BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Partisipan Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. selaput dinding perut atau peritonitis ( Manuaba, 2009). salah satunya adalah Keputihan Leukorea (Manuaba, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO)

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Bagi seorang wanita menjaga kebersihan dan keindahan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

BAB I PENDAHULUAN. pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut dengan masa pubertas. Masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. manusia, dan sering disebut masa peralihan. Tanda - tanda remaja pada

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berupa lendir jernih, tidak berwarna dan tidak berbau busuk (Putu, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari. bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa. menjalani proses terjadi pertumbuhan dan perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan proses reproduksi yang

BAB I PENDAHULUAN. terutama kesehatan reproduksi (Wulandari, 2012). 2003). Remaja dalam menghadapi kehidupan sehari-hari tidak lepas dari

PENGARUH PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP PERSEPSI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENETALIA PADA SISWI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (leukorhea, white discharge atau flouralbus) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu negara dengan AKI tertinggi Asia dan tertinggi ke-3 di

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah negara kepulauan yang didiami oleh 222,6 juta jiwa, yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan reproduksi telah menjadi perhatian bersama

HUBUNGAN PERILAKU EKSTERNAL DOUCHING DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU RUMAH TANGGA DI DESA CATUR TUNGGAL DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang

BAB l PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kondisi sehat yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

Perilaku Vulva Hygiene Berhubungan dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas XII SMA GAMA 3 Maret Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total

Kata kunci : Pengetahuan, remaja puteri, kebersihan, genetalia eksterna PENDAHULUAN

BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertama (1 kegagalan dalam kehamilan). Meskipun alat kontrasepsi

HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua,

BAB I PENDAHULUAN. fisik maupun mental (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2009).

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bentuk observasional atau survey analitik (Setiadi, antara pengetahuan dan sikap mengenai vulva hygiene

BAB I PENDAHULUAN. disertai rasa gatal yang hebat pada kemaluan % wanita di Indonesia. akseptor kontrasepsi Keluarga Berencana (KB).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang remaja. Menstruasi merupakan indikator kematangan

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan perasaan kesegaran serta mencegah timbulnya penyakit akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Population and Development atau ICPD kairo, 1994). Mendefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai penyakit kanker yang menyerang kaum perempuan (Manuaba, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (Leukore/fluor albus) merupakan cairan yang keluar dari vagina.

SKRIPSI. Skripsi ini disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Melakukan Penelitian di Bidang Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh :

BAB I PENDAHULUAN. remaja adalah datang haid yang pertama kali atau menarche, biasanya sekitar umur

Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Kelas X Tentang Flour Albus Dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya

UPAYA MENINGKATKAN KEBERSIHAN GENETALIA REMAJA PUTRI UNTUK MENCEGAH KEJADIAN FLOUR ALBUS DI SMA DALAM MUHAMMADIYAH KALIREJO LAMPUNG TENGAH

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN. Saya bernama Hilda Rahayu Pratiwi / , sedang menjalani

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengambil peran yang cukup besar daripada ayah terutama pada. perkembangan anak perempuan, karena kesamaan gender dan

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE DAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA WANITA PERIMENOPAUSE DI DESA MOJO KECAMATAN ANDONG BOYOLALI

.BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. menarche sampai menopause. Permasalahan dalam kesehatan reproduksi

LAMPIRAN 1 Lembar Persetujuan Responden LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN. Yang bertandatangan dibawah ini, saya: Nama : (Inisial) Umur :

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN LEUKOREA PADA REMAJA PUTRI

PERILAKU SANTRI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITAL EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut menjadi perhatian masyarakat secara umum dan individu secara khusus. Kesehatan reproduksi juga merupakan salah satu unsur penting yang cukup berperan atau berdampak bagi kehidupan seorang pria maupun wanita. Kesehatan reproduksi menurut Undang-Undang No. 36/ 2009 tentang kesehatan (pasal 71 ayat 1) adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan perempuan. Ketika kesehatan reproduksi seseorang terganggu maka akan sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan, berapa pun usianya. Setiap orang paling tidak harus dibekali dengan ilmu pengetahuan dan sikap yang baik dan benar tentang bagaimana menjaga dan merawat organ reproduksi. Pengetahuan adalah sesuatu yang kita ketahui yang berhubungan erat dengan proses pembelajaran (KBBI, 2005), sedangkan sikap merupakan reaksi dari seseorang terkait suatu keadaan atau stimulus yang diberikan (Notoatmodjo, 1

