BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH 2009
I. PENDAHULUAN Prima Tani Desa Bapeang, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang memiliki luas wilayah 6.700 ha, dengan ketinggian sekitar 4 m di atas permukaan laut (dpl) yang dipengaruhi oleh air pasang surut dan berdasarkan tipe luapan air, memiliki tipe B, C dan D. Jenis tanah yang dominan adalah lempung berpasir dengan tingkat kesuburan sedang sampai subur. Berdasarkan gambar penampang desa dan keterwakilannya, dimulai dengan blok hutan, tegalan/ladang, pemukiman/pekarangan, padang rumput, sawah (tadah hujan, irigasi dan pasang surut) dan saluran air. Penggunaan lahan untuk sawah pasang surut 420 Ha, lahan usahatani sayuran 10 Ha, perkebunan (karet) 600 Ha, selain itu terdapat lahan yang tidak dimanfaatkan (lahan tidur) seluas 500 Ha. Desa Bapeang merupakan wilayah pengembangan komoditas padi sawah, sayuran ( terong, kacang panjang dan mentimun) dan ternak sapi. Pengembangan komoditas ini selain didukung ketersediaan lahan yang potensialjuga didukung dengan ketersediaan sumberdaya manusia. Permasalahan dalam pengembangan usahatani padi, sapi dan sayuran diantaranya tata air yang kurang sempurna dan kinerja teknologi yang sederhana yang berimplikasi pada rendahnya produktivitas hasil usahatani(kondisi eksisting) yang dialami pada tahun 2006. Memperhatikan kondisi permasalahan ini, sejak tahun 2007 hingga 2009 dilakukan terobosan pengembangan pertanian melalui kegiatan Prima Tani dengan pendekatan sistem AIP (agribisnis industrial perdesaan) dan SUID (sistem usahatani intensifikasi dan diversifikasi) yakni dengan mengimplementasikan inovasi teknis dan inovasi kelembagaan. Berbagai pelaksanaan kegiatan Prima Tani Desa Bapeang, bertujuan : 1. Meningkatkan produksi padi dan luas areal tanam. 2. Meningkatkan bobot badan harian sapi 3. Meningkatkan reproduksi ternak sapi 4. Memperluas areal penanaman sayuran 5. Mengembangkan HMT di lahan restan. 6. Membentuk dan memperkuat kelembagaan Melalui : Implementasi teknologi dan kelembagaan, serta proses penyuluhan dan diseminasi
II. PERMASALAHAN DAN INOVASI TEKNOLOGI DAN KELEMBAGAAN 2.1. Permasalahan Kinerja Teknologi dan Kelembagaan Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan pertanian di Desa Bapeang mencakup permasalahan kinerja teknologi dan kinerja kelembagaan. Kinerja teknologi usahatani padi, ternak sapi dan sayuran bersifat sederhana dan terbatas (sederhana=subsistem, terbatas dalam penyediaan sarana produksi). Padi ditanam baik di lahan sawah maupun ladang. Sapi umumnya digembalakan di padang rumput sebagian kecil yang dikandangkan. Sedangkan sayuran ditanam di lahan usaha lainnya dan sebagian di lahan pekarangan. Kondisi kinerja teknologi yang rendah mengakibatkan produktivitas usahatani rendah pula : 1) produktivitas padi < 3 topn GKP/ha, intensitas tanam hanya 1-2 kali tanam/tahun, lahan sawah tidak optimal dimanfaatkan, 2) pertambahan bobot badan harian sapi yang rendah yakni < 0,3 kg/ekor/hari, kelahiran anak sapi 1 ekor/induk/1,5-2 tahun, HMT unggul belum berkembang. Kondisi kinerja teknologi yang kurang baik dengan produktivitas usahatani yang rendah