Landasan Teori. Service Excellent

dokumen-dokumen yang mirip
Septiyani Putri Astutik 1) STTKD Yogyakarta. Abstrak

Kata Kunci: penanganan bagasi, kepuasan penumpang eksekutif, maskapai Garuda Indonesia, regresi linear sederhana

Rahimudin STTKD Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tantangan dalam bisnis layanan jasa operasional penerbangan

BAB I PENDAHULUAN. urutan ke-12 di dunia pada tahun 2014 menurut Airport Council International

PENANGANAN PENUMPANG PADA MASA HIGH SEASON PENERBANGAN ROYAL BRUNEI AIRLINES DI X-RAY BOARDING ROOM PT. GAPURA ANGKASA CABANG BANDARA JUANDA-SURABAYA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PELAYANAN DAN PENANGANAN PENUMPANG KHUSUS DI RUANG TUNGGU (BOARDING GATE) PT. GAPURA ANGKASA BANDAR UDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA CENGKARENG

Hardiyana STTKD Yogyakarta

PENANGANAN PENUMPANG WCHR (WHEEL CHAIR) DI PT. GAPURA ANGKASA BANDARA SOEKARNO-HATTA CENGKARENG JAKARTA. Vidyana Mandrawaty STTKD Yogyakarta

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi INTISARI...

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia lebih memilih segala sesuatunya serba instan dan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat dan bervariasi. Hal tersebut nyata dirasakan. dalam dunia penerbangan, baik penerbangan domestik maupun

Tika Furri N.A.S 1) Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Sri Sutarwati 1), Hardiyana 2), Novita Karolina 3) Program Studi D1 Ground Handling Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan 3)

Sri Sutarwati 1), Lusiana Aprilia Dewi 2) Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. cukup pesat dengan banyaknya permintaan penumpang untuk melakukan. suatu perjalanan dengan tujuan bisnis maupun berlibur.

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2,

Muh. Rafdi Samin STTKD Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menjanjikan terutama di Pulau Bali. Karena Pulau Bali di kenal

Nur Makkie Perdana Kusuma 1), Awan 2) Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan. Abstrak

PENGARUH PELAYANAN PETUGAS TICKETING TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PENUMPANG DI PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) TBK CABANG SOLO

1 BAB I PENDAHULUAN. memerlukan transportasi untuk menghubungkan masyarakat disuatu

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tuntutan zaman. Perkembangan ini menyebabkan dunia bisnis mencoba

ANALISIS PENINGKATAN KAPASITAS TERMINAL BANDARA INTERNASIONAL SOEKARNO HATTA DENGAN VARIASI SISTEM PEMROSESAN

PENGARUH WAKTU TUNGGU, HARGA DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PADA MASKAPAI XYZ TERMINAL 1B DI BANDARA SOEKARNO HATTA

PERBEDAAN JUMLAH BAGASI TERTUKAR DENGAN BAGASI RUSAK DI UNIT LOST AND FOUND PT GAPURA ANGKASA BANDAR UDARA INTERNASIONAL ADI SUTJIPTO YOGYAKARTA

Nanik Riananditasari 1), Nindi Yulia 2) Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan. Abstrak

Yune Andryani Pinem 1), Made Yukta Dewanti 2) Program Studi D3 Manajemen Transportasi Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan.

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi global dan teknologi modern memberikan dampak

BAB IV PEMBAHASAN. variabel independen dengan dependen, apakah masing-masing variabel

Sri Sutarwati 1), Surhanudin 2) Program Studi D3 Manajemen Transportasi Udara Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan Yogyakarta

PENGARUH FASILITAS DI RUANG TUNGGU TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PENUMPANG DI BANDARA INTERNASIONAL AHMAD YANI SEMARANG

PENGARUH STRATEGI PEMASARAN B2B (BUSINESS TO BUSINESS) DAN B2C (BUSINESS TO CUSTOMER) TERHADAP CARA PEMBELIAN TIKET PESAWAT DI LINGKUNGAN MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Bandar udara merupakan lapangan terbang yang dipergunakan untuk. tidak dapat di jangkau oleh transportasi darat dan laut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DESKRIPSI MENGENAI KENDALA PELAYANAN DI BOARDING GATE PT. GAPURA ANGKASA BANDARA AHMAD YANI SEMARANG. Indro Lukito STTKD Yogyakarta ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Sejak penemuan roda sampai dengan penerbangan pesawat ulang-alik, daya tarikdan

Lalu Fahmi Yasin 1) Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA A. PENGUJIAN HIPOTESIS

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN. HALAMAN MOTTO. KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI.. viii DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR.

BAB IV ANALISIS DATA. telah ada pada pokok bahsan bab awal. Hipotesa penulis adalah : Komunikasi IAIN Sunan Ampel Surabaya.

