pukul 1.-16. dan sore hari dilakukan pada pukul 16.-19.. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Mencari data awal tentang aturan mengenai angkutan perkotaan, jumlah tiap trayek, dan lintasan untuk masing-masing trayek di Kota Bogor. 2. Pembuatan kuesioner sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan. 3. Penentuan lokasi untuk pengamatan jumlah penumpang 4. Proses pengumpulan data dengan menggunakan teknik penarikan contoh yang sudah ditetapkan. 5. Melakukan analisis statistika deskriptif untuk mendapatkan deskripsi tentang karakteristik dan persepsi supir terhadap usaha dan uji asosiasi terhadap keduanya. 6. Melakukan analisis kelayakan bisnis usaha dengan menggunakan NPV dan MPI. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Jumlah angkutan perkotaan () di Kota Bogor saat ini sebanyak 3.413 buah. Jumlah tersebut hampir mencapai jumlah maksimal yang diizinkan oleh pemerintah, yaitu sebanyak 3.416 buah. Sehingga tidak akan ada lagi penambahan kendaraan. Kendaraan yang telah ada hanya bisa diremajakan kembali. Peremajaan kendaraan adalah penggantian kendaraan lama yang sudah tidak layak beroperasi dengan kendaraan baru. Kendaraan yang sudah diganti tersebut tidak dapat lagi dijadikan angkutan umum, namun hanya dapat dijadikan kendaraan pribadi atau dijual komponen-komponen kendaraannya. 1 5 Layak 27,46 72,54 Tidak Layak Gambar 1 Kelayakan berdasarkan usia kendaraan Pemerintah melalui Perda Kota Bogor nomor 6 25 menetapkan bahwa usia kendaraan yang wajib diremajakan adalah 1. Berdasarkan aturan tersebut, sebanyak 27,46% dari 15 yang telah disurvei tidak layak beroperasi (Gambar 1). Banyaknya yang tidak diremajakan tersebut dikarenakan biaya untuk peremajaan dapat mengganggu arus kas pemilik. Peremajaan kendaraan dapat menyebabkan pemasukan pemilik menjadi berkurang karena sebagian besar keuntungannya digunakan untuk biaya mencicil kendaraan baru. Oleh karena itu pemilik lebih memilih menundanya agar mendapatkan keuntungan lebih lama. Jumlah Penumpang Angkutan Perkotaan Pengamatan jumlah penumpang dilakukan sebanyak 9 kali pengamatan pada lokasi dan waktu yang telah ditentukan (Lampiran 4). Pada pengamatan tersebut diperoleh sebanyak 7.947 yang diamati. Sebanyak 21 trayek dari 23 trayek yang ada di Kota Bogor diamati. Trayek 15 dan trayek 17 tidak diamati dikarenakan keterbatasan tenaga dan waktu pengamatan. Lintasan yang dilalui oleh kedua trayek tersebut tidak sejalur dengan trayek lainnya. Tabel 1 Rata-rata banyaknya rit dan jumlah penumpang yang diamati Trayek Rata-rata Rit per 9 Jam Rata-rata Jumlah Penumpang per Pengamatan 19 2 7 1 5,5 5 3 4 5 5 8,5 5 9 6 5 1 7 5 11 8,5 5 18 5,5 5 2 2 5 1A 7 5 2 4 4 4 5 4 6 8 4 7 7 4 8 6,5 4 12 7 4 13 9 4 14 6 4 16 4,5 4 8A 9 4 7A 11,5 3 Jumlah penumpang suatu trayek sangat dipengaruhi oleh banyaknya penumpang yang membutuhkannya dan jumlah pada trayek tersebut. Semakin 3
banyak penumpang yang membutuhkan suatu trayek maka jumlah penumpang pada trayek tersebut semakin besar. Rata-rata jam kerja supir selama sembilan jam per hari. Satu rit sama dengan dua kali keberangkatan untuk dua tujuan yang berbeda. Perbedaan banyaknya rit dipengaruhi oleh jarak tempuh dan perilaku supir tiap trayek. Semakin jauh jarak yang harus ditempuh suatu trayek maka semakin sedikit pula jumlah rit yang dapat dijalankan. Sedangkan perilaku supir yang mempengaruhi banyaknya rit adalah kecenderungan berhenti saat mengendarai untuk menunggu penumpang (Tabel 1). Tabel 2 Rata-rata jumlah penumpang pada hari dan waktu tertentu per keberangkatan Waktu Kerja Libur