BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN. PT Satrya Perkasa Esthetika Film merupakan salah satu importir film-film

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. yang menjadi bahasan permasalahan dalam penulisan skripsi ini.

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. ini merupakan perusahaan yang melakukan impor film yang dikenakan pajak atas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. rangka impor flexytank dari perusahaan Qingdao Tongshuai Vehicle. Negara Atas Barang Kena Cukai Buatan Dalam Negeri.

BAB 4 PENUTUP Prosedur Pelaporan Pajak Impor Barang Di PT. Lintas Niaga Jaya. sampai dengan clearance documenct. Seperti B/L, PIB, dll.

Indry Leanitha. No. Telepon : Dosen Pembimbing : Martin Surya Mulyadi, SE., MM., BKP., CPMA.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Konsekuensi Penetapan Tarif dan Nilai Pabean

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 453/KMK

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-29/BC/2008 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: P- 05 /BC/2006

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 154/PMK.03/2010 Tanggal 31 Agustus 2010

Menimbang : Mengingat :

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-02/BC/2008 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 154/PMK.03/2010 TENTANG

154/PMK.03/2010 PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 SEHUBUNGAN DENGAN PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN B

TINJAUAN ATAS PERHITUNGAN DAN PENYETORAN BEA MASUK, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 DALAM RANGKA IMPOR FLEXYTANK

PROSEDUR KEPABEANAN BEA DAN CUKAI IMPOR BARANG PADA PT. PERTAMINA LUBRICANTS

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN

Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai Dengan Pelayanan Segera (Rush Handling) Abstrak

J : DPP di dapatkan dari harga kontrak yang telah di setujui oleh kedua pihak akan tetapi DPP tersebut tidak termasuk PPN.

1 of 5 21/12/ :45

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-26/BC/2008

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Royalti Dalam Penetapan Nilai Pabean Untuk Penghitungan Bea Masuk. Oleh : Mohamad Jafar Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 38/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT SETORAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. telah di tunjuk oleh mentri keuangan. (pasal 1 angka 14 UU, KUP) SSP

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib. membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (Undang-Undang)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PPh Pasal 22. Bendaharawan Pemerintah

2 Pertambahan Nilai, perlu melakukan penyesuaian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

Pajak Penghasilan. Andi Wijayanto

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sedang

BAB 3 ANALISA SISTEM BERJALAN

SE-13/PJ.43/2001 PENGANTAR KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 254/KMK.03/2001 TANGGAL 30 APRIL 2001 TE

BAB III OBJEK PENELITIAN Sejarah Singkat PT. Lentera Buana Jaya. PT. Lentera Buana Jaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Resmi (2013:31) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beberapa pengertian prosedur menurut para ahli adalah :

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-20/BC/2008

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 6 /BC/2011 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.04/2010 TENTANG NILAI PABEAN UNTUK PENGHITUNGAN BEA MASUK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt & fan belt) untuk

TATAKERJA PENGAWASAN PEMBONGKARAN DAN PENIMBUNAN BARANG IMPOR

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan

BAB IV. Hasil Praktek Kerja dan Analisis. 4.2 Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem pembelian impor komponen

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

SURAT EDARAN Nomor SE-17/BC/2005 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 102/PMK. 011/2011 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 16 /BC/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

P - 08/BC/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P-42/BC/2008 TENTANG

Pemungut PPh Pasal 22

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut (Mardiasmo; 2011) Pajak adalah iuran rakyat

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 40/BC/2010 TENTANG DATABASE NILAI PABEAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan Tugas Akhir ini. Adapun penelitian terdahulu yang penulis ulas

ANALISIS TERHADAP SISTEM DAN PROSEDUR PELAPORAN PERPAJAKAN (Studi Kasus PT SRIWIJAYA, BANDUNG)

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Penetapan Nilai Transaksi Dengan Menggunakan Rumus Tertentu, Tepatkah?

