BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum acara pidana dan hukum pidana merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Hukum acara pidana adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Meskipun hakim dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari pengaruh serta rekomendasi pihak manapun juga, tetapi dalam melaksanakan tugas pekerjaanya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah termasuk perbankan/building society (sejenis koperasi di Inggris),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guna mendapatkan suatu putusan akhir dalam persidangan diperlukan adanya bahan-bahan mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBUKTIAN DAKWAAN ALTERNATIF PENUNTUT UMUM PADA TINDAK PIDANA PENIPUAN (STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SURAKARTA NO.84/PID.B/2015/PN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri. Pelaksanaan jual beli atas tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang sedang dilaksanakan, baik sejak masa pemerintahan Orde Baru maupun masa reformasi

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang dapat diidentifikasikan dari tingkat pertumbuhan ekonominya.

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan

BAB I PENDAHULUAN. acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

P U T U S A N. Nomor : 529/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Berawal dari sebuah adegan di film Arwah Goyang Karawang, Julia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 amandemen ke-empat, telah ditegaskan bahwa Negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum. Itu berarti bahwa Indonesia menjunjung tinggi hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. Negara melindungi dan menjamin hak-hak asasi manusia, hak asasi manusia di bidang hukum yaitu segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Dalam tatanan hukum yang berlaku di Indonesia terdapat beberapa macam hukum, antaranya adalah hukum pidana dan hukum acara pidana. Kedua hukum tersebut mempunyai suatu hubungan yang erat. Hukum pidana merupakan hukum yang mengatur tentang perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh undang-undang beserta sanksi pidana yang dapat dijatuhkannya kepada pelaku. Hal tersebut menempatkan hukum pidana dalam pengertian hukum pidana materiil (Bambang Waluyo, 2000:6). Sedangkan hukum acara pidana mengatur caracara bagaimana negara menggunakan haknya untuk melakukan penghukuman dalam perkara-perkara yang terjadi. Hukum acara pidana merupakan suatu sistem kaidah atau norma yang diberlakukan oleh negara, dalam hal ini oleh kekuasaan kehakiman, untuk melaksanakan hukum pidana (Djoko Prakoso, 1988:1). Pengaturan mengenai tata cara dan pelaksanaan penegakan hukum acara pidana diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Pada Pasal 2 KUHAP telah diatur mengenai ruang lingkup berlakunya undang-undang tersebut, yang berbunyi : Undangundang ini berlaku untuk melaksanakan tatacara pelaksanaan dalam lingkungan 1

2 peradilan umum pada semua tingkat peradilan. Sehingga dalam menjalankan tugasnya sebagai aparat penegak hukum apabila terjadi suatu perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan baik oleh masyarakat maupun aparatur negara, maka harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku tersebut, yaitu aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam KUHAP. Hukum acara pidana memiliki tiga fungsi pokok atau tujuan dari hukuma cara pidana, yaitu (Achmad S. Soema Di Pradja, 1981:4-5): 1. Mencari dan menermukan kebenaran 2. Pengambilan putusan oleh hakim 3. Pelaksanaan putusan yang telah diambil itu. Salah satu tujuan dalam hukum acara pidana yang telah disebutkan diatas adalah untuk mencari dan menemukan kebenaran. Dalam hal ini untuk mencari dan mendapatkan kebenaran materiil, yaitu kebenaran yang selengkaplengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat dengan tujuan mencari pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menemukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwakan tersebut dapat dipersalahkan. Dengan kata lain, tujuan akhir dari pemeriksaan adalah pembuktian kebenaran. Pembuktian memegang peranan penting dalam proses pemeriksaan sidang pengadilan. Serta merupakan titik sentral pemeriksaan perkara dalam sidang pengadilan. Melalui pembuktian ditentukan nasib terdakwa. Karena dengan pembuktian inilah dapat diketahui apakah terdakwa benar melakukan perbuatan pidana yang didakwakan kepadanya atau tidak. Dengan adanya pembuktian juga maka dapat ditentukan pidana yang akan dijatuhkan kepada terdakwa yang telah benar terbukti bersalah. Karena apabila hasil pembuktian dari alat-alat bukti yang ditentukan undang-undang tidak cukup untuk membuktikan kesalahan yang didakwakan, maka terdakwa dibebaskan dari

