PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
I LAMPUNG TIMUR I PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PELARANGAN PENGEDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN, PEREDARAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PELARANGAN PENGEDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL DI TEMPAT UMUM

P E R A T U R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2005

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 01 Tahun : 2009 Seri : E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012 NOMOR : 12 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

LEMBARAN DAERAH KEBUPATEN TANA TORAJA NOMOR 6 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR : 12 TAHUN 2008 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 6 TH PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

NOMOR : 23 TAHUN : 2004 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PELANGGARAN PEREDARAN DAN PENGGUNAAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PELARANGAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR : 23 TAHUN 2000 TENTANG LARANGAN, PENGAWASAN, PENGENDALIAN PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PELARANGAN, PENGAWASAN, DAN PENGENDALIAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 04 TAHUN 2002 SERI C NOMOR 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011 NOMOR 6

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN, PENERTIBAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PENGEDARAN MINUMAN BERALKOHOL

4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1962 tentang Perdagangan Barang dalam Pengawasan (Lembaran Negara Republik Indonesia

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO MINUMAN KERAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BURU Dan BUPATI BURU MEMUTUSKAN :

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 6 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2004 SERI E NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN KUNINGAN

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG MINUMAN KERAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN BULUNGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN SIDOARJO

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI PADANG LAWAS PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURANDAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS NOMOR 07 TAHUN 2015

PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LARANGAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

7. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Padang (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 25, T

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 10 TAHUN 2015 RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 06 TAHUN 2006 T E N T A N G PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PELARANGAN MINUMAN BERALKOHOL

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN, PENGEDARAN DAN PENJUALAN, SERTA PERIZINAN MINUMAN BERALKOHOL

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN PEREDARAN, DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN `SAMBAS NOMOR : 2 TAHUN 2004 TENTANG LARANGAN, PENGAWASAN, PENERTIBAN PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALEMBANG,

PEMERINTAH KABUPATEN KAIMANA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 3 TAHUN 2010 SERI : E NOMOR : 3

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 03 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL

Walikota Tasikmalaya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N K E N D A L NOMOR 22 TAHUN 2000 SERI C NOMOR 1

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALINAU NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG LARANGAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN MALINAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PELARANGAN PENGEDARAN, PENJUALAN DAN PENGGUNAAN MINUMAN BERALKOHOL

PROVINSI PAPUA BUPATI KEEROM

PROVINSI PAPUA BUPATI JAYAPURA

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan L

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 02 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN DAN LARANGAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

LARANGAN MINUMAN KERAS

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG PEMELIHARAAN TERNAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA,

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 15 TAHUN 2006

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG PEMELIHARAAN TERNAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAMA ESA WALIKOTA BANJARMASIN,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 16 TAHUN 2000

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PELARANGAN PRODUKSI, PENGEDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

Transkripsi:

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PELARANGAN PENGEDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang : a. bahwa akal manusia adalah salah satu Anugerah Tuhan yang wajib dipelihara agar tetap dapat melaksanakan fungsinya untuk membedakan antara yang benar/baik dengan yang salah/buruk; b. bahwa minuman beralkohol dapat merusak fungsi akal dan mengakibatkan gangguan kesehatan dan kemerosotan moral bangsa; c. bahwa salah satu penyebab utama terjadinya tindakan kekerasan dalam rumah tangga dan tindakan kriminal dalam masyarakat adalah pengaruh minuman beralkohol; d. bahwa untuk menghindari dampak negatif minuman beralkohol, maka perlu adanya upaya pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar untuk melakukan pelarangan pengedaran dan penjualannya; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d di atas, maka perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pelarangan Pengedaran dan Penjualan Minuman Beralkohol. Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822 ); 1

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 3. Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495) ; 4. Undang Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389) ; 5. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 6. Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2008 tentang Perubahan Nama Kabupaten Selayar menjadi Kabupaten Kepulauan Selayar Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4889); 9. Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol; 10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 57/MENKES/PER/ II/1992 tentang Larangan Peredaran Produksi dan Pengedar Minuman Keras yang Tidak Terdaftar pada Departemen Kesehatan; 2

11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 86/MENKES/IV/1997 tentang Minuman Keras; 12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 329/MENKES/XII/1997 tentang Produksi dan Peredaran Makanan; 13. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 15/M- DAG/PER/3/2006 tentang Pengawasan dan Pengendalian Impor, Pengedaran dan Penjualan, dan Perizinan Minuman Beralkohol; 14. Peraturan Daerah Kabupaten Selayar Nomor 02 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Selayar (Lembaran Daerah Kabupaten Selayar Tahun 2008 Nomor 02, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Selayar Nomor 01); 15. Peraturan Daerah Kabupaten Selayar Nomor 03 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Selayar (Lembaran Daerah Kabupaten Selayar Tahun 2008 Nomor 03); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR dan BUPATI KEPULAUAN SELAYAR MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PELARANGAN PENGEDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Kepulauan Selayar; 2. Bupati adalah Bupati Kepulauan Selayar; 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah; 3

