PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berusaha. Seiring dengan meningkatnya pembangunan nasional terutama dalam

PEMBAHASAN UMUM DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH DENGAN PENDEKATAN AGROPOLITAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DISTRIBUSI KOMODITAS ANDALAN SUBSEKTOR PERIKANAN BERBASIS POTENSI WILAYAH DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH ABSTRACT

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN PANGAN KABUPATEN BANYUMAS. Oleh *) Rian Destiningsih

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG

Sekapur Sirih. Purwokerto, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas. Ir. Suherijatno

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 71 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 70 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas perairan yang di dalamnya terdapat beraneka kekayaan laut yang

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 75 TAHUN 2008 TENTANG

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Banyumas Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi manusia. Perikanan budidaya dinilai

SIARAN PERS KPU KABUPATEN BANYUMAS

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,

Purwokerto, Juli 2013 Juni Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Banyumas. Ir. H. SUGIYATNO, MM NIP

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PERMUKIMAN DALAM PEMENUHAN PERUMAHAN UNTUK MASYARAKAT DI KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG PEMETAAN APOTEK DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 31 TAHUN2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

Lomba Penulisan Artikel HUT KORPRI Ke 43 Kabupaten Cilacap Mengangkat HARKAT, MINAPOLITAN Cilacap*

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Namun potensi tersebut. dengan pasokan produk kelautan dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan strategis dari Food and Agriculture Organization (FAO) yaitu mengurangi

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

Tema: pengelolaan wilayah kelautan, pesisir dan pedalaman ANALISIS TIPOLOGI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN BANYUMAS.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Saat ini perikanan tangkap di Indonesia telah mengalami gejala padat tangkap

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, aktivitas mikroorganisme atau proses oksidadi lemak oleh udara

I. PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia yakni sektor pertanian. Sektor pertanian. merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia karena

Angka Insidensi T B Tahun 2011 (WHO, 2012)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Budidaya Melalui PUMP Perikanan Budidaya Sebagai Implementasi PNPM Mandiri Kelautan Dan Perikanan

ANALISIS POTENSI RELATIF PEREKONOMIAN WILAYAH KECAMATAN KEDUNGBANTENG KABUPATEN BANYUMAS Oleh: Agustin Susyatna Dewi 1)

IV. ANALISIS SITUASIONAL DISTRIBUSI PUPUK DI BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sub sektor peternakan mempunyai peranan penting dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

LKjIP Dinkannak Tahun 2017

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

BAB I PENDAHULUAN. karena termasuk dalam Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Namun

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai kontribusi penting terhadap perekonomian Indonesia hal ini bisa dilihat dari besarnya

PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG SENTRA PRODUKSI PERIKANAN UNGGULAN DI KABUPATEN CIAMIS

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. II. III. IV. V. I. PENDAHULUAN. yang diketahui memiliki potensi besar yang dapat terus dikembangkan dalam

MINAPOLITAN DAN DESA LIMBANGAN, KETIKA KONSEP sdpembangunan DAN POTENSI KAWASAN DISATUKANcd ( oleh : Adi Wibowo)

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tabel IV.C.1.1 Rincian Program dan Realisasi Anggaran Urusan Perikanan Tahun 2013