pada akhirnya pendapatan rumah tangga petani dari kegiatan usahatani juga rendah yang hanya mencapai Rp. 10.000.000,- (kontribusi usahatani padi dan ternak sapi). Kelembagaan yang sudah ada di Desa Bapeang belum berjalan dengan optimal, yang dijelaskan sebagai berikut : 1) kelembagaan produksi meliputi kelompok tani, kelompok tani wanita dan gabungan kelompok tani (Poktan, KWT dan Gapoktan). Kinerja kelompok tani serta kondisi Gapoktan masih lemah khsusnya dalam mengimplementasikan teknologi inovasi, 2) kinerja Kelembagaan permodalan mikro khusus bidang pertanian yakni LKMA (lembaga Keuangan Mikro Agribisnis) pada aspek kemampuan manejerial masih rendah, belum mampu memenuhi kebutuhan petani, dukungan petani masih rendah, dana tersedia yang masih minim, 3) kelembagaan penyuluh, kinerja yang belum mendukung meliputi : penyediaan bahanbahan penyuluhan berupa bahan tercetak dan pelaksanaan percontohan usahatani oleh penyuluh sendiri, 4) kinerja klinik agribisnis : personalia klinik masih belum solid/kompak, belum memahami peran masing-masing keanggotaan, belum mampu melayani kepentingan petani seluruhnya, kurang mengertinya masyarakat tani akan keberadaan dan fungsi klinik.
2.2. Inovasi Teknologi Komoditas unggulan Komoditas unggulan di Desa Bapeang, Kec. Mentawa Baru Ketapang, Kab. Kotim, meliputi : padi, sapi dan sayuran (terong dan kacang panjang) serta komoditas introduksi yakni rumput unggul (HMT unggul). Sistem inovasi teknologi budidaya padi Sistem tebar langsung dan jajar legowo : inovasi yang diterapkan adalah berdasarkan pendekatan PTT padi. : varietas unggul Ciherang, pengolahan tanah/mekanisasi, ameliorasi, pola tanam (diupayakan padi padi), pemupukan berimbang, pengendalian gulma dan OPT, pembuatan pupuk organik dari jerami. Sistem inovasi usaha ternak sapi Inovasi yang diterapkan meliputi : 1) Introduksi teknologi penggemukan (penggunaan bioplus, teknologi pakan dan pemberian konsentrat) dan pembibitan (penggunaan bioplus, teknologi pakan juga menggunakan hormon reprodyn), 2) sanitasi kandang, kesehatan ternak, 3) introduksi pejantan berkualitas dan 4) pengembangan HMT unggul, jenis-jenis HMT yang dikembangkan rumput gajah, rumput taiwan, dan rumput BH. Sistem inovasi budidaya sayuran Inovasi yang diterapkan adalah optimalisasi lahan sawah ataupun di lahan pekarangan : 1) pendekatan PTT sayuran dengan jenis yang dikembangkan meliputi kacang panjang, cabai dan tomat, 2) penataan lahan sawah pasang surut dan pekarangan. 2.3. Inovasi Kelembagan Lembaga Produksi Kelembagaan produksi yang terdapat di Desa Bapeang adalah kelompok tani, kelompok tani wanita dan gabungan kelompok tani (Poktan, KWT dan Gapoktan). Jumlah kelompok tani di Desa Bapeang sebanyak 16 kelompok tani, 1 KWT dan seluruh kelompok tani digubung menjadi satu Gapoktan. Inovasi kelembagaan yang diperlukan dan diimplementasikan terhadap lembaga produksi, adalah : - Pembinaan dan pelatihan keorganisasian dan manajemen kelompok. - Pelatihan teknis (inovasi teknologi padi, ternak, sayuran dan pembuatan kompos). - Pendampingan penerapan teknologi melalui penyuluh. - Kunjungan penyuluh - Pertemuan kelompok yang terjadual.
