24 III. BAHAN DAN METODE KERJA A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 10--24 April 2014, bertempat di Laboratorium Produksi dan Reproduksi Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. B. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan Telur yang digunakan pada penelitian ini adalah telur ayam ras petelur dari strain Isa Brown berumur 30 minggu dengan rata-rata berat telur 57,31±1,08 g (KK=1,89%) dan telur dipilih dengan bentuk yang relatif sama (oval), dengan jumlah telur 60 butir (Tabel 31). Telur tersebut mempunyai karakteristik umur simpan satu hari serta warna kerabang cokelat tua dan cokelat muda. Telur berasal dari peternakan ayam ras petelur PT. Sumber Proteina, Desa Gedung Agung, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan. Ayam ras dipelihara secara intensif menggunakan kandang battery dengan bahan yang terbuat dari kawat. Kepadatan kandang setiap satu sekat berisi 2 ayam. Ransum yang digunakan adalah b-ii produksi PT. Sumber Proteina. Kandungan nutrisi dalam ransum b-ii disajikan pada Tabel 4.
25 Tabel 5. Kandungan nutrisi ransum Nutrisi Kandungan Nutrisi Protein (%) 17--18 Calcium (%) 3,7 Phospor (%) 0,6 Energi metabolisme (kcal/kg) 2.650--2.750 Sumber: PT. Sumber Proteina 2. Alat Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain egg tray digunakan sebagai tempat meletakkan telur pada saat penyimpanan; timbangan elektrik kapasitas 210 g dengan ketelitian 0,001 g digunakan untuk menimbang telur sebelum dan sesudah penyimpanan; termometer dan higrometer untuk mengukur suhu dan kelembapan lingkungan tempat penyimpanan telur; ph meter digunakan untuk mengukur ph telur; meja kaca digunakan sebagai alas untuk meletakkan pecahan telur yang diukur; pisau untuk memecahkan telur; jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter albumen dan yolk; kain lap untuk membersihkan telur; gelas piala untuk menempatkan telur; tisu untuk mengelap peralatan yang akan digunakan; spatula untuk mengaduk antara albumen dan yolk; label untuk menandai telur; ember plastik untuk menampung telur yang sudah dipecah; tripod mikrometer untuk mengukur tinggi albumen dan yolk; dan alat tulis untuk menulis data.
26 C. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola tersarang 2 2. Faktor lama penyimpanan telur (P 1 : 7 hari dan P 2 : 14 hari) sebagai petak utama dan faktor warna kerabang (W 1 : muda, W 2 : tua) sebagai anak petak. Penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan yaitu: P 1 W 1 P 1 W 2 Lama penyimpanan 7 hari, warna kerabang cokelat muda. Lama penyimpanan 7 hari, warna kerabang cokelat tua. P 2 W 1 : Lama penyimpanan 14 hari, warna kerabang cokelat muda. P 2 W 2 : Lama penyimpanan 14 hari, warna kerabang cokelat tua. Perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Setiap satuan percobaan menggunakan 3 butir telur, sehingga jumlah telur yang digunakan 60 butir. Suhu yang digunakan pada saat penyimpanan adalah suhu ruang dengan kisaran suhu 27--30 o C dan kelembaban 60--80%. 2. Analisis Data Analisis data dilakukan sesuai dengan asumsi analisis ragam (uji normalitas, uji aditivitas dan uji homogenitas). Jika ada peubah yang nyata dilanjutkan dengan uji Duncan untuk lama pada taraf nyata 5% (Steel dan Torrie, 1995). Pengamatan yang dilakukan meliputi nilai indeks albumen, indeks yolk, dan ph telur.
27 D. Prosedur Penelitian a. Pengumpulan telur dilakukan selama 1 hari, yaitu dari kandang telur ayam ras, dengan jumlah telur yang digunakan 66 butir (6 butir sebagai kontrol dan 60 butir sebagai perlakuan), masing-masing satuan percobaan terdiri dari 3 butir. b. Memberi tanda setiap perlakuan sesuai lay out penelitian dan menimbang bobot awal telur. c. Memindahkan telur ke dalam egg tray dengan posisi ujung telur yang tumpul berada di bawah. d. Membawa telur penelitian ke ruang penyimpanan. e. Menyimpan telur pada suhu ruang berkisar 27--30 o C dan kelembapan 60--80% di ruang penyimpanan selama 7 dan 14 hari. f. Menimbang dan memecahkan telur sesuai perlakuan dan memeriksa kualitas internal telur (indeks albumen, indeks yolk, dan ph telur). g. Mencatat data yang diperoleh. E. Peubah yang Diamati 1. Nilai Indeks Albumen Pengukuran indeks albumen dilakukan dengan cara memecah telur di atas meja kaca datar. Tinggi albumen kental diukur menggunakan alat tripod mikrometer. Diameter albumen diukur menggunakan jangka sorong. Nilai indeks albumen dihitung dengan cara membandingkan tinggi albumen kental (mm) dengan ratarata diameter terpanjang dan terpendek dari albumen kental (mm). Indeks albumen = tinggi albumen (mm ) rata rata diameter terpanjang dan terpendek albumen kental (mm )
28 (Kurtini et al., 2011). Gambar 2. Cara pengukuran lebar albumen 2. Nilai Indeks Yolk Pengukuran indeks yolk diukur dengan cara memecah telur di atas meja kaca datar. Tinggi yolk diukur menggunakan tripod mikrometer. Lebar yolk diukur menggunakan jangka sorong. Nilai indeks yolk dihitung dengan cara membandingkan tinggi dengan lebar yolk (mm). Indeks Yolk = (Kurtini et al., 2011) tinggi yolk (mm ) lebar yolk (mm ) Gambar 3. Pengukuran tinggi dan lebar yolk serta tinggi albumen Keterangan: t = tinggi yolk (mm) l = lebar yolk (mm) h = tinggi albumen (mm)
29 3. Derajat Keasaman (ph) Telur Pengukuran ph telur dapat diukur dengan menggunakan ph meter. Albumen dan yolk dimasukkan ke dalam gelas piala kecil dan diaduk sampai rata, lalu dilakukan pengukuran dengan menggunakan ph meter. Pengukuran dilakukan 3 kali kemudian hasil diambil rata-rata (Kurtini et al., 2011).