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 399KMK.01/1996 TENTANG GUDANG BERIKAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-19/BC/2016 TENTANG DATABASE NILAI PABEAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

Pajak Penghasilan Pasal 22 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-205/ BC / 2003

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP - 07/BC/2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR

pengangkut kepelabuhan, petugas DJBC tidak membongkar isi dari kontainer itu jika memang tidak ada perintah untuk pemeriksaan.) Setelah barang impor

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2017 TENTANG

Penyelesaian Impor Barang Kiriman Pos

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG

TATAKERJA PENYELESAIAN BARANG IMPOR DENGAN PIB SECARA ELEKTRONIK MELALUI JARINGAN PERTUKARAN DATA ELEKTRONIK

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 171/PMK.03/2017

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 88/PMK.04/2007 TENTANG PEMBONGKARAN DAN PENIMBUNAN BARANG IMPOR MENTERI KEUANGAN,

Transkripsi:

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian 3.1.1. Sejarah Singkat PT Satrya Perkasa Esthetika Film merupakan salah satu importir film-film Hollywood tertua di Indonesia yang melakukan impor film dari Eropa dan Amerika. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 19 Juli 1985 dan beralamat di Jalan KH. Wahid Hasyim No. 96, Jakarta Pusat, yang dimiliki dan dioperasikan oleh pemilik dan pengelola Grup 21/XXI. Tujuan didirikannya PT Satrya Perkasa Esthetika Filmadalah menjadi salah satu perusahaan importir film layar lebar yang mampu menghadirkan film-film berkualitas sebagai suplisi dunia Perfilman Nasional sebagaimana di atur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1992 tentang Perfilman. Pada tahun 1991, PT Satrya Perkasa Esthetika Film menjalin kerja sama distribusi film dengan Universal International Pictures dan Columbia Pictures serta mengkhususkan operasi importasinya pada film-film yang diproduksi atau diedarkan oleh kedua perusahaan tersebut. PT Satrya Perkasa Esthetika Film tergolong sebagai importir film-film grade A dimana perusahaan ini mengimpor enam produksi studio utama Motion Picture Association of America (MPAA) yakni Paramount Pictures, Walt Disney, Sony Pictures, Twentieth Century Fox, Universal Studios dan Warner Bros. Jumlah ratarata judul yang diimpor oleh PT Satrya Perkasa Esthetika Film dalam 5 (lima) tahun terakhir berkisar antara 50 (lima puluh) sampai 70 (tujuh puluh) judul film per tahun. 35

3.1.2. Visi dan Misi Visi dan misi perusahaan sangatlah penting agar semua elemen kegiatan, fungsi dan strategi dalam perusahaan selalu selaras. Berikut adalah visi dan misi PT Satrya Perkasa Esthetika Film: Visi : Menjadi salah satu perusahaan importir film layar lebar yang menghadirkan filmfilm berkualitas. Misi : Memberikan hiburan kepada masyarakat dengan mengimpor film-film layar lebar berkualitas yang bersifat menghibur dan mendidik. 3.1.3. Bidang Usaha PT Satrya Perkasa Esthetika Film memfokuskan usahanya sebagai perusahaan importir film-film dari luar negeri yaitu dari beberapa negara produsen film seperti Amerika Serikat dan Eropa. Film yang diimpor tersebut diedarkan ke Pengusaha Bioskop Indonesia. 3.1.4. Struktur Organisasi Bentuk struktur organisasi PT Satrya Perkasa Esthetika Film yaitu berbentuk line dan staff, dimana kekuasaan mengalir dari puncak pimpinan sampai kepada unit organisasi yang berada dibawahnya. Berikut adalah struktur perusahaan PT Satrya Perkasa Esthetika Film. 36

RUPS KOMISARIS Jimmy Herjanto DIREKTUR TR Anitio MANAGER UMUM MANAGER HRD MANAGER KEUANGAN MANAGER OPERASIONAL STAFF STAFF ACCOUNTING ADMINSTRA- TION (Sumber : PT Satrya Perkasa Esthetika Film) Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT Satrya Perkasa Esthetika Film 3.1.4.1.Uraian Kerja Terkait Berikut adalah uraian kerja pada PT Satrya Perkasa Esthetika Film : 1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Merupakan forum para pemegang saham untuk mengambil sebuah keputusan penting mengenai modal yang ditanam dalam perusahaan. 2. Komisaris Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan perusahaan dalam pengembangan perusahaan, mengadakan pembinaan dan pelaksanaan kegiatan perusahaan. 37

