BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara. Sesuai Undang undang No.17 Tahun 2007

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai

menikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab mendasar dari timbulnya berbagai masalah. Mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada saat ini Keluarga Berencana (KB) telah dikenal hampir di

BAB 1 PENDAHULUAN. telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Hasil penelitian UN-

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan angka fertilitas atau total fertility rate (TFR) 2,6. Indonesia masih berada

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) Keluarga Berencana adalah

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan populasi sewaktu-waktu, dan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

BAB I PENDAHULUAN. seimbang agar kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan sosial budaya penduduk Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas penduduk dan pengarahan mobilitas penduduk kedepan. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional mencakup upaya peningkatan semua segi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)


BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

BAB I PENDAHULUAN. seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MULTIPARA TENTANG KONTRASEPSI IUD DI DESA SIDAHARJA WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATIBOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan, termasuk juga di Indonesia. Salah satu masalah yang di hadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

BAB 1 PENDAHULUAN. berkesinambungan. Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi,

I. PENDAHULUAN. oleh masalah kependudukan dengan segala tata kaitan persoalan, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, terdiri dari pulau-pulau yang tersebar di seluruh

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu sekitar 258 juta jiwa (United Nations, 2015). Dalam kurun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB 1 PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. cakupan pelayanan KB yang telah mencapai 60,3% pada tahun (Depkes RI,

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Kota Bandar

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PELAYANAN KELUARGA BERENCANA (KB) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. maka 10 tahun lagi Indonesia akan mengalami ledakan penduduk. wilayah terpadat ke dua se-diy setelah Sleman (BPS, 2010).

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB 3 METODE PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS PASANGAN USIA SUBUR PESERTA KB DI KELURAHAN AUR KUNING KECAMATAN AUR BIRUGO TIGO BALEH

I. PENDAHULUAN. di Indonesia tersebut, pada hakekatnya digolongkan menjadi dua yaitu laju

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelahiran dalam rangka mewujudkan hak-hak pasangan usia subur untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dapat diatasi. Permasalahan ini antara lain diwarnai jumlah yang besar

Promotif, Vol.1 No.2 Apr 2012 Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang

GAMBARAN PENGETAHUAN PUS TENTANG KB LENDIR SERVIKS DI DESA BALUNG TAWUN KECAMATAN SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Permasalahan yang sangat menonjol adalah jumlah penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

ABSTRAK. Referensi : 16 buku ( ) + 7 kutipan dari internet Kata Kunci : Pengetahuan, tingkat ekonomi, pemilihan alat kontrasepsi..

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar atau hak fundamental warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sesuai Undang undang No.17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) Tahun 2005-2025 mengatakan bahwa pembangunan nasional diarahkan untuk mengedepankan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing. Tujuan umum pengembangan kesehatan nasional adalah tercapainya mutu hidup dan lingkungan hidup yang optimal, serta tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya yang meliputi kesehatan badaniah, rohaniah, social serta bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan ( www.depkominfo.co.id). Program pembangunan kesehatan memberikan prioritas utama terhadap upaya-upaya pelayanan peningkatan kesehatan (promotif), upaya pencegahan penyakit (preventif), upaya pengobatan (kuratif) dan upaya pemulihan kesehatan (rehabilitative) dilakukan secara menyeluruh, terpadu serta menyeluruh. Rencana Pembangunan Kesehatan Nasional itu sendiri memiliki empat (4) strategi utama, yaitu : 1. Menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat. 2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. 3. Meningkatkan system surveilans, monitoring dan informasi kesehatan. 1