Lembaga Permodalan Inovasi kelembagaan yang diperlukan adalah berupa menumbuh kembangkan kelembagaan permodalan mikro khusus bidang pertanian yakni LKMA (lem baga Keuangan Mikro Agribisnis), melalui upaya pebinaan, berupa : - Memotivasi petani akan pentingnya LKMA dan secara persuasif menjadi anggota - Penggalangan dana berupa simpanan wajib dan sukarela dari anggota - Pelatihan manajemen LKMA Lembaga Penyuluhan Kelembagaan penyuluh yang dibina dan diperkuat hanya terhadap penyuluh pertanian lapangan dan tenaga teknis. Metode pelaksanaan pelatihan untuk penguatan kelembagaan penyuluhan : 1. Penyediaan bahan-bahan tercetak (juknis, buku, brosur, leaflet) sebagai pegangan penyuluh/petugas teknis lapangan. 2. Penyampaian materi pelatihan yang berhubungan dengan pengembangan komoditas padi, sapi dan sayuran. 3. Melakukan diskusi pelaksanaan/penyelenggaraan penyuluhan (penyusunan pro fil petani dan rencana kegiatan penyuluhan desa). Klinik Agribisnis Inovasi kelembagaan terhadap klinik agribisnis yang telah dibentuk di Desa Bapeang, diantaranya meliputi beberapa aspek, yakni : 1. Konsolidasi kepengurusan klinik dengan orientasi tugas dan fungsi masing-masing anggota/hierarki kepengurusan sehingga klinik agribisnis bisa menjadi alternatif wadah konsultasi permasalahan dan pengembangan usahatani. 2. Pelatihan majemen dan dinamika kelompok. 3. Penjadual dan rutinitas pertemuan pengurus, sebagian petani lainnya dengan penyuluh atau tenaga teknis lainnya. 4. Penyediaan bahan-bahan cetakan tentang berbagai materi teknologi pertanian dan informasi pertanian lainnya.
III. HASIL IMPLEMENTASI INOVASI TEKNOLOGI DAN KELEMBAGAAN (SUCCESS STORY) 3.1. Hasil Implementasi Inovasi Teknologi Usahatani Padi - Dengan adanya perbaikan dan penambahan saluran tata air mikro, sebagian besar petani mulai melaksanakan penanaman padi menjadi 2 kali tanam/tahun dari sebelumnya 1 2 kali tanam/tahun. - Petani lebih memilih mengembangkan padi varietas unggul khususnya varietas Ciherang. - Terjadi penambahan luas areal tanam dari sebekumnya 150 ha menjadi 180 ha dan dapat ditanami padi 2 kali tanam/tahun. - Sebagian besar petani menggunakan mekanisasi dalam mengolah lahan. - Peningkatan produktivitas dari 2,5 ton/ha GKP menjadi 3 ton/ha GKP dan bahkan ada sebagian petani yang mapu menghasilkan 4 ton/ha GKP - Selain tanam sebar langsung, beberapa petani mulai menaman padi dengan cara tanam pindah sistem jajar legowo 4 : 1, aplikasi pemupukan sesuai anjuran teknologi. Hasil yang dicapai berupa tingkat produktivitas sebesar 3,5 ton/ha GKP. - Tidak terjadi perbedaan yang berarti antara produktivitas padi pada MK dan MH. - Hasil samping usahatani padi yakni jerami mulai diusahakan sebagai bahan baku pengolahan pupuk organik. Sementara dedak mulai dimanfaatkan petani sebagai pakan konsentrat untuk usaha ternak sapi. Usaha Ternak Sapi - Petani kooperator/petrnak mengadopsi teknologi penggemukan dan penbibitan ternak sapi menggunakan bioplus dan pemberian konsentrat berupa dedak. - Produktivitas ternak dari penambahan bobot badan harian sapi berkisar antara 0,5 0,6 kg/hari/ekor