3. Direktur Bertanggung jawab untuk merumuskan kebijakan-kebijakan yang akan ditempuh oleh perusahaan dan secara keseluruhan dalam pelaksanaan impor dalam menyetujui Purchase Orderfilm yang akan dipesan dari produsen. 4. Manager Umum Bertanggung jawab atas pengambilan keputusan dan tercapainya tujuan perusahaan serta sebagai pengendali seluruh tugas dan fungsi-fungsi dalam perusahaan. 5. Manager Human Resource Development (HRD) Bertanggung jawab dalam membuat perencanaan dan pengembangan, mendokumentasikan data dan menyiapkan program kesejahteraan karyawan. 6. Manager Keuangan Bertanggung jawab untuk merancang dan menetapkan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan dan juga mencatat setiap transaksi yang terjadi dalam proses impor. Bagian ini membawahi bagian akuntansi dan administrasi. Tugas bagian akuntansi adalah menyelesaikan administrasi pembukuan atas transaksi keuangan yang terjadi dalam perusahaan dan menghasilkan laporan keuangan. Tugas bagian administrasi adalah menginput data-data yang diperoleh perusahaan yang berhubungan dengan kegiatan impor perusahaan. 7. Manager Operasional Bertanggung jawab dalam : a. Membuat Purchase Order untuk produsen film. b. Mengajukan Purchase Orderkepada Direktur agar disetujui untuk mengimpor film. 38

c. Menghubungi PPJK untuk mengurus kepabeanan atas barang yang diimpor. d. Mengurus dokumen-dokumen yang digunakan dalam proses impor. 8. Staff Bertanggung jawab terhadap manager atas pekerjaan yang ditugaskan oleh manager masing-masing bagian. 3.2. Kebijakan Perpajakan Perusahaan 3.2.1. Prosedur Perpajakan Kewajiban perpajakan yang sudah diterapkan oleh perusahaan adalah : 1. Pajak Pertambahan Nilai PT Satrya Perkasa Eshtetika Film dalam hal melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dengan penghitungan dasar pengenaan pajak dikalikan 10% dan dibuatkan Faktur Pajak Standar yang akan digunakan sebagai bukti pungutan pajak dalam hal melakukan penyerahan Barang Kena Pajak yang akan digunakan untuk melaporkan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran yang dilakukan setiap Masa Pajak bukanan dengan menggunakan SPT Masa PPN. 2. Pajak Penghasilan Pasal 21 Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, untuk itu perusahaan diwajibkan untuk memotong Pajak Penghasilan atas gaji setiap karyawan yang dibayarkan oleh perusahaan yang seluruhnya ditanggung perusahaan. 3. Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor PT Satrya Perkasa Eshtetika Film dalam hal pembayaran PPh Pasal 22 atas impor dilakukan setiap bulan oleh perusahaan berdasarkan Undang-Undang 39

Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 22 atas impor dan juga dilakukan dan dihitung sendiri (self assessment) oleh perusahaan pada akhir tahun. 3.3. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian eksploratoria (penelitian kualitatif) yaitu suatu penelitian yang cenderung kepada analisis terhadap objek penelitian berupa keterangan secara tertulis maupun lisan dari pemikiran dan aktifitas lembaga. Pendekatan penelitian ini ialah mengembangkan pengertian, konsep-konsep yang pada akhirnya menjadi teori. Penulis menggunakan penelitian ini untuk meneliti sesuatu yang belum diketahui dan belum dipahami dengan baik berkaitan dengan bidang perpajakan pada usaha importir film. Penulis menggunakan data primer untuk menyelesaikan penelitian ini. Yang dimaksud dengan data primer adalah pengumpulan data yang diperoleh dengan melakukan tinjauan langsung ke tempat yang diteliti seperti melakukan inquires of the client, dokumentasi,wawancara dan juga reperformance. 3.3.1. Metode Pengumpulan Data Dalam memperoleh data yang dibutuhkan, penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data diantaranya sebagai berikut : a. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Pengumpulan data dilakukan dengan mempelajari dan membaca buku-buku dari perpustakaan dan mencari data-data lain yang mendukung proses pembahasan dan penyelesaian masalah. 40

