BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir masyarakat Indonesia mulai percaya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perhatian banyak pihak akhir-akhir ini. Tidak sedikit kajian dilakukan di berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dan percaya untuk menanamkan investasi atau dananya di bank.

BAB I PENDAHULUAN. membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan. Perkembangan bank yang makin pesat

BAB I PENDAHULUAN. 27 Oktober 1988 (PAKTO) yang mencakup bidang keuangan, moneter dan

menjalankan usahanya berdasarkan prinsip kepercayaan. Di dalam menjalankan fungsi-fungsi bank, bank dituntut untuk berada dalam kondisi yang sehat.

RASIO KEUANGAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROFITABILITAS PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. Islamic Banking atau juga disebut dengan interest-free-banking. dikembangkan sebagai suatu respon dari kelompok ekonom dan praktisi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurunnya kapasitas permintaan dan produksi di sektor riil berpotensi

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tetap dapat ingin terjaga kelangsungan hidup usahanya.

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997, telah

BAB I PENDAHULUAN. yang buruk. Faktor eksternal yang juga menjadi penyebab dilikuidasinya bank

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. dilakukan melalui berbagai kebijakan di bidang perbankan tujuan utamanya

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan sector keuangan. Banyak sekali lembaga-lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. terlihat dari data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Pada Desember

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. satu lembaga keuangan tersebut yakni industri perbankan. untuk menjalankan industri perbankan agar tidak merusak tatanan

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan akan ketersediaan pendanaan atau biaya. Sektor perbankan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keuangan perusahaan merupakan pilar yang sangat penting untuk kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Bank menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali. No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Perbankan adalah segala sesuatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian melalui fungsinya sebagai intermediary service, stabilitas ekonomi di lain pihak.

BAB I PENDAHULUAN. Gagasan mengenai konsep ekonomi Islam secara Internasioanal muncul pada. tentang ekonomi Islam di Mekkah pada tahun 1976.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada prinsipnya bank adalah suatu industri yang bergerak dibidang

BAB I PENDAHULUAN. ukur kemajuan negara yang bersangkutan. Oleh karena itu bank dapat. berupa Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, maupun Badan

BAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang mengalami kelebihan dana untuk di produktifkan pada sektorsektor

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang menjadi perantara untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga

BAB VI KESIMPULAN & SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat atas pengelolaan dana yang dimiliki juga semakin meningkat. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. adalah dalam hal penentuan harga, baik harga jual maupun harga beli. Bank

BAB I PENDAHULUAN. No.7 Tahun 1992 Bank Syariah berdiri ditengah-tengah krisis ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan

I. Pendahuluan. optimal dalam industri perbankan nasional. Paska terbitnya Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. intermediary) antara pihak yang mempunyai dana (surplus unit) dengan pihak

BAB I PENDAHULUAN. lain yang ditopang oleh bank tersebut. Fungsi bank sebagai perantara (financial

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sistem keuangan dunia. perkembangan perekonomian dunia

BAB I PENDAHULUAN. mengikutsertakan peran dan partisipasi masyarakat secara keseluruhan yang

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

1. PENDAHULUAN. meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. bank itu sendiri berasal dari kata banque dalam bahasa prancis dan banco dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank sebagai lembaga keuangan adalah bagian dari faktor

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Runtuhnya Lehman Brother yang merupakan salah satu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary)

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai penggerak perekonomian dalam suatu negara. Menurut Undang-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian tumbuh dan berkembang dengan berbagai macam


BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan salahsatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. serta perkembangan perekonomian nasional dan internasional yang ada, bisnis

BAB I PENDAHULUAN. intermediaris atau perantara yang menghubungkan pihak pihak yang memiliki dana

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu Negara. Aspek Rentabilitas turut andil didalam

BAB V PENUTUP. independen yang berupa Return On Asset (ROA), BOPO, Financing to Deposit Ratio

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bank yang sehat dan dapat beroperasi secara optimal. syariah atau bank yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil, sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. sistematik yang bisa menggoyah stabilitas sistem keuangan. Kegagalan suatu bank

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah, dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa bank syariah wajib

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. periode tertentu. Namun bila hanya melihat laporan keuangan, belum bisa

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya,

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena yang terjadi adalah dimana keadaan perekonomian

