I. PENDAHULUAN. diarahkan untuk dapat sekaligus memecahkan masalah-masalah ekonomi

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

I. PENDAHULUAN. baik. Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2000 sebesar

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis letak Kabupaten Tanggamus pada sampai dengan

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

KOMISI PEMILIHAN UMUM KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM. NOMOR : 430/Kpts/KPU/TAHUN 2009 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Eksistensi pertanian pun perlu dijaga untuk dapat menjawab tantangan di masa

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang

I. PENDAHULUAN. untuk tanaman pangan salah satunya yaitu ubi kayu (Manihot utilissima). Ubi

I. PENDAHULUAN. Upaya penangulangan kemiskinan di Indonesia merupakan amanah konstitusional

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memiliki peran yang sangat besar dalam perekonomian

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu dari 11 (sebelas)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

I. PENDAHULUAN. Industri pengolahan obat-obatan tradisional mengalami perkembangan yang

Propinsi LAMPUNG. Total Kabupaten/Kota

I. PENDAHULUAN. jangkauan pemasaran mencakup dalam (lokal) dan luar negeri (ekspor). Kopi

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN REALISASI KEGIATAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar mata

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPRI FEBRUARI 2010

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 15 TAHUN 2012 TENTANG

Tahun Bawang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian adalah sektor yang sangat potensial dan memiliki peran yang

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan)

I. II. III. IV. V. I. PENDAHULUAN. yang diketahui memiliki potensi besar yang dapat terus dikembangkan dalam

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung. Kabupaten Tanggamus secara geografis berada pada posisi

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia merupakan daerah agraris artinya pertanian memegang

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2014

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 30 PERIODE APRIL 2017

2

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT 8 EDISI 26 PERIODE 7-22 FEBRUARI 2017

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 32 PERIODE MEI Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 35 PERIODE 1-16 JULI Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 38 PERIODE 18 AGUSTUS - 2 SEPTEMBER Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 39 PERIODE 3-18 SEPTEMBER Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 41 PERIODE 5-20 OKTOBER Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 42 PERIODE 21 OKTOBER -5 NOVEMBER Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 43 PERIODE 6-21 NOVEMBER Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 51 PERIODE MARET Luas Baku Sawah Kecamatan

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

Antar Kerja Antar Daerah (AKAD)

BPS PROVINSI LAMPUNG A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU

I. PENDAHULUAN. terlihat dari peranan sektor pertanian dalam penyediaan lapangan kerja, penyedia

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT

I. PENDAHULUAN. dianggap sebagai sumber kehidupan dan lapangan kerja, maka pertanian

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT 8 EDISI 29 PERIODE 27 MARET - 11 APRIL Luas Baku Sawah Kecamatan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor lainnya. Pembangunan nasional merupakan suatu proses yang melibatkan berbagai aspek pada sektor pertanian dalam arti luas, seperti pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan. Sejalan dengan itu, sektor pertanian diharapkan dapat tumbuh dengan percepatan yang tinggi sehingga pembangunan pertanian diarahkan untuk dapat sekaligus memecahkan masalah-masalah ekonomi nasional. Tujuan utama pembangunan nasional yaitu mencapai struktur perekonomian yang seimbang, baik bidang pertanian maupun non pertanian. Pembangunan nasional yang tidak merata dapat menimbulkan kemiskinan. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan penanganan semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan kerelawanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang dapat menjadi sumber penting pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan kemiskinan juga mulai luntur. Untuk itu diperlukan perubahan yang bersifat sistemik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern. Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alamnya mempunyai 49,5 juta jiwa penduduk yang tergolong miskin. Jumlah penduduk miskin tersebut terdiri dari 17,6 juta jiwa di perkotaan dan 31,9 juta jiwa di perdesaan. Angka tersebut lebih dari dua kali lipat banyaknya dibanding angka tahun 1996 (sebelum krisis ekonomi) yang hanya mencatat jumlah penduduk miskin sebanyak 7,2 juta jiwa di perkotaan dan 15,3 juta jiwa perdesaan. Akibat krisis jumlah penduduk miskin diperkirakan makin bertambah. (Survai Sosial Ekonomi Nasional / Susenas 1998). Secara rinci jumlah dan persentase penduduk miskin di Indonesia menurut daerah tahun 1998-2008 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah dan persentase penduduk miskin di Indonesia menurut daerah tahun 1998-2008 Tahun Jumlah Penduduk Miskin (juta) Persentase Penduduk Miskin (%) Kota Desa Kota + Desa Kota Desa Kota + Desa 1998 17,60 31,90 49,50 21,92 25,72 47,64 1999 15,64 32,33 47,97 19,41 26,03 45,44 2000 12,30 26,40 38,70 14,60 22,38 36,98 2001 8,60 29,30 37,90 9,76 24,84 34,60 2002 13,30 25,10 38,40 14,46 21,10 35,56 2003 12,30 25,00 37,30 13,57 20,23 33,80 2004 11,40 24,80 36,20 12,13 20,11 32,24 2005 12,40 22,70 35,10 11,68 19,98 31,66 2006 14,49 24,81 39,30 13,47 21,81 35,28 2007 13,30 23,00 36,30 12,52 20,37 32,89 2008 12,50 22,80 35,30 11,65 18,97 30,62 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, 2008

