BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan merupakan persoalan yang sangat serius yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan

BAB I DESKRIPSI KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. Sragen yang telah berhasil mewujudkan sekolah adiwiyata dengan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. (makhluk hidup) dan abiotik (makhluk tak hidup). Kedua komponen itu akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA DALAM MEMBUAT PRODUK DAUR ULANG SAMPAH DI KELURAHAN BALEARJOSARI

BAB I PENDAHULUAN. Kebersihan lingkungan merupakan salah satu hal yang sangat penting

KUISIONER FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUNG APUNG RT10/01 KELURAHAN KAPUK JAKARTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang

BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Oleh : Made Surya Diatmika I Nyoman Suyatna Kadek Sarna Program Kekhususan Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Rotari, 2016

APLIKASI PEMBELAJARAN BERBASIS LEARNSCAPE

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan. Banyak terjadi penurunan kualitas lingkungan, baik yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah sampah perkotaan merupakan masalah yang selalu hangat diperbincangkan baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sampah merupakan suatu sisa-sisa benda yang tidak diinginkan setelah berakhirnya

REVIEW DAN ANALISIS JURNAL INOVASI KOTA SUKABUMI DALAM MENGINTEGRASIKAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN AGRIBISNIS

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU UNTUK MENINGKATKAN NILAI EKONOMI BAGI MASYARAKAT DI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan sebagai bentuk kebersamaan antara dunia pendidikan dan

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

2015 STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN PARTISIPATIF DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI DAN PERILAKU WARGA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

VII. PEMBAHASAN UMUM 7.1. Visi Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tahun 2012 memiliki total jumlah penduduk sebesar jiwa (BPS, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian simpulan dapat dibagi dua yaitu :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fisabil Yusuf P., 2015

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

BUPATI SEMARANG TANGGAL 21 PEBRUARI 2016 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. sampah yaitu dari paradigma kumpul angkut buang menjadi pengolahan yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan responden pemukiman elite

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI Revolusi Mental adalah Gerakan untuk rnengubah cara pikir, cara kerja, cara hidup dan sikap serta perilaku

Pengembangan Pembelajaran PKN di SD. Wuri Wuryandani, M.Pd. Universitas Negeri Yogyakarta 12 November 2009

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

Bab I PENDAHULUAN Latar Belakang

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah di Provinsi DKI Jakarta Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas Adat Terpencil (KAT) sebagai bagian dari penduduk. Indonesia merupakan lapisan paling bawah dalam struktur dan

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Isu tentang lingkungan hidup merupakan salah satu perhatian utama dunia

ADLN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. 13 tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan reduce, reuse, dan recycle melalui

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Penelitian dan pengembangan model pembelajaran ini telah mencapai

Project Luar Kelas CBDC TFI. Character Building Kewarganegaraan MELAKUKAN KEGIATAN KEGIATAN KEMANUSIAAN. Judul Project

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN POTENSI PARIWISATA DI DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MENGOPTIMALKAN LAYANAN PENDIDIKAN BAGI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSIF

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa

BAB I. PENDAHULUAN. ditengarai dengan perilaku guru dan murid sekolah yang tidak berwawasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lingkungan hidup tidak dapat terlepas dari aktivitas berbagai makhluk hidup

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dari semua

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bab V ini dikemukakan simpulan dan saran-saran yang didasarkan

PELAKSANAAN KEGIATAN PENGHIJAUAN UNTUK MENINGKATKAN KEPEDULIAN SISWA TERHADAP LINGKUNGAN DI SDN 112 PEKANBARU

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Emi Marini,2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dan meningkatnya kegiatan pembangunan (Thrihadiningrum, 2010).

Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

ABSTRAK. Kata Kunci : Kabupaten Tabanan, Peran serta masyarakat, pengelolaan sampah, TPS 3R

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dapat ditingkatkan kalau kemiskinan dapat dikurangi. Permasalahan

Transkripsi:

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Bagian ini adalah bagian penutup yang menguraikan tiga hal pokok seperti simpulan, implikasi dan rekomendasi, dengan uraian sebagai berikut. 5.1 Simpulan Model pendidikan nilai berbasis komunitas merupakan sebuah implementasi dari teori Moral Emile Drukheim, yang berusaha mengembangkan kapasitas individu menjadi individu yang sesuai dengan harapan masyarakat. Berdasarkan temuan dan pembahasan penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 5.1.1 Simpulan Umum Model pendidikan nilai berbasis komunitas merupakan sebuah model pendidikan yang dilaksanakan pada lembaga pendidikan formal, dengan mengadopsi nilai-nilai komunitas. Nilai tersebut merupakan pengembangan dari prinsip 3R (reuse, reduce dan recycle), yang dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan program pendidikan di SD untuk mengembangkan karakter peduli lingkungan. Adapun proses pengembangan nilainya dilaksanakan dengan proses intervensi dan habituasi melalui pembelajaran agama Hindu di kelas, tugas kokurikuler yang dipandu dalam lembar kegiatan jana kertih pariksha, ektrakurikuler klub daur ulang, pengembangan iklim sekolah dengan pengembangan kondisi sekolah yang peduli lingkungan, serta meningkatkan peran teman sebaya melalui komunitas menabung. Model ini dilaksanakan dengan mengefektifkan peran dan kerjasama sekolah dan keluarga sebagai institusi terkecil dari masyarakat. Pelaksanaan model mengikuti delapan tahap yakni (1) Usaha Penyamaan Persepsi Dalam Usaha Pengembangan Karakter Peduli Lingkungan Di Sekolah, (2) usaha pencarian informasi sikap peduli ingkungan orang tua siswa, (3) parenting 286

287 session, (4) pertemuan kepala kelurahan, komunitas bank sampah dengan seluruh siswa, (5) kegiatan pembelajaran agama hindu di kelas sebagai sumber nilai peduli lingkungan, (6) Klub Daur Ulang, (7) komunitas menabung (8) tahap usaha pencarian informasi peduli lingkungan pada siswa (post-test). 5.1.2 Simpulan Khusus Berdasarkan hasil temuan dapat diambil beberapa kesimpulan khusus dengan uraian sebagai berikut: 1. Masyarakat Padangsambian merupakan masyarakat peralihan dari masyarakat agraris tradisional ke masyarakat modern/masyarakat industri pariwisata. Sebagai masyarakat modern yang baru, masyarakat Padangsambian sangat cepat menerima perubahan, hal ini dapat dilihat dari perilaku yang konsumtif. Tingginya konsumsi masyarakat berakibat pada tingginya produksi sampah yang dihasilkan, dan cara masyarakat mengelola sampah masih sama dengan cara yang dilakukan ketika masyarakat tersebut masih menjadi masyarakat agraris. Pada kenyataannya, jenis sampah yang dihasilkan sudah berbeda, bukan lagi sampah organik tapi sampah non organik yang tidak ramah lingkungan. Masyarakat tidak atau kurang mengetahui bahaya sampah tersebut terhadap lingkungan. Kondisi ini dalam pandangan Durkheim disebut dengan anomie yaitu keadaan dimana individu kehilangan pegangan apapun dalam menjalani kehidupannya pada masyarakat. Dampak dari perubahan masyarakat ini tidak diantisipasi dengan baik, pergeseran nilai yang terjadi tidak dipandang sebagai sebuah masalah yang harus ditangani. Terdapat anggapan bahwa secara perlahan masyarakat akan mampu beradaptasi terhadap nilai-nilai yang baru. Faktanya, masyarakat membutuhkan sebuah kondisi yang menyediakan atau mensosialisasikan usaha dalam menghadapi dampak modernitas yang demikian cepat. Idealnya, sekolah bisa mengambil posisi sebagai lembaga yang mentransmisi dan mentransformasi nilai-nilai budaya yang baru melalui pembelajaran di sekolah.. Usaha untuk mengendalikan perilaku masyarakat agar lebih peduli

