Pengaruh Level Protein dengan Penambahan Asam Amino Esensial dalam Pakan Terhadap Produksi Karkas Ayam Kampung

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH SUPLEMENTASI ASAM AMINO DL-METIONIN DAN L-LISIN KADALUARSA DALAM PAKAN TERHADAP PERFORMAN AYAM BROILER

Animal Agriculture Journal 3(2): , Juli 2014 On Line at :

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

TINJAUAN PUSTAKA Konversi Otot Menjadi Daging

Pengaruh Penambahan Lisin dalam Ransum terhadap Berat Hidup, Karkas dan Potongan Karkas Ayam Kampung

Agros Vol.16 No. 1, Januari 2014: ISSN

HASIL DAN PEMBAHASAN

KUALITAS KIMIA DAGING AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh

PENGARUH DUA JENIS PAKAN KOMERSIAL DAN PAKAN RASIONAL TERHADAP PENAMPILAN AYAM KAMPUNG

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April 2017, Hal Vol. 12 No. 1 ISSN :

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN

Pengaruh Suplementasi Lisin terhadap Karakteristik Karkas Itik Lokal Jantan Umur Sepuluh Minggu

PENGARUH PENAMBAHAN AMPAS Virgin Cococnut Oil (VCO) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS FISIK DAGING AYAM BROILER

Running head:pengaruh Lisin terhadap Karkas Itik. Pengaruh Suplementasi Lisin terhadap Karakteristik Karkas. Itik Lokal Jantan

BAB III MATERI DAN METODE. 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 Januari 2017 di kandang

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

KINERJA AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER. Niken Astuti Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

PENGARUH KANDUNGAN DEDAK PADI DAN LEVEL ENERGI PAKAN TERHADAP PENAMPILAN AYAM KAMPUNG SINGLE COMB

SIFAT-SIFAT FISIK DAN PARAMETER SPESIFIK KUALITAS DAGING

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

KUALITAS FISIK (DAYA IKAT AIR, SUSUT MASAK, DAN KEEMPUKAN) DAGING PAHA AYAM SENTUL AKIBAT LAMA PEREBUSAN

PENGARUH ENZIM PAPAIN TERHADAP MUTU DAGING KAMBING SELAMA PENYIMPANAN

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada 12 September 2014 sampai dengan 20 Oktober 2014

HASIL DAN PEMBAHASAN

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

Pengaruh Pemberian Pakan dengan Sumber Protein Berbeda terhadap Persentase Potongan Karkas dan Massa Protein Daging Ayam Lokal Persilangan

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Brahman Cross Pertumbuhan Ternak

PENGARUH PENGGUNAAN POLLARD DAN ASAM AMINO SINTETIS DALAM PAKAN AYAM PETELUR TERHADAP KONSUMSI PAKAN, KONVERSI PAKAN, DAN PRODUKSI TELUR

Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): , Agustus 2016

KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI DAGING

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

Buletin Peternakan Vol. 40 (2): , Juni 2016 ISSN E-ISSN X

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tradisional Babah Kuya yang terletak di pasar baru. Pasak bumi yang digunakan

Ade Trisna*), Nuraini**)

PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AREN ( Arenga pinnata) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN AKSEPTABILITAS KORNET IRIS ITIK PETELUR AFKIR

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

KARAKTERISTIK KARKAS DAN KUALITAS DAGING SAPI PO YANG MENDAPAT PAKAN MENGANDUNG PROBIOTIK

THE EFFECT OF DIFFERENT FROZEN STORAGE TIME ON THE CHEMICAL QUALITY OF BEEF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

SUSUT MASAK DAN ph DAGING ITIK LOKAL AFKIR BERDASARKAN SISTEM PEMELIHARAAN DAN LOKASI YANG BERBEDA

KUALITAS DAGING SAPI SEGAR DI PASAR TRADISIONAL KECAMATAN PONCOKUSUMO KABUPATEN MALANG

UJI ORGANOLEPTIK TERHADAP DAGING PAHA AYAM PEDAGING YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG BERBAGAI TARAF CACING TANAH (Lumbricus rubellus)

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. jenis sentul dengan umur 1 hari (day old chick) yang diperoleh dari Balai

PENGARUH IMBANGAN ENERGI DAN PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT KARKAS DAN BOBOT LEMAK ABDOMINAL AYAM BROILER UMUR 3-5 MINGGU