Tabel 1 memperlihatkan kemiskinan tertinggi di Indonesia terjadi pada tahun 1998 yaitu sebesar 49,50 juta jiwa (47,64%). Sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian Indonesia, jumlah penduduk miskin menurun secara bertahap dari tahun ke tahun (1999-2005). Namun pada tahun 2006 jumlah penduduk miskin di Indonesia kembali meningkat sebesar 39,30 juta jiwa dan peningkatan terbesar berada pada daerah pedesaan yaitu sebesar 24,81 juta jiwa. Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni kemiskinan alamiah dan kemiskinan buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan buatan terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin. Pemerintah Indonesia telah banyak melakukan upaya untuk menanggulangi kemiskinan di Provinsi Lampung. Sejauh ini pemerintah Provinsi Lampung telah melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui peningkatan anggaran pendidikan. Dibidang kesehatan, pemerintah meluncurkan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia diantaranya adalah program Keluarga Miskin (Gakin) dan didukung oleh program-program nasional untuk daerah, seperti Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), Program Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Teringgal (P3DT) dan hampir semua dinas mempunyai program

penanggulangan kemiskinan. Adapun jumlah penduduk miskin di Indonesia per provinsi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah penduduk miskin per provinsi di Indonesia tahun 2006-2008 Jumlah Penduduk Miskin Provinsi 2006 2007 2008 (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) NAD 1.149,7 1.083,7 962,3 Sumatera Utara 1.897,1 1.768,5 1.611,5 Sumatera Barat 578,7 529,2 473,7 Riau 564,9 574,5 584,7 Jambi 304,6 281,9 261,2 Sumatera Selatan 1.446,9 1.331,8 1.254,3 Bengkulu 360,0 370,6 328,9 Lampung 1.638,0 1.661,7 1.597,8 Bangka Belitung 117,4 95,1 80,3 Kepulauan Riau 163,0 148,4 131,8 DKI Jakarta 407,1 405,7 342,5 Jawa Barat 5.712,5 5.457,9 5.249,5 Jawa Tengah 7.100,6 6.557,2 6.122,6 DI Yogyakarta 648,7 633,5 608,9 Jawa Timur 7.678,1 7.155,3 6.549,0 Banten 904,3 886,2 830,4 Bali 243,5 229,1 205,7 Nusa Tenggara Barat 1.156,1 1.118,6 1.068,8 Nusa Tenggara Timur 1.273,9 1.163,6 1.105,8 Kalilmantan Barat 626,7 584,3 502,8 Kalimantan Tengah 212,8 210,3 194,3 Kalimantan Selatan 278,5 233,5 211,1 Kalimantan Timur 335,5 324,8 259,5 Sulawesi Utara 249,4 250,1 218,2 Sulawesi Tengah 553,5 557,4 525,2 Sulawesi Selatan 1.112,0 1.083,4 1.042,2 Sulawesi Tenggara 466,8 465,4 437,1 Gorontalo 273,8 241,9 182,9 Sulawesi Barat 205,2 189,9 156,9 Maluku 418,6 404,7 388,8 Maluku Utara 116,8 109,9 107,9 Papua Barat 284,1 266,8 237,3 Papua 816,7 793,4 709,3 Indonesia 39.295,5 37.168,3 34.543,2 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Bandar Lampung, 2008 Tabel 2 menunjukkan jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung pada tahun 2008 sebanyak 1.597.800 jiwa. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun

sebelumnya (2006-2007) jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung mengalami sedikit penurunan yang cukup signifikan. Hal ini merupakan sesuatu yang cukup menggembirakan karena data tahun 2007 menunjukkan bahwa jumlah keluarga miskin di Provinsi Lampung mencapai 285.000 Kepala Keluarga. Jika satu keluarga bejumlah 4 orang, maka penduduk Provinsi Lampung yang miskin dapat mencapai 3,14 juta orang. Angka kemiskinan tersebut cukup tinggi apalagi 45% desa atau 765 desa di Provinsi Lampung termasuk juga kategori desa miskin (Badan Pusat Statistik Bandar Lampung, 2008). Berdasarkan angka di atas, Badan Pusat Statistik Lampung tahun 2008 menyebutkan Provinsi Lampung kini menjadi propinsi termiskin kedua di Indonesia bagian barat setelah Sumatera Utara. Sungguh ironis jika dilihat bahwa potensi-potensi yang ada di Provinsi Lampung belum tergali secara optimal, salah satu potensi yang ada yaitu bahwa Provinsi Lampung terletak di pintu gerbang Pulau Sumatera dan dekat dengan pusat kekuasaan seharusnya menjadi sebuah provinsi yang berkembang dan maju disegala bidang, termasuk kesejahteraan masyarakatnya, namun tidak dalam kenyataannya. Adapun jumlah penduduk miskin menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah penduduk miskin menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung tahun 2008 No. Kabupaten Tahapan Keluarga Sejahtera Pra Sejahtera (KK) Sejahtera I (KK) Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Bandar Lampung, 2008 Jumlah Keluarga Miskin (KK) 1. Lampung Selatan 102.999 49.698 152.697 2. Lampung Tengah 85.350 77.555 162.905 3. Lampung Utara 63.458 40.039 103.497 4. Bandar Lampung 61.480 39.494 100.974 5. Lampung Barat 36.328 27.897 64.225 6. Tulang Bawang 83.987 86.426 170.413 7. Tanggamus 90.838 51.324 142.162 8. Metro 5.503 5.313 10.816 9. Lampung Timur 89.079 62.108 151.187 10. Way Kanan 55.748 24.873 80.621 11. Pesawaran 44.321 19.369 63.690 Jumlah 719.091 484.096 1.203.187 Tabel 3 menujukkan bahwa Kabupaten Tanggamus merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk miskin terbanyak kelima setelah Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Timur yaitu sebesar 142.162 KK. Angka tersebut didapatkan dari penjumlahan antara Keluarga Pra Sejahtera yaitu 90.838 KK dan Sejahtera I yaitu 51.324 KK. Pengukuran tingkat kesejahteraan penduduk biasanya memakai istilah Pra Sejahtera, Sejahtera I, Sejahtera II, Sejahtera III, dan Sejahtera III- plus. Sedangkan yang dikategorikan miskin yaitu Pra Sejatera dan Sejahtera I. Hal ini senada dengan indikator yang ditetapkan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Lampung dalam menilai kesejahteraan

penduduk di Provinsi Lampung. Secara rinci, rekapitulasi penduduk miskin per kecamatan di Kabupaten Tanggamus tahun 2007 tertera pada Tabel 4. Tabel 4. Banyaknya penduduk miskin menurut pertahapan keluarga per kecamatan di Kabupaten Tanggamus tahun 2007 Kecamatan Pra Sejahtera (KK) Sejahtera I (KK) Jumlah (KK) Wonosobo 4.682 2.081 6.763 Semaka 5.085 1.845 6.903 Bandar Negeri Sumuong 3.042 1.069 4.111 Kota Agung 3.202 1.75 4.952 Pematang Sawa 2.265 1.119 3.384 Kota Agung Barat 1.942 622 2.564 Kota Agung Timur 1.277 1.774 3.051 Pulau Panggung 3.593 1.760 5.353 Ulubelu 4.265 3.356 7.621 Air Naningan 2.864 1.280 4.144 Talang Padang 4.516 2.173 6.689 Sumberejo 2.737 1.091 3.828 Gisting 3.122 1.785 4.907 Gunung Alip 1.768 719 2.487 Pugung 6.626 3.613 10.239 Pagelaran 6.074 3.858 9.932 Sukoharjo 2.983 2.552 5.535 Adi Luwih 2.722 2.127 4.849 Banyumas 1.670 1.120 2.790 Pringsewu 4.970 4.105 9.075 Ambarawa 2.429 2.165 4.594 Gading Rejo 6.284 3.636 9.920 Pardasuka 3.895 2.201 6.096 Bulok 654 826 1.480 Cuku Balak 3.096 1.242 4.338 Kelembayan 1.774 436 2.210 Limau 1.610 445 2.055 Kelembayan Barat 1.691 574 2.265 Jumlah 90.838 51.324 142.162 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tanggamus 2008

