ABSTRACT ANALYSIS OF THE POTENTIAL OF PALM SHELL WASTE WHEN USED AS ACTIVED CHARCOAL IN RIAU PROVINCE BY : EDWARD SITINDAON

dokumen-dokumen yang mirip
POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT 1 Oleh: Almasdi Syahza Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Lembaga Penelitian Universitas Riau

Disampaikan pada Annual Forum EEP Indonesia 2012 di Provinsi Riau Pekanbaru, Oktober 2012

I. PENDAHULUAN. tersebut merupakan faktor pendukung keberhasilan budidaya sapi Bali (Ni am et

ABSTRACT POTENTIAL OF PALM OIL (CPO) AS BIODIESEL OIL REPLACEMENT ALTERNATIVE SOLAR IN RIAU PROVINCE. YUNI MAYA SARI

I. PENDAHULUAN. meningkat, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia masih sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

RINGKASAN EKSEKUTIF. Tim Peneliti: Almasdi Syahza; Suwondo; Djaimi Bakce; Ferry HC Ernaputra; RM Riadi

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

2015 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN LIMBAH PADAT PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR (LIQUID SMOKE)

BAB I PENDAHULUAN. ditanam di hampir seluruh wilayah Indonesia. Bagian utama dari kelapa sawit yang diolah adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik pada masyarakat di masa mendatang. Pembangunan ekonomi

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

ABSTRACT ANALYSIS OF THE POTENTIAL SOLID WASTE PALM OIL AS ANIMAL FEED CATTLE IN PROVINCE RIAU. by : CATTELYA FLORDELUNA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

II. LINGKUP KEGIATAN PERUSAHAAN DAERAH PENELITIAN...22

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. efesien dan tangguh serta dapat menunjang sektor industri. Kemudian sektor

Keyword : Palm oil, Marketing analysis, Marketing channels, Rantau Baru village of Kerinci district right Pelalawan

dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU

Disajikan dalam Acara Pertemuan Tahunan EEP- Indonesia Tahun 2013, di Hotel Le Meridien Jakarta, 27 November 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Bio Oil Dengan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Melalui Proses Pirolisis Cepat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. karet dunia dengan mengungguli hasil dari negara-negara lain dan negara asal

KEBIJAKAN DAN REALITA PERKEBUNAN DAN INDUSTRI KELAPA SAWIT DI PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

PROPOSAL INVESTASI TRADING TANDAN BUAH SEGAR SAWIT ( TBS ) : KOPERASI AL-ASNHOR SATU NEGERI PEKANBARU : PEKANBARU, RIAU INDONESIA

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desa Pandu Senjaya merupakan wilayah dengan potensi pengembangan

BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit adalah rata rata sebesar 750 kg/ha/tahun. Berarti

226 ZIRAA AH, Volume 32 Nomor 3, Oktober 2011 Halaman ISSN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2012 SEBESAR 4,30 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pemerintah sedang menggalakkan produksi non-migas,

STRATEGI PENANGGULANGAN DAMPAK KEBERADAAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN KAMPAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Disamping itu ada pula para ahli yang berpendapat bahwa kelapa sawit terbentuk pada saat

HASIL SAMPINGAN KELAPA SAWIT HARAPAN BESAR BAGI PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI PROVINSI RIAU

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PEMANFAATAN TEMPURUNG KEMIRI SEBAGAI BAHAN KARBON AKTIF DALAM PENYISIHAN LOGAM BESI (Fe) PADA AIR SUMUR

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG

I. PENDAHULUAN konstribusi yang besar bagi devisa negara, khususnya karena pergeseran pangsa

Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Provinsi Riau

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae).

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit.