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

Pengaruh Lama Penyimpanan dalam Lemari Es terhadap PH, Daya Ikat Air, dan Susut Masak Karkas Broiler yang Dikemas Plastik Polyethylen

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam

PENGARUH PENGGUNAAN KUNYIT DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

NILAI ENERGI METABOLIS RANSUM AYAM BROILER PERIODE FINISHER YANG DISUPLEMENTASI DENGAN DL-METIONIN SKRIPSI JULIAN ADITYA PRATAMA

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul

MATERI DAN METODE. Materi

PEMBERIAN PAKAN TERBATAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERFORMA AYAM PETELUR TIPE MEDIUM PADA FASE PRODUKSI KEDUA

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN TEPUNG IKAN RUCAH NILA (Oreochromis niloticus) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BURAS

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.

Ali, S., D. Sunarti dan L.D. Mahfudz* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

PEMAKAIAN ONGGOK FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BURAS PERIODE PERTUMBUHAN

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi

PENGARUH PENGGUNAAN KOMBINASI SAGU KUKUS DAN TEPUNG KEONG MAS DALAM FORMULASI PAKAN TERHADAP PERFORMANS ITIK JANTAN MA UMUR 1 8 MINGGU

PENGARUH PENGGUNAAN KONSENTRAT DALAM PAKAN RUMPUT BENGGALA ( Panicum Maximum ) TERHADAP KECERNAAN NDF DAN ADF PADA KAMBING LOKAL

ABSTRACT. Keywords: nutmeg leaves, clove leaves, goat, ph, cooking shrinkage, water holding capacity ABSTRAK

Yosi Fenita, Irma Badarina, Basyarudin Zain, dan Teguh Rafian

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN C PADA PAKAN NON KOMERSIAL TERHADAP EFISIENSI PAKAN PUYUH PETELUR

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

PENGARUH LAMA PEMBERIAN BUNGKIL INTI SAWIT (BIS) DALAM RANSUM TERHADAP PENDAPATAN PETERNAK BABI LANDRACE

HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEK PENGGUNAAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING

PENGARUH BUNGKIL BIJI KARET FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK DAGING DOMBA PRIANGAN JANTAN

EFEK LAMA STIMULASI LISTRIK DENGAN TEGANGAN BERBEDA TERHADAP KUALITAS FISIK DAGING AYAM PETELUR AFKIR. Oleh: Adnan Syam 1) dan La Ode Arsad Sani 1)

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kebutuhan gizi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

PROPORSI DAGING, TULANG DAN LEMAK KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DENGAN ARAS YANG BERBEDA

Transkripsi:

