BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat

BAB I PENDAHULUAN. diperuntukkan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia,

Oleh : Wiwik Yulia Tristiningrum M BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Warna merupakan salah satu sifat yang penting dari makanan, di samping juga

BAB I PENDAHULUAN. imunologi sel. Sel hati (hepatosit) mempunyai kemampuan regenerasi yang cepat,

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 8 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya dengan 80% dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis makan yang kita konsumsi, boraks sering digunakan dalam campuran

BAB I PENDAHULUAN. untuk menelitinya lebih jauh adalah Coriolus versicolor.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Zat pewarna makanan alami sejak dulu telah dikenal dalam. industri makanan untuk meningkatkan daya tarik produk makanan

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium

I. PENDAHULUAN. Rifampisin (RFP) dan isoniazid (INH) merupakan obat lini pertama untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat

DiGregorio, 1990). Hal ini dapat terjadi ketika enzim hati yang mengkatalisis reaksi konjugasi normal mengalami kejenuhan dan menyebabkan senyawa

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia (global epidemic). World

BAB I PENDAHULUAN. Gorengan adalah produk makanan yang diolah dengan cara menggoreng

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab utama kematian. Ada sekitar sepertiga penduduk dunia telah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada

BAB 1 PENDAHULUAN. ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kunyit untuk warna kuning. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pekerja berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 3. UU No 13

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan

BAB I PENDAHULUAN. Parasetamol atau asetaminofen atau N-asetil-p-aminofenol merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam air, tidak berbau dan sangat manis. Pemanis buatan ini mempunyai tingkat kemanisan 550

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan selera makan manusia sebagai konsumen. 2. Secara garis besar, terdapat 3 macam pewarna makanan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dengan Per Mortality Rate (PMR) 13 %. Di negara-negara maju seperti

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

UJI TOKSISITAS SUB KRONIS DARI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata.l) TERHADAP HATI DAN GINJAL PADA MENCIT PUTIH

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Setelah streptomisin ditemukan pada tahun 1943, ditemukan pula antibiotik lain

I. PENDAHULUAN. dunia telah memanfaatkan tumbuhan obat untuk memelihara kesehatan (Dorly,

I. PENDAHULUAN. Rifampisin adalah terapi lini pertama dari TBC, terutama dalam kombinasi

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai media massa (Rochmayani, 2008). Menurut World Health

I. PENDAHULUAN. dan fakta menunjukkan bahwa jumlah kasus kanker terus meningkat. etnik, paling sering menyebabkan kematian pada wanita Hispanik dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida adalah bahan racun yang disamping memberikan manfaat di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting bagi umat manusia. Pangan juga tak lepas dari kaitannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada tahun 2004 (WHO, 2009). Berdasarkan data dari Globocan

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family

I. PENDAHULUAN. perhatian adalah buah luwingan (Ficus hispida L.f.). Kesamaan genus buah

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini

BAB I PENDAHULUAN. dunia menderita kanker dan 7,6 juta di antaranya meninggal dunia karena

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh dipasaran.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel-sel di dalam tubuh yang tidak

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan nyamuk. Dampak dari kondisi tersebut adalah tingginya prevalensi

I. PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan istilah back to nature (Sari, 2006). Namun demikian,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sasaran utama toksikasi (Diaz, 2006). Hati merupakan organ

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat bervariasi dan begitu populer di kalangan masyarakat. Kafein

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan

Kolesterol selain diperoleh dari makanan, juga diproduksi di hati dari lemak jenuh. Jadi, penurunan kadar kolesterol serum dapat dicapai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi seorang wanita, menopause itu sendiri adalah datangnya masa tua.

PERBEDAAN KADAR FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR PUSAT KOTA DENGAN PINGGIRAN KOTA PADANG. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak

BAB I PENDAHULUAN. berat badan, dan sindrom restoran Cina, pada sebagian orang. 2, 3

BAB I PENDAHULUAN. hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Deksametason merupakan salah satu obat golongan glukokortikoid sintetik

MENGENAL BAHAYA FORMALIN, BORAK DAN PEWARNA BERBAHAYA DALAM MAKANAN

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

I. PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini kehidupan mulai beranjak kembali kepada obat-obatan

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat

I. PENDAHULUAN. mikroorganisme Mycobacterium tuberculosis yang terutama menyerang paru,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memilih bahan makanan maka kita perlu memperhatikan kebersihan dan mutunya

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. oksigen, dan karbon (ACC, 2011). Formalin juga dikenal sebagai formaldehyde,

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol merupakan zat psikotropika dengan penggunaan yang paling luas.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dampak. Dampak negatif yang terjadi ialah perubahan gaya hidup, yaitu

Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan

I. PENDAHULUAN. tumbuhan yang telah banyak dikenal dan dimanfaatkan dalam kesehatan adalah

I. PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERUBAHAN KADAR UREUM DAN KREATININ PASCA PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG BULAN (Tithonia diversifolia) (STUDI PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR)

pudica L.) pada bagian herba yaitu insomnia (susah tidur), radang mata akut, radang lambung, radang usus, batu saluran kencing, panas tinggi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. produsen makanan sering menambahkan pewarna dalam produknya. penambahan

STRUKTUR HISTOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus L) YANG DIINDUKSI GLUKOSA SETELAH PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE PER-ORAL

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh mayoritas masyarakat Indonesia, karena rasanya yang gurih dan

1 Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang telah menjadi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jenis makanan yang terdapat di masyarakat tidak jarang mengandung bahan kimia berbahaya serta tidak layak makan, penggunaan bahan kimia berbahaya yang marak digunakan adalah formalin. Beberapa jenis makanan diantaranya yang mengandung formalin yakni tahu yang terdapat di daerah Bogor, mie basah yang terdapat di daerah Pekan Baru, kikil yang terdapat di daerah Jakarta dan beberapa kalangan nelayan masih marak menggunakan formalin sebagai bahan pengawet ikan (Warta POM, 2015). Penggunaan bahan tambahan pangan disebabkan oleh perkembangan bisnis pangan yang semakin pesat sehingga memunculkan persaingan antar pedagang yang tidak sehat. Persaingan usaha akan menyebabkan semakin banyak produk yang dibuat dengan harga murah dengan harapan dapat merebut pasar yang seluas-luasnya. Oleh karena itu diperlukan bahan kimia untuk membantu kestabilan produk jika target penjualan tidak tercapai (produk tidak terjual dalam waktu tertentu). Bahan kimia yang saat ini semakin banyak digunakan dalam masyarakat antara lain adalah formalin. Bahan tersebut pada dasarnya merupakan zat kimia yang apabila digunakan secara terus menerus akan memberikan dampak buruk bagi penggunannya (Andrew, 2010). Penggunaan bahan tambahan pangan, khususnya pengawet telah menjadi perhatian pemerintah. Ada beberapa pengawet yang diperbolehkan oleh pemerintah, namun ada pula pengawet yang dilarang penggunaannya (Andrew, 2010). Penggunaan formalin dalam pengawet makanan melanggar Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan, yang menyatakan bahwa formalin termasuk salah satu bahan tambahan makanan yang dilarang dipergunakan karena bersifat karsinogenik dan membahayakan kesehatan (Menkes, 2012). Penggunaan formalin juga telah dilarang oleh berbagai badan perundangan antara lain UU No 7/1996 tentang Pangan, UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen, PP No 28 tahun 2004 tentang Keamanan Pangan (Pramono, 2012).

2 Bahan dasar dari formalin adalah formaldehid yang merupakan senyawa gas yang mudah larut dalam air dengan bau yang menusuk, lebih reaktif dan berbahaya jika terhirup karena dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, dan dapat menimbulkan kanker. Larutan formalin yang mengandung Formaldehid apabila masuk kedalam tubuh melalui oral akan mengalami metabolisme dengan cepat menjadi asam formiat terutama dalam eritrosit dan hati kemudian akan dikeluarkan melalui urin namun formalin juga bereaksi dengan protein dinding sel hati (lipoprotein) sehingga dapat merusak dinding sel hati yang dapat menyebabkan fungsi hati terganggu atau menjadi penyebab terbentuknya radikal bebas (Jivai, 2008). Biasanya formalin dipergunakan untuk disinfektan (pembersih lantai, gudang dan pakaian) dan bahan pengawet mayat. Dalam dunia industri formalin digunakan untuk produksi resin urea-formaldehid dan resin phenol-formaldehid (Susanti, 2010). Efek toksisitas ini sudah dibuktikan oleh beberapa penelitian, bahkan mereka juga membuktikan bahwa formaldehid dapat memberikan efek karsinogenik. Efek toksik dan efek karsinogenik tersebut telah dibuktikan dengan cara memberikan formaldehid pada hewan percobaan berupa tikus dengan beberapa cara yakni inhalasi, oral, paparan pada kulit dan injeksi. Paparan inhalasi akut formaldehid pada tikus dengan konsentrasi sebanyak 120 mg/m 3 memberikan dampak salivasi, muntah, dan kematian. Pada pemberian formaldehid per oral dosis 50 300 mg/kgbb/hari menyebabkan perubahan patologis pada mukosa lambung tikus. Perubahan-perubahan patologis tersebut dapat terjadi karena sifat formaldehid yang mudah larut dalam air sehingga formaldehid diserap dan dimetabolisme (Sari, 2012). Efek terparah dari induksi toksik formalin dapat menyebabkan kanker berupa karsinoma nasofaring, karsinoma serviks, karsinoma payudara dan karsinoma hati. Pemberian formaldehid dengan dosis 150 mg/kgbb selama 90 hari dapat menurunkan berat gonad pada penelitian sistem reproduksi betina tikus Sprague-Dawley (NISNAS, 2006). Pada pengujian efek toksisitas juga diperlukan informasi beberapa tes sederhana pada organ hati, karena hati sebagai salah satu organ yang dapat digunakan untuk mengevaluasi ketoksikan bahan (Sujono, dkk., 2015). Salah satu