Rata-rata keseluruhan Pagi 3,98 3,6 3,79 Siang 3,6 3,83 3,71 Sore 4,46 4,2 4,25 Rata-rata keseluruhan 4,2 3,81 3,97 Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan pada hari kerja dan hari libur ratarata jumlah penumpang cenderung sama. Namun jumlah penumpang saat hari libur tidak berbeda untuk semua waktu pengamatan. Hal ini disebabkan oleh aktivitas penumpang saat hari libur cenderung tidak terpengaruh oleh waktu karena sebagian besar penumpang beraktifitas untuk berlibur. Deskripsi Supir Angkutan Perkotaan Dalam penelitian ini terdapat 15 supir yang dijadikan contoh. Sebagian besar supir berdomisili di Kota Bogor dan bersuku Sunda. Hal ini mengindikasikan bahwa pekerjaan supir di Kota Bogor sebagian besar dilakukan oleh penduduk lokal. supir dilakukan oleh kelompok usia yang telah mapan. Pada umumnya mereka telah berkeluarga dan merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga. Banyaknya supir yang berpendidikan rendah menunjukkan bahwa pekerjaan ini dilakukan oleh mereka yang sulit diterima menjadi karyawan perusahaan (Lampiran 5). Sebanyak 92% responden menjadikan pekerjaan supir sebagai pekerjaan utama. Namun, sebanyak 95,33% responden tidak memiliki mobil (Tabel 3). Tabel 3 Tabulasi silang kepemilikan mobil dan status pekerjaan Kepemilikan Mobil Utama Sampingan Milik Pribadi 4,67, Bukan Pribadi Milik 87,33 8, Sebagian besar responden tidak memiliki latar belakang pekerjaan terdahulu sebagai supir (Gambar 2). Maka dapat diartikan bahwa pekerjaan supir adalah pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian khusus. Banyaknya latar belakang pekerjaan sebagai karyawan yang kemudian beralih menjadi supir mengindikasikan bahwa semakin sempit lapangan usaha yang tersedia sehingga mereka beralih menjadi supir. 4 3 2 1 3,67 21,33. Gambar 2 Latar belakang pekerjaan sebelum menjadi supir Daripada menganggur Penghasilan lebih baik bebas mudah Keahlian menyupir Dekat dengan keluarga Lainnya 16,67 6,67 6,67 4,8 4,76 13,61 1,88 1,2 18,37 18, 1 2 3 4 38,1 Gambar 3 Alasan memilih pekerjaan supir Responden beralasan lebih baik menjadi supir daripada menganggur. Hal tersebut mengindikasikan bahwa mereka tidak memiliki pilihan terhadap pekerjaan yang akan mereka jalani. Kelebihan dari pekerjaan ini dibanding pekerjaan lain adalah kebebasan 4
dalam melakukan pekerjaan karena tidak memiliki atasan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pekerjaan supir memiliki keuntungan lain selain keuntungan finansial, yaitu mereka memiliki banyak waktu luang dan selalu dekat dengan keluarga (Gambar 3). Sebagian besar responden berpendapat bahwa perkerjaan supir masih menguntungkan (Gambar 4). Pendapat tersebut diberikan tanpa memperhatikan apakah akan tetap menjalani pekerjaan sebagai supir atau tidak untuk waktu mendatang. Mereka yang mengatakan pendapat tersebut beralasan bahwa pekerjaan ini mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka (Gambar 5). Masih menguntungkan Tidak menguntungkan Gambar 4 Persepsi keuntungan pekerjaan supir 8,43 27,71 2 4 6 63,86 44,67 8 6 4 2 55,33 kebutuhan hidup yang mendasar saja yaitu kebutuhan pangan sehari-hari. 4 3 2 1 Gambar 7 Lama menjalani pekerjaan supir Sebanyak 66,44% responden telah berpengalaman menjadi supir diatas lima (Gambar 7). Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang yang menjalani pekerjaan supir melakukan pekerjaan ini untuk jangka waktu yang lama. 6 4 2 33,56-5 22,15 22,82 6-1 Tidak 58,67 11-15 16-2 Gambar 8 Keinginan untuk tetap menjalani pekerjaan supir Ya 1,74 1,74 41,33 diatas 2 Dapat menabung Memiliki penghasilan Mencukupi kebutuhan Jenuh Pensiun 6,82 9,9 Gambar 5 Alasan pekerjaan supir menguntungkan 12 8 4 88,6 11,94 Tidak Mensejahterakan Mensejahterakan Gambar 6 Alasan pekerjaan supir tidak menguntungkan Responden yang berpendapat bahwa menjalani pekerjaan sebagai supir tidaklah menguntungkan beralasan karena pekerjaan ini tidak dapat mensejahterakan keluarga (Gambar 6). Alasan tidak dapat mensejahterakan keluarga menunjukkan pekerjaan ini hanya mampu memenuhi Beralih wiraswasta Prospek tidak bagus Mencari pekerjaan lebih baik 9,9 35,23 1 2 3 4 39,77 Gambar 9 Alasan tidak ingin lagi menjalani pekerjaan supir Berdasarkan persepsi, sebagian besar responden tidak ingin menjalani pekerjaan supir untuk lima mendatang (Gambar 8). Persepsi tersebut tidak menjamin apakah untuk lima mendatang mereka akan benar-benar berhenti menjalani pekerjaan supir. Karena persepsi tersebut besar kemungkinannya hanya menunjukkan keinginan tanpa tindakan nyata. Sebagian besar responden yang tidak ingin menjalani pekerjaan ini lima mendatang beralasan 5
pekerjaan supir merasa prospek pekerjaan ini tidak bagus dan mereka ingin mencari pekerjaan yang lebih baik. Responden yang berperilaku seperti ini menunjukkan bahwa mereka ingin meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Hal itu sejalan dengan apa yang diperlihatkan pada Gambar 9. 5 4 3 2 1 5, 22,58 14,52 13 Gambar 1 Alasan ingin tetap menjalani pekerjaan supir Lebih dari separuh responden yang tidak ingin lagi bekerja sebagai supir beralasan bahwa mereka tidak percaya pekerjaan ini mampu menjamin kesejahteraan hidup mereka dimasa akan datang. Sedangkan responden yang ingin tetap menjalani pekerjaan sebagai supir untuk lima mendatang sebagian besar berpendapat pekerjaan ini masih menguntungkan (Gambar 1). Mayoritas supir merasa pekerjaan supir menguntungkan namun sebagian besar dari supir tidak ingin tetap menjalani pekerjaan ini (Gambar 4 dan Gambar 8). Hal tersebut terjadi karena mereka bekerja hanya sebagai pekerja bukan wirausahawan yang memiliki mobil. Sehingga mereka harus membayar sewa mobil yang mereka pakai untuk bekerja dan membuat keuntungan yang mereka peroleh menjadi lebih sedikit dibanding mereka memiliki mobil sendiri. Untuk saat ini mereka merasa untung dengan pekerjaan ini namun keuntungan yang diperoleh hanya cukup untuk kebutuhan hidup mendasar saja (Gambar 5). Sehingga pekerjaan ini tidak menarik untuk dikerjakan diwaktu mendatang karena mereka menginginkan peningkatan kualitas hidup, tidak hanya terpenuhi kebutuhan hidup mendasar saja (Gambar 9). Hubungan Karakteristik Supir Angkutan Perkotaan dengan Persepsi Tentang nya Karakteristik responden yang terdiri dari pendidikan, pendapatan, lama menjalani pekerjaan supir, usia, dan latar belakang pekerjaan sebelum menjadi supir dihitung keeratan hubungannya dengan persepsi tentang pekerjaan mereka. Dua karakteristik responden, yaitu usia dan lama menjalani pekerjaan supir memiliki asosiasi dengan persepsi keuntungan pekerjaan supir (Tabel 4). Selain dua karakteristik tersebut, karakteristik lainnya tidak memiliki asosiasi dengan persepsi pekerjaan supir (Lampiran 6, Lampiran 7, dan Lampiran 8). Sebanyak 77,14% responden yang berusia 3-37 merasa merasa untung dengan bekerja sebagai supir. Dari keseluruhan responden yang merasakan keuntungan tersebut, sebanyak 32,53% berusia 3-37. Secara keseluruhan sebanyak 18% responden berusia 3-37 dan merasakan keuntungan dengan bekerja sebagai supir (Tabel 5). Tabel 4. Hubungan Karakteristik supir dengan persepsi pekerjaan supir Karakteristik Supir Angkot Persepsi Keuntungan Keinginan Tetap Menjalani Pendidikan 1,63 1 1,21,44 2,55 Lama Menjadi Supir Angkot 9,84,7,2*,87 Usia 8,84 2,39,3*,49 Latar Belakang 1Nilai khi-kuadrat 2Nilai-p *Signifikan pada α=5% 1,7 1,18,89,95 Kecenderungan persepsi responden menunjukkan bahwa semakin tua usia supir maka semakin besar kemungkinannya supir akan merasakan keuntungan dengan bekerja sebagai supir. Semakin muda usia supir, maka semakin banyak keinginan dalam hidup yang dimiliki. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh semakin 6