2 2003). Keterkaitan pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan reproduksi akan menolong seseorang agar terhindar dari penyakit-penyakit terkait organ reproduksi. Seorang wanita sudah seharusnya menaruh perhatian khusus terkait kesehatan reproduksi. Pasalnya gangguan terkait kesehatan reproduksi akan menimbulkan masalah, salah satunya adalah keputihan. Keputihan adalah cairan berlebih yang keluar dari vagina (Eny, 2011). Ada dua jenis keputihan yaitu keputihan bersifat normal maupun tidak normal. Dalam keadaan normal, keputihan berupa getah atau lendir vagina seperti cairan bening tidak berbau, jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Sebaliknya dalam keadaan tidak normal akan terdapat cairan berwarna, berbau, jumlahnya banyak, disertai rasa gatal, panas atau nyeri, dan hal itu tentunya akan sangat mengganggu (Eny, 2011). Dalam keadaan normal, sekret ini disertai dengan adanya bakteri atau flora normal, biasanya terjadi ketika seseorang mengalami periode menjelang haid atau sesudah haid. Sedangkan yang tidak normal ada beberapa penyebab yang menyertai diantaranya infeksi jamur parasit, bakteri dan virus (Jawetz, 2004), kanker terkait organ reproduksi atau disebabkan oleh gangguan hormonal akibat haid. Selain itu dapat juga disebabkan oleh pengetahuan dan

3 sikap vulva hygiene yang buruk misalnya jarang mengganti celana dalam atau pembalut ketika menstruasi, membilas vagina dari arah yang salah, dan lain-lain (Clayton, 2008). Masalah keputihan tak hanya menjadi persoalan bagi wanita dewasa tetapi juga bagi remaja putri. Oleh sebab itu, remaja perlu mendapat perhatian khusus terkait hal ini karena pada tahap ini merupakan fase pematangan organ reproduksi mereka (Wong, 2008). Pada tahap ini remaja sedang menjalani masa pubertas mereka, oleh sebab itu gangguangangguan yang muncul terkait masalah kesehatan reproduksi tentunya akan meresahkan individu tersebut. Masalah terkait kesehatan reproduksi ini akan mendorong seorang remaja putri untuk mengatasinya berdasarkan apa yang diketahui serta pengalaman yang dipunya oleh individu yang bersangkutan. Beberapa penelitian oleh Hera dkk (2012) dan Farah (2009) menyebutkan bahwa keputihan yang dialami di kalangan remaja putri berhubungan erat dengan minimnya pengetahuan akan menjaga dan merawat organ reproduksinya. Untuk itu perlu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah agar keputihan tidak menimbulkan dampak yang buruk bagi remaja putri seperti pentingnya kesadaran akan personal hygiene khususnya vulva hygiene.

4 Pengetahuan dan sikap vulva hygiene yang baik dapat mengurangi resiko terjadinya keputihan yang patologis. Berdasarkan penelitian tentang kesehatan reproduksi yang dilakukan menunjukan bahwa sekitar 75% wanita di dunia mengalami keputihan minimal satu kali dan 45% diantaranya mengalami keputihan sebanyak 2 kali atau bahkan lebih (BKKBN, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Farah (2009) di SMA Negeri 1 Jepara mengenai hubungan pengetahuan dan perilaku vulva hygiene terhadap kejadian keputihan pada siswi kelas XI didapatkan dari 80 responden terdapat 44 responden (62,5%) mengalami keputihan. Sebanyak 36 responden (52,5%) yang mengalami keputihan tidak tahu cara vulva hygiene dengan baik dan benar. Donatalia (2011) dalam hasil penelitiannya tentang hubungan perilaku menjaga kebersihan genetalia eksternal dengan kejadian keputihan menyebutkan bahwa angka kejadian keputihan di SMA Negeri 4 Semarang sangat tinggi. Dari 64 responden, 62 responden (96,9 %) mengaku pernah mengalami keputihan dan 53 responden (82,8 %) diantaranya memiliki pengetahuan yang buruk terkait menjaga kebersihan genitalia eksterna. Keputihan kadang hanya terlihat sepele atau tidak terlalu penting untuk diperhatikan, tetapi perlu kita ketahui bahwa keputihan yang tidak diobati akan

5 menyebabkan kemandulan, kehamilan di luar kandungan, bahkan kanker servik. Data statistik Jawa Tengah tahun 2009 menyebutkan jumlah remaja putri berusia 15-24 tahun yaitu 2,9 juta jiwa, 45% diantaranya pernah mengalami keputihan. Berdasarkan data dari RSUP dr. Kariadi tahun 2010 dicatat bahwa jumlah penderita kanker mulut rahim (servik) keadaan stadium lanjut adalah 1.619 jiwa. Kanker mulut rahim ini diawali dengan keputihan yang lama tidak diobati (Dinas Kesehatan Semarang, 2010). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada 5 siswi kelas X SMK Tarunatama Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang didapatkan bahwa 5 responden yang diwawancarai disekolah ini sering mengalami keputihan menjelang menstruasi atau sesudah menstruasi. Dari 5 responden (100 %) ini, 3 responden (60 %) mengaku mengalami keputihan yang mengarah pada keputihan yang bersifat patologis dalam hal ini berupa lendir, kadang berbau, terasa gatal di organ kewanitaan dan menganggu ketiga responden ini. Ketika diwawancarai 3 (60 %) responden diantaranya belum mengetahui secara jelas apa penyebab keputihan bahkan pencegahan untuk keputihan. Mereka mengaku bahwa belum pernah diadakan sosialisasi terkait kesehatan reproduksi wanita terkhususnya keputihan serta