3 pengujian yang dilakukan adalah uji nilai Asfatate Aminotranfarase (AST) atau Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) dan Alanine Aminotransfarase (ALT) atau Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT). Enzim-enzim ini biasanya terkandung dalam sel-sel hati. Jika hati terluka, sel hati mengeluarkan enzim-enzim ini kedalam darah (Sudatri, dkk., 2016). SGOT sangat perlu dianalisis karena enzim glutamat oksaloasetat transaminase ini selain terdapat di hati, juga terdapat dalam otot, jantung dan jaringan lain salah satunya adalah jaringan pada organ reproduksi (Sujono, dkk., 2015). Penelitian yang membahas tentang efek toksisitas dari formalin yakni adanya perubahan histopatologis otak (Laymena, 2012), perubahan histopatologis duodenum (Wahab 2012), perubahan histopatologis esofagus (Sari, 2012), perubahan histopatologis hepar (Pramono, 2012), perubahan histopatologis ginjal (Wibowo, 2012). Efek formalin diduga dapat mempengaruhi masalah kesehatan wanita, terkhusus masalah kesehatan reproduksi wanita. Formalin diduga dapat mempengaruhi kerja hormon yang mengatur pengeluaran estrogen dan progesteron yang dapat menunda terjadinya konsepsi, dan kerentanan sel telur. Keberhasilan fungsi reproduksi membutuhkan serangkaian reaksi fisiologi kompleks yang saling bergantung baik seluler maupun molekuler. Terdapat banyak peristiwa kerentanan akibat gangguan senyawa xenobiotik yang mengarah kepada kegagalan ovarium. Beberapa penelitian lain tentang pengaruh pemberian ekstrak tanaman terhadap efek toksik yakni ekstrak meniran dapat mengurangi kerusakan paru yang disebabkan oleh toksik karbon tetraklorida (Junieva, 2006), ekstrak mengkudu dapat menghambat nilai malondihaldehida darah yang disebabkan oleh toksik karbon tetraklorida (Santoso, 2011). Ekstrak tersebut memiliki senyawa flavonoid yang dapat menurunkan/menghambat toksik yang diberikan. Oleh karena itu, berangkat dari kajian ini penulis mengangkat satu tumbuhan yang memiliki potensi sebagai yakni daun buasbuas (Premna Pada penelitian sebelumnya (Restuati, 2013), yang menyatakan bahwa buasbuas memiliki kandungan senyawa flavonoid yang dapat

4 meningkatkan titer antibodi pada tikus putih, serta turunan flavonoid yang dimiliki oleh buasbuas berupa apigenin diduga mampu menurunkan toksik formaldehid yang diberikan dengan dilihat dari nilai SGOT, SGPT, hematologi darah tikus putih. Maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengkaji dari efek toksik formaldehid yang diberi ekstrak etanol daun buasbuas (Premna pubescens Blume) pada organ reproduksi tikus betina (Rattus norvegicus), penggunaan tikus dalam penelitian ini karena tikus memiliki kekerabatan yang dekat dengan manusia dari sudut taksonomi, lebih tenang serta mudah penanganannya. Untuk itu penulis mengambil judul efek toksik formaldehid terhadap organ reproduksi tikus (Rattus norvegicus) betina yang diberi ekstrak etanol daun bsuasbuas (Premna pubescens Blume). 1.2. Batasan Masalah Masalah pada penelitian ini dibatasi pada pengamatan berat badan tikus, berat ovarium dan uterus, nilai SGPT dan SGOT serta pengamatan histologi ovarium dan uterus. 1.3. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana efek formaldehid terhadap berat badan tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi ekstrak etanol daun buasbuas (Premna 2. Bagaimana efek formaldehid terhadap berat ovarium dan uterus tikus putih 3. Bagaimana efek formaldehid terhadap nilai SGPT dan SGOT tikus putih 4. Bagaimana efek formaldehid terhadap histologi ovarium dan uterus tikus putih

5 1.4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui efek formaldehid terhadap berat badan tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi ekstrak etanol daun buasbuas (Premna 2. Mengetahui efek formaldehid terhadap berat ovarium dan uterus tikus putih 3. Mengetahui efek formaldehid terhadap nilai SGPT dan SGOT tikus putih 4. Mengetahui efek formaldehid terhadap histologi ovarium dan uterus tikus putih 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah: 1. Sebagai informasi tentang khasiat daun buasbuas (Premna 2. Meningkatkan pengkajian senyawa metabolit sekunder khususnya pada ekstrak etanol tanaman buasbuas (Premna pubescens Blume) sebagai obat tradisional.