2 4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan. Derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dapat tercapai jika masyarakat memiliki kesadaran dan kemampuan untuk berprilaku hidup sehat. Prilaku hidup sehat dapat tercermin dari prilaku masyarakat dalam segala aspek kehidupannya. Dalam kenyataannya, masalah pertumbuhan penduduk masih menjadi masalah utama dan dapat menghambat rencana pembangunan kesehatan nasional. Masalah kependudukan menjadi isu yang penting dan mendesak utamanya berkaitan dengan aspek pengendalian kuantitas penduduk, peningkatan kualitas penduduk dan pengarahan mobilitas penduduk. Dari data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), pertambahan penduduk tercatat rata-rata 3.5-4 juta tiap tahun atau hampir 10 ribu setiap hari. Jumlah tersebut tergolong tinggi sehingga dikhawatirkan jumlah penduduk besar tetapi kualitas sumber daya manusianya rendah karena belum mendapatkan pendidikan yang layak karena hidup miskin. Laju pertumbuhan penduduk yang sangat cepat akan berpengaruh pada kualitas hidup manusia. Hal tersebut terjadi karena pertumbuhan penduduk yang cepat tapi kualitas SDM yang rendah karena belum mendapatkan pendidikan yang layak akan mengakibatkan kemiskinan. Dari hasil penelitian, Pada tahun 2010 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di indonesia menempati urutan ke-108 dunia dari 180 negara. Sementara di ASEAN Indonesia masuk ururtan ke-6 dari 10 negara. Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), jatuhnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau rendahnya sumber daya manusia (SDM) disebabkan masalah pendidikan,

3 kesehatan dan kemiskinan. Rendahnya SDM tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup besar. Dari segi aspek pendidikan, sebanyak 55 % penduduk Indonesia tidak tamat jenjang pendidikan sekolah dasar (SD). Kemudian masalah kesehatan, terjadi angka kematian pada ibu melahirkan mencapai 228 per 100 ribu. Jumlah kematian ibu melahirkan tersebut tentu angka yang luar biasa bila dibandingkan dengan negar-negara di dunia. Sedangkan masalah kemiskinan, secara kuantitas angka kemiskinan Indonesia meningkat dibarengi dengan pendapatan per kapita yang sangat rendah. Ketiga permasalahan inilah yang menjadi penyebab utama jatuhnya IPM bangsa Indonesia, hal ini sungguh menjadi tantangan agar kedepannya IPM dapat meningkat. Persoalan tersebut dapat diselesaikan manakala adanya komitmen antar pemerintah pusat dan pemerintah daerah termasuk juga masyarakat untuk terus melaksanakan program Keluarga Berencana. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengatakan bahwa program KB selain mengendalikan laju pertumbuhan penduduk juga memotong rantai kemiskinan karena berdasarkan hasil penelitian ternyata keluarga miskin dengan pendidikan rendah justru mempunyai anak yang lebih banyak dibanding keluarga kaya dengan pendidikan tinggi. Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita. Untuk optimalisasi manfaat kesehatan KB, pelayanan tersebut harus disediakan bagi wanita dengan cara menggabungkan dan memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi utama dan yang lain. Keluarga berencana yaitu salah satu usaha untuk mencapai

4 kesejahteraan dengan cara memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan kehamilan ( DepKes RI, Jakarta: 1993). Pada tahun 2007 pasangan usia subur (PUS) yang ikut KB di Indonesia adalah 66,28%. sedangkan berdasarkan pendataan keluarga tahun 2009, secara Nasional jumlah pasangan usia subur (PUS) yang ikut KB yaitu 70,91%. Dari data diatas dapat dilihat bahwa jumlah pasangan usia subur yang ikut KB meningkat menjadi 4,63 % dalam rentang waktu dari tahun 2007-2009. Adanya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pemanfaatan KB dapat dijelaskan dari pengetahuan sebagai tahap awal proses pembentukan suatu prilaku yang terdiri dari pengetahuan, persuasi, keputusan dan konfirmasi. Dengan demikian pengetahuan yang baik tentang keluarga berencana akan menentukan pembentukan sikap positif, mengadopsi dan melanjutkan prilaku keluarga berencana. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu terhadap perilaku KB dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sirodjudin Hamid (2002) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku KB. Ditemukan responden dengan pengetahuan kurang, berpeluang 4,33 kali untuk tidak ikut KB dibanding responden yang berpengetahuan baik. Dukungan suami merupakan salah satu variabel sosial budaya yang sangat berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi bagi kaum wanita sebagai istri secara khusus dan didalam keluarga secara umum. Di dalam beberapa penelitian, terbukti bahwa penolakan atau persetujuan dari suami berpengaruh terhadap perilaku pemanfaatan KB dalam rumah tangga. Sering kali terjadi ketika suami

