BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan salah satu perkembangan yang terjadi ditiaptiap

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Good governace merupakan function of governing, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjalankan pemerintahannya. Pemerintah pusat memberikan kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Governance) menjadi berhubungan satu dengan yang lainnya. Tujuan reformasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. Penyajian laporan keuangan di daerah-daerah khususnya di SKPD (Satuan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi pengelolaan negara diawali dengan bergulirnya Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (BPK RI, 2010). Tabel 1.1 Daftar Opini Audit BPK atas LKPD Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Ulum, 2004). (Stanbury, 2003 dalam Mardiasmo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Kata kunci: good governance, pengelolaan keuangan, sistem pengendalian intern pemerintah, kinerja pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang tepat, jelas, dan terukur sesuai dengan prinsip transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan Sub Sektor Peternakan di Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB I PENDAHULUAN. prinsip- prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) melalui

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas, mengakibatkan semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. berupa laporan keuangan. Fenomena yang terjadi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) harus ditingkatkan

BAB I PENDAHULUAN. menuntut pembangunan yang merata di setiap daerah, sehingga pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive

BAB I PENDAHULUAN. Good Governance Government adalah pemerintahan yang paling. diimpikan oleh seluruh masyarakat Indonesia, dimana pemerintahannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi di Indonesia setidaknya telah mengeluarkan dua undangundang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin maju dan terbukanya sistem informasi dewasa ini, isu-isu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Good governance merupakan function of governing, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB I PENDAHULUAN. pun berlaku dengan keluarnya UU No. 25 tahun 1999 yang telah direvisi UU No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. nepotisme mengakibatkan kerugian negara dan tidak maksimalnya kinerja

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2006, hal 17). Pemerintah harus mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melakukan reformasi pengelolaan keuangan dengan. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. Keinginan untuk mewujudkan good governance merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang menitik beratkan pada pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. khususya di tingkat Pemerintah Daerah. Korupsi sebenarnya termasuk salah

BAB I PENDAHULUAN. (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) berupa Laporan Keuangan. Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dapat dinilai kurang pesat, pada saat itu yang lebih mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik

BAB I PENDAHULUAN. mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Pola-pola lama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Keadaan Ekonomi Daerah. Tabel 1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD. Realisasi Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. telah direvisi menjadi UU No. 32 tahun 2004 menyatakan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance merupakan function of governing. Salah

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban keuangan pemerintah. Pemerintah daerah diwajibkan

BAB I PENDAHULUAN. laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan. Akuntansi sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami secara berbeda tergantung pada konteksnya. Dalam konteks pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), good governance sering di artikan sebagai pemerintahan yang bersih dari praktik KKN. Sebagian kalangan ada yang mengartikan good governance sebagai penerjemah kongkrit dari demokrasi dengan meniscayakan adanya civic culture sebagai penopang kelangsungan (sustainability) demokrasi itu sendiri. Pada umumnya good governance diartikan sebagai pengelolaan pemerintahan yang baik. (Koirudin, 2005) Menurut Sadjijono (2007) Good Governance adalah kegiatan suatu lembaga pemerintah yang dijalankan berdasarkan kepentingan rakyat dan norma yang berlaku untuk mewujudkan cita-cita negara, sedangkan praktek terbaiknya adalah Good Governance (kepemeritahan yang baik). Agar good governance dapat menjadi kenyataan dan berjalan dengan baik, maka dibutuhkan komitmen dari semua pihak yaitu pemerintah dan masyarakat. Good governance yang efektif menuntut adanya koordinasi yang baik dan integritas profesional dan etos kerja dan moral yang tinggi dengan demikian penerapan good governance dalam penyelenggaraan pemerintahan negara merupakan tantangan tersendiri.