dengan periode penggemukan selama 4 6 bulan (sebelumnya pemeliharaan untuk tujuan penggemukan dari sapi bakalan antara 8 12 bulan). Kondisi sebelumnya rata-rata pertambahan bobot badan harian sapi kurang dari 0,3 kg/hari/ekor. - Angka kelahiran ternak terjadi peningkatan dari sebelumnya 1 anak/induk/1,5 2 tahun menjadi 1 anak/induk/1,5 tahun. - Penambahan luas areal pengembangan HMT dari sebelumnya 4 ha meningkat menjadi 12 ha. HMT dikembangkan di lahan tipe C, sebagian lahan sawah, lahan pekarangan dan lahan restan lainnya. - Petani mulai memanfaatkan pupul kandang untuk pemupukan tanaman sayuran dan sebagian petani mulai memanfaatkannya (hasil pengolahan pupuk kandang + jerami) untuk pemupukan tanaman padi. Usahatani Sayuran - Petani kooperator bersedia melaksanakan seluruh anjuran teknologi budidaya sayuran Kc. Panjang dan mentimun. - Terjadi perbendaan tingkat produktivitas sayuran antara pola teknologi yang dilakukan petani dengan implementasi teknologi prima tani yang dilaksanakan petani kooperator, masing-masing kemoditas yaitu : Kc. Panjang, 5.250 kg/ha (pola petani), 10.500 kg/ha (prima tani) dan Mentimun, 7.000 kg/ha (pola petani), 14.000 kg/ha (prima tani). - Sebagian petani mulai mengatur pola tanam di lahan sawah menjadi padi padi sayuran dan padi sayuran, selain yang mengupayakan di lahan tipe luapan air C. - Petani mulai memanfaatkan pupul kandang atau pupuk organik hasil olahan untuk pemupukan tanaman sayuran.
3.2. Hasil Implementasi Inovasi Kkelembagaan Lembaga Produksi Kelembagaan produksi meliputi kelompok tani, kelompok wanita tani dan gabungan kelompok tani mulai berkembang ke arah posisitf, yang mana kelembagaan ini sudah melakukan pertemuan secara rutin dan terjadual. Lembaga Permodalan L:KMA dari belum berdiri, berdiri dengan modal awal terkumpul Rp. 2.000.000,- berkembang menjadi Rp. 5.000.000,- dan dapat diakses petani secara bergiliran beruma pinjaman membantu kegiatan usahatani. Lembaga Penyuluhan Kelembagaan penyuluh yang terdapat di Desa Bapeang hanya terdiri dari 1 orang penyuluh pertanian lapangan. Balai Penyuluhan Pertanian terdekat berada di luar desa. Kondidi dan kinerja kelembagaan penyuluhan : mampu melaksanakan peran penyuluhan ke poktan/gapoktan, melakukan pertemuan dan kunjungan rutin terhadap keleompok tani, pendampingan dan pengawalan terhadap pelaksanaan usahatani. Kinerja yang belum mendukung : penyediaan bahan-bahan penyuluhan berupa bahan tercetak dan pelaksanaan percontohan usahatani oleh penyuluh sendiri. Klinik Agribisnis Terjadi pertemuan rutin personalia dan petani lainnya, kinerja klinik agribinis dalam pelaksanaan sistem informasi, pelayanan dan penyuluhan, adalah sebagai berikut : Aspek Kegiatan Wadah kunsultasi informasi dan permasalahan pertanian Pelayanan dan penyebaran informasi, penyediaan bahanbahan informasi Kinerja Hasil Klinik Agribisnis - Terjadi pertemuan rutin pengurus klinik agribisnis 1 kali/bulan - Sebagian petani (masih sedikit) yang mengakses informasi langsung ke klinik - Pelibatan penyuluh pertanian dan tenaga teknis pertanian dari instansi setempat dalam forum diskusi - Pengurus klinik dan kooperator prima tani mampu menyusun perencanaan kegiatan usaha pertanian - Pelayanan diseminasi dilaksanakan dengan cara pertemuan terjadual, terbuka untuk umum - Informasi tersedia berupa buku-buku, leaflet, poster-poster, dll Klinik agribisnis khusus dalam layanan kepustakaan terbuka setiap hari untuk umum/masyarakat tani