5 tidak mendukung terhadap penggunaan alat/cara KB tertentu yang diakibatkan adanya perbedaan fertilitas, kurangnya pemahaman terhadap alat/cara KB, takut akan efek samping, masalah sosial budaya, dan berbagai faktor lain. Pada tahun 2010 Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatat dalam sehari lahir 10.000 bayi di Indonesia atau mencapai sekitar empat juta bayi dalam setahun. Jumlah tersebut tergolong tinggi sehingga dikhawatirkan jumlah penduduk besar tapi kualitas SDM rendah karena belum mendapatkan pendidikan yang layak akibat hidup miskin. Jumlah penduduk yang besar sementara kualitas SDMnya rendah maka akan memicu tingginya kemiskinan, tingginya tingkat pengangguran, perusak lingkungan, sulitnya lapangan pekerjaan, sarana kesehatan dan pendidikan. B. Identifikasi Masalah Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita. KB menurut WHO dalam Hartanto 2002 adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, menentukan jumlah anak dalam keluarga. 1 1 Hartanto,Hanafi, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2002

6 Perilaku pemanfaatan KB di pengaruhi oleh beberapa factor, antara lain : 1. Pengetahuan Menurut Notoatmojo, pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca inidera melalui penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan merupakan domain yang paling penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behacior). Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru. Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut diatas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting), begitupun sebaliknya. Sebagai suatu contoh, ibu-ibu sebagai peserta KB yang diperintahkan oleh lurah atau ketua RT, tanpa ibu-ibu tersebut mengetahui makna dan tujuan KB, mereka akan segera keluar dari peserta KB setelah beberapa saat perintah itu diterima.

7 2. Umur Umur merupakan salah satu variabel latar belakang demografis dari responden yang paling mudah diketahui. Variabel umur ditemukan signifikan pada penelitian yang dilakukan oleh Westoff dan Bankole (1995) menunjukkan adanya penurunan kebutuhan terhadap KB untuk menjarangkan kelahiran setelah mencapai usia 30 tahun dan kebutuhan KB untuk membatasi kelahiran mencapai puncaknya pada usia 35-44 tahun. Dengan demikian hubungan antara umur dan kebutuhan KB berbentuk seperti huruf U terbalik, yaitu kebutuhan KB rendah pada umur muda dan tua, namun kebutuhan ini tinggi pada kelompok umur paling produktif. 3. Pendidikan Variabel latar belakang pendidikan responden merupakan variabel yang sejak lama diteliti dan dianggap berpengaruh terhadap perilaku pemanfaatan KB., seperti yang dilakukan oleh Westoff dan Bankole (1995) yang menemukan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, maka semakin tinggi persentase pemanfaatan KB, karena orang berpendidikan akan memiliki pengetahuan yang lebih tentang permasalahan kesehatan, termasuk kesehatan reproduksi, sehingga mereka bisa lebih mengerti mengenai alat/cara KB tertentu beserta pengaruhnya pada kesehatan. dengan demikian, mereka bisa menentukan alat/cara KB yang ingin digunakan dalam ber-kb, sehingga dapat lebih menghindari kemungkinan untuk tidak ikut KB. Orang yang memiliki pendidikan juga

8 cenderung lebih mengerti tentang urgensi pembatasan kelahiran dan pembentukan keluarga yang berkualitas, serta manfaatnya bagi pembangunan, sehingga akan mempengaruhi preferensi fertilitas mereka pada tingkat yang lebih rendah dan secara otomatis menciptakan permintaan terhadap alat/cara KB tertentu. 4. Pernah-tidaknya menggunakan KB Pengalaman menggunakan KB akan membuat wanita lebih mengerti dan dapat menentukan tindakan yang tepat bagi dirinya dalam mengatasi permasalahan kesehatan reproduksi dan untuk memenuhi keinginannya dalam preferensi fertilitas, sehingga hal ini akan semakin memperbesar peluang untuk ikut KB. Westoff (2006) juga menemukan besarnya angka persentase yang tidak ikut KB pada orang yang belum pernah menggunakan KB dan orang yang tidak berniat untuk menggunakan KB di masa depan. 5. Aktivitas ekonomi Pada penelitian yang dilakukan oleh Prihastuti dan Djutaharta yang diterbitkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional tahun 2004, ditemukan hubungan yang signifikan antara perilaku KB dan status bekerja dari wanita, dimana di daerah perkotaan wanita yang bekerja memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk ikut KB. Hal ini terjadi karena wanita yang bekerja akan lebih memiliki kepentingan untuk membatasi dan mengatur kehamilan atau kelahiran yang dia inginkan karena hal ini akan mempengaruhi karier dan pekerjaan mereka, sehingga