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam beberapa tahun terakhir masyarakat Indonesia mulai percaya terhadap sistem Perbankan syariah dibandingkan Perbankan Konvensional. Ekonomi Syariah dianggap cukup menjanjikan untuk dijadikan alternatif dari sistem perekonomian Indonesia yang dimana sistem perekonomian di Indonesia yang dianut saat ini mulai terlihat memiliki banyak kelemahan dan masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Muslim dan merupakan negara Islam terbesar di dunia. Hal ini dibuktikan dengan jumlah nasabah Bank Umum Syariah di Indonesia pada tahun 2011 hingga 2014 mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Rivai (2013:495) mengemukakan bahwa perkembangan Bank Umum Syariah di Asia Tenggara dimulai pada tahun 1983 dimana Malaysia sebagai pelopornya dengan Bank komersial Islam pertama yaitu Bank Umum Syariah Malaysia Berhad, sedangkan perkembangan Bank Umum Syariah di Indonesia di mulai pada tahun 1992 dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI). Rivai (2013:495) Krisis moneter tahun 1998 di Indonesia merupakan krisis ekonomi yang terburuk yang pernah dialami oleh Negara Indonesia. Sektor yang paling terpukul adalah sektor Perbankan, dimana industri Perbankan mempunyai peran penting dalam sistem perekonomian suatu negara. Peran penting tersebut sebagai 1

2 penunjang perekonomian nasional.buruknya kinerja atau kondisi Perbankan bisa jadi akan berdampak pula pada perekonomian secara keseluruhan. Upaya untuk memperkuat sektor Perbankan nasional dan meningkatkan kinerja Perbankan menjadi salah satu upaya dalam memperkuat perekonomian nasional. Rivai (2013:500) mengemukakan bahwa Sistem Perbankan syariah telah membuktikan dirinya sebagai suatu sistem yang tangguh melalui krisis ekonomi di Indonesia. Banyak keunggulan yang dimilikinya sehingga dapat bertahan menghadapi keadaan yang sangat sulit bagi dunia Perbankan. Di antara keunggulannya adalah pertumbuhan Perbankan yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi riil, sehingga dalam kondisi krisis ekonomi pada tahun 1998 yang dimana Bank konvensional menderita negative spread, dan justru dalam kondisi demikian Bank Umum Syariah menunjukkan kondisi sebaliknya. Berkembangnya sistem Perbankan syariah yang semakin berkembang ini adalah dampak dari diberlakukannya undang-undang No 21 tahun 2008 tentang Perbankan syariah yang terbit tanggal 16 juli 2008. Peraturan ini membuat perkembang dunia Perbankan Islam di Indonesia semakin berkembang karena memiliki landasan yang memadai. Masyarakat Indonesia semakin percaya dengan peranan Bank Umum Syariah dibandingkan peranan Bank konvensional, sehingga mendorong pertumbuhan Bank Umum Syariah di Indonesia menjadi lebih cepat. Perkembangan Perbankan Islam di Indonesia menjadi suatu fenomena yang menarik untuk diteliti. Berdasarkan data dana pihak ketiga Bank Umum Syariah mengalami kenaikan yang signifikan, diantaranya jumlah nasabah tabungan IB di Bank Umum Syariah berturut turut mulai tahun 2010 sampai

3 dengan tahun 2014 : 5.790.058 nasabah, 7.869.475 nasabah, 10.231.194 nasabah, 12.187.397 nasabah, dan pada tahun 2014 sebesar 14.024.264 nasabah. Kemudian jumlah dana pihak ketiga di Bank Umum Syariah pada tahun 2010 sebesar Rp.1.603.778.000 dan pada tahun 2014 mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar Rp. 4.028.415.000. Juga fakta-fakta lain seperti jumlah Bank Umum Syariah dan unit Usaha Syariah yang bertambah cukup banyak dalam jangka waktu beberapa tahun saja dan jumlah Bank Umum Syariah di Indonesia hingga tahun 2014 sejumlah 12 Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sejumlah 163 BPR. Data tersebut membuktikan bahwa Bank Umum Syariah di Indonesia mendapatkan respon yang positif bagi masyarakat Indonesia sehingga dapat dikatakan Bank Umum Syariah bisa bersaing dengan Bank konvensional di Indonesia. Seiring berkembangnya Bank Umum Syariah di Indonesia yang cukup pesat pada periode 2010-2014, tidak dipungkiri Perbankan Syariah masih memiliki kelemahan yakni Perbankan Syariah belum dapat memaksimalkan pencapaiannya di segala aspek, salah satunya adalah dalam hal perolehan rentabilitas yang dimana Bank harus memperhatikan rentabilitas yaitu rasio laba terhadap nilai bersih, karena hal ini menggambarkan sejauh mana keberhasilan Bank tersebut dalam menginvestasikan dananya. Tujuan dari Bank pada umumnya yaitu medapatkan laba, sama halnya dengan Bank Umum Syariah yang mempunyai tujuan untuk mendapatkan profit yang optimal. Bank Umum Syariah di Indonesia mengalami pasang surut dalam hal perolehan rentabilitas. Rivai (2013:480) mengemukakan bahwa penilaian

