1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agroindustri suatu daerah diarahkan untuk menjamin pemanfaatan hasil pertanian secara optimal dengan memberikan nilai tambah melalui keterkaitan antara budidaya, pascapanen dan proses pengolahannya. Menurut Brown (1994), agroindustri merupakan industri yang berbasis pada pengolahan bahan baku pertanian, melibatkan proses transformasi dan pengawetan melalui perubahan fisika atau kimia, penyimpanan, pengepakan dan distribusi. Sebagai kegiatan pengolahan atau transformasi hasil pertanian, agroindustri bertumpu pada prinsip pembentukan nilai tambah. Keselarasan antara input dan output merupakan jaminan pembentukan nilai tambah yang wajar dan berkesinambungan (Bantacut, 2002). Manfaat pengembangan agroindustri selain untuk menguatkan perolehan dan peningkatan nilai tambah, juga dapat memberikan kontribusi besar bagi pencapaian tujuan pembangunan, seperti: mengatasi kemiskinan, peningkatan pemerataan hasil pembangunan, peningkatan ekspor dan pelestarian lingkungan (Saragih, 2001). Investasi di bidang agroindustri akan memberikan dampak positif ganda dalam perekonomian nasional, yaitu : (1) pengembangan produk agroindustri berbasis bahan baku hasil pertanian lokal akan meningkatkan produktivitas petani, menghemat devisa dan mendorong pertumbuhan yang lebih merata, dan (2) melalui peningkatan pangsa pasar ekspor produk agroindustri akan dicapai devisa dalam jumlah besar (Dillon, 1999). Strategi pengembangan agroindustri merupakan manivestasi strategi pengembangan industri nasional dalam menghadapai tantangan global. Basis pengembangan komoditas unggulan yang memiliki dayasaing tinggi dengan dukungan bahan baku yang memadai serta mempunyai peluang lebih besar dalam penambahan nilai tambah dan nilai tukar yang tinggi (Menteri Perindustrian dan Perdagangan, 1996). Untuk mencapai sasaran yang diinginkan, maka pengembangan agroindustri harus dilakukan dengan pendekatan kewilayahan
2 yang mensyaratkan adanya keterpaduan antara komoditas unggulan lokal dengan kemampuan sumberdaya manusia yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif (Kustanto, 1999). Komoditas unggulan merupakan komoditas yang diusahakan berdasarkan keunggulan komparatif dan kompetitif serta ditopang oleh pemanfaatan teknologi sesuai dengan agroekosistem untuk meningkatkan nilai tambah dan mempunyai multiplier effect terhadap berkembangnya sektor lain (Badan Agribisnis Deptan, 1997). Pengembangan agroindustri komoditi unggulan diharapkan dapat menciptakan dayasaing tinggi yang berbasis pada keunggulan kompetitif dan berwawasan lingkungan. Pemilihan komoditas unggulan pada suatu wilayah memiliki arti strategis, baik berdasarkan pertimbangan teknis (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial ekonomi dan kelembagaan (penguasaaan teknologi, kemampuan sumberdaya manusia, infrastruktur dan kondisi sosial budaya setempat) (BPTP, 2003). Dalam hal ini, pemilihan komoditas unggulan diarahkan kepada jenis komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif, kompetitif dan dapat diusahakan seefisien mungkin. Menurut Bantacut (1997), penetapan komoditas unggulan merupakan langkah awal dan penting dalam upaya membangun agroindustri unggulan yang mempunyai struktur kuat dan tangguh dalam bersaing. Struktur kuat adalah adanya keterkaitan antara sektor hulu dan hilir yang memiliki keunggulan kompetitif sesuai keunggulan komparatif. Oleh karena itu, komoditas unggulan hendaknya dipilih berdasarkan peluang pasar (permintaan) dan kemampuan produksi (penawaran). Klaster industri merupakan salah satu alternatif pendekatan dalam memperkuat pengembangan agroindustri komoditi unggulan, sehingga diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah dan dayasaing agroindustri terhadap pembangunan daerah. Menurut Porter (1990), pendekatan klaster merupakan suatu upaya untuk mengintegrasikan seluruh komponen, peubah dan pelaku dalam pengembangan industri. Pengembangan agroindustri komoditi unggulan daerah dengan pendekatan tersebut mengharuskan sinergi dan dinamika pasangan para pelaku
