BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang adalah Tuberkulosis Paru (TB paru) (Kemenkes, 2008). Mycobakterium Tuberculosis yang terutama menyerang paru (Kemenkes,

dokumen-dokumen yang mirip
Eka Purwanti¹, Sodikin², Dyah Astorini Wulandari³. Universitas Muhammadiyah Purwokerto ABSTRAK

HUBUNGAN KECEMASAN TENTANG PENULARAN PENYAKIT DENGAN PERAN KELUARGA DALAM PERAWATAN PENYAKIT TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL I SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan dapat menyerang berbagai organ

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh (Mycobacterium tuberculosis). Penyakit ini juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. ditemukannya kuman penyebab tuberkulosis oleh Robert Koch tahun 1882

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk yang paling banyak dan paling penting (Widoyono, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan. masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. A. Latar belakang. Hal ini dikarenakan angka kematian akibat TB masih tinggi, dimana angka

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Indonesia saat ini berada pada ranking kelima negara

BAB I PENDAHULUAN. berobat dan putus berobat selama 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)


BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

BAB 1 PENDAHULUAN. TB Paru merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

BAB I PENDAHULIAN. Tuberculosis paru (TB paru) adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit di seluruh dunia, setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). negatif dan 0,3 juta TB-HIV Positif) (WHO, 2013)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikategorikan high burden countries. Kasus baru Tuberkulosis di dunia

KERANGKA ACUAN PROGRAM TB PARU UPTD PUSKESMAS BANDA RAYA KECAMATAN BANDA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat disembuhkan dengan pengobatan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

PRATIWI ARI HENDRAWATI J

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sinar matahari, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembagan laju penyakit di Indonesia dewasa ini sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk percikan dahak (droplet nuclei) ( Lippincott, 2011). 39 per penduduk atau 250 orang per hari. Secara Global Report

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksius yang menular yang

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

2015 GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru-paru,

BAB 1 PENDAHULUAN. tergantung pada potensi biologinya. Tingkat tercapainya potensi biologi seorang

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA PENDERITA TB PARU TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT TB PARU

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI PETUGAS TBC DENGAN ANGKA PENEMUAN KASUS TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (World

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Mikobakterium tuberculosis dan kadang-kadang oleh Mikobakterium bovis

BAB I. Treatment, Short-course chemotherapy)

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Oleh banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi paling. umum di dunia dengan perkiraan sepertiga populasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah penyakit menular sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan menjadi penyebab kesakitan dan kematian utama, khususnya di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah dan kelompok rentan. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyebutkan salah satu penyakit menular yang menjadi penyebab utama kesakitan di negara-negara berkembang adalah Tuberkulosis Paru (TB paru) (Kemenkes, 2008). TB Paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh Bacil Mycobakterium Tuberculosis yang terutama menyerang paru (Kemenkes, 2007). Penyakit ini telah dikenal satu abad yang lalu, yakni sejak ditemukannya kuman penyebab TB oleh Robert Koch tahun 1882, namun sampai saat ini penyakit TB tetap menjadi masalah kesehatan dan tantangan global di tingkat dunia maupun di Indonesia (Kemenkes, 2007). Obat-obat anti TB yang bagus, telah dikenal lama, namun hingga saat ini TB masih menjadi masalah kesehatan utama di seluruh dunia. Penyakit TB menduduki peringkat ketiga penyebab kematian setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit pernapasan pada semua kelompok usia, dan nomor satu dari golongan penyakit infeksi (Yanuar, 2011). Pada tahun 2010, Word Health Organization (WHO) menyatakan estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660.000 dan estimasi 16