4 rentabilitas merupakan penilaian terhadap kondisi dan kemampuan Bank dalam segi penggunaan asset untuk mendukung kegiatan operasionalnya dan permodalan. Semakin besar ROA berarti semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai dari semakin baiknya posisi Bank dalam segi penggunaan aset. Rentabilitas Bank Umum Syariah yang berhasil dicapai pada periode 2010 hingga 2014 masih belum begitu memuaskan. Adapun perbandingan antara tingkat rentabilitas Bank Umum Konvensional dengan Bank Umum Syariah berdasarkan data statistik Bank Indonesia adalah sebagai berikut : Tabel 1.1 RENTABILITAS BANK UMUM KONVENSIONAL DAN BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2014 (BERDASARKAN ROA) NO BULAN BANK UMUM KONVENSIONAL BANK UMUM SYARIAH 1 Januari 2,90% 0,08% 2 Februari 2,79% 0,13% 3 Maret 3,01% 1,16% 4 April 2,93% 1,09% 5 Mei 2,98% 1,13% 6 Juni 3,02% 1,12% 7 Juli 2,91% 1,03% 8 Agustus 2,90% 0,90% 9 September 2,91% 0,92% 10 Oktober 2,89% 0,76% 11 November 2,87% 0,86% 12 Desember 2,85% 0,79% Sumber : Diolah Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa pencapaian rentabilitas Bank Umum Syariah masih kalah dibandingkan dengan rentabilitas yang dapat dicapai Bank Umum Konvensional. Berikut disajikan perbandingan

5 rentabilitas Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional dalam bentuk grafik. Sumber : Diolah Gambar 1.1 PERBANDINGAN RENTABILITAS BANK UMUM SYARIAH DENGAN BANK UMUM KONVENSIONAL Berdasarkan gambar 1.1 dapat dilihat bahwa rentabilitas Bank Umum Syariah selama bulan Januari-September tahun 2014 berada dibawah pencapaian rentabilitas Bank Umum Konvensional. Pencapaian terendah Bank Umum Syariah berada pada angka 0,08% sedangkan Bank Umum Konvensional mencapai titik terendah pada angka 2,79% sedangkan angka tertinggi yang dapat dicapai oleh Bank Umum Syariah hanya sebesar 1,16% yang masih kalah jauh dengan pencapaian tertinggi Bank Umum Konvensional yang berada pada angka 3,02%. Hal ini dapat menunjukkan bahwa kinerja manajemen Perbankan syariah

6 Indonesia belum mampu mencapai kinerja yang optimal sehingga dapat mempengaruhi profitabilitas Bank tersebut. Jika pencapaian rentabilitas seperti ini terus menerus dan bertambah buruknya melemahnya mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika maka akan berdampak pada tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Bank Umum Syariah. Apabila kepercayaan masyarakat atau calon nasabah pada kinerja Bank Umum Syariah berkurang pada akhirnya penghimpunan dana dari masyarakat atau calon deposan akan menjadi masalah yang besar bagi dunia Perbankan syariah. 6 Gambar 1.2 5 3.01 3.53 3.22 3.48 4.02 4.31 4.58 4.67 4.58 4.86 4.33 4 3.9 3 NPF (%) Bank Umum 2 1 0 Sumber : Diolah Gambar 1.2 RASIO NPF BANK UMUM SYARIAH TAHUN 2014 Kemudian berdasarkan fakta bahwa Rasio NPF (Non Performing Finance) Bank Umum Syariah pada tahun 2014 mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Rasio NPF adalah rasio pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayan (Kamus BI), semakin tinggi rasio ini maka akan semakin banyak jumlah kredit bermasalah dan akan mempengaruhi profitabilitas, sebaliknya semakin rendah rasio NPF maka laba atau profitabilitas Bank tersebut akan semakin meningkat.

