BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh hormon pankreas atau tidak berfungsinya hormon insulin dalam menyerap gula

dokumen-dokumen yang mirip
yang dihasilkan oleh pankreas dan berperan penting dalam proses penyimpanan Gangguan metabolisme tersebut disebabkan karena kurang produksi hormon

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Traktus urinarius atau yang sering disebut dengan saluran kemih terdiri dari

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologis, dan radiologis

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter

BAB I PENDAHULUAN. hasil laboratorium yang baik dan terpercaya. Salah satu pemeriksaan laboratorium

BAB II TINJAUAN PUSKATA. dijumpai wanita maupun pria. Wanita lebih sering menderita infeksi saluran

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein

Sistem Ekskresi Manusia

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.2

Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau

Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin. Dasar teori :

- - SISTEM EKSKRESI MANUSIA - - sbl1ekskresi

Melakukan Uji Protein Urin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. suatu industri minuman yang dikemas dalam kantong plastik. Minuman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebuah kadar gula dalam darah atau hiperglikemia (Brunner & suddart, 2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang di Indonesia kita kenal dengan nama penyakit gula atau kencing

PENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding

Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

MENETAPKAN BERAT JENIS URIN A. Tujuan 1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis urin 2. Mengetahui cara yang tepat untuk menentukan

PEMERIKSAAN PROTEIN DAN GLUKOSA URINE LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN : ERICA PUSPA NINGRUM : J1C111208

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menyuguhkan dan membersihkan tempat minuman. yang dikemas dalam kemasan siap saji. Pada minuman ringan sering

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM EKSKRESI MANUSIA 1: REN. by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, dan kerja

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang khas dengan gejala-gejala kadar gula darah tinggi, glukosuria dan setelah

Cegah Resistensi Insulin Dengan Obat Herbal Diabetes Daun Insulin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam hati dan otot rangka (Kee Joyce LeFever, 2007).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STRUKTUR HISTOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus L) YANG DIINDUKSI GLUKOSA SETELAH PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE PER-ORAL

BAB I PENDAHULUAN. tua, Tipe III disebut Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM) dan Tipe IV

Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 9. Ciri-Ciri Makhluk Hidup Latihan Soal 9.1

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

Sistem Ekskresi pada Manusia. mendeskripsikan sistem ekskresi pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama

PERANCANGAN ALGA PURIN (ALAT PERAGA PEMBENTUKAN & PENGUJIAN URIN) MELALUI MANIPULASI CARA KERJA NEFRON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit Diabetes Millitus (DM) yang juga di kenal sebagai penyakit kencing manis/

PEMERIKSAAN URIN DENGAN METODE ESBACH. III. PRINSIP Asam pikrat dapat mengendapkan protein. Endapan ini dapat diukur secara kuantitatif

M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. uretra. Volume urin sekitar ml/24 jam, dengan komposisi air sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. jus sayuran. Sehingga masyarakat lebih banyak mengkonsumsi minuman

repository.unimus.ac.id

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hati merupakan organ sentral dalam metabolisme di tubuh. Berat rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gula darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia banyak sekali masyarakat yang mengkonsumsi produk

I. PENDAHULUAN. banyak penyakit yang muncul. Salah satu penyakit yang muncul akibat

FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006.

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari.

PERCOBAAN VI PEMERIKSAAN PROTEIN DAN GLUKOSA URINE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. primitif sampai manusia. Pembuluh darah mempunyai peranan penting bagi. tubuh. Darah terdiri atas dua komponen utama yaitu :

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

Tujuan : untuk mengetahui atau melihat ph, warna, kekeruhan, Bj, bau dan buih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tanaman alpukat.

EFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS)

Anatomi & Fisiologi Sistem Urinaria II Pertemuan 11 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

Definisi Diabetes Melitus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PATOFISIOLOGI DAN IDK DM, TIROID,PARATIROID

Transkripsi:

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitus 1. Definisi Diabetes mellitus Diabetes mellitus merupakan penyakit gangguan kronik metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak protein yang disebabkan oleh defisiensi insulin yang diproduksi oleh hormon pankreas atau tidak berfungsinya hormon insulin dalam menyerap gula secara maksimal. Gambaran yang paling nyata dari seorang Diabetes mellitus adalah bahwa orang tersebut mengelarkan sejumlah besar urine yang mengandung kadar gula yang melebihi nilai normal (Inzhici S, 2003). Diabetes mellitus adalah penyakit yang memperlihatkan gangguan metabolisme karbohidrat, sehingga didapat hiperglikmia dan glokosuria. 2. Klasifikasi Penderita Diabetes mellitus yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Sebagian besar gambaran patologik Diabetes mellitus dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut, yaitu: a. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300-1200 mg/dl. 6

7 b. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolesterol pada dinding pembuluh darah. c. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh yang bisa menyebabkan kanker usus besar dan penyakit jantung (Pearce, 2006). Diabetes mellitus adalah suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Menurut penyebabnya Diabetes mellitus dibagi menjadi dua tipe yakni diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. A. Diabetes mellitus tipe 1 Kriteria untuk Diabetes mellituss tipe 1 diakibatkan karena adanya kerusakan autoimun dari sel beta pankreas yang mengalami kebocoran sehingga mengurangi volume dari sel beta sendiri, sebagai hormon dalam pankreas insulin akan melakukan reaksi kimia dalam jaringan, didalam otot insulin akan mengubah glukosa menjadi glikogenesis, dalam jaringan adipose insulin merangsang penyerapan dalam sel dan membentuk glikogenesis, di dalam hati insulin memberikan efek yang kurang baik karena menghambat glukoneogenesis dan glikogenolisis. Sehingga pada diabetes tipe 1 terjadi autoantibody kelainan genetik dimana penderita penyakit Diabetes mellitus ini tergantung pada pemberian insulin (Brickel et al, 2011). B. Diabetes mellitus tipe 2 Penyakit Diabetes mellitus tipe 2 ini disebabkan karena adanya peningkatan glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi karena kombinasi antara ketidak kemampuan pankreas memproduksi hormon insulin dan resistensi insulin.

8 Diabetes mellitus tipe 2 ini sering terjadi pada individu yang mengalami obesitas, darah tinggi dan dyslipidemia (Brickel et al, 2011). Tabel 2 Karakteristik Diabetes mellitus Tipe 1 dan Tipe 2 Karakteristik Tipe 1 Tipe 2 Frekuensi 5% - 10% 90% - 95% Awal penyakit Umumnya terjadi pada usia anak-anak dan remaja Umumnya terjadi pada usia lanjut. Penyakit Tidak berfungsinya sel beta Resistensi insulin Autoimun Faktor Penyebab Genetic, autoimun dan lingkungan Genetik, obesitas, gaya hidup, hipertensi dan dyslipidemia Media terapi Pemberian insulin dengan cara disuntik atau pompa Insulin Pemberian obat diabetes mellitus Terapi sebelum terjadinya penyakit Tidak diketahui Pemeriksaan laboratorium secara rutin Gaya hidup (rendah lemak dan aktifitas fisik yang cukup) Pemberian obat (McPherson & Pincus, 2011) 3. Gambaran Klinis Diabetes mellitus Diabetes mellitus dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga penderita tidak menyadari adanya perubahan seperti banyak minum, berat badan menurun, buang air kecil yang lebih sering. Terkadang gambaran klinisnya tidak jelas, timbul secara mendadak dan diketahui pada saat pemeriksaan penyaring untuk penyakit lain Gejala khas khas Diabetes mellitus dikenal dengan istilah 3 P yaitu poliuria (banyak kencing), polidipsia (banyak minum), dan polifagia (banyak makan) yang merupakan petunjuk penting dalam mendiagnosa Diabetes mellitus. a) Poliuria (Banyak kencing)