17 insiden berjumlah 430.000 kasus baru per tahun (Kemenkes, 2010). Kemenkes melanjutkan pada tahun 2010, jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61.000 kematian per tahunnya. Saat ini peringkat Indonesia telah turun dari urutan ketiga menjadi ke lima diantara Negara dengan beban TB tertinggi High Burden Country (HBC) di dunia (WHO, 2010). Meskipun demikian berbagai tantangan perlu menjadi perhatian yaitu Tuberculosis Human immune Defesiency Virus (TB/HIV), Tuberculosis Multy Drugs Resistent (TB/MDR), TB pada anak dan masyarakat rentan lainnya (Kemenkes RI, 2010). Hasil Survei TB paru di Indonesia tahun 2004, menunjukkan bahwa, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk. Mengacu pada hasil survei prevalensi tahun 2004, diperkirakan penurunan insiden TB BTA positif secara nasional sebesar 3-4 % setiap tahunnya (Kemenkes RI, 2007). Sedangkan berdasarkan Yanuar (2011) mengutip data Dinas Kesehatan Jawa Tengah, hingga Maret tahun 2007 penderita TB di Jateng mencapai 6.446 orang, dari jumlah tersebut 16% kasus diderita oleh anak-anak. Berdasarkan data Balai Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Paru (BP4) Purwokerto (2011), di kabupaten Banyumas dilaporkan terdapat 628 kasus TB Paru pada tahun 2010. Penyakit TB Paru biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Micobakterium tuberculosis yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk. Pada anak-anak biasanya sumber infeksi berasal dari penderita TBC

18 dewasa. Bakteri bila masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening ke bagian tubuh lainnya.(sari, 2013). Salah satu kelompok umur yang rentan terinfeksi TB paru adalah kelompok anak usia Balita. Berdasarkan hasil Riset kesehatan dasar (Rikesda, 2007), sekitar 2,54% penderita TB paru di Indonesia merupakan kelompok usia Balita. Bahkan data BP4 Purwokerto manunjukkan jika terdapat 216 kasus TB paru pada anak di area Banyumas atau ± 34% dari keseluruhan kasus TB Paru di area Banyumas. Berbagai masalah di masyarakat penderita TB anak tidak terdektesi atau terlambat diketahui, dan sulitnya dokter mendiagnosa kasus TB pada anak di samping masyarakat sendiri yang belum mengetahui epidemiologi penularan TB. Masih banyak orang yang tidak mengetahui secara benar bahwa penyakit TB dapat menular. Hal ini menyebabkan sebagian masyarakat tidak mewaspadai ada penderita TB dewasa disekitar tempat tinggalnya. Hal itu menjadi sumber penularan yang paling berbahaya adalah orang dewasa yang positif menderita TB (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2011). Banyak studi yang secara konsisten mendokumentasikan stres dan bebanbeban yang dihadapi keluarga, khususnya ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit kronis. Pemberian perawatan di rumah yang berkesinambungan ini dapat mengakibatkan konsekuensi-konsekuensi negatif yang serius bagi pemberi perawatan (Friedman, 1998). Dalam menjalankan peran yang dimiliki seringkali orang tua dihadapkan pada kondisi

19 sulit yang dapat menyebabkan kecemasan. Konflik sering muncul, apakah berada di rumah atau menunggui anaknya yang sedang dirawat (Supartini, 2004). Pada pengobatan pasien TB Paru dalam jangka waktu yang panjang dan telah melebihi masa penyembuhan yang semestinya (6 sampai 9 bulan) akan memerlukan biaya yang lebih banyak selain itu akan meningkatkan kecemasan orang tua (Bahar, 2001). Timbulnya reaksi kecemasan orang tua ditandai dengan kewaspadaan yang meningkat berkaitan dengan proses pengobatan TB yang harus selalu minum obat dalam waktu yang lama. Kewaspadaan ini mengakibatkan orang tua merasakan kekhawatiran yang berlebih jika anak harus terus minum obat, maka akan terjadi kemalangan terkait kondisi kesehatan anaknya selanjutnya (Hawari, 2002). Hal ini mengakibatkan orang tua salah mengambil keputusan untuk tidak kembali datang membawa berobat kembali anaknya sehingga obat akan berhenti sebelum waktunya yang justru akan mengakibatkan komplikasi yang sebagian besar terjadi dalam 2-3 bulan setelah terjadinya penyakit dan merupakan fokus reaktivasi nantinya (Ngastiyah, 2003). Pola perawatan orang tua terhadap anak TB Paru primer dapat mendukung masa penyembuhan pasien, yang meliputi: lingkungan perumahan, pemantauan pengobatan, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan istirahat, dan perawatan masalah, dan perawatan masalah khusus pada gangguan pernafasan dan pemenuhan rasa nyaman. Respon kecemasan merupakan perasaan yang paling umum yang dialami oleh orang tua ketika ada masalah kesehatan pada anaknya (Sukoco, 2002).

