BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut indeks rawan Indonesia (BNPB, 2011), Kabupaten Sleman merupakan daerah yang rawan tingkat kerawanan tinggi dan menempati urutan 34 dari 494 kabupaten di Indonesia. Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (BPBD DIY), Kabupaten Sleman rawan terjadi erupsi gunungapi, angin kencang, banjir dan tanah longsor. Pada kurun waktu tahun 2010 dan tahun 2011 telah terjadi 43 kejadian, meliputi 27 angin kencang, 10 kejadian banjir dan 4 kejadian tanah longsor. Erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 merupakan paling besar yang terjadi di Kabupaten Sleman. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia erupsi pada tahun 2010 menimbulkan korban meninggal 324 jiwa, korban yang memerlukan perawatan rumah sakit atau rawat inap sebanyak 1.105 orang dan 279.779 harus mengungsi. Data BPBD DIY menyatakan korban erupsi Merapi untuk wilayah Kabupaten Sleman, 301 orang meninggal, 5 orang hilang, 121 luka, 2613 rumah rusak. Saat terjadi erupsi Gunung Merapi tahun 2010, menurut PPKK Kementerian Kesehatan Republik Indonesia rumah sakit yang ada di Kabupaten Sleman kekurangan peralatan medis untuk kegiatan penanganan korban, serta kekurangan tenaga medis yaitu dokter bedah plastik. Sedangkan menurut 1
Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 disebutkan bahwa keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit, baik pemerintah maupun swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan pada bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 menyebutkan bahwa setiap rumah sakit mempunyai kewajiban berperan aktif memberikan pelayanan kesehatan pada sesuai kemampuan pelayanannya. Selain itu rumah sakit diwajibkan memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan. Selain itu Permenkes Nomor 12 Tahun 2012 tentang Akreditasi disebutkan bahwa tujuan dari akreditasi rumah sakit adalah meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit dan meningkatkan perlindungan bagi pasien. Tingginya kerawanan yang ada di Kabupaten Sleman dan pengalaman saat erupsi Merapi tahun 2010 rumah sakit umum yang kurang siap penanganan korban serta adanya amanat Undangundang yang mewajibkan rumah sakit memiliki sistem dan untuk memenuhi akreditasi rumah sakit, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai rumah sakit umum menghadapi di Kabupaten Sleman. 1.2. Rumusan Masalah Kabupaten Sleman merupakan daerah rawan kategori tinggi (BNPB, 2011). BPBD DIY menyebutkan bahwa Kabupaten Sleman rawan terjadi erupsi gunungapi, banjir, angin kencang dan tanah longsor. Saat 2
terjadi rumah sakit berperan penanganan korban. Saat erupsi Merapi tahun 2010 rumah sakit kurang siap menangani korban, padahal Undang- Undang Nomor 44 Tahun 2009, rumah sakit diwajibkan untuk berperan serta penanganan dan diwajibkan mempunyai sistem penanganan. Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu adanya penelitian tentang Analisis Sistem Kesiapsiagaan Rumah Sakit Umum menghadapi di Kabupaten Sleman. Maka rumusan masalahnya adalah : 1). Bagaimanakah rumah sakit umum menghadapi di Kabupaten Sleman? 2). Faktor-faktor apa yang menghambat rumah sakit umum menghadapi di Kabupaten Sleman? 3). Apakah ada perencanaan antar rumah sakit umum menghadapi di Kabupaten Sleman? 3
1.3. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai rumah sakit dan studi empiris yang berhubungan menghadapi sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Perbedaan penelitian ini pada waktu dan tempat serta terdapat perbedaan utama yaitu terletak pada pilihan variabel yang digunakan, pilihan kelompok dan kean materi serta pilihan unit analisis. Tabel 1.1. menunjukkan beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan. Tabel 1.1 Daftar penelitian sebelumnya Nama Peneliti (Tahun) Rivera AF (2004) Judul Penelitian Tujuan Metode Hasil Penelitian Emergency Department Disaster Preparedness : Are Regional Efforts Reaching Local Front Line Meningkatkan dan respon regional Survey Respon terhadap masih kurang efektif dan Instalasi Gawat Darurat memandang pentingnya Rivera AF (2004) Emergency Department Disaster Preparedness : Identifiying the Barriers Melihat hambatan terhadap Survey Banyak hambatan yang dihadapi oleh IGD rumah sakit ; kurangnya peralatan dan pelatihan khusus terutama penanganan nuklir, biologi dan kimia, kurangnya pengetahuan SDM penanganan korban massal, kurangnya sistem rujukan Manley (2006) Realities of Disaster Preparedness in Rural Hospitals Untuk melihat dan menilai IGD rumah sakit di daerah pelosok menghadapi Survey Kesiapsiagaan dan keterlibatan Rumah sakit didaerah kurang penanganan, Rumah sakit perlu rencana dan simulasi penanganan 4