3 segala hukuman, dan sebaliknya jika kesalahan terdakwa ternyata dapat dibuktikan, maka terdakwa dinyatakan bersalah dan kepadanya akan dijatuhi hukuman pidana (M. Yahya Harahap, 2006:273). Salah satu kasus yang berkaitan tindak pidana penipuan yang harus dibuktikan Penuntut Umum yaitu berawal pada saat Sarinah Anis Marfu ah mengikuti pengajian di MTA Surakarta di bulan Maret 2013 ditawari oleh saksi Kristianti Suryandaro untuk melihat-lihat terlebih dahulu mobil di dealer milik terdakwa yaitu Dealer Untung Abadi Motor. Selanjutnya pada bulan Maret 2013, Nardi dan Sarinah Anis Marfu ah datang ke Dealer Untung Abadi Motor di Karanganyar milik Ir. Sujono bin Suntono dengan maksud akan membeli mobil second. Namun terdakwa menyampaikan kata-kata agar Nardi membeli mobil baru saja dengan alasan mobil second dengan yang baru tidak banyak, dan membeli mobil baru diskonnya banyak (ada promo) dan kekurangannya dapat dibayar kemudian secara bertahap. Setelah mendengar kata-kata terdakwa tesebut Nardi berminat membeli barang berupa 1 (satu) unit KBM Merk Toyota New Avanza tahun 2013 No. Pol. AD 9271 ZB, warna silver metalik, Noka MHKMIBA3JDJo10734, Nosin M824785 dengan harga Rp 163.000.000,- (seratus enam puluh tiga juta rupiah). Nardi melakukan pembayaran atas pembelian mobil Toyota New Avanza tahun 2013 DP sebesar Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah) lalu mobil diserahkan. Setelah dibayar lunas uang pembelian mobil kepada Ir. Sujono bin Suntono, dijanjikan BPKB mobil tersebut jadi selama kurang lebih 6 (enam) bulan lamanya, namun setelah 6 (enam) bulan lamanya BPKB mobil belum jadi. Ternyata pada bulan April 2013, tanpa sepengetahuan dan seijin pembeli Nardi, terdakwa telah mengajukan pembiayaan pembelian mobil yang dibeli oleh saksi Nardi tersebut ke PT. Andalan Finance dengan kredit atas nama Winarno, sebesar Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah) dengan jangka waktu pembelian 12 (dua belas) bulan dan untuk setiap bulannya mengangsur Rp 10.839.000,- (sepuluh juta delapan ratus tiga puluh sembilan ribu rupiah).

4 Pada saat cair uang tersebut dari PT. Andalan Finance sesuai dengan permintaan terdakwa pada saat mengajukan, langsung di transfer ke rekening Bank BCA milik istri terdakwa, dan uang tersebut terdakwa gunakan membayar hutang dan untuk menutup kekurangan pembelian pembayaran mobil. Akibat perbuatan terdakwa tersebut, saksi Nardi mengalami kerugian kurang lebih sebesar Rp 72.731.400,- (tujuh puluh dua juta tujuh ratus tiga puluh sati ribu empat ratus rupiah). Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa hakikat pembuktian adalah penggunaan alat-alat bukti yang sah sebagaimana ditentukan dalam undang-undang untuk membuktikan ada atau tidaknya kesalahan terdakwa. Terdakwa melakukan tindak pidana penipuan atas dasar hal tersebut di atas maka penulis menetapkan judul dalam skripsi UPAYA PENUNTUT UMUM MEMBUKTIKAN DAKWAAN BERBENTUK ALTERNATIF DAN PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM MENYATAKAN TERDAKWA TERBUKTI BERSALAH MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENIPUAN B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengambil beberapa permasalahan yang akan dirumuskan untuk mempermudah penulis dalam mengkaji masalah yang diangkat dalam penulisan hukum (skripsi) ini. Rumusan masalah tersebut adalah : 1. Apakah alat-alat bukti yang digunakan penuntut umum sebagai upaya membuktikan dakwaan berbentuk alternatif tindak pidana penipuan telah sesuai Pasal 184 KUHAP? 2. Apakah pertimbangan hukum hakim menyatakan terdakwa terbukti bersalah melakukan tindak pidana penipuan telah sesuai Pasal 183 jo Pasal 193 ayat 1 KUHAP?