20 Ohio Developmental Disabilities Council (ODDC) (2010), kecemasan orang tua yang merupakan salah satu bentuk emosi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor demografi (usia, jenis kelamin, budaya, kesehatan, pendidikan, dan pengetahuan), faktor sosial ekonomi (pekerjaan, pendapatan/status ekonomi, jaminan kesehatan anak, komposisi kepala keluarga), dan faktor lingkungan (ketersediaan fasilitas kesehatan, dan dukungan sosial). Kecemasan ini dapat meningkat apabila orang tua merasa kurang informasi terhadap penyakit anaknya dari rumah sakit terkait sehingga dapat menimbulkan reaksi tidak percaya apabila mengetahui tiba-tiba penyakit anaknya serius. Berdasarakan pendapat ODDC (2010), pengetahuan merupakan salah satu faktor yang berhubungan/berpengaruh terhadap emosi orang tua. Notoadmojo (2007) mendefinisiskan pengetahuan sebagai hasil dari proses belajar/pengideraan terhadap suatu obyek tertentu, sehingga secara sederhana pengetahuan diartikan sebagai hasil dari pengalaman seseorang. Oleh karena itu semakin tinggi pengetahuan orang tua dalam merawat anaknya yang sakit, maka orang tua akan semakin mengerti kebutuhan anaknya, sehingga hal ini dapat meningkatkan pola koping orang tua terhadap kondisi stress yang mampu mempengaruhi emosi orang tua. Berdasarkan penelitian Mariyam (2008), tingkat pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan orang tua terkait hospitalisasi anak. Selain faktor pengetahuan, status ekonomi merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi emosi orang tua. Status ekonomi

21 menggambarkan tingkat pendapatan keluarga perbulan. Tingkat pengeluaran yang tinggi dalam merawat anggota keluarga yang menderita penyakit kronis adalah hambatan yang paling sering dirasakan orang tua dalam merawat anaknya. Berdasarkan ODDC (2010), orang tua anak penyandang penyakit kronis dengan permasalahan ekonomi berhubungan secara signifikan dengan peningkatan stress dan kecemasan orang tua. Hasil survey Counting Cost (2010) juga mendapatkan bahwa kesulitan keuangan cenderung memiliki dampak yang negatif dalam kehidupan keluarga termasuk kondisi emosional keluarga dan meningkatkan isolasi sosial. Kasus TB Paru di Balai Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Paru (BP4) Purwokerto Tahun 2013 adalah sebanyak 575 kasus dan 125 kasus merupakan penderita berumur di bawah 17 tahun, dengan rincian 77 kasus berasal dari anak berusia 0-5 tahun, 41 kasus berasal dari anak berusia 6-10 tahun, dan 7 kasus berasal dari anak usia 10-17 tahun. Data tersebut menunjukkan bahwa 21,7% kasus dari penderita TB paru di BP4 Purwokerto untuk wilayah Kabupaten Banyumas adalah anak-anak (BP4 Purwokerto, 2013). Pada penelitian pendahuluan, peneliti melakukan wawancara kepada 15 orang tua anak dengan TB Paru. Hasil wawancara menunjukkan jika sebagian besar orang tua (10 orang tua) merasa khawatir terkait dengan status kesehatan anaknya, 7 orang tua diantaranya berpikiran jika anaknya akan mengalami gangguan kesehatan dalam waktu yang lama karena terus minum obat tanpa berhenti. Bahkan 3 orang tua melaporkan apakah setelah proses pengobatan

22 selesai anaknya akan kembali terserang penyakit TB Paru, Sedangkan sebagian kecil (5 orang tua) merasa yakin dan percaya diri terkait dengan kesehatan anaknya dimasa yang akan datang. Sebagian besar orang tua yang merasa cemas terkait kesehatan ananknya tidak memiliki pengetahuan yang cukup terkait TB Paru anak (8 orang tua). Semua responden mengatakan bahwa pembiayaan dalam proses pengobatan TB Paru dibiayai oleh pemerintah, tetapi untuk hal hal terkait dengan sehari-harinya anak (pasien) memerlukan biaya yang banyak antara lain: makan, snack, biaya perjalan untuk pengobatan dll.. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan status ekonomi dengan kecemasan orang tua terhadap proses pengobatan anak penderita TB Paru di BP4 Purwokerto. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dipahami bahwa terdapat orang tua yang merasa cemas, dan kurang percaya diri terkait dengan kondisi anaknya sebagai penyandang TB Paru. Kecemasan yang merupakan bentuk emosi negatif timbul akibat permasalahan-permasalahan yang terjadi selama proses penyembuhan TB Paru, seperti permasalahan ekonomi, sosialisasi, dan kelelahan orang tua. Berdasarkan ODDC (2010), Faktor pengetahuan orang tua tentang TB Paru, dan status ekonomi merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi kecemasan orang tua. Oleh karenanya, peneliti merumuskan masalah sebagai