2 Terselenggarakannya good governance merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara. Dalam hal tersebut, diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, dan nyata sehingga dalam penyelenggaraan pemerintah dapat berlagsung secara berdaya guna, berhasil guna, bertanggungjawab serta bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). (Inspektorat Jendral Kementrian Dalam Negeri 2010). Pemerintah yang baik dan bersih dapat diukur dari performance aparaturnya. Fakta di lapangan menunjukkan pelayanan birokrasi masih merupakan barang langka dan mahal. Untuk mendapatkan pelayanan, seringkali harus ada biaya tambahan dan ucapan terima kasih yang berlebihan. Terlebih bagi warga masayarakat yang awam dalam urusan administrasi negara. Birokrasi yang demikian tidak hanya menghambat tujuan reformasi tetapi juga telah menjadi sarang korupsi. Efektifitas kinerja aparatur negara di daerah pada umumnya sangat rendah, ini dapat dirasakan dari pelayanan yang lamban maupun penyelesaian pembangunan yang tidak tepat waktu, misalnya dalam pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan surat-surat lainnya. Di sini dapat dilihat bahwa aparatur pemerintah daerah yang tidak akuntabel dalam melaksanakan tugasnya yang merupakan prinsip dasar good governance. Salah satu faktor penting dalam pelaksanaan good governance adalah praktik akuntansi publik pada instansi pemerintah. Pemerintah diwajibkan bertanggungjawab dan terbuka kepada masyarakat (publik) dalam penyampaian laporan keuangan pemerintah daerah. Dalam pelaksanaan good governance,

3 Pemerintah Pusat memberikan otonomi kepada Pemerintah Daerah. Di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Otonomi daerah adalah hak wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Pregiwa, 2012). Kebijakan pemerintah mengenai otonomi daerah tersebut membawa dampak pada perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia. Perkembangan akuntansi sektor publik tersebut memunculkan tuntutan dari pemakai informasi untuk melaksanakan akuntabilitas terhadap lembaga-lembaga publik baik dipusat maupun daerah. Akuntabilitas publik adalah pemberian informasi atas aktivitas dan kinerja financial pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan tersebut (Mardiasmo, 2006). Kriteria dan unsur-unsur pembentuk kualitas informasi yang menjadikan informasi dalam laporan keuangan pemerintah mempunyai nilai atau manfaat yang disebutkan dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan (PP No. 71 Tahun 2010) terdiri dari: (a) relevan; (b) andal; (c) dapat dibandingkan; dan (d) dapat dipahami. Apabila informasi yang terdapat di dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah memenuhi kriteria karakteristik kualitatif laporan keuangan pemerintah seperti yang disyaratkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, berarti pemerintah daerah mampu mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan daerah. Informasi yang terkandung di dalam laporan keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah harus sesuai dengan kriteria

4 nilai informasi yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan. Apabila tidak sesuai dengan perundang-undangan, maka mengakibatkan kerugian daerah, potensi kekurangan daerah, kekurangan penerimaan, kelemahan administrasi, ketidakhematan, ketidakefisienan, ketidakfektifan. (Sukmaningrum, 2009) Pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mesyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun dan disajikan dengan standar akuntansi pemerintah yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengatakan bahwa sebagai pertanggungjawaban pelaksaan APBN dan APBD pemerintah atas Keuangan Negara, Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI). Data hasil pemeriksaan BPK RI semester II tahun 2009 atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) disajikan dalam tiga kategori yaitu opini, sistem pengendalian intern (SPI) dan kepatuhan terhadap ketentuan perundangundangan. Saat ini perkembangan kualitas laporan keuangan serta akuntabilitas atas LKPD belum sebagaimana yang diharapkan, hal ini terlihat dari opini atas LKPD yang diberikan oleh BPK RI masih ada yang mendapatkan opini disclaimer atau tidak memberikan pendapat. Berikut ini perkembangan opini LKPD tahun 2006 2008.

5 Tabel 1.1 Perkembangan Opini LKPD tahun 2006 2008 OPINI LKPD JUMLAH WTP % WDP % TW % TMP % Tahun 2006 3 1 327 70 28 6 105 23 463 Tahun 2007 4 1 283 60 59 13 122 26 468 Tahun 2008 12 3 324 67 31 6 115 24 482 Sumber: IHPS BPK RI Semester II tahun 2009 Berdasarkan data hasil pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten Kota di Provinsi Jawa Barat diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan adalah: (1) penyajian laporan keuangan sesuai SAP dan tindak lanjut atas temuan pemeriksaan BPK dan komitmen untuk memantau pelaksanakan SPI; (2) Pengendalian intern terutama pengendalian untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan; dan (3) Pemeriksaaan keuangan oleh BPK RI terutama terkait dengan koreksi yang disampaikan oleh BPK RI agar LKPD disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah dan rekomendasi-rekomendasi untuk memperbaiki kelemahan dalam sistem pengendalian intern. Dari hasil evaluasi atas sistem pengendalian intern yang dilakukan oleh BPK RI terungkap kasus-kasus kelemahan pengendalian intern yang dikelompokkan sebagai: (a) kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan; (b) kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja; dan (c) kelemahan struktur pengendalian intern.