7 Gambar 1.2 terlihat bahwa rasio NPF Bank Umum Syariah selama tahun 2014 mengalami kenaikan yang cukup signifikan, pada bulan Januari rasio NPF sebesar 3,01 % dan pada bulan November rasio NPF sebesar 4,86. Dari grafik tersebut maka dapat menyimpulkan bahwa banyak jumlah kredit bermasalah dan kurangnya pengawasan terhadap kredit bermasalah ini, apabila rasio NPF ini semakin besar maka perkembangan Bank Umum Syariah bisa menjadi masalah yang cukup besar karena dapat mempengaruhi profitabilitas Bank Umum Syariah tersebut. Rustam (2013:57) mengemukakan bahwa Negara-negara lain terdapat beberapa faktor yang menyebabkan tingginya rasio NPF sehingga menyebabkan kegagalan sejumlah Bank Umum Syariah contohnya adalah di Negara Turki, Mesir, Afrika Selatan yang dimana kegagalan sejumlah Bank Umum Syariah di Negara ini karena manajemen yang buruk, perilaku buruk, dan misspresentasi, kemudian Rustam (2013:58) mengemukakan bahwa moral hazard (ancaman moral) biasa terjadi pada pembiayaan bagi hasil karena ketidaksempurnaan informasi petugas melihat level usaha nasabah dan terbatasnya informasi sehingga tingginya NPF bisa disebabkan karena beberapa faktor salah satunya adalah kesalahan Bank dalam melakukan monitoring terhadap nasabahnya apabila hal ini dilakukan terus menerus tanpa adanya perbaikan dalam tata kelola perusahaan yang baik dalam industri Perbankan Syariah maka kegagalan Ban Umum Syariah di Indonesia akan terjadi seperti di Negara turki, Mesir, dan Afrika Selatan. Cara untuk meminimalisir kebangkrutan Bank terutama Bank Umum Syariah maka perlu adanya Early Warning Systems (EWS). Early Warning

8 Systems (EWS) merupakan upaya yang dilakukan manajemen untuk memprediksi permasalahan yang berhubungan dengan Bank dan lembaga simpanan lainnya. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi EWS Bank Umum Syariah di Indonesia sebelum Bank tersebut mengalami kondisi financial distress dan menjadi bangkrut. Kebangkrutan suatu Bank dapat dilihat dan diukur melalui informasi yang berasal dari laporan keuangan yang diterbitkannya. Sebelum Bank itu mengalami kebangkrutan maka akan mengalami kondisi financial distress terlebih dahulu. Kemudian Platt dan Platt dalam Ismawati (2015) mengemukakan kegunaan informasi jika suatu perusahaan mengalami Financial distress yaitu : 1. Mempercepat tindakan manajemen untuk mencegah masalah sebelum terjadinya kebangkrutan 2. Pihak manajemen dapat mengambil tindakan Merger atau Takeover agar perusahaan lebih mampu untuk membayar utang dan mengelola perusahaan dengan baik. 3. Memberikan tanda peringatan awal adanya kebangkrutan pada masa yang akan datang. Berdasarkan data diatas maka dalam penelitian ini akan menganalisis rasio keuangan di dalam laporan keuangan Bank yang merupakan informasi yang penting dan akurat untuk menganalisis financial distress Bank Umum Syariah. Rasio keuangan yang akan digunakan oleh peniliti adalah: rasio CAR (Capital Adequacy Ratio), rasio ROA (Return On Assets), rasio ROE (Return On Equity), rasio NPF (Non Performing Finance), rasio BOPO (The ratio of Operational