Pengaruh Level Protein dengan Penambahan Asam Amino Eseial dalam Pakan Terhadap Produksi Karkas Ayam Kampung Effect of the Dietary Protein Level by Essential Amino Acid Supplementation on Carcass Production of Native Chicken Harimurti Februari Trisiwi 1, Zuprizal 2, dan Supadmo 2 1Akademi Peternakan Brahmaputra 2Fakultas Peternakan UGM Abstract The study was conducted to know the effect of protein level by essential amino acid supplementation (lysine, methionine, threonine) on carcass production of native chicken. One hundred uexed day old native chicke were randomly divided into 4 groups of treatment in 5 replicatio and coisted of 5 birds each. The native chicke were kept up to 10 weeks old receiving 4 ration treatment i.e crude protein level of 18% (P1), 16% (P2), 14% (P3), and 12% (P4), 4 ration treatments were isoenergy (2600 kcal/kg) with level of lysine of 0.98%, methionine 0.36%, and threonine 0.69%. Ration and drinking water were offered ad libitum. The meat samples were taken from breast for physical characteristic and fatness. Those of the physical properties were ph, water holding capacity (WHC), cooking loss, and tenderness. The collected data were analysed by a one way classification of variance analysis (CRD), followed by testing the significant mea by Duncan s Multiple Range Test (DMRT). The result showed that the lowering protein level from 18 decrease to 16% by lysine, methionine, and threonine supplementation maintained native chicken carcass percentage and carcass quality. Highest fat percentage was observed at 12% crude protein ration. Key words: Native chicken, Protein, Essential amino acid, Carcass quality, Meat fat. Pendahuluan Pengembangan ayam kampung mempunyai kendala yaitu rendahnya tingkat produksi yang berhubungan dengan sistem pemeliharaan dan pemberian pakan. Peningkatan level protein meningkatkan pertumbuhan, tetapi bahan pakan sumber protein relatif mahal dan pertumbuhan sebenarnya dipengaruhi oleh proporsi asam amino eseial (AAE) dalam pakan. Menurut Widyani (1999) metionin merupakan asam amino pembatas pertama pada pakan unggas, disusul lisin dan treonin. Bila kebutuhan akan AAE terpenuhi, level protein pakan dapat diturunkan dengan penambahan AAE sesuai dengan proporsinya untuk menghemat bahan pakan sumber protein. Hasil-hasil penelitian yang dilakukan pada ayam kampung menunjukkan bahwa persentase karkas yang lebih tinggi dengan kualitas karkas yang sama berhubungan dengan level protein pakan yang tinggi. Penurunan level protein pakan dengan penambahan AAE diharapkan dapat mempertahankan persentase karkas, kadar lemak daging, dan kualitas karkas. Menurut Soeparno (1992-b) karkas ayam adalah ayam yang telah disembelih dikurangi dengan darah, bulu, kepala, leher, shank, isi rongga dada dan perut, ginjal dan paru-paru termasuk karkas karena sukar dipisahkan. Selanjutnya, berat dan persentase karkas dipengaruhi oleh berat ayam, perlemakan tubuh, daging dada, faktor nutrisi, jenis kelamin, dan umur potong. Mengenai karbohidrat dan lemak, Rook dan Thomas (1983) mengemukakan bahwa penggunaan karbohidrat dan asam-asam lemak yang diabsorbsi yang utama untuk memenuhi kebutuhan energi, kemudian terjadi deposisi nutrien sebagian kecil berupa glikogen dan terutama berupa lemak. Soeparno (1992) menyebutkan bahwa susut masak, ph, daya ikat air (DIA), dan keempukan merupakan komponen kualitas daging. Daging dada dapat digunakan sebagai penentu kualitas karkas karena bagian dada adalah bagian karkas dengan jumlah daging terbanyak. (Soeparno, 1992-a). Menurut Swatland (1984) keasaman daging diukur melalui koentrasi ion hidrogennya, ph menurun bila 150

