Analisis Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan Laba Jangka Pendek Pada Perusahaan Kerupuk Idaman Nia Nopita Suryani 15212301
Latar Belakang 1. Dalam setiap perusahaan pasti memiliki tujuan untuk mendapatkan laba sebanyakbanyaknya. Di era globalisasi ini persaingan bisnis di Indonesia semakin ketat. Banyak perusahaan-perusahaan yang menjadi besar namun adapula perusahaan yang harus gulung tikar karena keuntungan yang didapatkannya tidak seimbang dengan pengeluaran yang telah dikeluarkan atau pengeluaran lebih kecil dari pendapatan. 2. Untuk mengatasi masalah-masalah yang akan dihadapi oleh perusahaan seperti dalam hal keuangan maka perusahaan harus mampu mengendalikan manajemen operasionalnya. Peran manajemen dalam perusahaan sangatlah penting yaitu sebagai pengambil keputusan dalam hal bagaimana mengelola sumber daya ekonomi yang efektif dan efesien. Dalam hal ini, manajamen dituntut untuk mengambil keputusan dan menghasilkan keputusan yang terbaik terhadap pencapaian perusahaan 3. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin mengetahui lebih jauh mengenai bagaimana analisis break even point dapat mempengaruhi peningkatan penjualan serta bagaimana cara menentukan laba yang diharapkan perusahaan untuk kelangsungan perusahaan di masa yang akan datang. Untuk itu dalam penulisan ilmiah ini maka penulis mengambil judul ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK PADA PERUSAHAAN KERUPUK IDAMAN.
Rumusan dan Batasan Masalah A. Rumusan Masalah : 1. Berapakah jumlah kapasitas produksi yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian maupun keuntungan atau mencapai titik impas (Break Even Point)? 2. Berapakah kapasitas produksi yang harus terjual apabila perusahaan ingin mendapatkan keuntungan dengan merencanakan laba sebesar 25% dari laba penjualan? 3. Berapakah maksimal volume penjualan boleh turun agar perusahaan tidak mengalami kerugian (Margin Of Safety)? B. Batasan masalah Batasan masalah hanya pada permasalahan perhitungan break even point (BEP), perhitungan perencanaan laba dengan menggunakan BEP, dan Margin Of Safety (MOS) dengan menggunakan data keuangan pada Pabrik Kerupuk Idaman selama periode Januari 2015.
Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui berapa jumlah kapasitas produksi yang harus terjual agar pabrik kerupuk Idaman tidak mengalami kerugian dan keuntungan atau perusahaan mencapai titik impas (BEP). 2. Untuk mengetahui berapa kapasitas produksi yang harus terjual agar pabrik kerupuk Idaman mendapatkan keuntungan dengan perencanaan laba sebesar 25% dari laba penjualan. 3. Untuk mengetahui maksimal volume penjualan boleh turun agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
Pembahasan Tabel Volume Penjualan Perusahaan Kerupuk Idaman Januari 2015 Keterangan Unit Terjual Volume Penjualan 2.400.000 Harga Jual per unit Rp 120 Total Penjualan Rp 288.000.000 Dari data diatas dapat diketahui bahwa volume penjualan perusahaan kerupuk Idaman per harinya sebanyak 80.000 unit, dengan harga jual perunit Rp 120. Jadi selama bulan Januari total penjualannya adalah 80.000 unit x Rp 120 x 30 hari = Rp 288.000.000. Perhitungan L/R Perusahaan Kerupuk Idaman Keterangan Jumlah Total Volume Penjualan Rp 288.000.000 Biaya Variabel Rp 199.100.000 Biaya Depresiasi Rp 3.208.332 Biaya Gaji Karyawan Rp 12.870.000 LABA Rp 72.821.668