9 menyebabkan mereka memberi perhatian lebih terhadap pemakaian alat/cara KB tertentu yang selanjutnya dapat memperkecil kemungkinan untuk tidak ikut KB. 6. Indeks kesejahteraan hidup Dalam penelitian yang dilakukan oleh Prihastuti dan Djutaharta di Indonesia tahun 2004 juga diperoleh kesimpulan bahwa responden yang berada ditingkat kesejahteraan menengah hingga teratas memiliki kemungkinan lebih kecil untuk tidak ikut KB dibandingkan mereka yang hidup pada tingkat menengah kebawah dan terbawah. Variabel yang sejenis dan lebih sering digunakan untuk melihat hubungannya dengan perilaku KB adalah variable pendapatan atau penghasilan yang memiliki fungsi sama, yaitu untuk melihat kesejahteraan dan daya beli yang dimiliki oleh responden. Ketika pendapatan seseorang naik, maka daya belinya juga akan naik dan kesejahteraannya secara otomatis juga akan naik. Dalam sebuah rumah tangga, pendapatan yang mereka miliki akan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan yang paling primer yaitu makanan, sehingga pendapatan yang mereka miliki tidak terlalu besar, rumah tangga akan menjadi kebutuhan sekunder dan tersier, terutama barang bukan makanan, sebagai prioritas terakhir. Termasuk di dalamnya adalah kebutuhan terhadap alat KB yang membutuhkan biaya atau ongkos untuk memperolehnya, juga tidak akan dijadikan prioritas yang penting dalam pola konsumsi yang dijalankannya. Sehingga bagi rumah tangga dengan

10 tingkat kesejahteraan, pendapatan, dan daya beli yang rendah akan lebih mungkin bagi mereka untuk tidak ikut KB karena mereka hanya akan menjadikan kebutuhan mereka terhadap alat KB sebagai prioritas kesekian untuk dipenuhi dengan keterbatasan anggaran konsumsi yang dimiliki (isa, 2009). Untuk optimalisasi manfaat kesehatan KB, pelayanan tersebut harus disediakan bagi wanita dengan cara menggabungkan dan memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi utama dan yang lain. Peningkatan dan perluasaan pelayanan KB merupakan salah satu usaha untuk kehamilan yang dialami oleh wanita. Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Yang bersifat permanen dinamakan pada wanita tubektomi dan pada pria vasektomi. Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. 2 Metode suntikan KB telah menjadi bagian gerakan keluarga berencana nasional serta peminatnya makin bertambah. Tingginya minat pemakai suntikan KB oleh karena aman, sederhana, efektif, tidak menimbulkan gangguan dan dapat dipakai pada pasca persalinan. Program KB selain mengendalikan laju pertumbuhan penduduk juga memotong rantai kemiskinan karena berdasarkan hasil penelitian ternyata keluarga miskin dengan pendidikan rendah justru mempunyai anak yang lebih banyak 2 Manuaba, IGB, Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan, EGC, Jakarta, 1998

11 dibanding keluarga kaya dengan pendidikan tinggi. Secara nasional, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia berada di rangking 108 dari 180 negara di dunia atau SDM yang sangat rendah karena tiga indikator yaitu pendidikan, kesehatan dan kemiskinan. Prilaku atau tingkat pemanfaatan terhadap Keluarga Berencana ( KB ) sendiri dipengaruhi oleh pengetahuan masyarakat mengenai manfaat Keluarga Berencana (KB). C. Pembatasan Masalah Penelitian ini dibatasi hanya pada perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan Keluarga Berencana (KB) berdasarkan pengetahuan ibu tentang Keluarga Berencana (KB). D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan Keluarga Berencana ( KB ).

12 E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan Keluarga Berencana (KB). 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang Keluarga Berencana (KB). b. Mengidentifikasi perilaku ibu tentang pemanfaatan Keluarga Berencana. c. Menganalisis hubungan pengetahuan ibu tentang KB dengan perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan KB. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman serta memberikan informasi kepada masyarakat sehingga dapat dijadikan dasar untuk dapat melakukan penelitian yang lebih lanjut. 2. Bagi Intitusi Pendidikan a. Sebagai tambahan pengetahuan yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian yang lain. b. Menambah bahan referensi kepustakaan Universitas Esa Unggul, yang nantinya dapat bermanfaat bagi para pembaca.