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian dan kelautan yang memiliki peran penting sebagai penggerak kemajuan perekonomian nasional di Indonesia. Selain menjadi penyokong dalam perwujudan ketahanan pangan seperti yang termaktub pada Undang-Undang No.18 Tahun 2012 tentang pangan. Subsector perikanan memiliki tujuan meningkatkan pendapatan dan taraf hidup nelayan/pembudidaya, menghasilkan protein hewani dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dan gizi, meningkatkan ekspor, menyediakan bahan baku industry, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha serta meningkatkan pembangunan wilayah dengan tetap memperhatikan kelestarian dan fungsi lingkungan hidup (Gofar Ismail et al, 2008). Dewasa ini kebutuhan ikan bagi masyarakat semakin penting, maka sangat wajar jika usaha perikanan air tawar harus dipacu untuk dikembangkan. Usaha tani dibidang perikanan air tawar memiliki prospek yang sangat baik karena sampai sekarang ikan konsumsi, baik berupa ikan segar maupun bentuk olahan, masih belum mencukupi kebutuhan konsumen (Murtidjo Bambang A, 2001). Hal ini dibuktikan seperti yang dipaparkan Pujiastuti (2012) bahwa sepanjang periode tahun 1997 sampai dengan 2001 peningkatan konsumsi ikan meningkat yaitu dari 19,05 kg per kapita pertahun menjadi 22,27 kg per kapita per tahun. Kemudian pada tahun 2002 sampai 2005 peningkatan setiap tahunnya mencapai 2,67%. Konsumsi ikan tahun 2008 hingga 2013 dapat dilihat pada tabel 1.1. Tabel 1.1. Konsumsi Ikan Tahun 2008-2013 Tahun Per Kapita (kg/kap/th) 2008 28,00 2009 29,08 2010 30,48 2011 32,25 2012 33,89 2013 35,14 Sumber : Dirjend Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Saat ini apabila ditinjau dari aspek ekonomi,perikanan memberikan kontribusi terhadap PDB berdasarkan harga berlaku selama periode 2004-2008 berkisar 2,15% - 2,77% (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2008). Pada tahun 2011 hingga 2012 PDB sektor perikanan juga mengalami peningkatan yang cukup 1

2 signifikan yaitu mencapai 6,48 persen (Anonim, 2013). Menurut data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa subsektor perikanan merupakan subsektor terbesar kedua penyumbang PDB pada sektor pertanian. 2013 2012 2011 2010 2009 2008 Perikanan Kehutanan Peternakan dan Hasilhasilnya Tanaman Perkebunan Tanaman Bahan Makanan 0 50000 100000 150000 200000 Sumber : BPS, diolah Gambar 1.1. PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah), Tahun 2008-2013 Secara global menurut Kurniawan (2010) mengatakan pembangunan di sektor kelautan dan perikanan, tidak boleh dipandang sebagai hanya sebagai cara untuk menghilangkan kemiskinan dan pengangguran. Namun, lebih dari itu, karena sektor kelautan dan perikanan merupakan basis perekonomian nasional, maka sudah sewajarnya jika sektor perikanan dan kelautan ini dikembangkan menjadi sektor unggulan dalam kancah perdagangan internasional. Dengan demikian, dukungan sektor industri terhadap pembangunan di sektor perikanan dan kelautan menjadi suatu hal yang bersifat keharusan. Karena itu, pembangunan perikanan dan kelautan dan industri bukanlah alternatif yang dipilih, namun adalah komplementer dan saling mendukung baik bagi input maupun output. Seiring dengan hal tersebut Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu provinsi yang memiliki potensi dalam mengembangkan subsektor perikanan memiliki visi Terwujudnya sumberdaya kelautan dan perikanan sebagai sumber utama penghidupan dan kesejahteraan yang berkelanjutan. Menurut Tono Kuswoyo (2011) Provinsi Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi yang memiliki potensi perikanan budidaya yang besar (dengan produksi per komoditas pada tabel 1.2.) dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Potensi sumber mata air sangat potensial untuk pengembangan kawasan budidaya ikan dan kegiatan lain yang mendukung beserta sarana dan prasarana lainnya atau yang lebih dikenal dengan kawasan minapolitan.