PEMBAHASAN Analisis Break Even Point BEP Variabel (Unit) = Biaya Tetap Harga Jual Per Unit Biaya Variabel per Unit BEP Variabel (Unit) = Rp 16.078.332 Rp 120 - Rp 82,95833333 = Rp 16.078.332 Rp 37, 041.66667 = 434.060,7064 unit = 434.061 unit BEP Variabel (Rupiah) = Rp 16.078.332 1- Rp 82,95833333 Rp 120 = Rp 16.078.332 = Rp 52.087.284,76 Rp 0.308680555 = Rp 52.087.285
PEMBAHASAN Perencanaan Laba Break Even Point Keterangan Jumlah Penjualan Rp 288.000.000 Biaya Variabel Rp 199.100.000 - Margin Kontribusi Rp 88.900.000 Biaya Tetap Rp 16.072.332- Laba Rp 72.827.668 Laba yang diharapkan sebanyak 25% = (25% x Rp 72.827.668) + Rp 72.827.668 = Rp 18.206.917 + Rp 72.827.668 = Rp 91.034.585 Penjualan (Unit) = Biaya Tetap+Laba yang Diharapkan Harga jual/unit-biaya Variabel/unit Rp 16.073.332 + Rp 91.034.585 Rp 120- Rp 82, 9584 = Rp 107.107.917 2.891.557,519unit Rp 37,0416 = 2.891.557 unit Penjualan (Rp) = = Rp 16.073.332+Rp 91.034.585 Rp 16.073.332 + Rp 91.034.585 1- Rp 82,9584 Rp 120 = Rp 107.107.917 Rp 0.30868 = Rp 346.986.902,3 atau Rp 346.986.902
PEMBAHASAN Margin Of Safety (MOS) MOS (Rupiah) = Penjualan yang dianggarkan Penjulan impas = Rp 288.000.000 Rp 52.087.285 = Rp 235.912.715 MOS (Unit) = Penjualan Yang Dianggarkan - Penjualan Impas Harga Jual per Unit = Rp 288.000.000 - Rp 52.087.285 Rp 120 = Rp 235.912.715 = 1.965.939.292 unit Rp 120 = 1.965.939 unit MOS (%)= Penjualan Yang Dianggarkan - Penjualan Impas x 100% Penjualan Yang Dianggarkan = Rp 235.912.715 Rp 52,087.285 x 100% = = 63,8 % Rp 288.000.000
PEMBAHASAN Keterangan Jumlah Rupiah (Rp) Unit Break Even Point (BEP) Rp 52.087.285 434.060 Perencanaan Laba 25% Rp 346.986.902 2.891.557 Margin Of Safety (MOS) Rp 235.912.715 1,965.939 Margin Of Safety Persentase (%) 63,8 %
Kesimpulan 1. Berdasarkan data yang telah dilakukan dan diperhitungkan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 2. Dengan analisa break even point maka pada bulan Januari besarnya penjualan yang harus dilakukan oleh perusahaan kerupuk agar perusahaan berada pada titik impas adalah sebanyak 434.060 unit atau dengan penjualan sebesar Rp 52.087.285. 3. Pada bulan Februari 2015 perusahaan menargetkan laba sebesar 25%, untuk itu perusahaan harus meningkatkan jumlah produksi yang terjual sebanyak 2.891.557 unit atau sebesar Rp 346.986.902 dengan perolehan laba sebesar Rp 910.034.585.. 4. Margin Of Safety (MOS) perusahaan pada bulan Februari dalam rupiah adalah Rp 235.912.715 dan dalam unit sebanyak 1.965.939 unit, sedangkan dalam satuan persentase sebanyak 63,8 %.
Saran 1. Pada saat pengambilan keputusan hendaknyanya dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan 2. Apabila perusahaan ingin meningkatkan laba dari laba sebelumnya maka perusahaan perlu meningkatkan kapasitas produksi dan meningkatkan penjualan untuk laba yang diinginkan perusahaan dan sesuai dengan target laba. 3. Pada saat perusahaan ingin mendapatkan laba melebihi laba sebelumnya sebaiknya perusahaan dapat mengefesiensikan jumlah biaya yang dikeluarkan agar tidak terlalu mempengaruhi harga jual selanjutnya.