banyaknya keinginan supir pada usia muda, sehingga persepsi merasa untung yang didapat dari pekerjaan supir akan semakin berkurang dan menjadi tidak menguntungkan (Tabel 5). Tabel 5. Tabulasi silang usia dan persepsi keuntungan menjadi supir Usia Untung Tidak Untung 19-29 12, 1 47,37 2 21,69 3 3-37 18, 77,14 32,53 38-45 14,67 5, 26,51 diatas 45 1,67 48,48 19,28 1Persentase terhadap jumlah total 2Persentase terhadap jumlah per baris 3Persentase terhadap jumlah per kolom 13,33 52,63 29,85 5,33 22,86 11,94 14,67 5, 32,84 11,33 51,52 25,37 Persepsi keuntungan menjadi supir berasosiasi dengan lama menjadi supir. Semakin lama responden menjadi supir maka semakin besar kemungkinannya untuk merasakan keuntungan menjadi supir. Supir yang berpengalaman cenderung lebih mengetahui bagaimana cara mendapatkan penumpang yang banyak. Kajian Pendapatan Supir Angkutan Perkotaan Rata-rata supir memiliki penghasilan bersih sebesar Rp 34.573 per hari. Biaya untuk membayar upah calo ditambahkan pada biaya setoran karena merupakan biaya kerja yang harus dikeluarkan oleh supir. Dalam arti lain, supir harus mendapatkan pemasukan per hari minimal sebesar Rp 153. untuk menutupi biaya operasionalnya (Tabel 6). Pengertian satu hari supir bekerja adalah selama sembilan jam. Jika supir tidak memiliki mobil sendiri, maka supir menyewa mobil kepada pemilik dengan sistem setoran. Rata-rata setoran dibayarkan per hari sebesar Rp 12.. Satu hari dalam sistem penyewaan mobil adalah selama 15 jam. Jika satu mobil dijalankan oleh dua orang supir per hari, maka salah satu supir akan bekerja selama enam jam saja. Pada kajian pendapatan supir ini yang dibahas adalah supir yang bekerja selama sembilan jam. Pembatasan tersebut bertujuan agar sesuai dengan jam kerja yang diacuan dalam penghitungan UMR. Tabel 6 Rata-rata pengeluaran operasional supir per hari Pengeluaran Jumlah (Rp) Proporsi (%) Konsumsi 21.3 13,94 Setoran 75.766 49,58 Bensin 51.735 33,85 Cuci Kendaraan 4.13 2,63 Total 152.814 Pengeluaran untuk makan memiliki proporsi paling besar dari pengeluaran konsumsi lainnya (Tabel 7). Sebenarnya supir mendapatkan rata-rata penghasilan total sebesar Rp 51.86 per hari. Penambahan penghasilan tersebut diperoleh dari penghasilan bersih dan pengeluaran untuk konsumsi. Tabel 7 Rata-rata pengeluaran konsumsi supir per hari Konsumsi Jumlah (Rp) Proporsi (%) Makan 1.54 6,97 Kopi/Rokok 6.13 34,78 Lain-lain 734 4,24 Total 17.287 Jika supir bekerja 26 hari dalam sebulan maka seorang supir akan mendapatkan penghasilan perbulan sebesar Rp 1.348.36. Jumlah tersebut telah memenuhi Upah Minimum Regional (UMR) Kota Bogor 21 sebesar Rp 836.65 per bulan. Sehingga jika ditinjau dari sisi penghasilannya, pekerjaan supir ini layak untuk dijalankan. Supir yang memiliki sendiri akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan supir yang tidak memiliki. Rata-rata keuntungan per bulan yang diperoleh bagi supir yang memiliki sebesar Rp 3.748.36. Jumlah tersebut merupakan penjumlahan penghasilan supir sebesar Rp 1.348.36 dan penghasilan pemilik sebesar Rp 2.4.. Jelas terlihat selisih penghasilan yang cukup besar antara supir yang memiliki sendiri dan yang tidak memiliki. Maka wajar saja penghasilan mayoritas supir hanya mampu 7