PENATAAN KELEMBAGAAN KELAPA SAWIT DALAM UPAYA MEMACU PERCEPATAN EKONOMI DI PEDESAAN 1

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat

Hafnida Hasni Harahap, Usman Malik, Rahmi Dewi

1.000 ha Kelapa Sawit. Karet. tahun

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ( Jamilah, 2009 ). Menurut Direktorat Bina Produksi Kehutanan (2006) bahwa

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

PEMANFAATAN LIMBAH SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DI PROVINSI JAMBI DR. EVI FRIMAWATY

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hampir 100 perusahaan atau pabrik kelapa sawit baik milik

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur

BAB III METODE PENELITIAN

SISTEM INFORMASI BIAYA POKOK UNTUK MEMPRODUKSI CPO DI PKS TANAH PUTIH. Oleh AHMAD FAUZI LUBIS

Standar Pelayanan Minimal

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok, sebagai subyek penelitian, masih dalam masa

Click to edit Master subtitle style

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang.

INOVASI TEKNOLOGI KOMPOS PRODUK SAMPING KELAPA SAWIT

KATA PENGANTAR. Samarinda, Juli 2016 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

Transkripsi:

ABSTRACT ANALYSIS OF THE POTENTIAL OF PALM SHELL WASTE WHEN USED AS ACTIVED CHARCOAL IN RIAU PROVINCE BY : EDWARD SITINDAON Under Guidance : Drs. Hainim Kadir, M.Si and Dra. Hj. Ritayani Iyan, MS This research was held because of the great number of palm shell waste produced in Riau Province that may cause many of environmental damages. This research is aimed to know the potency of palm shell waste as actived charcoal in Riau Province and to reduce the environmental damages because of palm shell waste. The data in this research is secondary data. The method and data analysis were quantitative descriptive by using statistical formula with geometric method. The number of palm shell waste for one ton of fresh fruit bunches (TBS) was 6.5%. if using actived charcoal yield of 80% of the waste palm shell,the actived charcoal productivity in 2006 was 234.619,23 tons. In 2015 productivity of activated charcoal will be increased to 477,237.79 tons. if the price of actived charcoal Rp.4000 per kg, the price for all actived charcoal of the palm shell in Riau Province in 2015 can reach Rp.1,908 trillion. Keywords : Oil palm, Oil palm shell, Actived charcoal PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah salah satu provinsi di Indonesia yang sangat cocok untuk pengembangan pertanian dan perkebunan, karena memiliki lahan yang luas. Tanaman perkebunan yang potensial di Riau dan merupakan produk unggulan ekspor luar negeri, diantaranya adalah kelapa sawit (CPO/Crude Palm Oil), kakao, karet, dan sebagainya. Berdasarkan data dari Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2010, luas areal lahan kelapa sawit di Riau telah mencapai 2.136.110,00 ha, yang mana terdiri dari 1.088.047 ha dikelola oleh perkebunan rakyat, 79.546,00 ha dikelola oleh Perkebunan Nasional, dan 968.517,00 ha dikelola oleh Perkebunan Besar Swasta (PBS). Jumlah luas areal lahan kelapa sawit pada tahun 2010 ini lebih besar dibandingkan tahun 2009 yang hanya mencapai 1.925.341,00 ha. Meningkatnya luas areal lahan kelapa sawit menyebabkan jumlah produksi tandan buah segar (TBS) meningkat dari tahun ke tahun. 1

Berkembangnya perkebunan kelapa sawit mendorong lahirnya industri pengolahan tandan buah segar (TBS) melalui pabrik kelapa sawit. Perkembangan industri pengolahan kelapa sawit melalui PKS tersebut juga menimbulkan dampak negatif akibat limbah padat dan cair yang dihasilkan PKS. Apabila jumlah produksi TBS terus meningkat, maka jumlah limbah yang dihasilkan ikut meningkat. Salah satu limbah padat yang dihasilkan adalah tempurung kelapa sawit. Limbah padat berupa tempurung kelapa sawit jika tidak diolah dapat mencemari lingkungan. Limbah tempurung kelapa sawit dapat dijadikan arang. Selain dimanfaatkan sebagai arang, limbah tempurung kelapa sawit juga dapat dijadikan sebagai arang aktif dengan melalui proses pengaktifan arang dengan menggunakan teknologi. Arang aktif banyak digunakan untuk pemurnian pada industri lain seperti farmasi, kimia dan industri lainnya. Saat ini dapat dilihat meningkatnya industri kimia, farmasi dan lain-lain yang salah satu bahan bakunya adalah arang aktif. Perkembangan industri-industri tersebut adalah sebagian dari akibat semakin bertambahnya jumlah penduduk pada saat ini. Meningkatnya pertambahan penduduk dan industri akan mengakibatkan bertambahnya konsumsi arang aktif dari tahun ke tahun. Saat ini arang aktif telah digunakan secara luas dalam industri kimia, pangan dan farmasi. Umumnya arang aktif digunakan sebagai bahan penjerap dan pemurni (Rachmawati, 2004). 2. Rumusan Masalah Seberapa besar potensi limbah tempurung kelapa sawit jika dijadikan sebagai arang aktif di Provinsi Riau. 3. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya potensi limbah tempurung kelapa sawit jika dijadikan arang aktif. METODE PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian 2