9 Merupakan gejala umum pada pendeita Diabetes mellitus, banyaknya kencing disebabkan kadar glukosa dalam darah berlebihan, sehingga merangsang tubuh untuk berusaha mengeluarkannya melalui ginjal bersama air dan kencing. b) Polidipsia (Banyak minum) Merupakan akibat dari banyaknya kencing tersebut. Tubuh secara otomatis akan timbul rasa haus sehingga timbul keinginan untuk minum untuk menghindari tubuh kekurangan cairan. c) Polifagia (Banyak makan) Merupakan gejala yang tidak menonjol, kejadian ini disebabkan karena habisnya cadangan glukosa di dalam tubuh meskipun kadar glukosa tinggi sehingga timbul keinginan makan yang berlebihan. 4. Patogenesis Diabetes mellitus Diabetes mellitus dapat mengakibatkan hiperglikemia, yaitu suatu keadaan dimana kadar glukosa darah tinggi yang merupakan gambaran biokimiawi sentral penyakit Diabetes mellitus. Hiperglikemia terjadi akibat gangguan pengangkutan glukosa kedalam sel dan akibat pengangkatan glukosa oleh hepar kedalam sirkulasi darah. Bila kadar glukosa diatas 180 mg/dl, tubulus ginjal tidak mampu menyerap kembali glukosa yang difiltrasi oleh glomerulus. Ambang ginjal terlewatkan dan timbul glukosuria.

10 B. Urinalisis 1. Definisi urinalisis Urinalisis adalah pemeriksaan sampel urine secara fisik, kimia dan mikroskopik. Tes ini merupakan tes yang diminta oleh para klinisi. Urinalisis berfungsi sebagai alat bantu diagnostik berbagai penyakit, baik yang terjadi di saluran kemih maupun penyakit sistemik yang melibatkan saluran kemih, selain itu tes urine dapat mendeteksi kelainan asimptomatik, mengikuti perjalanan penyakit dan hasil pengobatan. Dengan demikian tes urine haruslah teliti, tepat dan cepat (Hardjono, 2007). 2. Proses pembentukan urine. Ginjal berperan dalam proses pembentukan urine yang melalui serangkaian proses, yaitu: penyaringan, penyerapan kembali dan augmentasi 1. Penyaringan ( filtrasi ) Filtrasi merupakan proses penyaringan darah dari zat-zat sisa metabolisme yang meracuni tubuh. Proses filtrasi diawali dengan darah yang masuk kedalam ginjal melalui pembuluh arteri. Kemudian melalui arteriol aferen, darah masuk ke glomerulus di dalam kapsula bowman. Dalam setiap glomerulus berlangsung proses filtrasi. Selanjutnya, darah akan meninggalkan glomerulus melalui arteriol eferen. Hasil penyaringan glomerulus disebut filtrate glomerulus atau urine primer yang mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalsium dan garam-garam lainnya (Juni, 2015).

11 2. Penyerapan kembali (reabsorbsi) Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urine primer akan diserap kembali di tubulus kontortus proksimal, sedangkan di tubulus kontortus distal terjadi penambahan zat-zat sisa dan urea. Penyerapan air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal. Proses reabsorbsi ini akan menghasilkan urine sekunder. Urine sekunder akan mengalir menuju lengkung henle, di dalam lengkung henle masih terjadi proses reabsorbsi bahan-bahan yang masih berguna, terutama ion-ion natrium (Iklimah, 2011). 3. Augmentasi (pengeluaran zat) Urine sekunder yang terbentuk akan mengalir menuju tubulus kontortus distal. Tahap ini terjadi penambahan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh seperti urea. Dalam proses tersebut, urea yang ada dalam darah masuk ke tubulus kontortus distal dengan cara transpor aktif (Gandasoebrata, 2007). 3. Macam-macam urine 1. Urine sewaktu Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan dengan khusus. Urine sewaktu ini biasanya cukup baik untuk pemeriksaan rutin yang menyertai pemeriksaan badan tanpa pendapat khusus. 2. Urine pagi Urine pagi adalah urine yang pertama-tama dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur.urine ini lebih pekat dari urine yang dikeluarkan siang hari, jadi baik untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis, protein. 3. Urine postpradial

