BAB I PENDAHULUAN. Menurut indeks rawan bencana Indonesia (BNPB, 2011), Kabupaten

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan darurat (Emergency) menurut Federal Emergency. Management Agency (FEMA) dalam Emergency Management

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Upaya-upaya dalam rangka menekan dampak akibat bencana sangat diperlukan pengaturan organisasi, tata laksana hubungan kerja, koordinasi dan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini,

PENDAHULUAN ISTILAH 10/15/14

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam secara langsung memberikan dampak buruk pada kehidupan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 62 TAHUN 2015

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada garis Ring of Fire yang menyebabkan banyak

WALIKOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. KEPUTUSAN BUPATI SLEMAN NOMOR 128.2/Kep.KDH/A/ 2017 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja.

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

I.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. jiwa sehingga dibutuhkan bantuan penanganan (CRED, 2014 ; WHO, 2013 ;

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009

Powered by TCPDF (

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

BAB 1 PENDAHULUAN. alam (natural disaster) maupun bencana karena ulah manusia (manmade disaster).

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian alam di dunia yang terjadi selama tahun mengalami fluktuasi dengan kecenderungan terus mengalami peningkatan.

Development of Health Preparedness Indicator. Pusat Humaniora dan Manajemen Kesehatan Badan Litbangkes, Kemenkes RI

BUPATI REMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan lalu lintas jalan saat ini. sudah merupakan masalah global yang mendapat perhatian

PERATURAN DAERAH PROVINSIRIAU NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 17 TAHUN2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA ALAM

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BAB 1 PENDAHULUAN. jaringannya (DinKes Jawa Timur, 2013). Instalasi Gawat Darurat sebagai gerbang

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

KERENTANAN (VULNERABILITY)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Artinya, bagaimana partisipasi/keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana

No.1119, 2014 KEMENHAN. Krisis Kesehatan. Penanganan. Penanggulangan Bencana. Pedoman.

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2016

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. tektonik aktif yaitu Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya adalah proses dan fenomena alam yang menimpa manusia. Rentetan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tinjauan tentang Bencana di Rumah Sakit

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. epidemik campak di Nigeria, dan banjir di Pakistan (ISDR, 2009).

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

PERATURAN KEPALA RUMAH SAKIT TK. II dr. SOEPRAOEN NOMOR : / / /2014 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 2 TAHUN : 2010 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

ANALISIS KAPASITAS FUNGSIONAL RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

KEPUTUSAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2007 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT DIREKTUR RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

RANCANGAN TENTATIF WAWANCARA

PENYUSUNAN PROFIL PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2016

DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN DASAR PERAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DASAR DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sakit antara lain pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undangundang

BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GULANG BENCANA BENCAN DAERAH KABUPATEN KABUPATE MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

BAB1 PENDAHULUAN. Krakatau diperkirakan memiliki kekuatan setara 200 megaton TNT, kira-kira

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

PENERAPAN SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU TERHADAP BENCANA INDUSTRI DI RUMAH SAKIT PETROKIMIA GRESIK

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dan 10 Kelurahan, dengan luas ha. Kabupaten Klaten merupakan BT dan LS LS.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut indeks rawan Indonesia (BNPB, 2011), Kabupaten Sleman merupakan daerah yang rawan tingkat kerawanan tinggi dan menempati urutan 34 dari 494 kabupaten di Indonesia. Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (BPBD DIY), Kabupaten Sleman rawan terjadi erupsi gunungapi, angin kencang, banjir dan tanah longsor. Pada kurun waktu tahun 2010 dan tahun 2011 telah terjadi 43 kejadian, meliputi 27 angin kencang, 10 kejadian banjir dan 4 kejadian tanah longsor. Erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 merupakan paling besar yang terjadi di Kabupaten Sleman. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia erupsi pada tahun 2010 menimbulkan korban meninggal 324 jiwa, korban yang memerlukan perawatan rumah sakit atau rawat inap sebanyak 1.105 orang dan 279.779 harus mengungsi. Data BPBD DIY menyatakan korban erupsi Merapi untuk wilayah Kabupaten Sleman, 301 orang meninggal, 5 orang hilang, 121 luka, 2613 rumah rusak. Saat terjadi erupsi Gunung Merapi tahun 2010, menurut PPKK Kementerian Kesehatan Republik Indonesia rumah sakit yang ada di Kabupaten Sleman kekurangan peralatan medis untuk kegiatan penanganan korban, serta kekurangan tenaga medis yaitu dokter bedah plastik. Sedangkan menurut 1

Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 disebutkan bahwa keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit, baik pemerintah maupun swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan pada bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 menyebutkan bahwa setiap rumah sakit mempunyai kewajiban berperan aktif memberikan pelayanan kesehatan pada sesuai kemampuan pelayanannya. Selain itu rumah sakit diwajibkan memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan. Selain itu Permenkes Nomor 12 Tahun 2012 tentang Akreditasi disebutkan bahwa tujuan dari akreditasi rumah sakit adalah meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit dan meningkatkan perlindungan bagi pasien. Tingginya kerawanan yang ada di Kabupaten Sleman dan pengalaman saat erupsi Merapi tahun 2010 rumah sakit umum yang kurang siap penanganan korban serta adanya amanat Undangundang yang mewajibkan rumah sakit memiliki sistem dan untuk memenuhi akreditasi rumah sakit, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai rumah sakit umum menghadapi di Kabupaten Sleman. 1.2. Rumusan Masalah Kabupaten Sleman merupakan daerah rawan kategori tinggi (BNPB, 2011). BPBD DIY menyebutkan bahwa Kabupaten Sleman rawan terjadi erupsi gunungapi, banjir, angin kencang dan tanah longsor. Saat 2

terjadi rumah sakit berperan penanganan korban. Saat erupsi Merapi tahun 2010 rumah sakit kurang siap menangani korban, padahal Undang- Undang Nomor 44 Tahun 2009, rumah sakit diwajibkan untuk berperan serta penanganan dan diwajibkan mempunyai sistem penanganan. Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu adanya penelitian tentang Analisis Sistem Kesiapsiagaan Rumah Sakit Umum menghadapi di Kabupaten Sleman. Maka rumusan masalahnya adalah : 1). Bagaimanakah rumah sakit umum menghadapi di Kabupaten Sleman? 2). Faktor-faktor apa yang menghambat rumah sakit umum menghadapi di Kabupaten Sleman? 3). Apakah ada perencanaan antar rumah sakit umum menghadapi di Kabupaten Sleman? 3

1.3. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai rumah sakit dan studi empiris yang berhubungan menghadapi sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Perbedaan penelitian ini pada waktu dan tempat serta terdapat perbedaan utama yaitu terletak pada pilihan variabel yang digunakan, pilihan kelompok dan kean materi serta pilihan unit analisis. Tabel 1.1. menunjukkan beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan. Tabel 1.1 Daftar penelitian sebelumnya Nama Peneliti (Tahun) Rivera AF (2004) Judul Penelitian Tujuan Metode Hasil Penelitian Emergency Department Disaster Preparedness : Are Regional Efforts Reaching Local Front Line Meningkatkan dan respon regional Survey Respon terhadap masih kurang efektif dan Instalasi Gawat Darurat memandang pentingnya Rivera AF (2004) Emergency Department Disaster Preparedness : Identifiying the Barriers Melihat hambatan terhadap Survey Banyak hambatan yang dihadapi oleh IGD rumah sakit ; kurangnya peralatan dan pelatihan khusus terutama penanganan nuklir, biologi dan kimia, kurangnya pengetahuan SDM penanganan korban massal, kurangnya sistem rujukan Manley (2006) Realities of Disaster Preparedness in Rural Hospitals Untuk melihat dan menilai IGD rumah sakit di daerah pelosok menghadapi Survey Kesiapsiagaan dan keterlibatan Rumah sakit didaerah kurang penanganan, Rumah sakit perlu rencana dan simulasi penanganan 4