b. Penelitian Lapangan (Field Research) Pengumpulan data dilakukan melalui peninjauan langsung ke PT Satrya Perkasa Esthetika Film guna memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan cara : 1. Inquires of the client Metode ini dilakukan guna memperoleh informasi mengenai latar belakang dari objek penelitian seperti struktur organisasi, tugas dan wewenang dan sejarah dari objek penelitian serta informasi lain yang berhubungan dengan penelitian. 2. Dokumentasi Metode ini dilakukan guna mengumpulkan dokumen yang berhubungan dengan masalah yang dibahas seperti : a. Pemberitahuan Impor Barang (PIB) b. Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP) c. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai 3. Wawancara Pengumpulan data ini dilakukan dengan tanya jawab baik dengan pimpinan maupun dengan karyawan yang berada di PT Satrya Perkasa Esthetika Film guna memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai masalah yang akan dibahas didalam penelitian. 4. Reperformance Pengumpulan data dengan melaksanakan penelitian yang dilakukan kembali atas segala perubahan-perubahan yang ada dan juga memberikan pendapat atau saran kepada pihak perusahaan. Yang dilakukan penulis adalah melakukan penghitungan atas Bea Masuk, Pajak Pertambahan 41

Nilai dan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor film berdasarkan datadata yang ada pada tahun 2008, 2009 dan 2010 sesuai dengan peraturan yang dalam PMK No. 102/PMK.011/2011. 3.4. Inti Bahasan Dalam inti bahasan ini, dijelaskan tentang tata pelaksanaan impor dari mulai perencanaannya, penghitungan pajak atas impor, dokumen-dokumen yang digunakan, sarana yang digunakan dalam pelaksanaan impor sampai pelaksanaan pembayaran pajak dalam rangka impor yang dilakukan oleh PT Satrya Perkasa Esthetika Film. 3.4.1. PelaksanaanImpor di PT Satrya Perkasa Esthetika Film Proses pelaksanaan impor pada PT Satrya Perkasa Esthetika Film dimulai dari pembuatan Purchase Orderyang berisi jenis dan jumlah copy film yang akan diimpor. Sebelum dilakukan proses pemesanan ke produsen film,purchase Order tersebut harus disetujui oleh Direktur. Setelah mendapatkan persetujuan Direktur dan memperoleh Surat Keterangan Pemasukan Barang, Purchase Order tersebut dikirim ke produsen film. Dalam waktu sekitar 2 (dua) sampai 3 (tiga) hari, produsen film di Amerika mengirimkan film dari Thailand dan Australia melalui udara. Selama dalam perjalanan dari Thailand dan Australia, PT Satrya Perkasa Esthetika Film dengan menggunakan jasa PPJK untuk menyiapkan Arrival Notice 1 (satu) atau 2 (dua) hari sebelum pesawat tiba. Setelah pesawat datang, butuh waktu 2 (dua) sampai 3 (tiga) hari untuk proses bongkar ke gudang. Pembongkaran dan pengecekan barang di gudang disertai surat rekomendasi dilakukan bila barang dikirim dalam satu pesawat dengan barang 42

yang diimpor oleh importir lain. Namun, apabila barang yang dikirim dalam satu pesawat, maka tidak perlu dilakukan pembongkaran barang, tetapi hanya dilakukan pengecekan barang. Setelah 1 (satu) hari barang disimpan di gudang, dilakukan pembayaran biaya PIB sebagai biaya atas impor seperti Bea Masuk, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor oleh PPJK beserta penyerahan Surat Keterangan Rekomendasi Impor dan dokumen-dokumen lainnya yang tertera dalam Surat Tanda Terima Dokumen. PT Satrya Perkasa Esthetika Film mendapat bukti setor pajak SSPCP (Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak lainnya). Pembayaran yang dilakukan PPJK yaitu dengan menulis HS. Kode barang yang bersangkutan ke dalam aplikasi Bea Cukai, maka selanjutnya dapat diketahui berapa Bea Masuk, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor yang harus dibayar. Bila nilai pajak yang terutang di atas Rp 50.000.000 maka pajak yang akan dibayarkan oleh PT Satrya Perkasa Esthetika Film dengan menggunakan cek. Pengambilan DO (Delivery Order) gudang dilakukan 1 (satu) hari setelah pembayaran PIB. Lalu memasukkan data PIB ke Bea Cukai untuk ditentukan Pemberitahuan Jalur Merah (PJM) oleh PPD (Pejabat Pemeriksa Dokumen). Selanjutnya PPD menunjuk PFPD (Pejabat Fungsional Pemeriksa Dokumen) untuk melakukan pengecekan fisik barang. Lalu setelah 2 (dua) sampai 3 (tiga) hari dibuat Berita Acara atau Laporan Hasil Pemeriksaan dan Berita Acara Pemeriksaan Fisik Barang Impor. Setelah Berita Acara dibuat, 2 (dua) hari setelahnya diserahkan ke PPD. Bila hasil pemeriksaan sesuai, maka dikeluarkan SPPB (Surat Pemberitahuan Pengeluaran Barang) oleh Bea Cukai dan barang dapat keluar 1 (satu) hari setelah dikeluarkan SPPB. Tapi bila hasil tidak sesuai, ditentukan Kasi P2 (Pencegahan dan 43

Penindakan) dan ditunjuk Pelaksana P2 untuk dilakukan pencegahan oleh Pelaksana P2 dengan cara penyegelan dan P2 membuat Berita Acara ke PPD. Setelah dikeluarkan SPPB, PPJK mengajukan Surat Pembukaan Segel ke Kasi P2 untuk dibuat Surat Tugas Pembukaan Segel. Lalu petugas yang ditunjuk melakukan pembukaan segel dan membuat Berita Acara yang ditandatangani oleh Kepala Hanggar. Setelah proses pengeluaran SPPB, maka barang dapat keluar dan langsung diambil atau dikirim ke PT Satrya Perkasa Esthetika Film. 3.4.2. Penghitungan Pajak Atas Impor Film Dalam menghitung pajak dalam rangka impor terdapat hal-hal yang harus diketahui terlebih dahulu, diantaranya Nilai Invoice(Cost), Biaya Perjalanan (Freight), Asuransi (Insurance), tarif Bea Masuk, tarif Pajak Pertambahan Nilai, tarif Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor dan NDPBM (Nilai Dasar Penghitungan Bea Masuk) yang berlaku. Setelah diketahui hal-hal tersebut, maka selanjutnya dapat dilakukan penghitungan pajak atas impor. Penghitungan pajak atas impor dilakukan dengan menghitung besaran tarif yang bersangkutan. Tarif tersebut dikalikan dengan DPP (Dasar Pengenaan Pajak) yang merupakan jumlah dari Cost, Insurance and Freight (CIF). Berikut ini adalah rumus yang berlaku untuk menghitung impor : Bea Masuk = (Cost + Insurance + Freight) x Tarif Bea Masuk PPN Impor = ((Cost + Insurance + Freight) + Bea Masuk) x 10% PPh Pasal 22 = ((Cost + Insurance + Freight) + Bea Masuk) x 2,5% (memiliki API) 44

Berdasarkan rumus untuk menghitung besarnya pajak yang dikenakan atas impor film, dapat diketahui besarnya pajak yang harus dibayar oleh PT Satrya Perkasa Esthetika Film ditambah dengan biaya administrasi. 3.4.3. Pelaksanaan Penyetoran Pajak Atas Impor Film PT Satrya Perkasa Esthetika Film menggunakan jasa PPJK yang dipilih untuk melaksanakan penyetoran pajak atas impor film dalam penyelesaian administrasi impor film, saat dan tempat terutangnya pajak yaitu pada saat barang masuk ke dalam Daerah Pabean atau tiba di bandara. Pembayaran dilakukan melalui bank yang tunjuk oleh Bea Cukai dengan mendapat bukti setoran pajak SSPCP (Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak lainnya) yang selanjutnya langsung disetorkan ke PT Satrya Perkasa Esthetika Film sebagai bukti bahwa pihak PPJK telah membayar biaya-biaya tersebut. Pembayaran biaya administrasi PIB seperti Bea Masuk, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor dilakukan bersamaan dengan penyerahan Surat Keterangan Rekomendasi dan dokumen-dokumen lainnya dari PT Satrya Perkasa Esthetika Film. 3.4.4. Dokumen-Dokumen yang Digunakan Dokumen-dokumen yang digunakan oleh PT Satrya Perkasa Esthetika Film dalam menunjang kelancaran dan juga merupakan syarat pelaksanaan impor yaitu antara lain : 1. Delivery Order (D.O) Dokumen ini dikeluarkan oleh bank sebagai perintah (order) gudang yang menguasakannya untuk menyerahkan barang-barang yang disimpan di gudang tersebut dengan nama bank kepada yang memegang atau pihak yang 45