Penelitian ini dilakukan di Provinsi Riau, pemilihan lokasi ini karena provinsi ini adalah salah satu provinsi yang sangat pesat dalam pembangunan perkebunan kelapa sawit dan banyaknya pabrik pengelolaan kelapa sawit yang ada di Provinsi Riau. 2. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, yang bertujuan untuk menggambarkan kepada pembaca dan mengungkapkan suatu keadaan atau masalah, peristiwa mengenai potensi limbah tempurung kelapa sawit di Provinsi Riau. Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini terkonsentrasi pada data sekunder yang berasal dari Dinas Perkebunan Provinsi Riau dan dari telusuran literatur. 3. Analisis Data Data yang dikumpulkan akan digunakan untuk analisis yang akan menggambarkan (deskripsi) pemecahan/jawaban yang diajukan pada rumusan masalah. Akan dilakukan beberapa analisis terhadap : 1. Proyeksi jumlah produksi tandan buah segar (TBS) beberapa tahun ke depan di Provinsi Riau dengan satuan ton. Metode yang digunakan adalah metode matematika, yaitu Metode Geometri (Rahardja, 2004) sebagai berikut : Pt = Po(1+r) n Dimana: Pt = Jumlah Produksi TBS pada tahun ke-t Po = Jumlah Produksi TBS pada tahun awal yang dijadikan tahun dasar perhitungan r = angka pertumbuhan n = selisih antara tahun dasar dengan tahun yang diproyeksikan 2. Potensi bahan baku, yaitu limbah tempurung kelapa sawit. Dilakukan melalui perhitungan persentase potensi limbah tempurung kelapa sawit per ton tandan buah segar (TBS) terhadap jumlah produksi TBS beberapa tahun ke depan di Provinsi Riau. 3

3. Potensi limbah tempurung kelapa sawit sebagai arang aktif. Dilakukan melalui perhitungan persentase rendemen arang aktif terhadap jumlah limbah tempurung kelapa sawit beberapa tahun ke depan di Provinsi Riau. HASIL PENELITIAN 1. Proyeksi Produksi TBS Perkebunan Rakyat di Provinsi Riau Perkebunan rakyat adalah perkebunan yang statusnya adalah milik petani dan pada umumnya dikelola oleh pemilik dan keluarganya. Jumlah produksi TBS dari perkebunan rakyat di Provinsi Riau dapat dilihat dari tabel berikut ini : Tabel 1. Produksi TBS Berdasarkan Perkebunan Rakyat Tahun 2006-2010 (Ton) Kabupaten 2006 2007 2008 2009 2010 Kampar 398.553,00 460.000,39 502.365,89 535.797,00 498.849,00 Rokan Hulu 265.634,20 349.207,23 378.337,23 368.249,00 441.298,00 Pelalawan 144.063,12 15.126,42 166.969,53 175.515,00 184.973,00 Indragiri hulu 143.322,40 156.087,79 173.972,30 174.796,00 175.897,00 Bengkalis 189.697,41 188.016,75 255.514,24 275.687,00 276.487,00 Rokan hilir 152.597,30 163.505,23 267.344,58 384.561,00 418.660,00 Dumai 40.645,20 50.443,00 58.769,95 69.814,00 75.085,00 Siak 254.006,49 301.276,97 291.802,44 300.732,00 391.957,00 Indragiri Hilir 42.656,88 52.355,12 70.464,77 168.521,00 170.537,00 Pekanbaru - 3.836,16 2.049,12 2.527,00 2.689,00 Jumlah 1.631.175,00 1.739.855,06 2.167.590,05 2.466.199,00 2.636.432,00 Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Riau 2006 2010 Total produksi TBS perkebunan rakyat pada tahun 2006 sebesar 1.631.175,00 ton, mengalami kenaikan yang cukup besar pada tahun 2010 yang mencapai 2.636.432,00 ton. Kabupaten Kampar merupakan daerah yang terbanyak memproduksi TBS dari perkebunan rakyat pada tahun 2010 yaitu sebesar 498.849,00 ton, sedangkan 4