KAJIAN WAKTU TEMPUH PERGERAKAN PENUMPANG DAN BAGASI DI TERMINAL KEDATANGAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN MAKASSAR

Revitalisasi adalah suatu proses atau cara dan perbuatan untuk menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya terberdaya sehingga revitalisasi berarti

Yuniar Amalia S Manajemen Ekonomi 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara global akan meningkatkan perjalanan udara sebesar 1 2.5%

BAB I PENDAHULUAN. datang dan berangkat mencapai dan (Buku Statistik

BAB III METODOLOGI. Sumber: UPT Bandar Udara H.AS. Hanandjoeddin, 2014

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara salah satunya ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhannya adalah transportasi udara. Transportasi udara merupakan

ANALISIS PENGARUH KESEJAHTERAAN, LINGKUNGAN KERJA DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN HOTEL MELEAWAI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah mendorong timbulnya persaingan yang sangat kompetitif

BAB IV PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDARA INTERNASIONAL SAM RATULANGI

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. rapi sehingga dapat menunjang kegiatan pariwisawa. Industri yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. implikasikan pada penumpang pesawat udara di Bandara Internasional Adi

PERENCANAAN SISTEM PENANGANAN BAGASI PADA TERMINAL 1B DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DESKRIPTIF PELAYANAN DAN SISTEM INFORMASI PEMESANAN TIKET. Nur Makkie Perdana Kusuma STTKD Yogyakarta ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sarana transportasi yang menunjang proses kehidupan ekonomi

Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Tingkat Harga Terhadap Peningkatan Penjualan Mie Ayam Keriting Permana di Perumahan Harapan Baru 1

JURNAL ILMIAH. TANGGUNG GUGAT MASKAPAI PENERBANGAN TERHADAP BAGASI TERCATAT PADA PENGANGKUTAN UDARA DOMESTIK (Studi di Bandara Internasional Lombok)

PREDIKSI TINGKAT PERTUMBUHAN PENUMPANG DAN EVALUASI PADA BANDAR UDARA INTERNASIONAL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Endang Kusnadi Slamet. STTKD Yogyakarta ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. suatu bukti keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah. Ini juga

BAB I PENDAHULUAN. transportasi sebagai salah satu sarana yang diperlukan dalam efisiensi

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. signifikan di Indonesia. Sejumlah maskapai penerbangan saling. berkompetitif untuk merebut pasar domesitik maupun internasional.

PENGARUH HARGA DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN BUBUR AYAM CIKINI

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya pasar bebas AFTA (Asean Free Trade Area) juga NAFTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. munculnya berbagai jenis industri jasa baru yang disesuaikan dengan kebutuhan,

BAB I PENDAHULUAN. ekstrem dapat dikatakan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan. mengakibatkan kepemilikan apapun (Kotler, 2002:83).

Udin Kurniadi STTKD Yogyakarta ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan transportasi dan teknik perencanaannya mengalami

MANAJEMEN OPERASIONAL DI PELABUHAN NUSANTARA KENDARI THE OPERATIONAL MANAGEMENT IN KENDARI AT NUSANTARA PORT

PENGARUH HARGA DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS MELALUI KEPUASAN WISATAWAN NUSANTARA PADA MASKAPAI LION AIR DI BALI

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI UDARA DAN LAUT PROVINSI BALI FEBRUARI 2014

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP-447 TAHUN 2014 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

BAB III METODE PENELITIAN. laporan keuangan perusahaan transportation services yang terdaftar di Bursa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah singkat PT. Sriwijaya Air Cabang Gorontalo

BAB IV ANALISIS DATA. Sebelum melakukan analisa data, maka data yang diperoleh dari mengenai keluhan dan. Tabel 4.1 Data Keluhan dan Tingkat Hunian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Nasution,2004:47) Parasuraman, et al . (dalam Purnama,2006: 19)

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek penelitian adalah menganilisis pengaruh komponen pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. berlipatnya pertumbuhan maskapai penerbangan yang berkembang sangat cepat

BAB III. Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas terbaik dari beberapa alternatif yang ada (Yang et al., 2009 dikutip dari Al-

HAK PENUMPANG JIKA PESAWAT DELAY

ABSTRAK. Kata-kata Kunci : Penetapan Harga, Keputusan Beli. Universitas Kristen Maranatha

Transkripsi:

ANALISIS PENGARUH EXCESS BAGGAGE CHARGES TERHADAP PENDAPATAN MASKAPI GARUDA INDONESIA RUTE SIN-CGK BANDAR UDARA SOEKARNO-HATTA PERIODE JANUARI SAMPAI DENGAN MARET 2013 Rosalina Indah STTKD Yogyakarta ABSTRAK Salah satu fasilitas yang disediakan dalam jasa transportasi udara adalah penanganan bagasi dan pengangkutan bagasi (baggage handling), maskapai penerbangan sebagai penyedia jasa tersebut juga harus memeprhatikan tingkat efisiensi dalam memberikan batasan yang semaksimal mungkin sehingga perusahaan akan mendapatkan laba yang diinginkan. Setiap penumpang memiliki beraneka barang bawaan dengan berat yang beraneka ragam pula. Setiap perusahaan penerbangan telah menentukan berat bagasi Cuma-Cuma untuk setiap penumpang sesuai dengan kelas dan harga tiket yang telah dibayarkan dan apabila berat bagasi penumpang melebihi ketentuan yang telah ditetapkan maka penumpang akan dikenakan excess baggage charge. Excess bagagge yaitu kelebihan bagasi dari total bagasi dikurangi baggage allowance atau bagasi Cuma-Cuma dan setiap kilo yang melebihi bagasi Cuma-Cuma akan dikenakan biaya. Penumpanh harus membayar kelebihan bagasi sesuai dengan tarif yang telh ditetapkan setiap maskapai penerbangan. Penelitian ini dilakukan di PT. Gapura Angkasa Air Service Bandar Udara Soekarno-Hatta Jakarta selama tiga bulan yaitu mulai Bulan Januari sampai dengan Maret 2013. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari data excess baggage dan pendapatan perusahaan. Data sekunder adalah data internal perusahaan PT. Gapura Angkasa Air Service untuk Maskapai Garuda Indonesia rute SIN-CGK. Data dikumpulkan dengan metode observasi, wawancara, dan studi pustaka. Regresi linear digunakan untuk menguji hipotesis dengan tingkat signifikansi 0,05. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa H0 di terima dan Ha ditolak, yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi F sebesar 0,340 > tingkat signifikan () 0,05 yang berarti tidak ada pengaruh signifikan antara excess baggage charges terhadap pendapatan Maskapai Garuda Indonesia Rute SIN-CGK di Bandar Udara Soekarno- Hatta periode Bulan Januari sampai dengan Maret 2013. Hal itu dikarenakan excess baggage charges bukan merupakan pendapatan utama bagi perusahaan. Hasil pengujian hipotesis secara parsial (terpisah) juga mendukung hipotesis 0 dimana hasil uji t menunjukkan bahwa variabel excess baggage charges (X1) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap pendapatan Maskapai Garuda Indonesia (Y) yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi t sebesar 0,340 > tingkat signifikansi () 0,05 yang berarti excess baggage charges bukanlah pendapatan utama bagi perusahaan. PENDAHULUAN Industri penerbangan nasional di Indonesia berkembang dengan sangat pesat. Hal ini ditandai dengan munculnya maskapi-maskapai penerbangan yang mempunyai rute penerbangan baik domestik maupun internasional, sehingga menimbulkan persaingan yang ketat antara maskapi-maskapai penerbangan atau perusahaan penerbangan baik dalam negeri maupun luar negeri.

Salah satu fasilitas yang disediakan dalam jasa transportasi udara adalah penanganan bagasi dan pengangkutan bagasi (baggage handling), maskapai penerbangan sebagai penyedia jasa tersebut juga harus memeprhatikan tingkat efisiensi dalam memberikan batasan yang semaksimal mungkin sehingga perusahaan akan mendapatkan laba yang diinginkan. Setiap penumpang memiliki beraneka barang bawaan dengan berat yang beraneka ragam pula. Setiap perusahaan penerbangan telah menentukan berat bagasi Cuma-Cuma untuk setiap penumpang sesuai dengan kelas dan harga tiket yang telah dibayarkan dan apabila berat bagasi penumpang melebihi ketentuan yang telah ditetapkan maka penumpang akan dikenakan excess baggage charge. Excess bagagge yaitu kelebihan bagasi dari total bagasi dikurangi baggage allowance atau bagasi Cuma-Cuma dan setiap kilo yang melebihi bagasi Cuma-Cuma akan dikenakan biaya. Penumpanh harus membayar kelebihan bagasi sesuai dengan tarif yang telh ditetapkan setiap maskapai penerbangan. Semua perusahaan penerbangan menginginkan agar dapat memperoleh penilaian yang baik dari customer (pelanggan), termasuk salah satunya adalah Maskapai Garuda Indonesia Cabang Bandar udara Soekarno-Hatta. Salah satu cara yang ditempuh perusahaan penerbangan untuk mendapatkan penilaian baik dari penumpang adalah dengan membuat dan menerapkan kebijakan-kebijakan yang dimiliki oleh perusahaan secara optimal, seperti kebijakan mengenai excess baggage charge, yaitu charge atau sejumlah uang yang harus dibayarkan kepada penumpang baik yang domestic flight maupun international flight yang mempunyai kelebihan bagasi. Salah satu fasilitas yang disediakan dalam jasa transportasi udara adalah penanganan bagasi dan pengangkutan bagasi (baggage handling), maskapai penerbangan sebagai penyedia jasa tersebut juga harus memeprhatikan tingkat efisiensi dalam memberikan batasan yang semaksimal mungkin sehingga perusahaan akan mendapatkan laba yang diinginkan. Setiap penumpang memiliki beraneka barang bawaan dengan berat yang beraneka ragam pula. Setiap perusahaan penerbangan telah menentukan berat bagasi Cuma-Cuma untuk setiap penumpang sesuai dengan kelas dan harga tiket yang telah dibayarkan dan apabila berat bagasi penumpang melebihi ketentuan yang telah ditetapkan maka penumpang akan dikenakan excess baggage charge. Excess bagagge yaitu kelebihan bagasi dari total bagasi dikurangi baggage allowance atau bagasi Cuma-Cuma dan setiap kilo yang melebihi bagasi Cuma-Cuma akan dikenakan biaya. Penumpanh harus membayar kelebihan bagasi sesuai dengan tarif yang telh ditetapkan setiap maskapai penerbangan. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Menurut Reini (2009) dalam laporan praktek kerja lapangan di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta menunjukkan bahwa dalam proses penanganan bagasi membutuhkan ketelitian dari seorang staff ground handling karena setiap proses kerja harus dilakukan sesuai dengan Standar Operational Procedure (SOP) perusahaan. Implikasi dari semua paparan di atas adalah bahwa dengan meningkatkan pelayanan yang prima dan memberikan service yang memuaskan maka akan tercapai customer loyality yang dapat menguntungkan bagi perusahaan. Menurut Wijayani (2009), procedure ground handling membutuhkan pelayanan yang konsisten, khususnya dalam hal ketepatan waktu (punctuality), dimana waktu dan ketepatan sarana transportasi udara sanggup mempersingkat perjalanan yang mempunyai jarak jauh. Perusahaan penerbangan/airline berupaya agar tidak terjadi keterlambatan yang akan merugikan perusahaan dan penumpang.