23 berikut: adakah hubungan pengetahuan dan status ekonomi dengan kecemasan orang tua terhadap proses pengobatan anak penderita TB paru di BP4 Purwokerto. C. Tujuan Penelitian 1. Umum Untuk mengetahui dan membuktikan adanya hubungan pengetahuan dan status ekonomi dengan kecemasan orang tua terhadap proses pengobatan anak penderita TB Paru di BP4 Purwokerto. 2. Khusus a. Mengetahui gambaran karakteristik orang tua anak penderita TB paru di BP4 Purwokerto, meliputi usia orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan kepemilikan jaminan kesehatan. b. Mengidentifikasi status ekonomi keluarga anak penderita TB paru di BP4 Purwokerto. c. Mengidentifikasi pengetahuan orang tua tentang TB paru anak di BP4 Purwokerto. d. Mengidentifikasi kecemasan orang tua anak penderita TB paru di BP4 Purwokerto. e. Menganalisa hubungan pengetahuan dengan kecemasan orang tua terhadap proses pengobatan TB Paru anak di BP4 Purwokerto. f. Menganalisa hubungan Status ekonomi dengan kecemasan orang tua terhadap proses pengobatan TB Paru anak di BP4 Purwokerto.

24 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan tentang beberapa faktor yang berhubungan dengan kecemasan orang tua anak penderita TB paru. 2. Bagi Responden (orang tua) Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan tentang beberapa faktor yang berhubungan dengan kecemasan orang tua anak penderita TB paru sehingga keluarga mampu menentukan strategi koping yang tepat dalam proses penyembuhan TB paru anak. 3. Bagi Pendidikan Sebagai tambahan referensi untuk penelitian yang lebih lanjut. 4. Bagi Instansi BP4 Purwokerto Sebagai salah satu acuan dalam pengelolaan dan penentuan strategi proses penyembuhan TB paru pada anak, dengan senantiasa mengikutsertakan peran orang tua dalam proses penyembuhan TB paru pada anak. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang hubungan antara pengetahuan tentang hubungan status ekonomi dan pengetahuan tentang TB Paru anak dengan kecemasan orang tua anak penderita TB Paru di BP4 Purwokerto belum pernah dilakukan. Penelitian ini merupakan penelitian deskiptif korelasional, dengan rancangan penelitian

25 Crossectional Study. Adapun beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut : Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012), yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kecemasan tentang penularan penyakit dengan peran keluarga dalam perawatan penyakit TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol I Sukoharjo. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan desain crossectional. Populasi penelitian adalah keluarga pasien TB paru. Analisa data penelitian menggunakan korelasi produk momen. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan dengan peran keluarga dalam perawatan penyakit TB Paru, dengan p-value 0,000. Persamaan dengan penelitian adalah persamaan tema, populasi penelitian, dan jenis penelitian. Sedangkan perbedaannya adalah perbedaan metode penentuan sampel, jumlah sampel, metode analisa data, dan variabel terikat. Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Oktaria (2013), yang bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan terhadap kepatuhan orang tua dalam pengobatan tuberkulosis anak di poli anak RS Abdul Moeloek Bandar Lampung. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik dengan desain potong lintang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan kepatuhan pengobatan tahap awal (α = 0,05; p-value= 0,03), tidak ada hubungan bermakna antara sikap dengan kepatuhan pengobatan tahap awal (α = 0,05; p-value=0,169) dan tidak ada hubungan bermakna antara adanya orang yang berpengaruh dengan

26 kepatuhan pengobatan tahap awal (α = 0,05; p-value=0,359). Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah persamaan tema, beberapa variabel bebas, jenis penelitian, populasi penelitian dan metode analisis. Sedangkan perbedaannya adalah perbedaan teknik sampling, jumlah sampel, tempat penelitian, variable terikat dan beberapa variable bebas.