3 Tabel 1.2. Produksi Budidaya Kolam Berdasarkan Jenis Produk Perikanan Di Jawa Tengah Tahun 2010 Komoditi Produksi Per Tahun (ton) Ikan Mas 2.669 Ikan Tawes 3.188 Ikan Nilem 1.326 Ikan Nila 11.599 Ikan Gurame 7.398 Ikan Tambakan 241 Ikan Lele 36.394 Ikan Patin 688 Ikan Jelawat 1 Ikan Gabus 3 Ikan Bawal 1.701 Ikan Mujair 661 Ikan Sepat Siam 83 Udang Galah 10 Lainnya 1.002 Sumber : Statistik Perikanan Budidaya Indonesia 2011 Konsep minapolitan adalah pengembangan wilayah yang menitik beratkan pada pengembangan komoditas-komoditas unggulan pada sektor perikanan di suatu wilayah. Tujuan pengembangan kawasan minapolitan adalah untuk mendorong percepatan pengembangan wilayah dengan kegiatan perikanan sebagai kegiatan utama dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dengan mendorong keterkaitan desa dan kota dan berkembangnya sistem dan usaha minabisnis yang berdaya saing berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi di kawasan minapolitan (PERMEN No. 12 Tahun 2010). Berdasarkan potensi perikanan budidaya kolam yang dimiliki Jawa Tengah, pengembangan kawasan minapolitan difokuskan pada 3 komoditas utama, yaitu nila, lele, dan gurame yang terbagi ke beberapa daerah pengembangan kawasan minapolitan (Toni Kuswoyo. 2011). Salah satu wilayah di Jawa Tengah yang ditetakan menjadi kawasan Minapolitan adalah Kabupaten Banyumas. Kabupaten Banyumas telah memulai pelaksanaan program Minapolitan sejak Tahun 2009 hingga sampai periode sekarang. Perkembangan produksi budidaya pembesaran ikan cukup pesat dari tahun 2009-2011. Produksinya terus

4 mengalami kenaikan walaupun belum mampu memenuhi target produksi pada tahun 2010 dan 2011 (Rudiono et all, 2013). Penetapan lokasi minapolitan di Kabupaten Banyumas berdasarkan Keputusan Bupati Banyumas Nomor: 523/673/2008. Kabupaten Banyumas memiliki komoditas unggulan yang dikenal bernilai ekonomi penting dan harganya di pasar cukup tinggi (Effendi, 2006) serta sudah banyak dibudidayakan secara intensif (Hastuti, 2003) yaitu ikan gurami. Tabel 1.3. Produksi Pembesaran Berdasarkan Jenis Produk Perikanan Di Kabupaten Banyumas Komoditi Produksi (ekor) Gurami 4.060.089 Tawes 1.287.196 Nilem 803.467 Nila 554.026 Lele 822.876 Karper 603.082 Bawal 81.194 Mujair 76.124 Patin 30.565 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Banyumas Menurut data dari Dinas Perikanan Kabupaten Banyumas, pada tahun 2014 produksi benih ikan gurami mencapai 140.596.591 ekor dan ikan gurami konsumsi mencapai 4.060.089 ekor. Produksi ini adalah produksi tertinggi diantara budidaya komoditas ikan lainnya. Hal tersebut mensiratkan bahwa kegiatan agribisnis ikan gurami di Kabupaten Banyumas merupakan salah satu sumber pendapatan pembudidaya selain dari usaha lainnya. Lebih jauh lagi sesuai dengan dicanangkannya program minapolitan sesuai keputusan Bupati Banyumas Nomor: 523/673/2008 pembudidayan ikan gurami ini memiliki sentra di beberapa wilayah tertentu termasuk sentra pembesaran ikan gurami konsumsi. Walaupun terdapat kendala akan pertumbuhannya yang lambat, pada umumnya para pembudidaya ikan tidak terlalu mempermasalahkan dikarenakan harganya yang dapat dikatakan masih mendominasi pasaran dibandingkan dengan jenis ikan tawar lain (Susanto, 2002).