6 menganggap bahwa itu hal biasa saja yang tidak memerlukan tindakan lanjut. Kurangnya informasi terkait bagaimana menjaga kesehatan reproduksi pada remaja akan berakibat fatal. Hal ini dapat dibuktikan dengan penelitian sebelumnya oleh Donatalia (2011) dan Farah (2009) yang menyebutkan bahwa penyebab keputihan pada remaja sebagian besar adalah pengetahuan dan sikap yang buruk terkait kesehatan reproduksi (vulva hygiene). Melihat hal ini, dengan latar belakang yang telah penulis paparkan, penulis ingin meneliti apakah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap mengenai vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada siswi kelas X di SMK Tarunatama Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan hasil studi pendahuluan peneliti pada bulan Februari di SMK Tarunatama Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, siswi kelas X rata-rata pernah mengalami keputihan. Keputihan yang dialami seharusnya tidak menganggu dan perlunya diimbangi dengan pengetahuan dan sikap mengenai vulva hygiene yang baik dan benar karena keputihan yang dibiarkan terus menerus akan menimbulkan masalah. Namun, keputihan yang mereka alami ada yang mengarah pada keputihan yang bersifat

7 patologis dan pada saat wawancara ditemukan bahwa beberapa siswi memiliki pengetahuan dan sikap mengenai vulva hygiene yang kurang tepat. 1.3 Batasan masalah Batasan masalah yang ada dalam penelitian ini meliputi sejauh mana siswi kelas X di SMK Tarunatama Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang mengetahui tentang kesehatan reproduksi terkait jenis-jenis keputihan, gejala keputihan, dan penanganan keputihan serta sikap vulva hygiene yang baik 1.4 Signifikansi Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan data mengenai tingginya angka kejadian keputihan yang dialami kaum wanita, maka dari itu peneliti menganggap hal ini penting untuk diteliti mengingat pada efek samping yang ditimbulkan. Dalam penelitian ini kemudian akan membahas tentang adakah hubungan antara pengetahuan dan sikap mengenai vulva hygiene dengan kejadian keputihan. Pada penelitian ini, peneliti tidak hanya menghubungkan variabel pengetahuan dan sikap mengenai vulva hygiene dengan kejadian keputihan secara umum, tetapi dengan kejadian keputihannya bersifat fisiologis dan patologis. Penelitian ini juga dilakukan di lokasi yang belum pernah terjamah oleh peneliti lain tentang topik

8 terkait sehingga dapat meminimalisir kemungkinan kepalsuan data yang diberikan oleh responden. 1.5 Rumusan Masalah Fokus penulisan tugas akhir ini adalah pada hubungan antara pengetahuan dan sikap mengenai vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada siswi kelas X di SMK Tarunatama Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Dengan demikian, untuk menjawab persoalan di atas maka disusun rangka perumusan masalah, yaitu : a. Bagaimana hubungan antara pengetahuan mengenai vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada pada siswi kelas X di SMK Tarunatama Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang? b. Bagaimana hubungan antara sikap mengenai vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada pada siswi kelas X di SMK Tarunatama Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang? 1.6 Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : a. Mengetahui hubungan antara pengetahuan mengenai vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada pada siswi kelas X di SMK Tarunatama Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

9 b. Mengetahui hubungan antara sikap mengenai vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada pada siswi kelas X di SMK Tarunatama Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. 1.7 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: a. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber dan masukan bagi pelayanan keperawatan, terutama keperawatan maternitas dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi khususnya pengetahuan dan sikap remaja putri mengenai vulva hygine dengan kejadian keputihan. b. Secara Praktis 1) Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam penyelengaraan pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah sehingga akan memliki dampak bagi siswi untuk mengetahui bagaimana langkah yang tepat dalam merawat organ kewanitaan dan dapat mendekteksi dini masalah-masalah yang timbul terkait keputihan.

10 2) Bagi Pelayanan Kesehatan Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menambah masukan bagi profesi kesehatan tentang pentingnya meningkatkan program pendidikan kesehatan reproduksi khususnya bagi remaja putri. Dapat dilakukan dengan memberikan pelayanan konseling sejak dini guna mencegah keputihan yang patologis. 3) Bagi Masyarakat Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana peningkatan informasi bagi remaja putri khususnya siswi kelas X di SMK Tarunatama Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang sehingga dapat menjadi perhatian khusus oleh remaja yang bersangkutan dalam penyelenggaraan upaya peningkatan kesehatan reproduksi remaja. 4) Bagi Penelitian Keperawatan Manfaat penelitian ini yaitu hasil yang diperoleh dapat dijadikan sebagai data penunjang untuk penelitan selanjutnya. Penelitian ini juga diharapkan dan dapat menambah informasi seputar kesehatan reproduksi remaja terkait pengetahuan dan sikap mengenai vulva hygiene dan hubungannya dengan kejadian keputihan.