Tabel 4 menunjukkan bahwa pada tahun 2007 Kecamatan Gisting memiliki penduduk miskin yang masih relatif tinggi yaitu sebesar 4.907 KK di Kabupaten Tanggamus yang merupakan hasil penjumlahan dari Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I. Hal ini menandakan bahwa penduduk di Kecamatan Gisting yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani tanaman hortikultura ini masih miskin sehingga perlu diperhatikan kesejahteraan mereka agar lebih baik lagi. Adapun jumlah penduduk miskin per pekon di Kecamatan Gisting dapat di lihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah penduduk miskin menurut pertahapan keluarga per pekon di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus tahun 2007 No. Pekon Pra Sejahtera (KK) 1. Gisting Atas 788 2. Gisting Bawah 492 3. Purwodadi 589 4. Kota Dalom 270 5. Campang 350 6. Banjar Manis 203 7. Landbaw 313 8. Sido Katon 117 Jumlah 3.122 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tanggamus 2008 Tabel 5 menunjukkan bahwa Pekon Campang pada tahun 2007 memiliki jumlah keluarga pra sejahtera tertinggi ke empat setelah Pekon Gisting Atas, Purwodadi dan Gisting Bawah yaitu sebanyak 350 KK. Berbicara masalah kemiskinan, petani seringkali dipandang sebagai salah satu kelompok yang identik dengan kemiskinan. Anggapan ini patut direnungkan

bersama, mengingat kenyataan bahwa sebagian besar petani yang tergolong miskin merupakan petani kecil yang memiliki keterbatasan dari segi pemilikan lahan, penguasaan teknologi, dan permodalan sehingga mereka hanya mampu menjadi buruh tani. Masalah kemiskinan juga disebabkan adanya ketimpangan pemanfaatan potensi sumber daya alam. Kecamatan Gisting merupakan Kecamatan penghasil tanaman hortikultura terbesar diantara kecamatan lain di Kabupaten Tanggamus. Hal ini dikarenakan Kecamatan Gisting berada paling dekat dengan pegunungan sehingga suhu udara di kecamatan ini sangat cocok untuk komoditas tanaman hortikultura. (Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanggamus 2008). Adapun komoditas unggulan tanaman hortikultura di Kecamatan Gisting dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Luas panen dan produksi tanaman hortikultura di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus 2008. No Jenis Tanaman Luas panen(ha) Produksi(Ton) 1 Bawang daun 3 1,2 2 Bayam 5 1 3 Buncis 10 10 4 Cabe 43 152 5 Kacang panjang 12 15 6 Kubis 35 800 7 Labu siam 10 150 8 Mentimun 9 80 9 Sawi 30 160 10 Terong 21 400 11 Tomat 10 100 Sumber : Kecamatan Gisting dalam angka, 2009 Tabel 6 menunjukkan Kecamatan Gisting memiliki komoditas tanaman hortikultura unggulan yaitu cabe dan kubis dengan luas panen masing-masing 43 ha dan 35 ha, sedangkan produksinya masing-masing 152 ton dan 800 ton. Adapun komoditas unggulan tanaman hortikultura di Pekon Campang adalah

kubis. Secara rinci luas panen dan komoditas tanaman hortikultura di Pekon Campang Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Luas panen dan produksi komoditas tanaman hortikultura di Pekon Campang Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus 2008 Jenis Tanaman Luas (Ha) Produksi (Ton) Bawang Daun 3 1,2 Bawang Merah 25 150,0 Buncis 10 10,0 Cabai 30 132,0 Kacang Panjang 10 13,0 Kubis 33 664,0 Petsai/sawi 20 100,0 Terung 19 54,0 Jumlah 150 1.134,2 Sumber : Kecamatan Gisting dalam angka, 2009 Tabel 7 menunjukkan Pekon Campang memiliki komoditas tanaman hortikultura unggulan yaitu kubis dengan luas lahan 33 ha serta produksi 664 ton. Berdasarkan data tersebut, Pekon Campang berpotensi untuk dikembangkan tanaman kubis. Bahkan dari potensi tersebut seharusnya dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat, tetapi pada kenyataan tidak demikian. Petani tanaman hortikultura khususnya petani kubis di Pekon Campang masih dilanda kemiskinan walaupun potensi kubis di daerah tersebut sangat melimpah. Kondisi ini tentu saja akan berpengaruh terhadap kemampuan petani tersebut dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini berarti, secara tidak langsung juga akan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan hidup petani. Usaha peningkatan kesejahteraan dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu dengan mengefektifkan atau melibatkan lembaga