9 Expenses to Operational Revenue). Adanya informasi tersebut maka akan membantu banyak pihak untuk mengevaluasi dan memperbaiki kinerja Perbankan tersebut serta akan mengambil tindakan yang perlu dilakukan untuk menghindari atau mengatasi hal tersebut. Penelitian terdahulu masih belum banyak meneliti tentang kondisi financial distress Bank Umum Syariah, tetapi terdapat beberapa penelitian yang menggunakan rasio keuangan untuk memprediksi financial distress dan kebangkrutan Bank konvensional. Dikarenakan perhitungan rasio yang digunakan Bank Umum Konvensional maupun Bank Umum Syariah sama sehingga dalam penelitian ini menggunakan acuan penelitian terdahulu. Penelitian Baskoro (2014) mengemukakan bahwa rasio keuangan Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan Net Interest Margin adalah variabel yang signifikan terhadap financial distress terhadap Bank devisa. Variabel yang tidak signifikan terhadap financial distress terhadap Bank devisa adalah CAR, NPL, LDR dan IRR. Hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitian Nur Azlina (2014) yang mengatakan bahwa Rasio CAR, ATTM, NPL, PPAPAP, ROA, ROE dan BOPO tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kondisi bermasalah suatu Bank. Penelitian Ismawati (2015) mengemukakan bahwa bahwa terdapat tiga variabel yang mempengaruhi Financial distress Perbankan di Indonesia yaitu ROA (Return on Assets), NPL (Non Performing Loan), LDR (Loan to Deposit Ratio); selain ketiga rasio tersebut, variabel lain yaitu CAR (Capital Adequacy Ratio), ROE (Return on Equity), BOPO (Rasio Biaya Operasional terhadap

10 Pendapatan Operasional. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu tersebut maka peneliti menemukan hasil yang berbeda dan tidak konsisten. Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan kembali rasio keuangan Bank, yakni rasio CAR, ROA, ROE, FDR, dan BOPO yang digunakan untuk memprediksi probabilitas financial distress pada Bank Umum Syariah. Disamping itu masih sedikitnya penelitian yang memprediksi kondisi financial distress Bank Umum Syariah di Indonesia dan dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu menjadi sumber informasi agar dapat mendeteksi kondisi keuangan dan dapat mengantisipasi hal-hal yang dapat menyebabkan Perbankan syariah mengalami kondisi financial distress. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini memprediksi kondisi financial distress pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode tahun 2013-2014 maka permasalahan yang ada adalah: Apakah CAR, ROA, ROE, FDR, dan BOPO berpengaruh terhadap probabilitas financial distress pada Bank Umum Syariah? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan tujuan yang ingin didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh rasio CAR terhadap probabilitas financial distress pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2013-2014.

11 2. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh rasio ROA terhadap probabilitas financial distress pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2013-2014. 3. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh rasio ROE terhadap probabilitas financial distress pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2013-2014. 4. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh rasio FDR terhadap probabilitas financial distress pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2013-2014. 5. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh rasio BOPO terhadap probabilitas financial distress pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2013-2014 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat bagi dunia Perbankan Untuk memberikan refleksi yang jelas tentang model logit untuk memprediksi kondisi financial distress Bank, khususnya Bank Umum Syariah di Indonesia dan masukan yang berguna agar dunia Perbankan lebih mengoptimalkan kinerja Bank. 2. Manfaat bagi pengguna jasa Perbankan. Memberikan informasi kepada pengguna jasa Perbankan untuk memprediksi atau mengetahui kinerja keuangan di dunia Perbankan

12 3. Manfaat bagi Civitas Akademik. Memberikan sumbangan informasi dan refrensi bagi mahasiswa dan pihak-pihak lain dalam melakukan penelitian lebih lanjut dengan topik yang sama pada masa yang akan datang. 1.5 Sistematika Penulisan Skripsi Dalam penulisan skripsi ini, sistematika yang digunakan secara umum merujuk pada pedoman penulisan skripsi STIE Perbanas Surabaya. Sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penyusunan penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan beberapa hasil penelitian terdahulu, landasan teori yang terkait dengan pembahasan permasalahan penelitian yang dapat digunakan sebagai dasar acuan penelitian. Teori diuraikan secara sistematis yang dapat mengantar peneliti untuk menyusun kerangka pemikiran dan pada akhirnya dapat diformulasikan menjadi hipotesis penelitian.

13 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang prosedur tahap penelitian yang didalamnya terdapat beberapa variabel penelitian dan diawali dengan rancangan penelitian, batasan penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional dan pengukuran variabel, populasi sampel dan teknik pengambilan sampel, dan metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Bab ini menguraikan mengenai gambaran subyek penelitian, analisis data yang menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi logistik serta pembahasan dari hasil data yang telah dianalisis. BAB V PENUTUP Bab ini menguraikan mengenai kesimpulan dari hasil akhir analisis data, kemudian keterbatasan penelitian serta saran bagi peneliti selanjutnya yang diharapkan dapat berguna untuk perbaikan dari penelitian ini.