Penelitian Nofizal (2003) yang berjudul tentang Analisa Metode Penanganan Bagasi Untuk Passager tentang customer satisfaction (kepuasan penumpang dan maskapi penerbangan) menunjukkan bahwa staff airline berusaha agar penumpang yang dilayani mendapatkan kepuasan atas pelayanan tersebut. Hal ini akan membawa dampak yang baik untuk perusahaan khususnya tentang penanganan bagasi untuk penumpang. Hal ini berdampak pada kepuasan pnumpang atas pelayanan yang diberikan. Landasan Teori Service Excellent Service excellent adalah peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat baik dalam negeri maupun di luar negeri dimana semakin lama semakin kritis dan membutuhkan perhatian dari setiap instutusi maupun perusahaan yang terlibat dalam pemberian kualitas pelayanan dan kualitas dari pengalaman pelanggan (Wisjnoe, 2011). Hal ini sangat penting sebagai dasar untuk menentukan strategi dalam mencapai tujuan perusahaan dan semua hal tersebut harus menjadi konsep yang berorientasi kepada pelanggan (customer oriented) sebagai pijakan. Produk usaha penerbangan berbentuk totalitas pelayanan dan dikenal dengan konsep core service yang merupakan inti dari produk usaha penerbangan. Produk yang dipasarkan salah satunya yaitu penanganan bagasi. Hal tersebut merupakan bagian dari totalitas pelayanan dari perusahaan untuk pelanggan demi menciptakan image yang baik terhadap perusahaan. Ground Handling Ground handling pada dasarnya mempunyaipengertian yang sama, yaitu merujuk pada suatu aktivitas perusahaan penerbangan yang berkaitan dengan penanganan atau pelayanan terhadap para penumpang termasuk bagasi, pos, kargo, peralatan pembantu pergerakan pesawat di darat dan pesawat terbang itu sendiri selama di Bandara untuk keberangkatan. Baggage Handling Bagasi diartikan sebagai barang bawaan penumpang selama perjalananya. Bagasi dibawa oleh penumpang, baik yang bisa diletakkan atau disimpan di dalam cabin penumpang (head rack). Menurut bentuk dan penempatannya di dalam pesawat, bagasi dibagi menjadi dua yaitu: a) Checked Baggage, adalah barang bawaan pemumpang yang karena ukuran dan beratnya diharuskan untuk ditempatkan di dalam cargo compartement dengan menggunakan ULD (Unit Load Device) atau sebagai bulk baggage. b) Un-checked Baggage, barang bawaan penumpang yang pada saat penerbangan berlangsung dapat ditempatkan di cabin penumpang (head rack). Un-checked baggage juga dikenal dengan istilah hand baggage dan cary on baggage.