5 Tabel 1.4. Realisasi Produksi Ikan Gurami di Kabupaten Banyumas tahun 2012 No. Kecamatan Jumlah Produksi (ekor) 1 Lumbir 13.236 2 Wangon 65.374 3 Jatilawang 69.364 4 Rawalo 38.973 5 Kebasen 426.548 6 Kemranjen 202.175 7 Sumpiuh 100.319 8 Tambak 8.632 9 Somagede 18.644 10 Kalibagor 17.220 11 Banyumas 38.531 12 Patikraja 72.220 13 Purwojati 46.931 14 Ajibarang 175.311 15 Gumelar - 16 Pekuncen 196.265 17 Cilongok 189.054 18 Karangleawas 290.088 19 Kedungbanteng 224.625 20 Baturaden 281.810 21 Sumbang 270.348 22 Kembaran 311.336 23 Sokaraja 520.147 24 Purwokerto Selatan 117.382 25 Purwokerto Barat 153.135 26 Purwokerto Timur 65.547 27 Purwokerto Utara 146.214 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Banyumas Pada taraf realisasi, produksi ikan gurame nasional mengalami peningkatan sebesar 19,86 % per tahun sejak tahun 2009 sampai dengan 2013. Pada tahun 2009, produksi gurame adalah 46.254 ton dan meningkat menjadi 94.605 ton pada 2013. Kabupaten Banyumas merupakan salah satu sentra produksi gurame dengan produksi pada 2012 mencapai 3.057 ton atau sekitar 20 % dari total produksi

6 gurame di Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 (Dirjend Perikanan Budidaya, 2015). Dilihat lebih jauh lagi pembudidayaan gurami ini memiliki daerah yang dipilih sebagai kawasan minapolitan. Kawasan tersebut yaitu Kecamatan Sokaraja dan kecamatan Kembaran sebagai sentra pembesaran ikan gurami. Pemusatan tersebut dilakukan agar penanganannya lebih terfokus sehingga menghasilkan hasil yang optimal dan mampu bersinergi. Oleh karena itu Kabupaten Banyumas dikenal sebagai sentra budidaya gurami. Di sisi lain, meski produksi melimpah hasil usaha pembesaran gurami juga tidak terlepas dari berbagai permasalahan. Seperti komoditas pertanian maupun perikanan lainnya, struktur pasar yang terbentuk pada tingkat pedesaan menghadapi permasalahan seperti masalah permodalan, sarana prasarana, lemahnya posisi tawar petani/pembudidaya, harga selalu ditekan, kualitas rendah, dan rantai distribusi panjang sehingga terjadi penyusutan yang cukup signifikan. Sehingga salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan wadah yang dapat memperkuat posisi tawar yaitu dengan melalui Kelompok Pembudidaya Ikan (POKDAKAN) sebagai sarana untuk memfasilitasi transfer ilmu dalam hal budidaya dan berbagai program serta penguatan dari aspek manajemen khususnya pemasaran. POKDAKAN ini juga termasuk tangan panjang dari kebijakan Minapolitan dari pemerintah agar tujuan yang ingin dicapai dapat tepat sasaran. POKDAKAN diharapkan berperan untuk meningkatkan kemandirian pembudidaya ikan gurami mealui fungsi pemenuhan permodalan, sarana produksi, menyediakan informasi yang dibutuhkan hingga masalah pemasaran terkait peningkatan posisi tawar pembudidaya serta meningkatkan pendapatan pembudidaya. Sehingga dalam hal ini permasalahan ini akan dikaji dari peran dan kontribusi program minapolitan melalui POKDAKAN terhadap pengelolaan budidaya ikan gurami terkait pada tingkat produktivitas, pendapatan, khususnya pemasaran sebagai akhir dari usaha yang dilakukan. Mahyuddin (2009) menyatakan bahwa pemasaran dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan menyalurkan produk dari produsen ke konsumen sehingga pemasaran merupakan ujung tombak kegiatan ekonomi dalam agribisnis perikanan. Pemasaran dalam penelitian ini adalah kegiatan menyalurkan hasil ikan gurami konsumsi dari pembudidaya ke konsumen akhir melalui beberapa lembaga pemasaran. Keberadaan POKDAKAN di kawasan Minapolitan hanya dapat dirasakan kebermanfaatannya bagi bagi pembudidaya anggota POKDAKAN. Penggunaan

