BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan gigi dan mulut yang tidak diperhatikan, akan menimbulkan masalah, salah satunya kerusakan pada gigi seperti karies atau gigi berlubang (Oktrianda, 2011). Perawatan gigi diperlukan oleh semua individu baik anak anak maupun orang dewasa. Hal ini dikarenakan makanan selalu kontak dengan gigi untuk mengunyah. Jika tidak dilakukan perawatan secara baik, tidak tertutup kemungkinan sisa makanan yang tertinggal dalam mulut menjadi tempat potensial berkembangbiaknya mikroorganisme pathogen maupun non pathogen (Cahyono, 2010). Salah satu cara untuk merawat gigi dengan menggosok gigi minimal 2 (dua) kali dalam sehari, pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Idealnya menggosok gigi setiap habis makan, tapi yang paling penting malam hari sebelum tidur. Sebaiknya menggosok gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluor yang dapat menguatkan email dan mengganti sikat gigi minimal 3 (tiga) bulan sekali (Cahyono, 2010). Merawat gigi dengan cara menggosok gigi, merupakan cara yang sederhana dan mudah untuk dilakukan untuk membantu membersihkan dan mengeluarkan sisa makanan yang tertinggal dan juga untuk mengurangi penyakit pada gigi terutama karies atau gigi berlubang. Karies gigi terbentuk karena ada sisa makanan yang dibiarkan menempel digigi yang pada akhirnya menyebabkan pengapuran pada gigi Machfoedz (dalam Sinaga, 2010). Sisa makanan yang tertinggal di dalam mulutlah yang menyebabkan tumbuhnya bakteri. Bakteri tersebut merupakan salah satu penyebab terjadinya karies pada gigi dengan makanan yang bersifat kariogenik. 1
2 Berdasarkan World Organization Health (WHO, 2003), menyatakan angka kejadian karies gigi pada anak 60% - 90% Adiwiryono (dalam Sinaga, 2010). Menurut Depkes (dalam Warni, 2009), berdasarkan hasil dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), menunjukkan 63% penduduk Indonesia menderita karies, kemudian dibeberapa daerah di Indonesia seperti: Kalimantan 80,2%, Sulawesi 74%, Sumatera 65,4%. Dilihat dari kelompok golongan umur muda yang lebih banyak menderita karies gigi aktif dibandingkan umur 45 tahun keatas dimana umur 10 24 tahun dengan persentase 66,8% 69,5% umur 45 keatas 53,3% dan 65 tahun keatas sebesar 43,8%. Prevalensi angka kejadian karies, berdasarkan laporan studi morbiditas pada tahun 2001, menunjukkan bahwa kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan hal yang perlu diperhatikan karena penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi yang dikeluhkan oleh masyarakat sebesar 60% (Sekarsari, 2012). Anak merupakan kelompok masyarakat yang jumlahnya cukup besar dan memiliki prevalensi karies gigi yang cukup tinggi (Sinaga, 2010). Selanjutnya, Usia 8 11 tahun merupakan kelompok usia yang sangat kritis terhadap terjadinya karies gigi (Nurhidayat, 2012). Mengurangi angka kejadian karies, perlu diberikan pemahaman sedini mungkin oleh orangtua, untuk mengajari perilaku menggosok gigi yang baik dan benar pada anak. Perilaku merupakan respon individu terhadap stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati atau yang tidak dapat diamati dengan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan yang baik (Wawan dan Dewi, 2010). Kemudian ditambahkan dengan pendapat Setiyawati (2012), pada umumnya, anak sangat menggemari makanan yang manis seperti: permen dan coklat jika, terlalu sering dikonsumsi dan tidak berkumur kumur setelah mengkonsumsinya, hal inilah yang sangat berperan aktif dalam proses terjadinya karies karena makanan tersebut tergolong makanan kariogenik atau bersifat asam yang mempercepat terjadinya karies dan ditambah dengan kebiasaan perilaku anak yang malas dan tidak teratur menggosok gigi.
3 Berdasarkan penelitian Oktrianda (2011), tentang hubungan waktu, teknik menggosok gigi dan jenis makanan yang dikonsumsi dengan kejadian karies gigi pada murid SDN 66 Payakumbuh di wilayah kerja Puskesmas Lampasi Payakumbuh tahun 2011. Menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kejadian karies dengan teknik dan cara menggosok gigi. Selanjutnya, penelitian Warni (2009), tentang hubungan perilaku anak murid SD kelas V dan VI pada kesehatan gigi dan mulut terhadap status karies, menunjukkan ada hubungan yang signifikan dengan kejadian karies gigi. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh peneliti, peneliti mendapatkan keterangan dari Kepala Sekolah SD Santo Thomas 2 Medan jumlah anak kelas IV dan V sebanyak 294 orang. Pada saat peneliti melakukan observasi dan wawancara pada anak kelas IV dan V sebanyak 5 orang, dari 5 orang tersebut memiliki gigi berlubang, 2 orang yang ditambal dan 3 orang yang dicabut. Kemudian dari hasil wawancara tentang perawatan gigi yang baik dan benar 3 orang siswa menyatakan mereka tidak rutin menggosok gigi setelah sarapan, jajan dan terutama pada malam hari sebelum tidur. Pada saat peneliti observasi pada jam istrahat anak kelas IV dan V terlihat jajan dengan jenis jajanan seperti: es, lollipop dan stick dengan kebiasaan tersebut, menyebabkan tertinggalnya sisa makanan dalam mulut yang dapat menjadikan tempat tumbuhnya bakteri Streptoccus Mutans sehingga, berpotensi merusak gigi yang akhirnya, gigi menjadi karies (berlubang). Berdasarkan hasil survei diatas, peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan perilaku tentang perawatan gigi dengan kejadian karies pada anak kelas IV dan V SD Santo Thomas 2 Medan Tahun 2014. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah penelitian adalah apakah ada hubungan perilaku tentang perawatan gigi dengan kejadian karies pada anak kelas IV dan V SD Santo Thomas 2 Medan Tahun 2014?
4 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengidentifikasi hubungan perilaku tentang perawatan gigi dengan kejadian karies pada anak kelas IV dan V SD Santo Thomas 2 Medan Tahun 2014. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi perilaku tentang perawatan gigi pada anak kelas IV dan V SD Santo Thomas 2 Medan Tahun 2014. b. Mengidentifikasi kejadian karies pada anak kelas IV dan V SD Santo Thomas 2 Medan D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Anak-anak Untuk mengetahui cara merawat gigi dengan baik dan benar dengan mengurangi jajan sembarangan serta menggosok gigi minimal dua kali dalam sehari. 2. Bagi Guru SD Santo Thomas 2 Medan Dengan adanya penelitian ini, dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan dan informasi tentang manfaat melakukan perawatan gigi yang baik dan benar pada siswa/i. 3. Bagi Perawat Dengan adanya penelitian ini, dapat dijadikan acuan bagi teman sejawat untuk berbagi informasi dengan yang lain terkait kesehatan dan kebersihan gigi. 4. Bagi Orangtua Dengan adanya penelitian ini, orangtua dapat mengetahui perilaku yang baik dalam perawatan gigi sehingga, orangtua dapat mengingatkan dan anak dalam melakukan perawatan gigi secara rutin.
5 5. Bagi Peneliti Selanjutnya Dengan adanya penelitian ini, dapat dijadikan acuan, gambaran dan pedoman dalam melakukan penelitian berikutnya yang berhubungan dengan perilaku tentang perawatan gigi dan kejadian karies.