288 kepada lingkungan sudah dilaksanakan. Usaha tersebut nampak dari regulasi hukum adat dan pemerintahan. Strategi pengembangan nilai peduli lingkungan melalui peran Kepala Kelurahan dalam memberikan penyuluhan sebagai usaha mentransformasikan nilai kurang memenuhi harapan. Untuk itu diperlukan pengembangan peran keluarga yang mengadopsi nilai komunitas Bank Sampah melalui strategi yang berbeda. Meningkatkan peran keluarga dapat dilakukan dengan pengembangan model yang mengadopsi pendekatan interventif sekolah dan keluarga dalam proses pendidikan di sekolah. 2. Kondisi objektif pendidikan nilai dalam mengembangkan karakter peduli lingkungan di Sekolah Dasar pada Kelurahan Padangsambian mengacu pada Grand Desain Pengembangan Karakter Kemendiknas 2010. Namun pada implementasinya di lapangan, hanya dilakukan melalui enkulturasi nilai pada mata pelajaran tematik di kelas. Tidak nampak ada penguatan melalui iklim sekolah serta belum ada peran keluarga dan masyarakat dalam proses pengembangan tersebut. Berdasarkan kondisi objektif tersebut di atas, maka dikembangkan model pendidikan nilai yang berbasis nilai reuse, reduce dan recycle. Model ini dinamakan model pendidikan nilai berbasis komunitas (MPNBK) yang disusun untuk pengembangan karakter peduli lingkungan pada siswa SD di Kelurahan Padangsambian. Prinsip atau nilai tersebut diimplementasikan pada pembelajaran agama Hindu, ektrakurikuler, kokurikuler, iklim sekolah, interaksi teman sebaya melalui pendekatan proses habituasi dan intervensi. 3. Model Pendidikan Nilai Berbasis Komunitas terbukti efektif mengembangkan karakter peduli lingkungan pada siswa Sekolah Dasar di Kelurahan Padangsambian, efektifitas ini dibuktikan melalui dua kali uji coba hasil uji coba pertama menunjukkan nilai Sig. (2-tailed) sejumlah 0,00 < 0,05, artinya terdapat perbedaan rata-rata antara kelas kontrol dan kelas ekperimen dengan selisih 17,073 dimana rata-rata kelas ekperimen lebih besar dari kelas control. Hasil uji coba kedua menunjukkan nilai Sig. (2-tailed) sejumlah 0,00 < 0,05, artinya terdapat perbedaan rata-rata antara kelas kontrol dan kelas ekperimen

289 dengan selisih 14, 064 dimana rata-rata kelas ekperimen lebih besar dari kelas control. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Model Pendidikan Nilai Berbasis Komunitas (PMNBK) dapat mengembangkan karakter peduli lingkungan siswa SD di Kelurahan Padangsambian. Berdasarkan uraian kesimpulan di atas, maka diuraikan dalil penelitian yang berbentuk proposisi dengan hasil sebagai berikut: 1. Pengembangan karakter siswa melalui proses intervensi sangat tepat dilakukan pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar. 2. Integrasi prinsip reuse, reduce dan recycle tepat dipergunakan dalam pengembangan karakter peduli lingkungan siswa Sekolah Dasar. 3. Pengembangan program pendidikan karakter perlu memperhatikan nilai-nilai yang berkembang agar memiliki nilai aksiologi pada masyarakat. 4. Keberhasilan dalam pengembangan karakter peduli lingkungan pada siswa, tergantung pada strategi penerapan proses intervensi dan habituasi secara bersama-sama, sistematik dan berkelanjutan dalam tiga lingkungan pendidikan. 5. Proses habituasi dan intervensi pengembangan karakter peduli lingkungan didasarkan pada pengembangan moral knowing, moral feeling dan moral acting. 6. Usaha mewujudkan perilaku moral memerlukan kegiatan penyadaran melalui kegiatan refkelsi dan observasi. 7. Perasaan moral baru berkembang ketika siswa sudah mengetahui dampak dan manfaat dari tindakan moral yang telah dilakukan. 8. Pemberian pengalaman langsung membantu siswa berpikir kritis, dan mendorong kemampuan siswa untuk mengupayakan solusi atas masalah yang terjadi. 9. Kecerdasan dan kepekaan pemimpin menduduki posisi terpenting dalam mengkondisikan prinsip 3 R dari hidden curricullum untuk mewujudkan iklim sekolah yang bernilai atau berkarakter peduli lingkungan.