5 C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Obyektif a. Mengetahui alat-alat bukti yang digunakan penuntut umum sebagai upaya membuktikan dakwaan berbentuk alternatif tindak pidana penipuan telah sesuai Pasal 184 KUHAP? b. Mengetahui pertimbangan hukum hakim menyatakan terdakwa terbukti bersalah melakukan tindak pidana penipuan telah sesuai Pasal 183 jo Pasal 193 ayat 1 KUHAP? 2. Tujuan Subyektif a. Menambah pengetahuan.dan pemahaman aspek teoritik dan aspek praktik terhadap penggunaan alat bukti berita acara penipuan dalam perkara pidana b. Menerapkan ilmu dan teori-teori hukum yang telah diperoleh agar dapat memberi manfaat bagi penulis sendiri khususnya dan bagi masyarakat pada umumnya. c. Memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1) dalam bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum di Universitas Sebelas Maret. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dalam penelitian tersebut. Adapun manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi pengembangan ilmu hukum acara pidana khususnnya

6 mengenai penggunaan alat bukti berita acara tindak pidana penipuan dengan alat bukti alternatif. b. Hasil penelitian diharapkan memperkaya referensi, literatur dan bahan informasi ilmiah yang dapat digunakan untuk penelitian dan penulisan hukum sejenis di masa yang akan datang. c. Penelitian ini merupakan suatu pembelajaran dalam menerapkan ilmu yang diperoleh sehingga dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan dokumentasi ilmiah. 2. Manfaat Praktis a. Guna mengembangkan logika berpikir, membentuk pola pikir yang dinamis, sekaligus menguji dan menerapkan kemampuan peneliti dalam menerapkan kajian keilmuan sinkronisasi hukum. b. Memberikan jawaban dan solusi atas permasalahan yang diteliti. c. Memberikan masukan dan tambahan pengetahuan bagi pihak-pihak yang terkait dengan masalah penelitian ini dan berguna bagi pihakpihak yang berminat pada masalah yang sama. E. Metode Penelitian Penelitian hukum (legal reseach) adalah suatu proses untuk menentukan kebenaran koherensi,yaitu memnetukan apakah aturan hukum yang ada sudah sesuai dengan norma hukum,apakah norma yang berupa perintah atau larangan itu sesuai dengan prinsip hukum dan apakah tindakan seorang sudah sesuai dengan norma hukum atau prinsip hukum ( Peter Mahmud Marzuki,2004:47). Penelitian hukum merupakan suatu penelitian dalam kerangka know-how didalam hukum. Sebagai kegiatan know-how,penelitian hukum dilakukan untuk memecahkan isu hukum yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki,2014:60). Adapun metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

7 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian hukum normatif,yang dilakukan dengan meneliti bahan-bahan hukum yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Dalam penelitian ini,penulis ingin mengetahui tinjauan hukum terkait kedudukan Berita Acara melakukan tindak pidana penipuan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Surakarta NO.84/PID.B/2015/PN.SKT) 2. Sifat Penelitian Ilmu hukum mempunyai karakteristik sebagai ilmu yang bersifat preskriptif dan terapan. Sebagai ilmu yang bersifat,objek ilmu hukum adalah koherensi antara norma hukum dan prinsip hukum,antara aturan hukum dan nora hukum,serta koherensi antara tingkah laku dengan norma hukum( Peter Mahmud Marzuki,2014 :41). Sebagai ilmu terapan,ilmu hukum menetapkan standar prosedur,ketentuan-ketentuan,rambu-rambu dalam melaksanakan aturan hukum. Suatu ilmu terapan memang hanya dapat diterapkan oleh ahlinya. Yang dapat menyelesaikan masalah huku adalah ahli hukum melalui kaidah-kaidah keilmuan hukum( Peter Mahmud Marzuki,2014:67). 3. Pendekatan Penelitian Peter Mahmud Marzuki ( 2014:133) menyatakan bahwa di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Dengan pendekatan tersebut peneliti mendapatkan informasi dari berbagai aspek mengenai isu hukum yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya. Pendekatanpendekatan yang dapat digunakan dalam penelitian hukum adalah pendekatan undang-undang ( statute approach ), pendekatan historis (Historical approach ), pendekatan komparatif ( comparative approach),dan pendekatan konseptual ( conceptual approach). Penelitian hukum ini guna memperoleh jawaban dari isu hukum atau permasalahan yang ingin dikaji maka penelitian menggunakan