memenuhi kebutuhan hidup mendasar saja karena biaya untuk sewa mobil cukup besar dan sangat membebani biaya operasional mereka. Kajian Pendapatan Pemilik Angkutan Perkotaan Hubungan antara supir dan pemilik merupakan hubungan sewa-menyewa dengan besaran sewa tertentu per hari yang biasa disebut setoran. Khusus untuk trayek yang terkena sistem sift, setoran yang dibayarkan adalah per satu setengah hari karena beroperasi dengan pola dua hari beroperasi dan satu hari libur. Pemilik angkutan perkotaan cenderung membeli secara mencicil. Hal ini dirasa cukup efisien dari segi pemanfaatan uang. Namun mereka tidak mendapatkan keuntungan secara tunai per bulannya. Pemilik hanya dapat menjadikan pekerjaan ini sebagai pekerjaan utama jika memiliki yang telah lunas. Harga pembelian sudah termasuk harga mobil dan biaya izin. Harga baru saat ini Rp 88.. dengan uang muka sebesar Rp 1... Menurut Perda Kota Bogor nomor 6 28, biaya izin usaha sebesar Rp 5. dibayarkan sekali saat awal usaha dan biaya sebesar Rp 625. untuk izin trayek yang dibayarkan per. Pada kenyataannya, pemilik membayar keseluruhan biaya untuk pembelian baru dan izinnya berkisar antara Rp 11.. hingga Rp 12.. dengan uang muka sebesar Rp 15... Besarnya biaya tersebut tergantung trayek yang akan dijalankan oleh pemilik. Penambahan biaya ini dikarenakan adanya pihak perantara antara pemerintah dan pemilik dalam proses perizinannya. Pemilik membayar biaya izin dan baru menjadi satu kesatuan kepada pihak perantara tersebut. Sehingga yang akan dihitung untuk kelayakan usaha ini adalah biaya yang sebenarnya dikeluarkan oleh pemilik. Biaya sebesar Rp 115.. akan dijadikan contoh untuk penghitungan analisis finansialnya. Pemasukan yang diterima oleh pemilik yang dijadikan responden rata-rata sebesar Rp 12. per 24 jam. Pengeluaran operasionalnya sebesar Rp 1.. per bulan. Biaya KIR, pajak an, dan retribusi trayek dibayarkan per namun dihitung pengeluarannya per bulan (Tabel 8). Sehingga keuntungan per bulan yang diperoleh pemilik sebesar Rp 2.6.. Besarnya angsuran per bulan adalah Rp 2.4. selama 42 bulan. Sisanya sebesar Rp 2. per bulan disimpan sebagai ganti pembayaran uang muka dan biaya izin di awal usaha senilai total Rp 16.125.. Tabel 8 Rincian pengeluaran operasional pemilik per bulan Pengeluaran Jumlah (Rp) Oli 7. Montir 3. Pajak an 41.666 KIR 16.666 Izin trayek 52. Aki 6. Ban 2. Lainnya 26. Total 1..332 Pemasukan pemilik adalah senilai Rp 31.2. per. Sehingga Masa Pengembalian Investasi (MPI) adalah selama tiga dan delapan bulan. Artinya pemilik akan memperoleh modalnya kembali setelah usahanya berjalan selama 44 bulan. selama masa itu pemilik yang masih memiliki tanggungan cicilan tidak akan mendapatkan keuntungan secara finansial. MPI= 115.. 1 31.2. MPI= 3,63 NPV= 12 t=1 2. (1+,65/12) t NPV= Rp 1.113.7-16.125. Besaran uang disimpan senilai Rp 2. per bulan dibayarkan selama usia usaha, yaitu 1. Uang tersebut sama dengan pengertian uang kas bersih yang masuk per bulan. Tingkat suku bunga Bank Indonesia untuk 21 sebesar 6.5%. Net Present Value (NPV) yang diperoleh sebesar Rp 1.113.7. Karena NPV bernilai positif, maka usaha ini layak untuk dijalankan ditinjau dari pihak pemilik. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, rata-rata di Kota Bogor terisi empat orang penumpang. Hari kerja dan hari libur memiliki rata-rata jumlah penumpang yang sama banyak. 8