur dengan Peraturan Bupati. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 12 Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, maka ketentuan pada Pasal 2 angka 9, Pasal 20, dan Pasal 21 Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah (Lembaran Daerah Nomor Tahun 2008 Nomor 5) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 13 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar...9
-9- Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bungo. Ditetapkan di Muara Bungo pada tanggal 29 November 2010 BUPATI BUNGO, ttd. Diundangkan di Muara Bungo pada tanggal 29 November 2010 H. ZULFIKAR ACHMAD SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BUNGO, ttd. KHAIDIR SALEH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUNGO TAHUN 2010 NOMOR 13