6 Fenomena yang terjadi di Kota Bandung adalah tidak adanya peningkatan penilaian BPK, menurut Tedi Rusmawan, bersumber dari ketidakseriusan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait, salah satunya dalam pengelolaan aset. Aset tetap yang tidak diketahui lokasi keberadaannya dengan nilai miliaran rupiah. Aset tetap yang nilainya triliunan disajikan tanpa menyebutkan rincian luasnya. Buruknya pengelolaan aset, dikatakan, Rieke, semata bukan masalah Dinas Pengelolaan dan Keuangan Aset Daerah (DPKAD), melainkan ada ketidakkonsistenan pihak-pihak yang punya kepentingan. (www.inilah.com 2013 dikutip tanggal 4 Agustus 2014). Kota Bandung yang merupakan salah satu ibu kota Jawa Barat yang memiliki potensi begitu besar dan menjadi salah satu pusat perekonomian di Negara Indonesia pengelolaan keuangannya masih kurang sesuai dengan yang diharapkan. Opini BPK yang diberikan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) di Kota Bandung. Tabel 1.2 Daftar Opini Audit BPK atas LKPD Kota Bandung Tahun 2007-2012 NO Tahun Opini BPK 1 2007 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 2 2008 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 3 2009 Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer) 4 2010 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 5 2011 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 6 2012 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) Sumber: www.bpk.go.id Tabel 1.2 di atas menunjukan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan opini terhadap Kota Bandung pada tahun 2009 dengan opini Tidak

7 Memberikan Pendapat (Disclaimer), pada tahun 2010 mengalami perbaikan yang cukup baik dengan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), pada tahun 2011 keadaan stabil dengan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), dan pada tahun 2012 keadaannya tetap stabil dengan opini Wajar Dengan Pengecualian(WDP). Salah satu kriteria pemberian opini terhadap laporan keuangan menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara adalah penilaian kepatuhan terhadap perundang-undangan. Hasil pemeriksaan atas laporan keuangan mengungkapkan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang mengakibatkan kerugian negara/daerah, kekurangan penerimaan, administrasi, ketidakekonomisan, ketidakefisienan dan ketidakefektifan. Pemerintah Kota Bandung masih memiliki kekurangan untuk menghasilkan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di beberapa dinas, salah satunya pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang belum baik karena belum mencapai opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Menurut BPK, masih adanya opini Tidak Memberikan Pendapat (TMP) yang diberikan BPK menunjukan efektivitas sistem pengendalian intern pemerintah daerah yang bersangkutan belum optimal dan belum memadainya unsur-unsur pengendalian intern. Dalam kaitannya dengan efektivitas penyusunan laporan keuangan maka baik buruknya implementasi sistem pengendalian intern dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.

8 Fenomena di masyarakat yang menggambarkan pengelolaan keuangan belum berjalan sepenuhnya, antara lain tingkat korupsi yang masih tinggi, adanya kebocoran anggaran yang timbul akibat praktek pencairan anggaran yang tidak sesuai dengan anggaran belanja yang tersedia, sementara penerima anggaran harus mempertanggungjawabkan sesuai dengan anggaran yang ditetapkan. Akibatnya penerima anggaran berusaha untuk memperoleh bukti transaksi guna mendukung pertanggungjawaban realisasi anggaran sebagai wujud akuntabilitas keuangan instansi pemerintah daerah yang diragukan kebenarannya. Maka di perlukan alat pengendali yang disebut Sistem Pengendalian Intern (SPI). (Widyaningsih, 2009) Sistem pengendalian intern pemerintah juga merupakan sistem pengendalian yang harus diterapkan dalam lingkungan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam penyusunan kinerja pemerintah serta dalam peningkatan kualitas kinerja pemerintah. Tujuan dari pengendalian intern akan tercapai jika kelima elemen pengendalian intern telah cukup dan dilaksanakan. Lima elemen pengendalian intern tersebut yaitu: lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan. (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008) Kinerja aparatur pemerintah daerah mempunyai arti yang sangat penting dalam rangka pelaksanaan kegiatan pembangunan oleh pelayanan masyarakat di daerah yang diupayakan untuk berjalan secara berdaya guna dan berhasil guna. Pemerintah daerah sebagai pihak yang diberikan tugas menjalankan roda pemerintahan, pembangunan dan layanan sosial masyarakat wajib menyampaikan