daerah yang terkecil memproduksi TBS dari perkebunan rakyat pada tahun 2010 adalah Kota Pekanbaru yang hanya mencapai 2.689,00 ton TBS. Dari data yang ada pada tabel 1 tersebut, maka dapat dihitung berapa besarnya rata-rata angka pertumbuhan produksi TBS dari perkebunan rakyat periode 2006-2010 dengan menggunakan metode geometri. Dari hasil perhitungan, maka diperoleh ratarata angka pertumbuhan produksi TBS perkebunan rakyat di Provinsi Riau setiap tahun adalah 12,74%. Hasil perhitungan proyeksi produksi TBS dari perkebunan rakyat untuk 5 tahun ke depan, dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2 Proyeksi Produksi TBS Perkebunan Rakyat Periode 2011-2015 (Ton) Tahun Produksi TBS Perkebunan Rakyat (Ton) 2006 1.631.175,00 2007 1.739.855,06 2008 2.167.590,05 2009 2.466.199.00 2010 2.636.432,00 2011* 2.972.313,44 2012* 3.350.905,07 2013* 3.778.007,06 2014* 4.259.155,90 2015* 4.801.733,60 Keterangan : (*) = Data Olahan Hasil Proyeksi 2013 Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Riau 2006-2010 2. Proyeksi Produksi TBS Perkebunan Swasta di Provinsi Riau Jumlah produksi TBS dari perkebunan swasta yang ada di Provinsi Riau pada tahun 2006 sebesar 2.571.582,11 ton, mengalami kenaikan pada tahun 2010 yaitu sebesar 3.144.124 ton. Produksi TBS perkebunan swasta di Provinsi Riau dapat dilihat pada tabel berikut ini : 5

Tabel 3 Produksi TBS Berdasarkan Perkebunan Besar Swasta Tahun 2006-2010 (Ton) Tabel produksi TBS Perkebunan Besar Swasta Provinsi Riau Kabupaten 2006 2007 2008 2009 2010 Kampar 480.269,00 487.953,00 662.936,90 510.003 694.618 Rokan Hulu 436.275,63 467.785,05 406.251,50 406.252 407.361 Pelalawan 462.956,86 7.710,33 453.155,66 464.094 463.224 Indragiri hulu 164.923,00 182.903,52 186.303,06 186.845 189.780 Kuansing 171.425,12 230.196,06 221.131,68 228.393 230.917 Bengkalis 34.702,92 35.608,14 144.125,18 159.434 159.201 Rokan hilir 251.667,50 251.322,36 270.017,31 299.679 348.918 Siak 278,730,23 278.730,23 278.730,23 275.878 273.913 Indragiri Hilir 290.631,85 320.621,69 378.412,69 378.413 348.374 Pekanbaru - 4.669,00 27.944,54 27.547 27.818 Jumlah 2.571.582,11 2.267.499,38 3.029.008,75 2.936.537 3.144.124 Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Riau 2006 2010 Berdasarkan tabel diatas, Kabupaten Kampar merupakan daerah terbesar produksi TBS dari perkebunan swasta pada tahun 2010 yaitu sebesar 694.618 ton, kemudian disusul oleh Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Rokan Hulu yang masingmasing memproduksi TBS sebesar 463.224 ton dan 407.361 ton. Sementara daerah terkecil produksi TBS perkebunan swasta tahun 2010 adalah Kota Pekanbaru yang produksi TBSnya hanya sebesar 27.818 ton. Dari data yang pada tabel 3 di atas, maka dapat dihitung besarnya angka pertumbuhan produksi TBS perkebunan besar swasta di Provinsi Riau dari tahun 2006 hingga 2010 dengan menggunakan metode geometri. Dari hasil perhitungan, maka diperoleh rata-rata angka pertumbuhan produksi TBS perkebunan besar swasta di Provinsi Riau setiap tahun adalah 5,15%. Hasil perhitungan proyeksi produksi TBS perkebunan besar swasta untuk 5 tahun ke depan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : 6