Tabel 1.1. Lanjutan Sukardi Kesiapsiagaan (2009) eksternal dan internal RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu menghadapi ancaman gempa bumi di Provinsi Bengkulu Aditya Purnomo (2011) Kajian Kesiapsiagaan Pemerintah Kabupaten Sleman mengantisipasi Bencana Erupsi Gunung Merapi Tahun 2010 kondisi eksternal dan internal rumah sakit bagaimana Pemkab Sleman mengantisipasi erupsi Merapi Tahun 2010 dan faktorfaktor yang mempengaruhi Studi kasus deskriptif Diskriptif pendekatan kualitatif Pelaksanaan eksternal (Dinkes) sudah berjalan baik dan dikategorikan siap, sedangkan pelaksanaan internal masih sangat kurang dan dikategorikan kurang siap Pemerintah Kabupaten kurang siap mengantisipasi ancaman erupsi gunung ditunjukkan system peringatan dini yang dimiliki Pemerintah Kabupaten kondisi tidak siap dan terbatasnya kesediaan anggaran, sedang faktor yang mempengaruhi kurangnya yaitu kapasitas kelembagaan Pemerintah Kabupaten yang lemah, koordinasi Pemerintah Kabupaten stakeholder yang terbatas Niska R, shimizu (2011) Erwin Santosa (2011) Hospital Preparedness for Emergency Response : United States,2008 Analisis Kapastas Fungsional RSU PKU Muhamadiyah Bantul Bencana Mengetahui kesiapan Rumah sakit menanggapi keadaan darurat kesehatan masyarakat termasuk korban massal dan epidemi kapasitas fungsional RSU PKU Muhamadiyah Bantul Diskreptif survey survei deskriptif (eksploratif) Tingkat respon terhadap 74,4 %; Hampir semua ( 99%) rumah sakit memiliki rencana tanggap darurat Skor kapasitas fungsional tersebut menunjukkan bahwa RSU PKU Muhammadiyah Bantul masuk kategori A, yaitu dari segi kapasitas fungsional, rumah sakit dinilai mampu untuk tetap berfungsi saat terjadi. Komponen yang paling rentan adalah komponen rencana darurat untuk penanganan medis pada berbagai dan komponen yang dinilai paling tinggi ketahanannya adalah komponen perencanaan operasional, pemeliharaan preventif dan pemulihan layanan penting. 5

Tabel 1.1. Lanjutan Ristrini Analisis (2011) Implementasi Kebijakan Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan di Provinsi Sumatera Barat menganalisis implementasi kebijakan bidang kesehatan di propinsi Sumatera Barat, tujuan khusus untuk mengkaji aspek legal kebijakan, jejaring kelembagaan, pembagian peran dan koordinasi antar lembaga, pendanaan dan program. Penelitian kebijakan (policy research) menggunaka n strategi restrospecti ve analysis pendekatan kualitatif Kebijakan Kesiapsiagaan Bidang Kesehatan di Provinsi Sumatera Barat, telah didukung oleh Peraturan Daerah, Jejaring kelembagaan, peran serta fungsi lembaga bidang kesehatan telah terbentuk dan diatur Peraturan Daerah, Kesiapsiagaan enanggulangan bidang kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat telah didukung oleh dana yang bersumber APBD dan APBN, telah mengembangkan berbagai program penanggulang melibatkan berbagai sektor yaitu BPBD, RSUP dr. M. Djamil Padang, PMI, TNI, Polda dan organisasi profesi. Dewi Batari (2013) Kesiapsiagaan dan tanggap darurat terhadap Pandemi Influenza di RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR untuk menilai sejauh mana dan tanggap darurat terhadap risiko pandemi influenza di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar penelitian deskriptif penelusuran (tracer study). Secara umum pada aspek sistem komando sudah ada, namun dokumen terkait prosedur teknis secara mendetail belum ada, organisasi yang bertanggung jawab secara struktural memang sudah ada tapi karena masih baru, sehingga program yang berjalan belum maksimal Kesiapsiagaan rumah sakit terhadap kebijakan dan organisasi terkait Surat Keputusan atau Surat Tugas yang berhubungan jabatan dibuat mencatumkan nama jabatan bukan nama orang, untuk mengantisipasi dinamisasi pergantian pejabat. Kudiyana (2013) Analisis Sistem Kesiapsiagaan Rumah sakit Umum menghadapi Bencana di Kabupaten Sleman /menilai rumah sakit umum di Kabupaten sleman menghadapi serta menganalisis faktor yang menghambat rumah sakit Kuantitatif Deskriptif Kesiapsiagaan rumah sakit menghadapi dan faktor penghambat kesiapsoiagaan rumah sakit menghadapi di Kabupaten Sleman 6

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1.Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memperbanyak literature melakukan penelitian terhadap bidang yang sama hal rumah sakit menghadapi, tujuan memberikan konstribusi agar semakin baik di Indonesia. 1.4.2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk rumah sakit umum melaksanakan. 1.5. Tujuan 1.5.1. Mengkaji rumah sakit umum menghadapi di Kabupaten Sleman. 1.5.2. Menganalisis faktor yang menghambat rumah sakit umum menghadapi di Kabupaten Sleman. 1.5.3. Mengkaji antar rumah sakit umum menghadapi di Kabupaten Sleman. 7