12 Urine postpradial adalah urin yang pertama kali dikeluarkan 3 jam setelah makan, sangat baik untuk pemeriksaan terhadap reduksi dan kelainan sedimen ganda. 4. Urine 24 jam Urine 24 jam adalah urine yang dikeluarkan dan ditampung dalam waktu 24 jam. 5. Urine 3 gelas dan urine 2 gelas Urine 3 gelas dan urine 2 gelas adalah urine yang di kemihkan langsung kedalam gelas-gelas tanpa menghentikan aliran urinnya (Gandasoebrata, 2007). C. Pemeriksaan Makroskopis Urine Pemeriksaan makroskopis adalah pemeriksaan yang dilakukan langsung dengan mata tanpa penambahan reagen atau zat kimia tertentu. Pemeriksaan makroskopis ini meliputi pemeriksaan volume, warna, kejernihan, bau. Untuk pemeriksaan derajat keasaman ( ph ) dan berat jenis dilakukan dengan tes cepat multistick. 1. Volume urine Mengukur volume urine bermanfaat untuk ikut menentukan adanya gangguan faal ginjal, kelainan dalam kesetimbangan cairan badan dan berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif dan semi kuantitatif urine. Volume urine dewasa normal daerah tropis untuk urine 24 jam berkisar antara 750 ml dan 1250 ml (Gandasoebrata, 2007 ). 2. Warna Urine.

13 Warna urine yang dikeluarkan tergantung dari konsentrasi dan sifat bahan yang larut dalam urin. Warna urine dapat berubah oleh karena : obat obatan, makanan, serta penyakit yang diderita. Warna urin normal: Putih jernih, kuning muda atau kuning. Warna urine berhubungan dengan derasnya diuresis ( banyak kencing ), lebih besar diuresis lebih condong putih jernih. Warna kuning urin normal disebabkan antara lain oleh urocrom dan urobilin. Pada keadaan dehidrasi atau demam, warna urin lebih kuning dan pekat dari biasa ginjal normal ( Gandasoebrata, 2007 ). Adanya infeksi traktus uranius urin akan berwarna putih seperti susu yang disebabkan oleh bakteri, lemak dan adanya silinder. Warna urin patologis lain adalah 1. Warna kuning coklat ( seperti teh ) penyebabnya adalah bilirubin. 2. Warna merah coklat penyebabnya hemoglobinuria dan porpyrin. 3. Warna merah dengan kabut coklat penyebabnya darah dengan pigmen pigmen darah. 4. Warna coklat hitam penyebabnya melanin dan warna hitam disebabkan oleh pengaruh obat obatan (Kee & Joyce LeFever, 2007). 3. Kekeruhan Urine yang baru dikemihkan biasanya jernih. Kekeruhan yang timbul bila urine didiamkan beberapa jam disebabkan oleh berkembangnya kuman. Kekeruhan ringan bisa disebabkan oleh nubecula. Pada infeksi traktus urinarius,

14 urin akan keruh sejak dikemihkan yang disebabkan lendir, sel- sel epitel dan lekosit lama- lama mengendap (Gandasoebrata, 2007). 4. Bau Urine Biasanya spesifik. Normal baunya tidak keras. Bau khusus pada urine dapat disebabkan oleh makanan misalnya : jengkol, pete, durian dan yang disebabkan obat -obatan, misalnya : mentol, terpentin. Dibagian karsinoma saluran kemih, urine akan berbau amoniak karena adanya kuman yang menguraikan ureum dalam urine (Gandasoebrata, 2007). 5. Berat Jenis Urine Berat jenis urine yaitu mengukur jumlah larutan yang larut dalam urine. Pengukuran BJ ini untuk mengetahui daya konsentrasi dan data dilusi ginjal. Normal berat jenis berbanding terbalik dengan jumlah urine. Berat jenis urine erat hubungannya dengan diuresis, makin rendah diuresis makin tinggi berat jenisnya dan sebaliknya. Normal berat jenis adalah 1003-1030. Tingginya berat jenis memberikan kesan tentang pekatnya urine, jadi bertalian dengan faal pemekat ginjal (Gandasoebrata, 2007). 6. Derajat keasaman Urine ( ph ) Derajat keasaman urine harus diukur pada urine baru, ph urin dewasa normal adalah 4,6-7,5. ph urine 24 jam biasanya asam, hal ini disebabkan karena zat-zat sisa metabolisme badan yang biasanya bersifat asam. Penentuan ph urine berguna pada gangguan cairan badan elektrolit serta pada infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh kuman yang menguraikan ureum. Adanya bakteri urine akan bersifat alkalis (Gandasoebrata, 2007).