3 yang sinergis. Hal ini didasari pada pemikiran bahwa agroindustri komoditi unggulan tidak dapat ditentukan oleh satu perusahaan atau lembaga tertentu dalam persaingan global, tetapi klaster industri yang kuat dan dinamis dapat menghasilkan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Komoditas perkebunan merupakan salah satu komoditas unggulan sektor pertanian di daerah yang memiliki potensi pengembangan dan berpeluang untuk dikembangkan lebih luas menjadi kegiatan industri yang dapat menopang perekonomian nasional. Daerah Kabupaten Aceh Barat, Nanggroe Aceh Darussalam, memiliki potensi pengembangan komoditas perkebunan. Jenis komoditas perkebunan yang saat ini masih dikembangkan dan diusahakan oleh masyarakat adalah komoditi karet, kelapa sawit, kelapa, kakao, nilam, pinang dan lain-lain. Sebagian besar hasil produksi komoditas perkebunan tersebut masih dipasarkan dalam bentuk bahan mentah ke luar daerah, sehingga kontribusinya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat belum optimal. Hal ini terjadi karena industri yang mengolah hasil produksi pertanian dan perkebunan di Kabupaten Aceh Barat masih sangat terbatas jumlahnya. Pada umumnya industri yang ada di Kabupaten Aceh Barat adalah industri makanan/minuman skala kecil seperti industri pengolahan limun, air tebu, kopi bubuk, tahu/tempe, kerupuk dan roti/mie. Mengacu dari uraian di atas maka agroindustri berbasis komoditas unggulan dapat menjadi prioritas yang dapat diandalkan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Aceh Barat. Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Aceh Barat 2007-2012, ekonomi berbasis komoditas unggulan diarahkan pada pengembangan agroindustri unggulan, maka diperlukan suatu perencanaan pembangunan yang terarah, terpadu dan berkelanjutan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, sehingga visi dan misi pembangunan daerah dapat direalisasikan dan diimplementasikan untuk kesejahteraan masyarakat Kabupaten Aceh Barat. Berkaitan dengan hal tersebut, maka sangat bermanfaat jika dikembangkan strategi pengembangan agroindustri unggulan berbasis klaster dengan
4 menggunakan kompetensi inti yang dimiliki daerah. Pengembangan agroindustri komoditas unggulan dengan pendekatan klaster diharapkan dapat meningkatkan kontribusi sektor agroindustri terhadap pembangunan daerah Kabupaten Aceh Barat. 1.2. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi pengembangan agroindustri komoditi unggulan di Kabupaten Aceh Barat. Secara rinci tujuan tersebut adalah sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi komoditi unggulan daerah dan agroindustri unggulan yang prospektif untuk dikembangkan di Kabupaten Aceh Barat. (2) Merumuskan strategi pengembangan agroindustri komoditi unggulan di Kabupaten Aceh Barat. (3) Merumuskan strategi pembentukan klaster industri untuk mendukung pengembangan agroindustri komoditi unggulan di Kabupaten Aceh Barat. 1.3. Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini meliputi: (1) Identifikasi dan analisis penetapan komoditi unggulan dan agroindustri unggulan yang prospektif untuk dikembangkan di Kabupaten Aceh Barat. (2) Perumusan strategi pengembangan agroindustri komoditi unggulan di Kabupaten Aceh Barat (3) Perumusan strategi pembentukan klaster untuk mendukung pengembangan agroindustri komoditi unggulan. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, bagi pengembangan ilmu maupun aplikasinya, dan dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat dan pembangunan di Aceh Barat. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain :
5 (1) Menjadi acuan dalam penetapan komoditi unggulan dan agroindustri unggulan yang prospektif untuk dikembangkan di Aceh Barat. (2) Memberikan masukan kepada pemerintah Kabupaten Aceh Barat dalam menyusun rencana dan penetapan kebijakan pembangunan untuk pengembangan agroindustri komoditi unggulan daerah. (3) Menjadi acuan dalam melakukan upaya perbaikan tingkat kehidupan petani dan perekonomian daerah melalui peningkatan nilai tambah dan konstribusi dayasaing daerah.