Harimurti Februari Trisiwi; Pengaruh Level Protein dengan Penambahan Asam Amino koentrasi ion hidrogen lebih banyak. Selanjutnya, daging mengandung buffer (dengan adanya ATP dan fosfat) yang dapat mengikat ion-ion hidrogen. Ayam setelah dipotong supply oksigen dan nutrien pada jaringan berhenti, koentrasi adenosine triphosphat (ATP) dipertahankan dengan pemecahan kreatin fosfat kemudian glikogen oleh enzim dalam sarcoplasma otot dengan hasil asam laktat sehingga terjadi perubahan keasaman otot dari ph 7,0 (awal setelah pemotongan) menjadi ph ultimat 5,6 5,8 pada daging dada (Mead, 1989). Menurut Soeparno (1992) nilai ph ultimate (akhir) adalah ph yang tercapai setelah glikogen otot habis atau glikogen tidak seitif terhadap serangan enzim glikolitik. Swatland ( 1984 ) menyebutkan bahwa daya ikat air adalah kemampuan daging untuk mengikat airnya. Pada ph yang lebih tinggi dari pada ph isoelektrik protein daging (5,0 5,1) terdapat surplus muatan negatif yang mengakibatkan penolakan miofilamen dan memberi lebih banyak ruang untuk molekul air. Penurunan ph otot menurunkan DIA daging dan banyak air yang berasosiasi dengan protein otot akan meninggalkan serabut otot. Soeparno (1992) menyebutkan bahwa susut masak adalah berat yang hilang selama pemasakan. Disamping DIA, lemak daging juga dapat mempengaruhi susut masak. Keempukan adalah kualitas daging masak berdasarkan kemudahannya dikunyah tanpa kehilangan sifat jaringan yang layak (Triatmojo et al. 1986). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penurunan level protein dengan penambahan asam amino lisin, metionin, dan treonin (dengan level yang sama pada setiap level protein pakan) terhadap berat hidup, berat karkas, persentase karkas, kadar lemak daging, dan kualitas karkas ayam kampung. Metode Penelitian Penelitian selama 69 hari ini menggunakan seratus ekor day old chick (DOC) ayam kampung uexed yang dibagi secara acak ke dalam 20 kandang, setiap kandang berisi 5 ekor, setiap 5 kandang untuk satu macam perlakuan pakan. Pakan perlakuan (P1, P2, P3 dan P4) yang digunakan dalam penelitian ini tercantum pada Tabel 1. Untuk melengkapi kekurangan lisin, metionin dan treonin pada P2, P3 dan P4 ditambahkan asam-asam amino sintetis. Tabel 1. Komposisi dan Kandungan Nutrien Pakan Perlakuan Bahan pakan (%) P1 P2 P3 P4 Dedak halus Jagung kuning giling Bungkil kedelai Tepung ikan NaCl Top mix 1 Filler CaCO3 Biofos L-Lisin HCl DL-Metionin L-Treonin 17,00 52,00 9,00 13,00 7,85 0,60 29,50 49,04 12,00 6,35 0,38 1,17 0,74 0,17 0,04 0,06 22,00 56,00 12,50 2,45 3,05 1,55 1,28 0,37 0,10 0,15 26,00 58,60 6,55 1,00 3,12 1,70 1,50 0,60 0,13 Total 100 100 100 100 Kandungan Nutrien: PK (%) 2 18,16 16,35 14,29 12,01 ME (kcal / kg) SK (%) EE (%) Ca (%) P tersedia (%) Asam a mino (%): 3 Lisin Arginin Metionin Sistin Treonin 2609 3,61 5,12 1,01 0,86 2580 4,80 6,09 1,01 0,77 0,26 2592 4,15 5,21 1,02 0,61 0,24 2580 4,26 5,63 1,02 0,57 0,20 1 Produksi PT. Medion; 2 Hasil analisis proksimat di Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan UGM; 3Hasil perhitungan dari Hartadi et al. (1980) 151