7 bantuan input produksi dari program pemerintah maupun program lainnya hanya dapat diterima oleh pembudidaya anggota POKDAKAN. Sementara pembudidaya non anggota POKDAKAN tidak dapat menerima bantuan tersebut. Selain itu pemasaran ikan gurami dari non anggota masih terikat kepada satu pedagang sehingga memiliki posisi tawar yang lemah sedangkan peran POKDAKAN sendiri bertujuan untuk memperkuat posisi tawar pembudidaya dengan melakukan pemasaran secara kolektif. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian terkait analisis produksi (biaya produksi, penerimaan, pedapatan, keuntungan), pendapatan (kontribusi) dan efisiensi pemasaran (saluran pemasaran, marjin pemasaran, farmer share, monopoli indeks) ikan gurami konsumsi melalui POKDAKAN di Kawasan Minapolitan Kabupaten Banyumas penting untuk dilakukan. 1.2. Rumusan Masalah Pembudidaya dalam melakukan kegiatan produksi memiliki tujuan yang ingin dicapai yaitu bagaimana usaha pembesaran ikan gurami dapat memberikan keuntungan dengan penggunaan sumber daya yang ada. Salah satu yang harus diperhatikan adalah pada tataran pemasarannya. Pemasaran pertanian merupakan syarat mutlak yang diperlukan dalam pembangunan pertanian. Pemasaran dalam produksi perikanan dapat menciptakan nilai tambah melalui nilai guna tempat, bentuk dan waktu. Sistem pemasaran hasil perikanan dikatakan efisien apabila tersedia informasi pasar yang memadai, dimana informasi tersebut dikatakan baik ketersediaannya apabila pasar di wilayah produksi terintegrasi cukup kuat dengan pasar di wilayah konsumsi. Dengan demikian perubahan harga dapat segera diketahui dan akhirnya proses pengembalian keputusan oleh produsen dapat dilakukan dengan baik dan tepat. Lebih lanjut menurut Adida (2014) menjelaskan adanya rangkaian interaksi antara pembudidaya dengan perantara di dalam saluran pemasaran sehingga ikan gurami sampai di konsumen akhir akan menggambarkan suatu sistem pemasaran. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konfirmasi mengenai kontribusi pendapatan usaha budidaya pembesaran gurami pada pendapatan rumah tangga pembudidaya, peran kelembagaan POKDAKAN dalam proses produksi dan pemasaran ikan gurami konsumsi, pengaruh POKDAKAN terhadap tingkat produktivitas dan keuntungan, serta efisiensi pemasaran ikan gurami konsumi melalui indeks monopoli pada tiap saluran pemasaran. Berdasarkan uraian diatas maka identifikasi masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

8 1. Berapa kontribusi usaha budidaya pembesaran gurami pada pendapatan Rumah Tangga pembudidaya? 2. Bagaimanakah peran kelembagaan POKDAKAN dalam proses produksi dan pemasaran ikan gurami konsumsi? 3. Bagaimanakah perbedaan tingkat produktivitas dan keuntungan pembudidaya pembesaran gurami melalui POKDAKAN dan tidak melalui POKDAKAN? 4. Bagaimanakah efisiensi pemasaran ikan gurami konumsi yang melalui POKDAKAN dan tidak melalui POKDAKAN? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa : 1. Mengetahui kontribusi usaha budidaya pembesaran gurami pada pendapatan Rumah Tangga pembudidaya. 2. Mendeskripsikan peran kelembagaan POKDAKAN dalam proses produksi dan pemsaran ikan gurami konsumsi. 3. Menganalisis perbedaaan tingkat produktivitas dan keuntungan pembudidaya pembesaran gurami melalui POKDAKAN dan tidak melalui POKDAKAN. 4. Menganalisis efisiensi pemasaran ikan gurami konumsi yang melalui POKDAKAN dan tidak melalui POKDAKAN. 1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan bagi : 1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengalaman dan pengetahuan mengenai aplikasi program minapolitan melalui POKDAKAN terutama dari segi manajemen khususnya pemasaran. 2. Bagi pemerintah daerah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan yang lebih baik di masa yang akan datang, terutama dalam pengembangan perikanan, khususnya komoditi ikan gurami di Kabupaten Banyumas 3. Bagi pembudidaya gurami, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai pengelolaan budidaya dan pemasaran ikan gurami.

9 4. Bagi pembaca, semoga penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi, wawasan dan pengetahuan serta sebagai referensi untuk penelitian yang sejenis.