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kepulauan Selayar yang selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 5. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menangani urusan Perindustrian dan Perdagangan serta Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menangani urusan Pariwisata; 6. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut Kepala SKPD adalah Kepala SKPD yang menangani urusan Perindustrian dan Perdagangan serta Kepala SKPD yang menangani urusan Pariwisata; 7. Minuman Beralkohol adalah minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dengan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak, maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan ethanol atau dengan cara pengenceran minuman mengandung ethanol; 8. Minuman Beralkohol Tradisional adalah minuman yang diambil dari pohon aren atau pohon talak (lontar), dan pohon kelapa yang diberikan campuran dari berbagai bahan yang berasal dari tumbuhan atau tanaman yang tidak berbahaya bagi kesehatan; 9. Penjual langsung untuk diminum adalah perusahaan yang menjual minuman beralkohol untuk diminum di tempat; 10. Pengedaran minuman beralkohol adalah penyaluran minuman beralkohol untuk di perdagangkn di daerah; 11. Pengecer adalah perusahaan dan atau usaha individu yang menjual secara eceran minuman beralkohol dalam kemasan; 12. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut PPNS adalah Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah. BAB II PENGGOLONGAN MINUMAN BERALKOHOL Pasal 2 Minuman beralkohol dikelompokkan dalam 3 (tiga) golongan sebagai berikut : a. Minuman beralkohol Golongan A, yaitu minuman yang mengandung kadar ethanol (C2H5OH) 1% (satu perseratus) sampai 5% (lima perseratus); 4

b. Minuman beralkohol Golongan B, yaitu minuman yang mengandung kadar ethanol (C2H5OH) lebih dari 5% (lima perseratus) sampai dengan 20% (dua puluh perseratus); c. Minuman beralkohol Golongan C, yaitu minuman yang mengandung kadar ethanol (C2H5OH) lebih dari 20% (dua puluh perseratus) sampai dengan 55% (lima puluh lima perseratus). BAB III PENGEDARAN, PENJUALAN DAN PENGGUNAAN Pasal 3 (1) Setiap orang atau Badan Hukum di Daerah dilarang mengedarkan, dan atau menjual minuman beralkohol golongan A, B dan C; (2) Dikecualikan dari ketentuan ayat (1) Pasal ini, minuman beralkohol yang mengandung rempah-rempah, jamu dan sejenisnya untuk tujuan kesehatan; (3) Minuman untuk tujuan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Pasal 4 Setiap orang dilarang menjadi pengecer untuk penjualan minuman beralkohol golongan A, B dan C. Pasal 5 Setiap orang dilarang menjadi penjual langsung untuk diminum di tempat minuman beralkohol golongan A, B dan C, kecuali di : a. hotel berkualifikasi bintang 3, bintang 4, bintang 5; dan/atau b. tempat tempat tertentu atau obyek wisata yang ditetapkan oleh Bupati. Pasal 6 Setiap orang dilarang : a. menggunakan atau meminum minuman beralkohol di tempat tempat umum yang bukan diperuntukkan untuk itu, seperti pasar, lapangan, tepi jalan, gelanggang olahraga, tempat keramaian umum dan tempat umum lainnya; b. melintas/berjalan di jalan umum baik berjalan kaki atau berkendaraan yang dapat mengganggu ketertiban lalu lintas atau ketentraman umum selama pengguna/peminum minuman beralkohol tersebut masih dalam pengaruh minuman beralkohol; 5

c. menyimpan dan/atau menggunakan minuman beralkohol selain di tempat-tempat yang dikecualikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5. Pasal 7 Penjual langsung untuk diminum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, dilarang : a. menjual minuman beralkohol kepada Warga Negara Indonesia (WNI); b. menjual minuman beralkohol di tempat/lokasi lainnya yang berdekatan dengan tempat ibadah, sekolah, rumah sakit, pemukiman dan perkantoran. BAB IV KEWAJIBAN Pasal 8 (1) Perusahaan yang dikecualikan untuk menjual minuman beralkohol sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dan b wajib : a. menjaga ketertiban dan keamanan dalam ruang tempat penjualan dan sekitarnya; b. meminta kepada petugas keamanan untuk menertibkan dan mengamankan kegaduhan yang terjadi di tempat penjualannya bila tidak dapat dicegah sendiri; c. harus menempelkan peringatan bahwa setiap orang yang meminum minuman beralkohol tidak boleh berlebihan atau sampai mabuk; (2) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perusahaan wajib memberikan informasi mengenai kegiatan usahanya apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh Bupati. BAB V PEMBINAAN Pasal 9 (1) Bupati melakukan pembinaan kepada penjual minuman beralkohol jenis tuak dan arak. (2) Dalam melaksanakan Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati menunjuk SKPD yang menangani urusan Perindustrian dan Perdagangan. (3) Bentuk dan tata cara pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati. BAB VI PENGAWASAN Pasal 10 (1) Bupati melaksanakan pengawasan, penertiban dan pemantauan serta mengidentifikasi tempat penjualan minuman beralkohol. 6