Tabel 1.1. Lanjutan Sukardi Kesiapsiagaan (2009) eksternal dan internal RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu menghadapi ancaman gempa bumi di Provinsi Bengkulu Aditya Purnomo (2011) Kajian Kesiapsiagaan Pemerintah Kabupaten Sleman mengantisipasi Bencana Erupsi Gunung Merapi Tahun 2010 kondisi eksternal dan internal rumah sakit bagaimana Pemkab Sleman mengantisipasi erupsi Merapi Tahun 2010 dan faktorfaktor yang mempengaruhi Studi kasus deskriptif Diskriptif pendekatan kualitatif Pelaksanaan eksternal (Dinkes) sudah berjalan baik dan dikategorikan siap, sedangkan pelaksanaan internal masih sangat kurang dan dikategorikan kurang siap Pemerintah Kabupaten kurang siap mengantisipasi ancaman erupsi gunung ditunjukkan system peringatan dini yang dimiliki Pemerintah Kabupaten kondisi tidak siap dan terbatasnya kesediaan anggaran, sedang faktor yang mempengaruhi kurangnya yaitu kapasitas kelembagaan Pemerintah Kabupaten yang lemah, koordinasi Pemerintah Kabupaten stakeholder yang terbatas Niska R, shimizu (2011) Erwin Santosa (2011) Hospital Preparedness for Emergency Response : United States,2008 Analisis Kapastas Fungsional RSU PKU Muhamadiyah Bantul Bencana Mengetahui kesiapan Rumah sakit menanggapi keadaan darurat kesehatan masyarakat termasuk korban massal dan epidemi kapasitas fungsional RSU PKU Muhamadiyah Bantul Diskreptif survey survei deskriptif (eksploratif) Tingkat respon terhadap 74,4 %; Hampir semua ( 99%) rumah sakit memiliki rencana tanggap darurat Skor kapasitas fungsional tersebut menunjukkan bahwa RSU PKU Muhammadiyah Bantul masuk kategori A, yaitu dari segi kapasitas fungsional, rumah sakit dinilai mampu untuk tetap berfungsi saat terjadi. Komponen yang paling rentan adalah komponen rencana darurat untuk penanganan medis pada berbagai dan komponen yang dinilai paling tinggi ketahanannya adalah komponen perencanaan operasional, pemeliharaan preventif dan pemulihan layanan penting. 5
Tabel 1.1. Lanjutan Ristrini Analisis (2011) Implementasi Kebijakan Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan di Provinsi Sumatera Barat menganalisis implementasi kebijakan bidang kesehatan di propinsi Sumatera Barat, tujuan khusus untuk mengkaji aspek legal kebijakan, jejaring kelembagaan, pembagian peran dan koordinasi antar lembaga, pendanaan dan program. Penelitian kebijakan (policy research) menggunaka n strategi restrospecti ve analysis pendekatan kualitatif Kebijakan Kesiapsiagaan Bidang Kesehatan di Provinsi Sumatera Barat, telah didukung oleh Peraturan Daerah, Jejaring kelembagaan, peran serta fungsi lembaga bidang kesehatan telah terbentuk dan diatur Peraturan Daerah, Kesiapsiagaan enanggulangan bidang kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat telah didukung oleh dana yang bersumber APBD dan APBN, telah mengembangkan berbagai program penanggulang melibatkan berbagai sektor yaitu BPBD, RSUP dr. M. Djamil Padang, PMI, TNI, Polda dan organisasi profesi. Dewi Batari (2013) Kesiapsiagaan dan tanggap darurat terhadap Pandemi Influenza di RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR untuk menilai sejauh mana dan tanggap darurat terhadap risiko pandemi influenza di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar penelitian deskriptif penelusuran (tracer study). Secara umum pada aspek sistem komando sudah ada, namun dokumen terkait prosedur teknis secara mendetail belum ada, organisasi yang bertanggung jawab secara struktural memang sudah ada tapi karena masih baru, sehingga program yang berjalan belum maksimal Kesiapsiagaan rumah sakit terhadap kebijakan dan organisasi terkait Surat Keputusan atau Surat Tugas yang berhubungan jabatan dibuat mencatumkan nama jabatan bukan nama orang, untuk mengantisipasi dinamisasi pergantian pejabat. Kudiyana (2013) Analisis Sistem Kesiapsiagaan Rumah sakit Umum menghadapi Bencana di Kabupaten Sleman /menilai rumah sakit umum di Kabupaten sleman menghadapi serta menganalisis faktor yang menghambat rumah sakit Kuantitatif Deskriptif Kesiapsiagaan rumah sakit menghadapi dan faktor penghambat kesiapsoiagaan rumah sakit menghadapi di Kabupaten Sleman 6
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1.Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memperbanyak literature melakukan penelitian terhadap bidang yang sama hal rumah sakit menghadapi, tujuan memberikan konstribusi agar semakin baik di Indonesia. 1.4.2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk rumah sakit umum melaksanakan. 1.5. Tujuan 1.5.1. Mengkaji rumah sakit umum menghadapi di Kabupaten Sleman. 1.5.2. Menganalisis faktor yang menghambat rumah sakit umum menghadapi di Kabupaten Sleman. 1.5.3. Mengkaji antar rumah sakit umum menghadapi di Kabupaten Sleman. 7