kemasyarakatan yang ada di pedesaan baik lembaga ekonomi, sosial dan budaya. Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidup petani, dibentuklah suatu lembaga yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan di Pekon Campang. Kelembagaan merupakan sekumpulan norma dan perilaku yang telah berlangsung dalam waktu yang lama dan digunakan untuk mencapai tujuan bersama. Kelembagaan juga diartikan sebagai aturan main dimana terdapat seperangkat aturan yang membatasi aktivitas anggota dan pengurus dalam mencapai tujuan organisasi. Lembaga ekonomi ialah pranata yang mempunyai kegiatan bidang ekonomi demi terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat dan berfungsi memberi pedoman untuk mendapatkan bahan pangan, pedoman untuk barter dan jual beli barang, pedoman untuk menggunakan tenaga kerja dan cara pengupahan, pedoman tentang cara pemutusan hubungan kerja, dan identitas diri bagi masyarakat. Lembaga ekonomi yang berperan dalam meningkatkan kesejahteraan petani hortikultura adalah kelompok tani. Jumlah anggota dan nama kelompok tani di Pekon Campang Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah anggota dan nama kelompok tani di Pekon Campang Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus 2009 No Nama Kelompok Jumlah Anggota (jiwa) 1 2 3 4 5 Sumber Rejeki Jati Mulyo Sri Rejeki Sri Rejeki II Tani Rejeki 25 50 45 45 20 Jumlah 175

Sumber : BP3K Kecamatan Gisting, 2010 Melalui kelompok tani yang ada di Pekon Campang tersebut, maka petani akan dapat mengembangkan usahanya secara terorganisir, meningkatkan kualitas kepribadiannya serta meningkatkan produktivitas kerjanya. Hal tersebut dimaksudkan agar petani dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya dan meningkatkan kemampuan memanfaatkan potensi sumber daya tani yang tersedia, serta kemampuan mengembangkan usaha lainnya, seperti usaha pemasaran hasil produk dan mengembangkan jaringan kerjasama dengan kelompok dan lembaga lainnya. Berdasarkan uraian di atas, permasalahan pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana keragaan kelembagaan-kelembagaan yang ada di Pekon Campang Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung? 2. Bagaimana aksesibilitas petani hortikultura miskin terhadap kelembagaan yang ada di Pekon Campang Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung? 3. Apa kendala-kendala yang dihadapi kelembagaan dalam mengakses sumber daya petani hortikultura miskin di Pekon Campang Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung? 4. Bagaimana dampak aksesibilitas petani hortikultura miskin terhadap kelembagaan sosial, ekonomi, budaya untuk usaha peningkatan pendapatan petani hortikultura miskin di Pekon Campang Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung?

5. Bagaimana peranan kelompok tani dalam pengentasan kemiskinan petani kubis di Pekon Campang Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung? B. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui keragaan kelembagaan-kelembagaan yang ada di Pekon Campang Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. 2. Mengetahui aksesibilitas petani hortikultura miskin terhadap kelembagaan yang ada di Pekon Campang Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. 3. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi kelembagaan dalam mengakses sumber daya petani hortikultura miskin di Pekon Campang Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. 4. Mengetahui dampak aksesibilitas petani hortikultura miskin terhadap kelembagaan sosial, ekonomi, budaya untuk usaha peningkatan pendapatan petani hortikultura miskin di Pekon Campang Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. 5. Mengetahui peranan kelompok tani dalam pengentasan kemiskinan petani kubis di Pekon Campang Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi : 1. Pengembang ilmu penyuluhan pembangunan dalam rangka melakukan program pengentasan kemiskinan petani tanaman kubis yang berkaitan dengan usaha pemberdayaan masyarakat. 2. Bahan masukan dan pertimbangan bagi kelompok tani Pekon Campang Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus dalam pengentasan kemiskinan petani kubis. 3. Peneliti lain, sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian yang sejenis pada masa mendatang.