15 Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh tubulus ginjal dan saluran pengumpul dari ph 7,4 menjadi sekitar 6 di final urine. Namun, tergantung pada status asam-basa, ph kemih dapat berkisar dari 4,5-8,0. ph bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obat-obatan tertentu dan penyakit gangguan keseimbangan asam-basa juga dapat mempengaruhi ph urine. Urine yang diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama, maka ph akan berubah menjadi basa. Urine basa dapat memberi hasil negatif atau tidak memadai terhadap albuminuria dan unsur-unsur mikroskopik sedimen urine, seperti eritrosit, silinder yang akan mengalami lisis. ph urine yang basa sepanjang hari kemungkinan oleh adanya infeksi. Urine dengan ph yang selalu asam dapat menyebabkan terjadinya batu asam urat. Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi ph urine : 1. ph basa: setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran kemih (Proteus atau Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan ammonia), terapi alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal, spesimen basi. 2. ph asam: ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak), asidosis sistemik (kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosis respiratorik atau metabolic memicu pengasaman urine dan meningkatkan ekskresi NH4+), terapi pengasaman. Faktor penyebab ph Urine adalah bakteri

16 Dalam keadaan urine normal bakteri dalam jumlah yang sedikit. Pada pasien Diabetes mellitus kadar glukosa dalam urine meningkat sehingga bakteri dalam urine menjadikan glukosa sebagai bahan sumber energi (fermentasi). Fermentasi inilah yang menyebabkan ph urine berubah dari basa menjadi asam (Gandasoebrata, 2007). D. Pemeriksaan Kimia Urine 1. Protein urine Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O dan N. Protein sangat penting sebagai sumber asam amino yang digunakan untuk membangun struktur tubuh. Selain itu protein juga bisa digunakan sebagai sumber energi bila terjadi defisiensi energi dari karbohidrat atau lemak. Sifat-sifat protein beraneka ragam, dituangkan dalam berbagai sifatnya saat bereaksi dengan air, beberapa reagen dengan pemanasan serta beberapa perlakuan lainnya. 2. Reduksi urine Pemeriksaan reduksi urine merupakan pengukuran kadar glukosa dalam urine dimana kadar glukosa dalam urine akan direaksikan dengan bahan kimia tertentu, hasil pemeriksaan reduksi ini sebanding dengan kadar glukosa dalam urine. Adanya glukosa dalam urine (glukosuria) ditandai dengan kadar glukosa dalam darah meningkat >200mg/dl dan nilai glukosa melebihi nilai ambang batas ginjal >180mg/dl maka glukosa urine tidak mampu direabsorbsi kembali oleh ginjal sehingga glukosa ikut terbuang bersama urine (Syaifudin, 2006). Faktor penyebab glukosa urine adalah Diabetes mellitus (DM)