IV. DAMPAK INOVASI TEKNOLOGI DAN KELEMBAGAAN 4.1. Dampak Inovasi Teknologi 1. Efisiensi penggunaan input produksi, diantaranya pamanfaatan limbah usahatani (jerami, kotoran ternak, limbah sayuran) yang diolah menjadi pupuk organik mengurangi penggunaan pupuk anorganik baik untuk pengembangan usahatani padi, pengembangan usahatani sayuran dan untuk pengembangan hijauan makanan ternak. 2. Implementasi usahatani padi baik sistem sebar langsung maupun sistem tanam pindah jajar legowo dengan pendekatan PTT padi mampu meningkatkan produksi padi < 3 ton GKP/ha menjadi > 3 4 ton GKP/ha. 3. Peningkatan intensitas tanam padi dari 1 2 kali tanam/tahun menjadi 2 kali tanam/tahun. Keadaan ini terjadi akibat adanya perbaikan dan penambahan jaringan tata air mikro. Selain itu terjadi penambahan luas real tanam yang mampu 2 kali tanam/tahun dari 130 ha meningkat menjadi 150 ha. 4. Pengembangan usaha ternak sapi. Pada aspek penggemukan terjadi peningkatan bobot badan harian sapi dari 0,3 kg/ekor/hari menjadi 0,5 kg/ekor/hari. Aspek pembibitan sapi terjadi peningkatan dari sebelumnya menghasilkan 1 ekor anak/induk/2 tahun menjadi 1 ekor anak/induk/1,5 tahun. Petani/peternak dalam upaya pengembangan usaha ternak juga mengembangkan pembudidayaan HMT unggul dari luas 4 ha menjadi 12 ha. 5. Pengembangan usaha sayuran, sebagian petani mengatur pola tanam di lahan sawah menjadi padi padi sayuran dan padi sayuran, selain yang mengupayakan di lahan tipe luapan air C sesuai arah penggunaan lahan. Untuk menunjang kegiatan usaha sayuran, petani mulai memanfaatkan pupul kandang atau pupuk organik hasil olahan untuk pemupukan tanaman sayuran.
4.2. Dampak Inovasi Kelembagan 1. Kelompok tani dan Gapoktan mulai berfungsi dan pertemuan terjaual untuk membicarakan permasalahan dan topik-topik usahatani yang sesuai karakteristik desa. 2. Lembaga permodalan LKMA mulai berkembang dari jumlah modal dan perencanaan pengembangan selanjutnya. 3. Kelembagaan penyuluhan bersinergi dengan kelembagaan petani dalam pembinaan usahatani, kunjungan penyuluh terjadual pada pertemuan kelompok tani dan gapoktan termasuk pertemuan dalam klinik agribisnis. 4. Klinik agribisnis mulai mamfu memfasilitasi kepentingan petani dalam penyediaan informasi dan layanan konsultasi teknologi yang dibantu penyuluh pertanian lapangan. 3.3. Pendapatan Tingkat Rumah Tangga Pendapatan rumah tangga petani menunjukkan peningkatan yang berarti dan signifikan dengan dilaksanakannya implementasi inovasi teknologi dan kelembagaan, dapat dilihat dalam tabel berikut : Kegiatan Usaha On Farm : - Tanaman Pangan - Peternakan - Perkebunan Off Farm : - Buruh Tani Sebelum Prima Sesudah Prima Tani Tani 2006 2007 2008 Rp Persen Rp Persen Rp Persen 12.000.000 80.00 14.300.000 82,66 15.950.000 79.95 6.000.000 4.000.000 2.000.000 3.000.000 3.000.000 40,00 26,67 13.33 20.00 20.00 7.500.000 4.800.000 2.000.000 3.000.000 3.000.000 43,35 27.75 11,56 17,34 17,34 8.750.000 5.200.000 2.000.000 4.000.000 4.000.000 43,86 26.07 10.03 20,05 20,05 Total Pendapatan 15.000.000 100.00 17.300.000 100,00 19.950.000 100,00