Un-Accompanied Baggage Di dunia penerbangan bagasi bisa saja dibawa dan didaftarkan oleh penumpang sebagai cargo. Hal ini dikenal dengan istilah baggage shiped as cargo/un-accomapnied baggage. Bagasi-bagasi tersebut oleh petugas cargo lebih dikenal dengan nama personal effect. Pada bagasi seperti ini, prses penanganannya disamakan dengan proses penerimaan cargo lainnya dan menggunakan ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk cargo selama tidak menimbulkan overhead. Ada dua alasan bahwa bagasi penumpang dapat dikategorikan ke dalam kelompok un-accompained baggage, yang pertama karena penumpang mendaftarkan bagasinya sebagai cargo; kedua karena berat bagasi penumpang melebihi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh airlines. Penumpang yang mendaftarkan bagasinya sebagai cargo diharuskan untuk memberitahukan isi dari bagasinya dan melengkapi dokumen-dokumen berupa cargo manifest yang menjelaskan nama pemilik/ pengirim, dan berat dari cargo ersebut yang diperlukan serta membayarbiaya tambahan untuk collection, delivery dan custom. Free Baggage Allowance Free baggage allowance adalah bagasi penumpang yang boleh dibawa serta oleh penumpang pada suatu penerbangan tanpa dipungut biaya atau free of charge (Commercial Bulletin Garuda Indonesia, 2008). Penentuan bagasi yang terbebas dari biaya diatur dalam suatu ketentuan yang ditetapkan oleh IATA (International Air Transportation Assosiation) guna menyamakan persepsi antar masing-masing airline di dunia. Excess Baggage Charges Excess baggage adalah kelebihan berat bagasi dari total berat bagasi yang dibawa oleh penumpang dikurangi berat bagasi cuma-cuma (free baggage allowance), sedangkan excess baggage charge adalah charge atau sejumlah uang yang harus dibayarkan penumpang kepada pihak pengangkut (carrier) untuk bagasi yang terkena excess Excess baggage charge dikenakan kepada penumpang baik domestic flight maupun international flight yang mempunyai kelebihan bagasi. Pembayaran excess baggage terjadi apabila bagasi yang dibawa oleh penumpang melebihi ketentuan berat bagasi yang diijinkan/diperbolehkan oleh airlines (free baggage allowance). Langkahlangkah prosedur pembayaran excess baggage charges (kelebihan bagasi) adalah sebagai berikut: a. Penumpang akan mengetahui apakah terkena excess baggage atau tidak apabila penumpang yang bersangkutan melakukan check-in (pelaporan) di stasiun keberangkatan. b. Pada saat check-in, penumpang yang membawa bagasi akan dilakukan penimbangan oleh check-in officer terhadap bagasi penumpang, kemudaian diberi label bagasi sesuai dengan barat dan stasiun tujuan. c. Apabila bagasi yang dibawa oleh penumpang melebihi ketentuan free baggage allowance, maka secara otomatis penumpang tersebut terkena excess baggage dan harus membayar charge ke counter pembayaran excess baggage PT. Garuda Indonesia Airlines di terminal keberangkatan sebelum mendapatkan boarding pass dan claim tagnya.

d. Sebelum melakukan pembayaran excess baggage, check-in officer akan dibuatkan surat pengantar pembayaran excess baggage yang disebut dengan excess baggage ticket order (EBTO). e. Setelah penumpang melakukan pembayaran excess baggage di cashier, maka cashier akan memberikan tiket excess baggage yang disebut dengan excess baggage ticket (EBT). Excess baggage ticket (EBT) itulah yang menjadi bukti kalau penumpang tersebut benar-benar sudah membayar charege untuk excess bagasinya. Setelah penumpang mendapatkan EBT (excess baggage ticket), penumpang harus kembali lagi ke check-in counter untuk melanjutkan proses check-in kepada officer, setelah ditunjukkannya EBT tersebut, maka penumpang berhak mendapatkan boarding pass dan baggage claim tagnya, maka proses check-in dianggap telah selesai untuk penumpang tersebut. Hipotesis Ho: Tidak ada pengaruh signifikan antara excess baggage charges terhadap pendapatan maskapai Garuda Indonesia rute SIN-CGK di Bandar Udara Soekarno-Hatta Periode Bulan Januari sampai dengan Maret 2013. Ha: Ada pengaruh signifikan antara excess baggage charges terhadap pendapatan Maskapai Garuda Indonesia rute SIN-CGK di Bandar Udara Soekarno-Hatta periode Bulan Januari sampai dengan Maret 2013. Model Penelitian METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Gapura Angkasa Air Service Bandar Udara Soekarno-Hatta Jakarta selama tiga bulan yaitu mulai Bulan Januari sampai dengan Maret 2013.

Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari data excess baggage dan pendapatan perusahaan. Data sekunder adalah data internal perusahaan PT. Gapura Angkasa Air Service untuk Maskapai Garuda Indonesia rute SIN-CGK yang dikumpulkan selama 3 (tiga) bulan yaitu Bulan Januari sampai dengan Maret 2013,dan datajumlah penumpang yang berangkat (onboard) dari penumpang kelas ekonomi (Y) dan kelas bisnis (C) serta pendapatan bagasi yaitu dari pendapatan excess baggage charge yang diberlakukan. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitia ini meliputi: 1. Observasi Teknik observasi yang digunakan adalah memperhatikan dan mencatat serta mengamati sumber data yang diperlukan, kegiatan ini berlangsung pada tempat penelitian (Babbie, 2004). Metode ini digunakan untuk memperoleh data excess baggage dan pendapatan perusahaan. 2. Wawancara Teknik wawancara adalah tanya jawab dengan narasumber yang berkaitan dengan data yang diperlukan, teknik wawancara ini untuk memperkuat sumber data yang ada (Babbie, 2004). Metode ini untuk memperoleh atau melengkapi data pendapatan perusahaan, dan gambaran umum perusahaan. 3. Studi Pustaka Pengumpulan data juga diambil dari studi pustaka. Studi pustaka adalah informasi yang didapat berupa teori, generalisasi, maupun konsep yang dikemukakan ahli pada sumber kepustakaan (Babbie, 2004). Metode ini digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan mutakhir (berupa pustaka)yang terkait dengan penelitian yang sedang dilakukan. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk melihat pengaruh antara variabel bebas yakni excess baggage (X) terhadap variable terikat yakni pada pendapatan Maskapai Garuda Indonesia (Y). Regresi linear sederhana mempunyai persamaan sebagai berikut (Boediono dan Koester,2004): Y = a + bx 1 + e Keterangan: Y= Pendapatan a= Konstanta b= koefisien arah atau slope dari garis regresi x 1 = Excess baggage e= eror

Analisis data dan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan perhitungan SPSS seri 15,0 yang sudah dilengkapi metode regresi untuk menguji adakah pengaruh excess baggage terhadap pendapatan Maskapai Garuda Indonesia rute SIN-CGK di Bandar Udara Soekarno-Hatta periode Bulan Januari sampai dengan BulanMaret 2013 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Variabel Penelitian a. Data Excess Baggage Charge Tabel 4.1 berikut ini adalah daftar jumlah excess baggage charge penumpang Garuda Indonesia rute SIN-CGK periode bulan Januari sampai dengan Maret 2013 yang diambil dari data sekunder perusahaan PT. Gapura Angkasa yang menangani Maskapai Garuda Indonesia. Berdasarkan tabel 4.1 tersebut terlihat bahwa pada Bulan Maret merupakan fase pendapatan tertinggi dalam jumlah pendapatan excess baggage charge dibandingkan dengan Bulan Januari dan Bulan Februari. Tanggal Januari Februari Maret Total 1 0 0 0 0 2 0 $170,00 $110,00 $280,00 3 0 0 0 0 4 $70,00 0 $15,00 $85,00 5 0 0 $35,00 $35,00 6 0 0 0 0 7 $235,00 $330,00 0 $565,00 8 0 0 0 0 9 0 0 $50,00 $50,00 10 0 $110,00 0 $110,00 11 0 0 $40,00 $40,00 12 $250 0 0 $250,00 13 0 0 0 0 14 $85,00 $80,00 $95,00 $260,00 15 0 0 $40,00 $40,00 16 0 0 0 0 17 0 0 0 0 18 $75,00 0 $110,00 $185,00 19 0 $20,00 0 $20,00 20 0 0 0 0 21 0 0 0 $358,00 22 0 $55,00 0 $55,00 23 0 0 0 0 24 0 0 0 0 25 $30,00 $30,00 0 $60,00 26 0 0 0 0 27 $45,00 0 $30,00 $75,00 28 0 0 0 0 29 $135,00 0 0 $135,00 30 0 0 0 0 31 0 0 0 0 Jumlah $925,00 $795,00 $1.175,00 $2.895,00

Gambar 4.1 Jumlah Pendapatan Excess Baggage Charge Dalam Mata Uang Dollar USD Rute SIN- CGK Periode Bulan Januari Sampai Dengan Maret 2013 Tanggal Januari Februari Maret Total 1 2108 4405 3893 10406 2 3167 12176 4245 19588 3 8574 3200 3227 15001 4 1027 10100 5128 16225 5 4592 21035 1567 27194 6 3020 3367 4216 10603 7 1904 3500 4789 10192 8 8519 7660 3798 19977 9 2843 1242 3500 7585 10 3815 3509 4195 11519 11 14256 4264 2583 21103 12 31041 4200 3375 38616 13 2711 1242 3970 7923 14 2158 2964 2168 7290 15 22064 3227 4152 29443 16 41456 14810 3200 75206 17 3734 3569 22046 29349 18 4131 8270 19940 32344 19 3958 3204 31017 38179 20 82610 14340 13250 110200 21 21496 12380 21695 55571 22 7140 6060 18390 31590 23 21480 3630 4122 29232 24 31569 7920 4290 43779 25 31608 3803 3294 38705 26 19210 21689 1650 42549 27 20500 3630 2997 27127 28 22500 8170 21705 52375 29 22556 0 3919 26475 30 19590 0 4200 23790 31 17880 0 1904 19784 Jumlah 483217 197566 232425 913208 Tabel 4.2 Data Pendapatan Perusahaan Dalam Mata Uang Dollar (USD) Rute SIN-CGK Periode Bulan Januari Sampai Dengan Maret 2013