Tabel 4 Proyeksi Produksi TBS Perkebunan Besar Swasta Periode 2011-2015 (Ton) Tahun Produksi TBS Perkebunan Besar Swasta (Ton) 2006 2.571.582,11 2007 2.267.499,38 2008 3.029.008,75 2009 2.936.537,00 2010 3.144.124,00 2011* 3.306.046,39 2012* 3.476.457,91 2013* 3.655.358,56 2014* 3.843.691,59 2015* 4.041.456,99 Keterangan : (*) = Data Olahan Hasil Proyeksi 2013 Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Riau 2006-2010 3. Proyeksi Produksi TBS Perkebunan Nasional di Provinsi Riau Produksi TBS yang dihasilkan dari perkebunan nasional dari tahun 2006 hingga 2010 dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5 Produksi TBS PTPN Tahun 2006-2010 (Ton) Tabel produksi TBS Perkebunan Nasional Provinsi Riau Kabupaten 2006 2007 2008 2009 2010 Kampar 138.646,00 144.804,00 144.804,00 89.124,00 80.477,00 Rokan Hulu 81.618,86 90.432,37 99.256,98 141.574,00 140.382,00 Indragiri hulu 10.179,00 26.624,00 22.528,00 26.443,00 23.436,00 Rokan hilir 37.575,56 37.697,22 51.561,47 31.678,00 30.066,00 Siak 41.131,77 41.131,77 41.131,77 40.999,00 38.157,00 Kuansing - - 7.835,60 7.910,00 7.600,00 Jumlah 309.151,19 340.689,36 367.117,82 337.727,00 320.118,00 Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Riau 2006 2010 7

Produksi TBS yang dihasilkan dari perkebunan nasional (PTPN) di Provinsi Riau pada tahun 2010 adalah sebesar 320.118,00 ton, lebih besar dibandingkan produksi TBS perkebunan nasional pada tahun 2006 yaitu sebesar 309.151,19 ton. Berdasarkan data pada tabel 5 di atas, maka dapat dihitung besarnya angka pertumbuhan produksi TBS perkebunan nasional di Provinsi Riau dari tahun 2006 hingga 2010 dengan menggunakan metode geometri. Dari hasil perhitungan, maka diperoleh rata-rata angka pertumbuhan produksi TBS perkebunan besar swasta di Provinsi Riau setiap tahun adalah 0,88%. Hasil perhitungan proyeksi produksi TBS perkebunan nasional untuk 5 tahun ke depan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 6 Proyeksi Produksi TBS Perkebunan Nasional Periode 2011-2015 (Ton) Tahun Produksi TBS Perkebunan Nasional (Ton) 2006 309.151,19 2007 340.689,36 2008 367.117,82 2009 337.727,00 2010 320.118,00 2011 322.935,04 2012 325.784,09 2013 328.633,14 2014 331.546,21 2015 334.459,29 Keterangan : (*) = Data hasil Olahan Proyeksi 2013 Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Riau 2006-2010 4. Jumlah Limbah Tempurung Kelapa Sawit di Provinsi Riau Berdasarkan perhitungan proyeksi produksi TBS perkebunan rakyat, perkebunan swasta besar, perkebunan nasional yang ada di Provinsi Riau, maka dapat dihitung total produksi TBS yang ada di Provinsi Riau untuk 5 tahun ke depan. Total produksi TBS di Provinsi Riau dapat dilihat pada tabel di bawah ini : 8