Penentuan level metabolis energi (ME) 2600 kcal/kg menurut pendapat Resnawati (1998) dan Sinurat (1999), sedangkan protein kasar (PK) 18% pada P1 menurut pendapat Resnawati (1998) Pakan dan air minum diberikan secara ad libitum. Variabel yang diamati meliputi berat hidup (g/ekor), berat karkas (g/ekor), karkas (%), lemak daging (%), ph, DIA (%), susut masak (%), dan keempukan (kg/cm 2 ). Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis variai dari rancangan acak lengkap pola searah, jika terdapat perbedaan dilanjutkan dengan uji Duncan s Multiple Range Test (Astuti, 1980). Hasil dan Pembahasan Berat hidup, berat karkas, persentase karkas, lemak daging, kualitas fisik daging ayam kampung pada umur 70 hari tercantum pada Tabel 2. Penurunan level protein menyebabkan penurunan berat hidup dan berat karkas pada P3 dan P4, tetapi penambahan ketiga AAE dapat mempertahankan berat hidup dan berat karkas dengan penurunan level protein 2 point pada P2. Ketidakseimbangan AAE menyebabkan penurunan berat karkas pada P3 dibanding P1 (p<0,01) dan pada P4 dibanding P3 (p<0,01). Persentase karkas yang dihasilkan pada keempat perlakuan berbeda tidak nyata karena efisiei pengunaan protein yang lebih baik dan kadar lemak daging yang lebih tinggi pada ayam dengan level protein pakan yang lebih rendah. Kadar lemak daging cenderung meningkat dan berbeda sangat nyata (p<0,01) pada P4 dibanding perlakuan lainnya. MacLeod (1991) menyebutkan bahwa respon unggas yang sedang tumbuh terhadap variasi rasio energi dan protein pakan bukan dengan pelepasan energi melalui panas tetapi dengan merubah jumlah energi yang disimpan (retained) dan dalam pembagian energi antara protein dan lemak. Van Es (1980) menyebutkan bahwa estimasi penggunaan ME bagi energi yang terdeposisi sebag ai protein jaringan berkisar antara 40-60% dan sisanya untuk deposisi lemak. Pada P4 terjadi koumsi ME yang melebihi kebutuhan untuk deposisi protein sebagai akibat usaha memperoleh kecukupan AAE sehingga terjadi deposisi lemak 1,07 %. Nilai ph keempat perlakuan berbeda tidak nyata. Soeparno (1992) menyebutkan bahwa nilai ph banyak ditentukan oleh laju glikolisis postmortem dan cadangan glikogen otot. Lehninger (1982) menyebutkan bahwa glikolisis anaerob terjadi ketika oksigen tak dapat dibawa ke otot dengan cepat untuk mengoksidasi piruvat untuk menghasilkan ATP. Dengan demikian, otot menggunakan cadangan glikogen untuk menghasilkan ATP dengan hasil akhir laktat. Menurut Church dan Pond (1982) cadangan glikogen terbatas sehingga ingesti karbohidrat yang melebihi kebutuhan pembentukan glikogen pada suatu saat dikonversi menjadi lemak. Cadangan glikogen yang diduga sama pada keempat perlakuan menghasilkan laktat yang sama dan kemudian nilai ph yang berbeda tidak nyata. Daya ikat air (DIA) berbeda tidak nyata pada keempat perlakuan karena ph yang berbeda tidak nyata dan kemungkinan kadar protein daging juga berbeda tidak nyata Soeparno (1992) menyebutkan bahwa faktor ph dan sintesis protein dapat mempengaruhi DIA. Swatland (1984) menyebutkan bila ph post mortem berkurang, DIA juga berkurang dan banyak air yang bergabung dengan protein otot sebelum pemotongan bebas meninggalkan serat otot. Widyani (1989) menyebutkan bahwa protein karkas meningkat secara linier dengan bertambahnya level lisin dan mencapai plateau pada level 1,2%. Tabel 2. Pengaruh Level Protein Terhadap Produksi Karkas Ayam Kampung Umur 70 Hari Variabel P1 P2 P3 P4 Sig Berat hidup (g/ekor) Berat karkas (g/ekor) Karkas (%) Lemak daging (%) PH DIA (%) Susut masak (%) Keempukan (kg/cm 2 ) 792,64 a 493,82 a 62,46 0,53 a 5,90 25,30 20,22 0,63 746,74 ab 457,10 ab 63,50 0,53 a 5,80 24,00 17,12 0,65 692,85 b 439,63 b 63,47 0,65 a 5,82 20,79 16,95 0,68 583,99 c 361,48 c 61,77 1,07 b 5,86 21,61 23,19 0,56 abc Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan sangat nyata (p< 0,01) 152