b. Data Pendapatan Perusahaan Tabel 4.2berikut ini adalah data jumlah pendapatan Maskapai Garuda Indonesia rute SIN CGK periode Bulan Januari sampai dengan Maret 2013 yang diambil dari data sekunder perusahaan PT. Gapura Angkasa yang menangani Maskapai Garuda Indonesia. Hasil Pengujian Hipotesis dan Pembahasan a. Pengujian Hipotesis Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan analisis regresi dengan program SPSS 15.0, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Analisis dan interpretasi data pada tabel 4.3 adalah sebagai berikut : 1. Angka R merupakan angka koefisien korelasi (R yx ) adalah 0,177 (positif). Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif dan kuat pada variabel excess baggage charge (X 1 ) PT. Garuda Indonesia rute SIN-CGK. 2. Angka R square (R 2 ) merupakan pengkuadratan dari angka R atau disebut koefisien determinasi (Kd) adalah (0,177) 2 = 0,031 atau 3,1 %. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh atau kontribusi antara variabel excess baggage charge (X 1 ) dengan variabel pendapatan perushaan (Y) sebesar 3,1% sedangkan 96,9% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Hasil Anova pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa variabel independen yaitu excess baggage charge (X1) tidak mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap variabel dependen yaitu pendapatan perusahaan Maskapai Garuda Indonesia (Y) yang ditunjukkan dengan nilai F hitung sebesar 0,941 dan nilai signifikan F sebesar 0,340 atau berada di atas tingkat signifikansi () 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis 0 diterima dan hipotesis a ditolak yaitu bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara excess baggage charge terhadap pendapatan Maskapai Garuda Indonesia rute SIN-CGK di Bandar Udara Soekarno-Hatta periode Bulan Januari sampai dengan Maret 2013. a. Angka Unstandardized Coefficients B merupakan angka koefisien konstanta (a) adalah 26468,216 dan angka koefisien regresi (b1) untuk variabel excess baggage charge (X1) sebesar 43,133 sehingga diperoleh bentuk persamaan regresi linear sederhana sebagai berikut : Y = a +b X1

Y = 26468,216+ 43,113 X1 Di mana : Y = Pendapatan perusahaan X1 = excess baggage charge a= Angka koefisien konstanta 26468,216 (positif) menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel excess baggage charge dan pendapatan perusahaan, maka nilai pengaruh excess baggage charge terhadap pendapatan perusahaan sebesar 26468,216 satuan. b= Angka koefisien regresi 43,113 (positif) menunjukkan setiap penambahan satu satuan variabel excess baggage charge maka akan meningkatkan pendapatan Maskapai Garuda Indonesia rute SIN-CGK sebesar 43,113 satuan. b. Angka standardized coefficients beta merupakan angka koefisien korelasi antara variabel excess baggage charge dengan variabel pendapatan Maskapai Garuda Indonesia rute SIN-CGK (R yx1 ) adalah 0,177 (positif). Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif dan kuat antara variabel excess baggage charge dengan variabel pendapataan Maskapai Garuda Indonesia rute SIN-CGK. c. Angka t merupakan angka statistik hitung hasil uji t, yaitu: 1. Angka t hitung koefisien konstanta (a) adalah 5, 473 dengan angka signifikan sebesar 0,000 ternyata lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05. Hasil ini berarti koefisien konstanta signifikan atau bisa dipakai dalam model regresi linear sederhana untuk memprediksi pengaruh excess baggage charge terhadap pendapatan Maskapai Garuda Indonesia Rute SIN-CGK. 2. Angka t-hitung koefisien variabel excess baggage charge atau (b1) adalah 0,970 dengan angka signifikan t sebesar 0,340 ternyata lebih besar dari tingkat signifikansi () 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel excess baggage charge tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap pendapatan Maskapai Garuda Indonesia rute SIN-CGK. Pembahasan Penelitian ini ditujukan untuk menguji pengaruh excess baggage charge terhadap pendapatan Maskapai Garuda Indonesia rute SIN-CGK periode Bulan Januari sampai dengan Maret 2013. Hasil pengujian hipotesis dengan perhitungan analisis regresi linear sederhana dengan menggunakan Program SPSS for Windows Release 15.0 terlihat pada tabel 4.6 berikut ini :