(2) Untuk melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati menugaskan Satuan Polisi Pamong Praja. (3) Apabila dipandang perlu, Bupati dapat membentuk Tim yang beranggotakan Instansi Terkait. Pasal 11 Evaluasi pelaksanaan Peraturan Daerah ini dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah setiap tahunnya. BAB VII PENYITAAN DAN PEMUSNAHAN Pasal 12 (1) Semua minuman beralkohol golongan A, B dan C sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan selain yang ada di tempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Peraturan Daerah ini disita dan dimusnahkan. (2) Tata cara penyitaan dan pemusnahan minuman beralkohol dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. BAB VIII PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 13 Masyarakat mempunyai kesempatan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam membantu upaya pencegahan, pemberantasan, peredaran dan penggunaan minuman beralkohol dengan memberikan informasi adanya penyalahgunaan dan penyimpangan penggunaan minuman beralkohol kepada Pemerintah Daerah. BAB IX KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 14 (1) Selain Pejabat Penyidik Umum, Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kabupaten diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan Penyidikan Tindak Pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini berdasarkan Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam pasal ini, adalah : a. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana; b. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana; 7

c. Meminta keterangan dan bahan bukti orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana; d. Memeriksa buku buku, catatan catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana; g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; i. Menghentikan penyidikan; j. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan menurut Hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 15 (1) Setiap orang yang melanggar ketentuan dalam Pasal 3 ayat (1), Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, dan Pasal 8 ayat (1) diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan/atau denda paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pelanggaran. (3) Denda sebagaimana dimaksud ayat (1) seluruhnya disetor ke Kas Daerah BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 16 SIUPMB penjual langsung untuk diminum yang dikeluarkan sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini ditarik dan dinyatakan tidak berlaku. 8

BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Kebupaten Selayar Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pengendalian dan Penertiban Pengedaran Minuman Beralkohol dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 18 (1) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan akan diatur dengan Peraturan Bupati. (2) Ketentuan pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak Peraturan Daerah ini diundangkan. Pasal 19 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kepulauan Selayar. Ditetapkan di Benteng pada tanggal 22 Agustus 2009 BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, H. SYAHRIR WAHAB Diundangkan di Benteng pada tanggal 22 Agustus 2009 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR, H. ZUBAIR SUYUTHI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR TAHUN 2009 NOMOR 21 9

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PELARANGAN PENGEDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL I. UMUM Bahwa minuman beralkohol merupakan produk yang sangat terkait dengan efek kesehatan dan moral masyarakat, sehingga perlu adanya upaya untuk melakukan pelarangan terhadap Pengedran dan Penjualan Minuman Beralkohol di Kabupaten Kepulauan Selayar. Pelarangan Pengedaran dan Penjualan Minuman Beralkohol yang diatur dalam Peraturan Daerah ini merupakan bentuk pelarangan terhadap Pengedaran dan Penjualan Minuman Beralkohol kecuali pada Hotel berbintang 3, 4 dan 5 serta tempat-tempat tertentu atau obyek wisata yang telah ditentukan oleh Bupati dan hanya diperuntukkan bagi tamu mancanegara. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 - Jenis Minuman beralkohol golongan A adalah : Bir, Langer, ale, Stout, Low Alcohol Wine, Minuman Beralkohol Berkarbonasi dan Brem; - Jenis Minuman beralkohol Golongan B adalah : Anggur/wine, Sparking wine, Champagne, Carbonated Wine, Reduced Alcohol Wine, Wine Coktail, Quinine Tonic Wine, Meat Wine atau Beef Wine, Malt Wine, Anggur Buah/Fruit Wine, Cider, Perry, Anggur Beras/Rice Wine, Vegetable Wine, Honey Wine/Mead, dan Tuak/Toddy, Minuman Beralkohol Beraroma, Beras Kencur dan Anggur Ginseng; - Jenis Minuman Beralkohol Golongan C adalah Brandy, Brandy Buah/Fruit Brandy, Gin/Genever, Likeur/Liquer, Rum, Vodka, Whisky dan Arak/Samsu Pasal 3 Pasal 4 10

Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 14 11