290 10. Tinggi rendahnya tingkat partisipasi siswa sangat tergantung pada kondisi atau latar belakang sosial keluarga. 11. Konsep ajaran Tri Kaya Parisudha merupakan tiga wilayah karakter dalam ajaran Agama Hindu. 12. Konsep jana kertih merupakan konsep manusia paripurna sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan menurut perspektif Hindu. 5.2 Implikasi Konsekuensi logis dari penelitian adalah bentuk dari implikasi yang dihasilkan dari penelitian yang dilakukan. Dalam pengembangan model pendidikan nilai berbasis komunitas untuk mengembangkan karakter peduli lingkungan bagi siswa SD (Studi di Kelurahan Padangsambian) beberapa implikasi dengan penjabaran sebagai berikut: 1. Model pendidikan nilai berbasis komunitas terbukti efektif untuk mengembangkan karakter peduli lingkungan bagi Siswa Sekolah Dasar. Dalam pengembangan model ini siswa diajak terjun kepada pemecahan masalah yang terjadi dalam masyarakat, sehingga hal ini akan mengembangkan potensi karakter ke arah yang positif. Dalam implementasi MPNBK ini, siswa memperoleh nilai positif melalui paradigma berpikir logis dan empiris, yang berupaya mengungkapkan kebenaran teoritik melalui cara berpikir ilmiah. 2. Model pendidikan nilai berbasis komunitas memenuhi desain pengembangan pendidikan nilai melalui pendekatan hidden curriculum dengan prinsip 3 R (rule, regulation, routinities). Aturan/rule dibuat mengenai upaya pengendalian kebersihan lingkungan dengen memberikan hukuman ataupun hadiah kepada siswa yang membuang sampah sembarangan, serta siswa yang berhasil memiliki saldo tabungan sampah yang paling tinggi. Pengaturan (regulation) merupakan pengkondisian lingkungan sekolah dan kelas, serta sarana pendukung lainnya agar terciptanya kondisi sekolah yang peduli lingkungan, seperti pengaturan tempat sampah berdasarkan jenisnya,

291 pengaturan kunjungan lapangan, pengaturan penguatan nilai peduli lingkungan melalui klub daur ulang serta pengaturan kelompok dalam kegiatan menabung sampah dan sebagainya. Routinities, merupakan usaha menciptakan sebuah kegiatan yang bersfat kontinu yang bertujuan untuk menciptakan sebuah kebiasaan positif berkaitan dengan pengembangan karakter yang ingin dikembangkan, dalam hal ini adalah karakter peduli lingkungan. Usaha membiasakan siswa memungut sampah dilakukan dengan pengembangan komunitas menabung, serta pengembangan klub daur ulang sebagai media untuk membiasakan anak mengelola dan mencintai sampah sebagai benda yang memiliki nilai aksiologi. 3. Model pendidikan nilai berbasis komunitas untuk mengembangkan karakter peduli lingkungan pada siswa SD merupakan sebuah usaha membantu sekolah dalam menciptakan sekolah yang bersih dan mengembangkan siswa agar senantiasa peduli dan mencintai lingkungannya. 4. Model pendidikan nilai berbasis komunitas untuk mengembangkan karakter peduli lingkungan merupakan salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh sekolah dalam usaha mewujudkan salah satu program pemerintah sebagai sekolah adiwiyata. 5. Model pendidikan nilai berbasis komunitas merupakan sebuah model pendidikan dalam mengembagkan karakter yang bisa dijadikan sebagai sebuah strategi oleh sekolah dalam meningkatkan peran serta serta keluarga dan masyarakat dalam proses pendidikan di sekolah. 5.3 Rekomendasi Rekomendasi diperoleh dari hasil kajian empirik implementasi model yang terbukti efektif dalam mengembangkan karakter peduli lingkungan pada siswa SD. Rekomendasi ini ditujukan kepada pihak yang berkepentingan dalam pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan, khususnya pendidikan yang diselenggarakan pada lembaga pendidikan formal.

292 1. Kepada Kepala SD di Kelurahan Padangsambian, MPNBK dapat ditindak lanjuti dalam usaha pengembangan karakter peduli lingkungan di sekolah. 2. Kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota Denpasar, MPNBK ini dapat dipergunakan pada jenjang dan tingkat pendidikan yang berbeda di lembaga pendidikan formal. 3. Untuk peneliti selanjutnya, potensi untuk mengembangkan MPNBK sangat memungkinkan, mengingat setiap daerah memiliki keunikan tersendiri. Instrument penelitian dapat dikembangkan menjadi lebih baik, dengan indikator yang lebih kompleks, sesuai dengan kebutuhan atau tujuan dari pengembangan model yang diinginkan