Bentuk persamaan regresi linear sederhana Y=26468,216 + 43,133 X1 memberikan implikasi bahwa excess baggage charge tidak berpengaruh secara signifikan dalam pendapatan perusahaan. Hal ini ditunjukkan pada tabel 4.4 (tabel anova) dengan nilai F hitung sebesar 0,941 dan nilai signifikansi F sebesar 0,340 > tingkat signifikansi () 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen yaitu excess baggage charge (X1) secara simultan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu pendapatan Maskapai Garuda Indonesia rute SIN- CGK (Y). Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis 0 diterima dan hipotesis a ditolak yaitu bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara excess baggage charge terhadap pendapatan Maskapai Garuda Indonesia rute SIN-CGK di Bandar Udara Soekarno- Hatta periode Bulan Januari sampai dengan Maret 2013 yang berarti bahwa excess baggage charges bukan pendapatan utama perusahaan. Hasil regresi linear sederhana dengan program SPSS menunjukkan bahwa secara parsial (terpisah), variabel excess baggage charge (X1) juga tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap pendapatan Maskapai Garuda Indonesia rute SIN-CGK (Y). Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis uji t terhadap variabel X diperoleh nilai koefisien (ryx1) adalah 0,177 dan angka t hitung b1 adalah 0,970 dan nilai signifikan t sebesar 0,341 > tingkat signifikansi () 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara variabel excess baggage charge (X1) dengan variabel pendapatan perusahaan (Y). Hasil ini mengindikasikan bahwa model ini bukan berarti tidak bisa diterapkan pada obyek penelitian yang berbeda. Beberapa hasil penelitian yang dilakukan pada obyek yang berbeda dapat menunjukkan hasil yang berbeda juga. Nilai koefisien determinasi (R Square) digunakan sebagai alat analisis untuk menunjukkan besarnya kontribusi dari variabel independen (X1) secara bersama atau keseluruhan dapat menjelaskan variabel dependen (Y). Nilai koefisien determinasi atau R2 (Kd) adalah 3,1 %. Hasil ini menunjukkan bahwa 3,1 % variabel pendapatan perusahaan (Y) dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu excess baggage charge (X1), sedangkan sisanya 96,9% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara excess baggage charge terhadap pendapatan Maskapai Garuda Indonesia rute SIN-CGK di Bandar Udara Soekarno-Hatta periode Bulan Januari sampai dengan Maret 2013. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa H0 di terima dan Ha ditolak, yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi F sebesar 0,340 > tingkat signifikan () 0,05 yang berarti tidak ada pengaruh signifikan antara excess baggage charges terhadap pendapatan Maskapai Garuda Indonesia Rute SIN-CGK di Bandar Udara Soekarno-Hatta periode Bulan Januari sampai dengan Maret 2013. Hal itu dikarenakan excess baggage charges bukan merupakan pendapatan utama bagi perusahaan. 2. Hasil pengujian hipotesis secara parsial (terpisah) juga mendukung hipotesis 0 dimana hasil uji t menunjukkan bahwa variabel excess baggage charges (X1) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap pendapatan Maskapai Garuda Indonesia (Y) yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi t sebesar 0,340 > tingkat signifikansi () 0,05 yang berarti excess baggage charges bukanlah pendapatan utama bagi perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA Babbie, 2004. Metodologi Penelitian. Modul. Sekolah Tinggi Tekhnologi Dirgantara. Yogyakarta. Hasan, M.I.2005. Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (statistik inferensif), edisi keenam. Cetak kedua. Bumi Aksara, Jakarta Tiarni, J.Y. 2012. Hubungan Antara Tingkat Pertumbuhan Excess Baggage Charge Terhadap Peningkatan Pendapatan Perusahaan Rute Denpasar-Singapore Pada Maskapai Garuda Indonesia Bandar udara Ngurah Rai Denpasar Bali Bulan Januari Sampai Dengan Maret 2012. Tugas Akhir, Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan.Yogyakarta. Nofizal, M. 2003. Analisa Metode Penanganan Baggage Untuk Passenger Di PT. Gapura Angkasa Bandar Udara Internasional Yogyakarta. Tugas Akhir. Program Studi Manajemen Transportasi Udara. Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan. Yogyakarta. Reini, 2009. Proses Penanganan Bagasi Dari Seorang Staff Ground Handling Di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan Yogyakarta. Soetomo, F. W, 2011. Service Excellent. Modul. Sekolah Tinggi Teknologo Kedirgantaraan. Yogyakarta. Wijayani, 2005. Ground Handling (Tata Operasi Darat). PT. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta. ---------------, 2008. Commercial Bulletin. PT. Garuda Indonesia. (Tidak dipublikasikan). ---------------, 2013. Definisi Pendapatan. www.scribd.com/doc/11320767.