Tabel 7 Total Produksi TBS Provinsi Riau 2006-2015 (Ton) Tahun Produksi TBS Total Produksi TBS Perkebunan Perkebunan Besar Perkebunan Provinsi Riau Rakyat Swasta Nasional 2006 1.631.175,00 2.571.582,11 309.151,19 4.511.908,30 2007 1.739.855,06 2.267.499,38 340.689,36 4.348.043,80 2008 2.167.590,05 3.029.008,75 367.117,82 5.563.716,62 2009 2.466.199,00 2.936.537,00 337.727,00 5.740.463,00 2010 2.636.432,00 3.144.124,00 320.118,00 6.100.674,00 2011* 2.972.313,44 3.306.046,39 322.935,04 6.601.294,87 2012* 3.350.905,07 3.476.457,91 325.784,09 7.153.147,07 2013* 3.778.007,06 3.655.358,56 328.633,14 7.761.998,76 2014* 4.259.155,90 3.843.691,59 331.546,21 8.434.393,70 2015* 4.801.733,60 4.041.456,99 334.459,29 9.177.649,88 Keterangan : (*) = Data Olahan Hasil Proyeksi Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Riau 2006-2010 Berdasarkan data pada tabel 7 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan produksi TBS yang cukup besar dari tahun 2006 hingga 2015. Pada tahun 2006 total produksi TBS di Provinsi Riau sebesar 4.511.908,30 ton dan diprediksi akan mengalami kenaikan pada tahun 2015 menjadi 9.177.649,88 ton. Setelah dilakukan perhitungan total produksi TBS di Provinsi Riau, maka dapat dihitung berapa besar limbah tempurung kelapa sawit yang ada di Provinsi Riau dari tahun 2006 hingga 2015. Perhitungan berapa besar limbah tempurung kelapa sawit di Provinsi Riau berguna untuk mengetahui berapa banyak bahan baku untuk pembuatan arang aktif. Menurut Singh et al, dalam Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian (2006:13) persentase limbah tempurung kelapa sawit terhadap TBS sekitar 6,5%. Perhitungan banyaknya limbah tempurung kelapa sawit yang ada di Provinsi Riau dilakukan dengan mengalikan total produksi TBS setiap tahunnya dengan besarnya persentase limbah tempurung kelapa sawit per TBS, yaitu 6,5% dari TBS. Hasil perhitungan berapa besar limbah tempurung kelapa sawit yang ada di Provinsi Riau dari tahun 2006 hingga 2015 dapat dilihat pada tabel berikut : 9

Tabel 8 Produksi Limbah Tempurung Kelapa Sawit di Provinsi Riau Tahun 2006-2015 (Ton) Tahun Jumlah Produksi TBS Provinsi Riau Jumlah Limbah Tempurung Kelapa Sawit (Ton) 2006 4.511.908,30 293.274,04 2007 4.348.043,80 282.622.85 2008 5.563.716,62 361.641,58 2009 5.740.463,00 373.130,10 2010 6.100.674,00 396.543,81 2011 6.601.294,87 429.084,17 2012 7.153.147,07 464.954,56 2013 7.761.998,76 504.529,92 2014 8.434.393,70 548.235,59 2015 9.177.649,88 596.547,24 Sumber : Data Olahan Tahun 2013 Berdasarkan data pada tabel di atas, jumlah limbah tempurung kelapa sawit di Provinsi Riau mengalami peningkatan setiap tahun, hal ini disebabkan oleh jumlah produksi TBS di Provinsi Riau yang juga semakin meningkat setiap tahunnya. Produksi limbah tempurung kelapa sawit hanya menurun pada tahun 2007 seiring turunnya produksi TBS dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2006. Pada tahun 2015 jumlah limbah tempurung kelapa sawit di Provinsi Riau diprediksi mencapai 596.547,24 ton. Jumlah limbah tempurung kelapa sawit ini meningkat dari tahun 2006 yang hanya sebesar 293.274,04 ton dan pada tahun 2010 sebesar 396.543,81 ton. Peningkatan limbah tempurung kelapa sawit tersebut harus diatasi agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan dengan cara mengolah limbah tempurung kelapa sawit tersebut. 5. Jumlah Arang Aktif dari Tempurung Kelapa Sawit di Provinsi Riau Pengolahan limbah tempurung kelapa sawit sebagai arang aktif merupakan salah satu inovasi yang didasarkan atas konsep Zero Emissions. Prinsip konsep ini adalah menghilangkan produk sampah seminimal mungkin dengan mendaur ulangnya kembali menjadi produk yang berguna dan dapat dimanfaatkan kembali. 10