Harimurti Februari Trisiwi; Pengaruh Level Protein dengan Penambahan Asam Amino Pada penelitian ini digunakan level 3 AAE yang sama sehingga protein karkasnya diduga relatif sama. Dengan ph yang berbeda tidak nyata dan kadar protein yang relatif sama dihasilkan DIA yang berbeda tidak nyata. DIA pada P1 dan P2 yang secara angka lebih tinggi daripada DIA pada P3 dan P4 kemungkinan dipengaruhi oleh kadar lemaknya. Menurut Soeparno (1992-b) otot yang lebih sedikit mengandung lemak, lebih banyak ruang pada protein daging untuk mengikat air. Pakan perlakuan menghasilkan susut masak yang berbeda tidak nyata. Soeparno (1992b) menyebutkan bahwa DIA dan lemak daging mempengaruhi susut masak. Lemak daging meleleh saat pemasakan dan sebagian menutup permukaan daging sehingga kehilangan cairan pada otot yang mengandung lebih banyak lemak lebih kecil, tetapi pada daging yang mengandung lemak marbling lebih besar akan kehilangan lemak lebih besar (Soeparno, 1992). DIA daging dada pada P1 dan P2 relatif lebih tinggi dari pada P3 dan P4, tetapi kadar lemak daging dada P3 dan P4 relatif lebih tinggi daripada P1 dan P2 sehingga susut masak berbeda tidak nyata. Susut masak relatif lebih tinggi pada P4 daripada ketiga perlakuan lainnya karena kandungan lemak dagingnya lebih tinggi secara sangat nyata. Menurut Soeparno (1992) pada saat pemasakan lemak daging meleleh dan melarutkan kolagen menjadi gelatin, sedangkan Aurand et al. (1987) berpendapat bahwa kolagen adalah suatu protein dalam daging, komponen penting jaringan ikat, tendon dan tulang yang mengandung hidroksiprolin lebih tinggi daripada protein pada umumnya dan ketika dipanaskan hingga 80º C kolagen dikonversi menjadi gelatin yang larut dalam air. Keempukan berbeda tidak nyata antara keempat perlakuan, tetapi nilai P4 menghasilkan keempukan daging tertinggi yaitu 0,56 kg/cm 2. Keempukan daging berhubungan dengan DIA dan kandungan lemak daging. DIA pada P1 dan P2 relatif lebih tinggi daripada DIA pada P3 dan P4, tetapi kadar lemak daging pada P2 dan P4 relatif lebih tinggi daripada P1 dan P2. Soeparno (1992) menyebutkan bahwa keempukan ditentukan oleh struktur myofibril dan kontraksinya, kandungan jaringan ikat dan ikatan silangnya, DIA protein daging dan jus daging. Selanjutnya, pada pemasakan daging, meskipun serabut otot mengalami kontraksi dan menjadi lebih alot, lemak daging meleleh dan melarutkan kolagen menjadi gelatin, sehingga pengaruh pemasakan secara keseluruhan adalah meningkatkan keempukan daging. Kesimpulan Penurunan level protein pakan dari 18 hingga 12% dengan penambahan ketiga AAE dapat mempertahankan persentase karkas dan kualitas fisik daging, tetapi menurunkan berat karkas pada level protein pakan 14%, dan kadar lemak daging dada meningkat pada level protein pakan 12%. Daftar Pustaka Astuti, M. 1980. Rancangan Percobaan dan Analisis Statistik. Bagian Pemuliaan Ternak, Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta. Aurand, L. W., A. E. Woods and M. R. Wells. 1987. Food Composition and Analysis. Van Nostrand Reinhold Co. New York. Church, D. C. and W. G. Pond. 1982. Basic Animal Nutrition and Feeding 3 rd Ed. John Wiley and So. New York, Chichester, Brisbane, Toronto, Singapore. Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, S. Lebdosukojo dan A. D. Tillman. 1980. Tabel-Tabel dari Komposisi Bahan Makanan Ternak untuk Indonesia. Utah State University. Utah. Lehninger, A. L. 1982. Biochemistry. Worth Publisher Inc. New York. MacLeod, M. G. 1991. Fat Deposition and Heat Production as Respoes to Surplus Dietary Energy in Fowls Given a Wide Range of Metabolizable Energy : Protein Ratios. British Poultry Sci., 32 : 1097-1108. Mead, G. C. 1989. Processing of Poultry. Elsevier Applied Science. London, New York. Resnawati, H. 1998. The Nutritional Requirements for Native Chicke. Bulletin of Animal Sci., Supplement Ed. 1998 : 522-527. Rook, J. A. and P. C. Thomas. 1983. Nutritional of Physiology of Farm Animal. Longman. London, New York. Sinurat, A. P. 1999. Penggunaan Bahan Lokal dalam Pembuatan Raum Ayam Buras. Wartazoa Vol. 9 No. 1 : 12-20. Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Soeparno, 1992-a. Komposisi Tubuh dan Evaluasi Daging Pedoman Penilaian Kualitas Produk Ayam Jantan. Buletin Peternakan Vol XVI : 6-14. Soeparno. 1992-b. Laporan Penelitian Daging Dada (Pectoralis superficialis) sebagai Standar Penilaian Kualitas Daging. Lembaga Penelitian UGM. Yogyakarta. Swatland, H. J. 1984. Structure and Development of Meat Animal. Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs, New York. 153

Triatmojo, S., C. P. Nugroho dan Soeparno. 1986. Keempukan dan Cooking Loss Daging Ayam Kampung yang Disuntik Antemortem Enzim Papain. Buletin Peternakan Th. X No. 1 : 17-21. Van Es, A. J. H. 1980. Energy Costs of Protein Deposition. Protein Deposition in Animals. Butterworths. London, Boston, Sydney, Wellington, Durban, Toronto. Widyani, R. R. 1989. Standarisasi Kebutuhan Asam Amino Eseial pada Pakan Broiler di Indonesia. Tesis. Fakultas Pascasarjana UGM. Yogyakarta. Widyani, R. R. 1999. Persyaratan Asam Amino Pembatas Utama pada Pakan Ayam Pedaging di Indonesia. Disertasi. Program Pascasarjana UGM. Yogyakarta. 154