8 pendekatan kasus ( case approach). Pedekatan kasus (case approach) dilakukan dengan mempelajari penerapan norma-norma kaidah hukum yang dilakukan oleh praktik hukum. Berdasarkan Studi Putusan Pengadilan Negeri Surakarta NO.84/PID.B/2015/PN.SKT penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kasus (case approach) yang diteliti mengenai ratio decidendi yaitu alasan-alasan hukum yang digunakan oleh hakim sampai pada putusanya. Ratio decidendi dapat ditemukan dengan memperhatikan fakta materiil. Fakta-fakta tersebut berupa orang,tempat,waktu dan segala yang menyertainya asalkan tidak terbukti sebaliknya. Perlunya fakta materiil tersebut diperhatikan karena baik hakim maupun para pihak akan mencari aturan hukum yang tepat untuk dapat diterapkan pada fakta tersebut. Ratio decidendi inilah yang menunjukkan bahwa ilmu hukum merupakan ilmu yang bersifat preskriptif, bukan deskriptif. Adapun diktum,yaitu putusannya bersifat deskriptrif. Oleh karena itulah pendekatan kasus bukanlah merujuk kepada diktum putusan pengadilan, melainkan merujuk pada ratio decidendi (Peter Mahmud Marzuki,2014:158-159). 4. Sumber Penelitian Pemecahan isu hukum memerlukan sumber-sumber penelitian. Sumber hukum penelitian dapat dibedakan menjadi sumber-sumber penelitian yang berupa bhan-bahan hukum primer dan bahan-bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat aautoritatif,artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundangan-undangan, catatan resmi atau risalah dalam pembuatan undang-undang dan putusan-putusan hakim. Bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks,kamus-kamus hukum,jurnal-jurnal hukum dan komentar-komentar atas putusan ( Peter Mahmud Marzuki,2014:181).

9 Bahan-bahan hukum yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah: a. Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana (KUHP); 2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ( KUHAP); 3) Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman; 4) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia. 5) Putusan Pengadilan Negeri Surakarta NO.84/PID.B/2015/PN.SKT b. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder berupa buu-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum dan komentar-komentar atas putusan pengadilan berasal dari bahan cetakan maupun penelusuran internet. 5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan studi kepustakaan ( library research) atau studi dokumen. Studi dokumen adalah suatu pengumpulan bahan hukum yang dilakukan melalui bahan hukum tertulis. 6. Teknik Analisis Bahan Hukum Teknik analisis bahan hukum yang penulis gunakan adalah analisis bahan hukum yang bersifat deduksi dengan metode silogisme. Yang dimaksud dengan deduksi silogisme adalah merumuskan fakta hukum dengan cara membuat konklusi atas premis mayor dan premis minor. Pola berpikir deduktif adalah dari pernyataan mayor yang bersifat umum ke pernyataan minor yang bersifat khusus. Premis mayor yang dimaksud

10 adalah aturan hukum, sedangkan premis minor adalah fakta hukum dan dari kedua hal tersebut akan ditarik konklusi ( Peter Mahmud Marzuki,2014:89-90). Adapun dalam penulisan hukum ini yang dimaksud dengan premis mayor adalah aturan hukum dalam KUHAP dan premis minor adalah fakta hukum dalam Studi Putusan Pengadilan Negeri Surakarta NO.84/PID.B/2015/PN.SKT dari kedua hal tersebut dapat ditarik kesimpulan/konklusi untuk menjawab isu hukumnya. F. Sistematika Penulisan Hukum Memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai sistematika penulisan hukum serta untuk mempermudah pemahaman berkaitan seluruh isi penulisan hukum ini, maka penulis menyajikan sistematika penulisan hukum ini yang terdiri dari empat bab. Adapun sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari subbab-subbab yaitu latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum. Bab pertama ini merupakan awal yang menjadi dasar, bahan pertimbangan, serta patokan dari karya ini. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab II ini mengenai Tinjaun Pustaka berisi subbab Kerangka Teori dan subbab Kerangka Pemikiran. Pada Kerangka Teori memuat berbagai pengertian yang mendukung dari judul yang ada hingga memudahkan para pembacanya. Dimulai dari tinjauan mengenai Tinjauan Umum tentang Penuntut Umum, Tinjauan tentang Pembuktian dan Alat Bukti, Tinjauan Tentang Dakwaan, Tinjauan Umum Tentang Putusan Hakim, diakhiri dengan Tinjauan

11 tentang Tindak Pidana Penipuan, dan selanjutnya sub bab Kerangka Pemikiran, dibuat sebuah bagan untuk menyederhanakan pola pikir serta alur arah dari tulisan ini. BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini merupakan bab inti dan paling penting. Memaparkan dan menjabarkan hasil penelitian yang kemudian dengan analisis menghasilkan pembahasan atas pokok permasalahan yang dituju, yaitu mengenai Kesesuaian alat-alat bukti yang digunakan penuntut umum sebagai upaya membuktikan dakwaan berbentuk alternatif tindak pidana penipuan dengan Pasal 184 KUHAP, dan Kesesuaian pertimbangan hukum hakim menyatakan terdakwa terbukti bersalah melakukan tindak pidana penipuan dengan Pasal 183 jo Pasal 193 ayat (1) KUHAP BAB IV : PENUTUP Bab ini berisi tentang simpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN