Analisis Distribusi Suhu, Aliran Udara, Kadar Air pada Pengeringan Daun Tembakau Rajangan Madura

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR

Model Pengeringan Lapisan Tipis Cengkeh (Syzygium aromaticum) 1) ISHAK (G ) 2) JUNAEDI MUHIDONG dan I.S. TULLIZA 3) ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN

1. Pendahuluan PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA PROSES PENGERINGAN SINGKONG (STUDI KASUS : PENGERING TIPE RAK)

Pengeringan Tembakau dengan Sistem Hybrid

III. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

DESAIN SISTEM PENGERING KERUPUK KEMPLANG DENGAN UAP SUPER PANAS BERBAHAN BAKAR BIOMASA

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

KARAKTERISTIK PENGERINGAN GABAH PADA ALAT PENGERING KABINET (TRAY DRYER) MENGGUNAKAN SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

Perpindahan Massa Pada Pengeringan Gabah Dengan Metode Penjemuran

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar Lampung Selatan

TEMPERATUR UDARA PENGERING DAN MASSA BIJI JAGUNG PADA ALAT PENGERING TERFLUIDISASI

PERANCANGAN BANGUNAN PENGERING KERUPUK MENGGUNAKAN PENDEKATAN PINDAH PANAS. Jurusan Teknik Industri Universitas Ahmad Dahlan 2

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Peningkatan Kecepatan Pengeringan Gabah Dengan Metode Mixed Adsorption Drying Menggunakan Zeolite Pada Ungguan Terfluidisasi

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN ALAT PENGERING DENGAN PENGONTROL SUHU UNTUK PAKAN IKAN PADA CV. FAJAR ABADI

Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas

1. Pendahuluan PEMANFAATAN LM35 SEBAGAI SENSOR SUHU OTOMATIS PADA SISEM PENGONTROLAN SUHU RUANGAN PENGERING (STUDI KASUS : PENGERING TIPE RAK) Santoso

Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.3, No. 1, Maret 2015

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGOLAHAN PRODUK PASCA PANEN HASIL PERIKANAN DI ACEH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

PENGERINGAN JAGUNG (Zea mays L.) MENGGUNAKAN ALAT PENGERING DENGAN KOMBINASI ENERGI TENAGA SURYA DAN BIOMASSA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

AGROTECHNO Volume 1, Nomor 1, April 2016, hal

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Pengeringan Lapisan Tipis Buah Mahkota Dewa

I. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Myristica Dryer, Mesin Pengering Biji Pala yang Efisien dengan Kontrol Suhu Otomatis.

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN. ISSN : ; e-issn

KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR. Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal

Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.3, No. 2, September 2015 PENGERINGAN LAPIS TIPIS KOPRA PUTIH MENGGUNAKAN OVEN PENGERING

UJI KINERJA ALAT PENGERING HYBRID TIPE RAK PADA PENGERINGAN CHIP PISANG KEPOK [PERFORMANCE TEST OF HYBRID DRYER SHELVES TYPE FOR DRYING BANANA CHIPS]

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

PENGHITUNGAN EFISIENSI KOLEKTOR SURYA PADA PENGERING SURYA TIPE AKTIF TIDAK LANGSUNG PADA LABORATORIUM SURYA ITB

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

MODEL MATEMATIS PENGERINGAN LAPISAN TIPIS BIJI KOPI ARABIKA (Coffeae arabica) DAN BIJI KOPI ROBUSTA (Coffeae cannephora) ABSTRAK

METODOLOGI PENELITIAN

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER

ABSTRAK. penting dalam penentuan kualitas dari tepung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari hubungan matematis

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

Percobaan pendahuluan dilakukan pada bulan Januari - Maret 2012 dan. pecobaan utama dilakukan pada bulan April Mei 2012 dengan tempat percobaan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan

I. PENDAHULUAN. kandungan cabai merah itu sendiri. Kandungan air yang sangat tinggi ini dapat


DESAIN SISTEM KONTROL PENGERING SURYA DAN HEATER

Pengeringan Untuk Pengawetan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

SISTEM PENYALEAN PISANG BERTINGKAT DENGAN MENGUNAKAN ENERGI BAHAN BIO-MASSA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut :

Kamariah Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Musamus

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN : Uji Kinerja Pengering Surya dengan Kincir Angin Savonius untuk Pengeringan Ubi Kayu (Manihot esculenta)

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya sebagai santan pada masakan sehari-hari, ataupun sebagai

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

A. KARAKTERISTIK PENGERINGAN LAPISAN TIPIS. pengeringan

Disusun Oleh : REZA HIDAYATULLAH Pembimbing : Dedy Zulhidayat Noor, ST, MT, Ph.D.

BAB I PENDAHULUAN. sirkulasi udara oleh exhaust dan blower serta sistem pengadukan yang benar

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN PARTIKEL PADA LAJU PENGERINGAN PUPUK ZA DALAM TRAY DRYER

UJI KINERJA PENJEMURAN GABAH PADA PARA-PARA MEKANIS DENGAN TIGA KONDISI LINGKUNGAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika

PENGUJIAN PERFORMANSI MESIN PENGERING PRODUK PERTANIAN SISTEM TENAGA SURYA TIPE KOLEKTOR BERSIRIP

UJI COBA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR dan UAP KAPASITAS 1 kg

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengolahan simplisia di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar I-1

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

DESAIN KENDALI FUZZY PID (PROPORSIONAL INTEGRAL DERIVATIVE) MESIN PENGERING TEMBAKAU OTOMATIS BERBASIS ARDUINO

JENIS-JENIS PENGERINGAN

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Analisis Distribusi Suhu, Aliran Udara, Kadar Air pada Pengeringan Daun Tembakau Rajangan Madura HUMAIDILLAH KURNIADI WARDANA 1) Program Studi Teknik Elektro Universitas Hasyim Asy Ari. Jl. Irian Jaya 55 Tebuireng Pos IX Jombang E-mail: adi3_wardana@yahoo.com TEL: 085755301591 ABSTRAK: Penelitian mengenai perbandingan distribusi suhu, aliran udara dan kadar air bahan pada pengeringan daun rajangan tembakau Madura telah dilakukan. Tujuan utama dari penelitian ini adalah membandingkan hasil pengeringan daun rajangan tembakau Madura menggunakan sinar matahari (tradisional) dengan pengeringan menggunakan sistem pengovenan (rak berting kat). Adapun temuan yang diperoleh adalah distribusi suhu dihitung menggunakan termometer digital dan sensor termokopel jenis k, aliran udara menggunakan anemometer, dan kadar air menggunakan perbandingan prosentase massa bahan sebelum dikeringkan dengan massa bahan setelah dikeringkan. Pengeringan menggunakan sinar matahari selama 300 menit menghasilkan distribusi suhu 30 64 o C, aliran udara 0,1 0,8 m/s dan penurunan kadar air 80 90 %. Sedangkan pengeringan menggunakan sistem oven dengan pengeringan selama 40 menit menghasilkan distribusi suhu 25 31 o C, aliran udara 0,5 0,9 m/s dan penurunan kadar air bahan 52 69 %. Hasil pengeringan daun rajangan tembakau Madura kemudian diuji lab kualitas mutu bahan meliputi tingkat kekeringan, warna dan elastisitas. Didapatkan uji kualitas mutu bahan hasil pengeringan matahari tingkat kekeringan 15%, warna coklat kusam, dan elastisitas agak supel. Sedangkan hasil pengeringan sistem oven tingkat kekeringan 11%, warna hijau kecoklatan, dan elastisitas agak supel.. Kata Kunci: Suhu, Aliran Udara, Kadar Air, Pengeringan, Tembakau Rajangan. PENDAHULUAN Pengelolaan pasca panen yang tepat untuk hasil perkebunan khususnya tembakau rajangan sangat diperlukan agar menghasilkan tembakau bermutu SNI 01-3942-1995. Salah satu pengelolaan pasca panen yang sangat penting yaitu proses pengeringan. Proses pengeringan merupakan proses penurunan kadar air dari suatu bahan sehingga kadar airnya setimbang pada suhu normal (Henderson dan Perry, 1982). Menurut Taib dkk (1987) pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara simultan. Adapun tujuan dari proses pengeringan ini untuk mengurangi kadar air sampai batas tertentu dan menghambat laju kerusakan bahan akibat aktifitas biologis dan kimia (Brooker dkk, 1974). Beberapa metode dalam proses pengeringan dapat diaplikasikan dalam usaha untuk menurunkan kadar air pada daun tembakau. Dimulai dari pengeringan dengan metode sederhana yaitu sinar matahari yang sangat tergantung dengan keadaan cuaca, metode pengeringan dengan cara pengasapan, pengeringan tembakau dengan sistem hybrid dengan memanfaatkan panas sinar matahari dan pembakaran bio massa (limbah batang tembakau) (Dwi Aries Himawanto dan M. Nadjib, 2013), sampai pengeringan menggunakan teknologi pengovenan berbasis energi alternatif yaitu kayu, minyak tanah, batu bara, LPG tau limbah pertanian (Samsuri Tirtosastro, 2011). Berbagai macam metode pengeringan daun tembakau memiliki kelebihan dan kerugian masingmasing sehingga perlu penganalisisan lebih lanjut dan pemahaman mengenai metode pengeringan tersebut. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan analisis distribusi suhu, aliran udara, kadar air pada pengeringan tembakau rajangan Madura menggunakan metode pemgeringan matahari dan pengeringan menggunakan oven (rak beringkat). FEL-23

METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilakukan di laboratorium. Penelitian yang menggambarkan perbandingan analisis pengeringan tembakau rajangan Madura menggunakan metode sinar matahari dan pengeringan menggunakan oven (rak bertingkat) menggunakan sumber pemanas yang terbuat dari elemen pemanas jenis tubular heater. Bahan dan alat yang digunakan diantaranya tembakau rajangan Madura sebesar 300 gram pada tiap pengeringan, widig yang terbuat dari kayu dengan alas dari kawat, oven (rak bertingkat), termometer digital, termokopel tipe k, anemometer, stop watch, timbangan digital. Proses pengambilan data pengeringan dapat dilihat pada Gambar 1. Bahan daun tembakau yang sudah melalui proses perajangan Penghamparan tembakau rajangan pada widig kayu dan rak Proses pengeringan: 1. Matahari Uji laboratorium: 1. Tingkat kekeringan 2. Warna 3. Elastisitas Pengambilan data: 1. Suhu 2. Kec. Aliran udara 3. Kadar Air Gambar 1: Bagan Alir Pengambilan Data Parameter yang diukur selama proses penelitian adalah: Suhu Pengukuran suhu udara pada tiap pengeringan diukur menggunakan termometer digital dan termokopel tipe k dilakukan di tiap titik titik: (1) widig pada pengeringan matahari terdapat 4 titik yang diukur (2) rak 1 (atas) terdapat 3 titik, rak 2 (tengah) terdapat 3 titik, rak 3 (bawah) terdapat 3 titik, sesuai pada Gambar 2. (a) (b) Gambar 2: (a) Pengeringan Menggunakan Matahari (b) Pengeringan Menggunakan Oven Aliran Udara Pengukuran kecepatan aliran udara diukur menggunakan anemometer digital dilakukan di: (1) daerah sekitar tempat penjemuran tembakau rajangan, (2) aliran udara pada ruang oven. FEL-24

Kadar Air Kadar air bahan yang diukur meliputi massa bahan sebelum dikeringkan dan akhir massa bahan setelah proses pengeringan. Pengukuran kadar air bahan menggunakan persamaan (1) sebagai berikut (Kms Ridhuan, 2011): = 100 (1) Teknik analisis data dilakukan setelah memperoleh data berupa suhu, kecepatan aliran udara dan kadar air. Proses selanjutnya yang dilakukan adalah: a. Membuat grafik perubahan suhu terhadap waktu pada tiap pengeringan. b. Membuat grafik perubahan kecepatan aliran udara terhadap waktu pada tiap pengeringan. c. Menghitung kadar air sebelum pengeringan dan setelah pengeringan d. Melakukan uji kualitas hasil pengeringan di laboratorium meliputi tingkat kekeringan, warna, elastisitas. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Suhu Pengeringan Pola suhu pengeringan pada kedua proses pengeringan dapat dilihat di Gambar 3. Proses pengeringan dengan menggunakan panas matahari, pengambilan data dilakukan selama 300 menit, dengan kisaran suhu pengeringan 30 64 C. Sedangkan suhu pengeringan menggunakan pengovenan dilakukan selama 40 menit, dengan kisaran suhu pengeringan 25 31 C. Gambar 3: (a) Pengeringan Menggunakan Matahari (b) Pengeringan Menggunakan Oven Berdasarkan pada Gambar 3 dapat dijelaskan semakin lama intensitas pengeringan akan mengakibatkan distribusi suhu yang didapat tembakau rajangan meningkat. Semakin besar suhu maka semakin cepat proses pengeringan. Semakin tinggi suhu udara panas semakin besar pula energi panas yang dibawa yang menyebabkan perbedaan medium pemanas dan bahan yang akan dikeringkan semakin besar. Pada Gambar 3 menunjukkan bahwa distribusi suhu kurang merata pada pengeringan menggunakan panas matahari dikarenakan terdapat daerah dingin yang disebabkan oleh hembusan angin dibagian titik titik hamparan daun rajangan sehingga perlu pemerataan pemanasan matahari dan pembolak balikan daun tembakau rajangan sehingga kering yang didapat merata. Sedangkan pada pengeringan menggunakan oven distribusi suhu menyebar dengan baik kecuali di bagian ujung ujung atau sudut ruang pengering dikarenakan udara panas yang dikeluarkan sumber pemanas bergerak dari bawah ke atas melewati rak 3, rak 2, dan rak 1 dan dibiarkan keluar dari ruang pengering (oven) melalui cerobong asap. Rak paling bawah yaitu rak FEL-25

ke 3 mendapatkan udara panas lebih besar dibandingkan dengan rak lainnya sehingga suhu yang didapatkan pada rak ini tertinggi. 2. Kecepatan Aliran Udara Pengukuran kecepatan aliran udara pada proses pengeringan menggunakan panas matahari dan pengovenan pada Gambar 4. Kecepatan aliran udara pada pengeringan panas matahari sebesar 0,1 0,8 m/s. Sementara pada proses pengovenan dicapai sebesar 0,5 0,9 m/s. Gambar 4: (a) Kecepatan Aliran Udara Pada Pengeringan Menggunakan Matahari (b) Kecepatan Aliran Udara Pada Pengeringan Menggunakan Oven Kecepatan aliran udara yang mengalir pada kedua pengeringan baik yang menggunakan panas matahari dan pengovenan tidak sama tiap menitnya, ini dikarenakan udara yang mengalir secara bebas dan acak dan tidak terkungkung pada bahan pengering yang menggunakan panas matahari. Sedangkan pengeringan menggunakan oven aliran udara juga bebas bergerak dari bawah ke atas dan tidak terperangkap di dalam ruang pengeringan. Adanya aliran udara berfungsi agar mempercepat pengeringan tetapi tidak langsung menggosongkkan bahan yang dikeringkan. 3. Penurunan Kadar Air Fluktuasi penurunan kadar air selama pengeringan pada kedua proses tersebut disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan data pengukuran, laju penurunan kadar air pada proses pengeringan menggunakan panas matahari selama 300 menit sebesar 80 90 %. Sedangkan persentase penurunan kadar air pada pengeringan oven sebesar 52 69 %. Kadar Air Widig kayu Tabel 1. Persentase Penurunan Kadar Air. Persentase Penurunan yang Dicapai (%) 80-90 Persentase Penurunan Tertinggi (%) di Tatanan Persentase Penurunan Terendah (%) di Tatanan (matahari) Rak 1 (oven) 61,5 69 b (69) c (61,5) Rak 2 (oven) 57 68 a (68) e (57) Rak 3 (oven) 52 57 c (57) d (52) FEL-26

Semakin lama waktu yang dilakukan untuk melakukan pengeringan maka kadar air yang terkandung didalam bahan semakin sedikit. Menurut Tanjung (2007) penurunan kada air erat kaitannya dengan penurunan massa bahan, karena air yang menguap dari bahan yang dikeringkan dapat dlihat dari turunnya massa bahan. Santoso (2001) mengungkapkan tembakau rajangan dinilai baik jika tembakau kering maksimal sebesar 12 %, cukup jika kadar air tembakau kering maksimal 13 %, sedang jika kadar air tembakau rajangan kering maksimal 14 %, dan kurang baik jika kadar air tembakau rajang kering diperkirakan lebih dari 14 %. 4. Uji Mutu Hasil uji kualitas mutu kedua pengeringan sesui pada Gambar 6. Uji mutu hasil pengeringan ini dilakukan di UPT Pengujian Sertifikasi Mutu Barang Lembaga Tembakau Surabaya. Hasil pengeringan menggunakan panas matahari didapatkan tingkat kekeringan sebesar 15 %, warna coklat kusam, dan elastisitas agak supel. Sedangkan pengeringan dengan menggunakan sistem oven didapatkan tingkat kekeringan sebesar 11 %, warna hijau kecoklatan, dan elastisitas agak supel. Gambar 5: (a) Uji Mutu Tembakau Rajangan Menggunakan Panas Matahari Sesuai SNI 01-3942-1995 (b) Uji Mutu Tembakau Rajangan Menggunakan Oven Sesuai SNI 01-3942-1995 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa suhu pengeringan dan lama pengeringan merupakan faktor utama dalam melakukan proses pengeringan. Suhu pengeringan dengan menggunakan panas matahari selama 300 menit sebesar 30 64 C dengan kecepatan aliran udara sebesar 0,1 0,8 m/s dan penurunan kadar air sebesar 80 90 %. Sedangkan suhu pengeringan menggunakan sistem pengovenan selama 40 menit sebesar 25 31 C dengan kecepatan aliran udara sebesar 0,5 0,9 m/s FEL-27

dan penurunan kadar air sebesar 52 69 %. Hasil uji mutu tembakau rajangan Madura didapatkan hasil pengeringan menggunakan panas matahari tingkat kekeringan sebesar 15 %, warna coklat kusam, dan elastisitas agak supel. Sedangkan pengeringan dengan menggunakan sistem oven didapatkan tingkat kekeringan sebesar 11 %, warna hijau kecoklatan, dan elastisitas agak supel. DAFTAR RUJUKAN Brooker, D. B., F. W. Bakker-Arkema and C. W. Hall., 1974, Drying Cereal Grains, Avi Publ, Co, Westport. Henderson, SW. dan R.L. Perry., 1982, Agricultural Process Engineering 3 rd Ed. Avi Publ.Co.Inc. Westport, Conecticut. Himawanto, Dwi Aries dan Muhammad Nadjib., 2013, Pengeringan Tembakau dengan Sistem Hybrid, Jurnal Ilmiah Semesta Teknika, Vol.16, No.1, hal.1-9. Ridhuan, Kms., 2011, Karakteristik Alat Pengering Padi Skala Lab dengan Menggunakan Bahan Bakar Sekam Padi, Jurnal Mechanical, Volume 2 No. 1. Santoso, Thomas., 2001, Tata Niaga Tembakau Madura, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 3 No. 2: 96-105. Taib, G., Said, dan S. Wiraatmadja., 1987, Operasi Pengeringan Pada Pengolahan Hasil Pertanian. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. Tirtosastro, Samsuri., 2011, Upaya Menekan Bahan Berbahaya Pada Tembakau Virginia Melalui Teknologi Pengovenan Berbasis Energi Alternatif, Pengembangan Inovasi Pertanian, Vol 4, hal 247-261. FEL-28