Dari beberapa proses pembuatan arang aktif tersebut akan diperoleh rendemen arang aktif. Rendemen adalah perbandingan antara bobot arang aktif yang telah dilakukan aktivasi dan bahan baku tempurung kelapa sawit. Menurut Hendra (2006:2) arang aktif yang dibuat dari bahan baku tempurung kelapa sawit pada suhu 650ºC dengan konsentrasi H 3 PO 4 7,5% menghasilkan rendemen arang aktif sebesar 80%. Dengan rendemen arang aktif sebesar 80% tersebut, maka dapat dihitung berapa besar potensi limbah tempurung kelapa sawit jika dijadikan arang aktif di Provinsi Riau setiap tahunnya. Hasil perhitungan jumlah arang aktif yang dapat dihasilkan dari tempurung kelapa sawit di Provinsi Riau dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 9 Jumlah Produksi Arang Aktif di Provinsi Riau Tahun 2006-2015 (Ton) Tahun Jumlah Limbah Tempurung Jumlah Arang aktif Kelapa Sawit (Ton) Rendemen 80% (Ton) 2006 293.274,04 234.619,23 2007 282.622.85 226.098,28 2008 361.641,58 289.313,26 2009 373.130,10 298.504,08 2010 396.543,81 317.235,05 2011 429.084,17 343.267,34 2012 464.954,56 371.963,65 2013 504.529,92 403.623,94 2014 548.235,59 438.588,47 2015 596.547,24 477.237,79 Sumber : Data Olahan Tahun 2013 PEMBAHASAN Luas Areal lahan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau mengalami peningkatan setiap tahun. Peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit ini akan berdampak pada peningkatan jumlah produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Meningkatnya jumlah produksi TBS di Provinsi Riau, akan menyebabkan jumlah limbah kelapa sawit juga meningkat, salah satunya adalah limbah tempurung kelapa sawit. 11

Setiap ton TBS kelapa sawit yang diproduksi akan menghasilkan 6,5% limbah tempurung kelapa sawit. Limbah tempurung kelapa sawit tersebut dapat dimanfaatkan kembali menjadi suatu produk yang lebih berguna dan juga untuk mengurangi pencemaran yang diakibatkan oleh pembuangan dan pembakaran limbah tempurung kelapa sawit tersebut. Menurut Hendra (2006:2) dalam penelitiannya disebutkan bahwa produksi arang aktif dari bahan baku tempurung kelapa sawit akan menghasilkan rendemen sebesar 80%. Dari hasil perhitungan rendemen arang aktif tersebut, maka dapat diketahui seberapa besar potensi arang aktif dari limbah tempurung kelapa sawit di Provinsi Riau setiap tahunnya. Pada tabel 9 dapat dilihat potensi arang aktif dari limbah tempurung kelapa sawit di Provinsi Riau setiap tahun. Pada tahun 2006 besarnya potensi arang aktif yang dapat dihasilkan dari jumlah limbah tempurung kelapa sawit yang ada di Provinsi Riau yaitu sebesar 234.619,23 ton, tahun 2010 sebesar 317.235,05 ton dan diprediksi pada tahun 2015 akan menghasilkan arang aktif sebesar 477.237,79 ton. Harga arang aktif tempurung pada saat ini berkisar antara Rp. 4.000 Rp. 10.000/kg. Apabila harga arang aktif yang digunakan adalah Rp.4000/kg, maka potensi harga jual arang aktif dari limbah tempurung kelapa sawit pada tahun 2006 adalah sebesar Rp. 938,47 M, sedangkan pada tahun 2010 akan berpotensi menghasilkan harga jual sebesar Rp. 1,268 T. Pada tahun 2015 diprediksi bahwa arang aktif dari limbah tempurung kelapa sawit akan berpotensi menghasilkan harga jual sebesar Rp. 1,908 T. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dipaparkan pada keseluruhan bab mengenai Analisis Potensi Limbah Tempurung Kelapa Sawit Jika Dijadikan Sebagai Arang Aktif di Provinsi Riau, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Jumlah limbah tempurung kelapa sawit di Provinsi Riau sangat besar. Pada tahun 2006 jumlah limbah tempurung kelapa sawit yang ada di Provinsi Riau adalah sebesar 293.274,04 ton. Pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 396.543,81 ton atau naik sebesar 35,21% dari tahun 2006. Pada Tahun 2015 diprediksi jumlah 12