disebut dalam D.O. Biasanya D.O. tersebut dikeluarkan oleh bank pada saat barang-barang dimasukkan dalam gudang dan diserahkan kepada pembeli (importir). Selain itu, D.O. juga dapat digunakan sebagai surat jalan yang dikeluarkan oleh Bea Cukai untuk mengeluarkan barang-barang dari bandara. 2. Pemberitahuan Impor Barang Yaitu surat pernyataan yang menyatakan pemberitahuan impor barang. Surat ini dijadikan sebagai faktur pajak standar karena didalamnya memiliki datadata yang dapat dianggap sebagai faktur pajak standar. 3. Bill of Landing (B/L) / Air Waybill Bill of Landing (B/L) merupakan dokumen untuk pengangkutan dengan menggunakan kapal laut sedangkan Air Waybill merupakan dokumen untuk pengangkutan dengan menggunakan pesawat terbang. B/L atau Air Waybill memiliki merupakan dokumen yang paling penting karena mempunyai sifat jaminan atau pengamanan. 4. HS Code (Harmony System) HS (Harmony System) Code adalah kode untuk mengelompokkan jenis komoditi impor yang nantinya akan menentukan tarif yang akan digunakan dalam penentuan Bea Masuk. Daftar penamaan sistematik disusun oleh Customs Cooperation Council (Dewan Pabean Dunia) untuk pengklasifikasian dan penomoran barang dalam perdagangan internasional. HS Code setiap jenis produk dapat dilihat dalam PIB. 5. Angka Pengenal Impor Angka Pengenal Impor (API) merupakan tanda pengenal yang harus dimiliki oleh setiap importir atau perusahaan yang melakukan perdagangan impor. API diberlakukan untuk menghindari penyalahgunaan kegiatan impor dan 46

berbagai tindakan menyimpang lainnya. Untuk itu, API sudah mulai diberlakukan di Indonesia sejak tahun 1984 berdasarkan Keputusan Menteri Perdagangan No. 1460/KP/XII/84 yang mengalami pembaharuan dengan keluarnya Keputusan Menteri Perdagangan No. 373/KP/XI/88. 6. Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP) SSPCP adalah surat dalam rangka impor yang digunakan sebagai bukti bahwa importir telah menyetorkan pajak yang terutang. Pembayaran penerimaan negara dilakukan wajib oleh Wajib Bayar dengan menggunakan SSPCP dan dilampiri dokumen dasar pembayaran. SSPCP dibuat dalam 4 (empat) rangkap dengan peruntukan : Lembar ke-1 untuk Wajib Bayar, Lembar ke-2 untuk KPPN dan diteruskan ke Kantor Bea dan Cukai, Lembar ke-3 untuk Kantor Bea dan Cukai dan Lembar ke-4 untuk Bank Devisa Persepsi. 3.4.5. Sarana yang Digunakan Sarana yang digunakan PT Satrya Perkasa Esthetika Film sebagai importir dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi yang salah satunya yaitu membayar Bea Masuk, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor, serta kewajiban lainnya adalah dengan menggunakan Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK) yang terdaftar di Departemen Keuangan. PPJK merupakan perusahaan jasa yang bertindak menyediakan jasa pengurusan tentang formalitas kepabeanan dalam hal yang terkait didalamnya. PPJK yang dipilih adalah PPJK yang telah memiliki ijin atau pengesahan dari Kantor Bea dan Cukai setempat. 47