9 pertanggungjawaban kinerja daerahnya untuk dinilai apakah pemerintah daerah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik. (Mardiasmo, 2006:27). Kinerja aparatur pemerintahan di Indonesia hingga saat ini masih menjadi sorotan yang tidak pernah sepi menjadi perbincangan di setiap lapisan masyarakat. Pelayanan publik di Indonesia seringkali terhambat kelancarannya akibat perilaku koruptif beberapa oknum aparatur pemerintah. Korupsi terjadi pada hampir setiap ruang di masyarakat, dari masyarakat kecil sampai masyarakat besar, mulai dari swasta hingga pemerintah. Posisi Indonesia yang mendapat penilaian negatif tentunya tidak diinginkan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Good governance atau pemerintahan yang baik, bisa terwujud hanya jika pemerintah benar-benar sudah bersih dari praktek korupsi. Mewujudkannya perlu upaya pemberantasan dan pencegahan, tidak saja dilakukan pemerintah, tetapi juga swasta dan masyarakat. Pemberantasan korupsi tidak identik dengan menangkap koruptor, tapi pencegahan yang menentukan. Dilakukan melalui pendekatan moral dan peningkatan pemahaman apa itu tindak korupsi. (Dinas Komunikasi dan Informatika 2011) Dari hasil uraian latar belakang di atas, penulis akan membuat penelitian dengan judul Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Dan Penerapan Good Governance Terhadap Kinerja Aparatur di Inspektorat Provinsi Jawa Barat.

10 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang peneliti uraikan diatas, maka permasalahan yang akan di identifikasi adalah: 1. Bagaimana pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kinerja Aparatur di Inspektorat Provinsi Jawa Barat. 2. Bagaimana pengaruh penerapan Good Governance terhadap Kinerja Aparatur di Inspektorat Provinsi Jawa Barat. 3. Bagaimana pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan penerapan Good Goverance terhadap Kinerja Aparatur di Inspektorat Provinsi Jawa Barat. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, mempelajari dan memperoleh data informasi yang aktual mengenai pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan penerapan good governance terhadap kinerja aparatur di Inspektorat Provinsi Jawa Barat yang akan penulis gunakan dalam penyusunan skripsi. Selain itu juga dimaksudkan untuk mengetahui permasalahan dan perbedaan antara teori dengan praktik. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kinerja Aparatur di Inspektorat Provinsi Jawa Barat. 2. Mengetahui pengaruh penerapan Good Governance terhadap Kinerja Aparatur di Inspektorat Provinsi Jawa Barat.

11 3. Mengetahui pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan penerapan Good Goverance terhadap Kinerja Aparatur di Inspektorat Provinsi Jawa Barat. 1.4 Manfaat Penelitian Dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap beberapa segmen, antara lain: 1. Bagi Penulis Dapat menambah pengetahuan mengenai ada atau tidak adanya pengaruh SPIP dan good governance di Inspektorat Provinsi Jawa Barat, serta untuk memenuhi salah satu syarat dalam ujian sidang akhir pada Fakultas Ekonomi program studi Akuntansi Universitas Widyatama. 2. Bagi Instansi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan masukan bagi pihak instansi agar lebih memperhatikan SPIP dan good governance, karena hal ini akan berpengaruh terhadap kinerja aparatur di Inspektorat Provinsi Jawa Barat. 3. Bagi Pihak Lain Dapat menjadi sumber informasi yang dapat menambah wawasan pembaca dengan mengetahui apakah SPIP dan penerapan good governance berpengaruh terhadap kinerja aparatur di Inspektorat Provinsi Jawa Barat.

12 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi dari penelitian ini dilakukan di Kantor Inspektorat Provinsi Jawa Barat, yang berlokasi di Jalan Surapati No. 4 Bandung. Dengan waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan bulan Desember 2014.