limbah tempurung kelapa sawit yang ada di Provinsi Riau akan menjadi 596.547,24 ton. 2. Limbah tempurung kelapa sawit di Provinsi Riau berpotensi untuk dijadikan arang aktif. Pada tahun 2006 potensi arang aktif yang dihasilkan dari seluruh limbah tempurung kelapa sawit di Provinsi Riau adalah sebesar 234.619,23 ton. Pada tahun 2010 potensi arang aktif yang dihasilkan dari limbah tempurung kelapa sawit mengalami kenaikan menjadi 317.235,05 ton dan pada tahun 2015 diprediksi potensi arang aktif yang dihasilkan dari seluruh limbah tempurung kelapa sawit yang ada di Provinsi Riau adalah sebesar 477.237,79 ton. Dengan harga arang aktif sebesar Rp. 4000/kg, arang aktif yang dihasilkan dari limbah tempurung kelapa sawit yang ada di Provinsi Riau pada tahun 2006 akan berpotensi menghasilkan harga jual sebesar Rp. 938,47 M, sedangkan pada tahun 2010 akan memiliki potensi harga jual sebesar Rp. 1,28 T dan pada tahun 2015 diprediksi arang aktif dari seluruh limbah tempurung kelapa sawit yang ada di Provinsi Riau akan menghasilkan potensi harga jual sebesar Rp. 1,908 T. SARAN Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dikemukakan, penulis mencoba mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Diharapkan kepada pemerintah daerah Provinsi Riau untuk menelaah lebih lanjut dan mempraktekkan pengolahan limbah tempurung kelapa sawit ini agar menjadi lebih bermanfaat bagi masyarakat dan mengurangi jumlah limbah di lingkungan masyarakat. 2. Pemerintah pusat diharapkan memberikan penyuluhan melalui lembaga penelitian kepada masyarakat dengan perantara pemerintah daerah kepada petani petani kelapa sawit mengenai pemanfaat limbah tempurung kelapa sawit dan panduan pengolahannya. 3. Penelitian ini berguna bagi pihak lain yang ingin melanjutkan kajian mengenai limbah tempurng kelapa sawit di Provinsi Riau, dikarenakan keterbatasan ruang lingkup pembahasan pada penelitian ini. 13

DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2006-2011. Riau Dalam Angka 2006-2011, Pekanbaru. Dinas Perkebunan Provinsi Riau. 2006-2010. Data Statistik Perkebunan, Pekanbaru. Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian. 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit, Jakarta. Rachmawati, Sonya Dwi. 2004. Pembuatan Arang Aktif Tempurung Kelapa Sawit Untuk Pemurnian Minyak Goreng Bekas. Fakultas Kehutanan IPB, Bogor. Raharja, Prathama. 2004. Dasar-dasar Demografi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. 14