17 Adanya peningkatan glukosa pada penderita DM darah (hiperglikemia) terjadi karena kombinasi antara ketidakmampuan pankreas memproduksi hormon insulin dan resistensi insulin. DM ini sering terjadi pada individu yang mengalami obesitas, darah tinggi dan dyslipidemia (Brickel et al, 2011). Kadar glukosa pada plasma adalah >200 mg/dl dan nilai ambang batas ginjal >180 mg/dl yang menyebabkan adanya glukosa di dalam urine (American Diabetes Association, 2006). E. Faktor Pengendali ph dan Reduksi Urine a. Suhu Perlakuan urin yang hendak disimpan diperlukan perlakuan khusus untuk mengecilkan kemungkinan perubahan struktur urin tersebut, contohnya urine harus disimpan pada suhu 4 C dalam suhu lemari pendingin dan pada botolbotol tertutup (Fischbach, 2009). b. Pengawet Urine 1. Toluen Dipakai sebanyak 2-5 ml untuk pengawet urin 24 jam.pengawet ini baik untuk mengawetkan glukosa, aseton dan aseto asetat (Gandasoebrata, 2007). 2. Formaldehid Dipakai sebanyak 1-2 ml larutan formaldehid 40% untuk urin 24 jam, pemakaian bahan pengawet terlalu besar akan mengadakan reduksi terhadap tes reduksi (Gandasoebrata, 2007).

18 3. Thymol Dipakai sebanyak 0,1 gram thymol untuk 100 ml urin. Baik untuk semua jenis pengawet dan menyebabkan false positif untuk pemeriksaan protein ( Gandasoebrata, 2007). 4. Asam Sulfat Pekat Dipakai untuk penetapan kuantitatif kalsium nitrogen dan zat organik lain. Jumlah pemakaian pengawet ini diberikan sampai ph urine tetap rendah dari 4,5. Berekasi dengan cara mencegah terlepasnya N dalam bentuk amoniak dan mencegah terjadinya endapan calcium fosfat. Jumlah penggunaan asam sulfat pekat untuk mengawetkan urine disesuaikan dengan keadaan urine, yang harus ditekankan adalah ph urine harus tetap lebih rendah dari 4,5 (Gandasoebrata, 2007). F. Akibat Penundaan Pemeriksaan Spesimen Urine Penundaan pemeriksaan urine dapat menurunkan kualitas hasil pemeriksaan akibat perubahan komposisi urine, terutama apabila urin disimpan lebih dari 2 jam disuhu kamar tanpa penambahan zat pengawet. Spesimen urine harus diperlakukan dengan hati-hati. Perubahan komposisi urine tidak hanya in vivo tetapi juga secara in vitro, sehingga membutuhkan prosedur penanganan yang benar. Spesimen harus dikirim ke laboratorium segera dalam keadaan utuh dan harus sudah diuji dalam atau ditambahkan bahan pengawet kimia yang sesuai (Delanghe dan Speeckaert, 2014).

19 Penundaan pemeriksaan urine mikroskopis dapat menyebabkan perubahan hasil pemeriksaan, terutama disebabkan oleh lisisnya sel-sel dan pertumbuhan bakteri. European Confederation of Laboratory Medicine European Urinalysis Guidelines (2000) menganjurkan pemeriksaan urine maksimal dilakukan 2 jam setelah urine dikemihkan untuk penyimpanan di lemari pendingin (2-8 C) untuk mengurangi kemungkinan terjadinya lisis komponen urine (Delanghe dan Speeckaert, 2014).

20 A. Kerangka Teori Tahap Pra Analitik: 1. Persiapan pasien 2. Pengambilan sampel Tahap Analitik: 1. Metode 2. Prosedur 3. Reagen Tahap Pasca Analitik 1. Pencatatan hasil 2. Pelaporan hasil Diabetes mellitus tipe 2 Sampel urine sewaktu ph dan Reduksi Urine Hasil Pemeriksaan Faktor penyebab: 1. Bakteri 2. Diabetes mellitus Faktor pengendali : 1. Suhu 2. Pengawet B. Kerangka Konsep Penundaan pemeriksaan ph Urine dan Reduksi Urine C. Hipotesis Ada perbedaan ph dan reduksi urine berdasarkan variasi waktu 3, 4, dan 5 jam pada penderita Diabetes mellitus.