BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

Al Wajibu La Yutraku Illa Liwajibin

KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN

UAS Ushul Fiqh dan Qawa id Fiqhiyyah 2015/2016

Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam

studipemikiranislam.wordpress.com RUANG LINGKUP AJARAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

Etimologis: berasal dari jahada mengerahkan segenap kemampuan (satu akar kata dgn jihad)

A. Pengertian Fiqih. A.1. Pengertian Fiqih Menurut Bahasa:

Kewajiban berdakwah. Dalil Kewajiban Dakwah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai

BAB III PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JILTERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA. A. Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama

KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan

Surat Untuk Kaum Muslimin

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah. Terutama menyangkut tempat tinggal yang merupakan papan sebagai

BAB II PEMBAHASAN TENTANG MASLAHAH

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF KONSEP KEPUASAN SEBAGAI TUJUAN KEGIATAN KONSUMSI MENURUT EKONOMI KONVENSIONAL DAN EKONOMI SYARIAH

BAB II\ TEORI MAS}LAH}AH. Dilihat dari bentuk lafalnya, kata Mas}lah}ah adalah kata bahasa Arab yang

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS

Pendidikan Agama Islam

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

HADITS KEsembilan Arti Hadits / :

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat

MAKALAH SUMBER HUKUM DAN AJARAN ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO

Sumber sumber Ajaran Islam

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

METODE MEMAHAMI ISLAM

Soal Jawab Agama Dr Yusuf Al-Qardhawi - KAEDAH TOLERANSI DALAM MASALAH (2/2)

SUMBER SUMBER HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia

BAB IV ANALISA PEMIKIRAN IMAM SYATIBI

BAB I PENDAHULUAN. sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RATIOLEGIS HUKUM RIDDAH

Kedudukan Akal Dalam Islam

FALSAFAH EKONOMI ISLAM. Oleh Muhammad Ismail Yusanto

MATERI I PENGANTAR USHUL FIQH TIM KADERISASI

BAB I PENDAHULUAN. Sejak datangnya agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 Masehi,

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

yang sama bahwa Allah mempunyai sifat-siafat. Allah mempunyai sifat melihat (al-sami ), tetapi Allah melihat bukan dengan dhat-nya, tapi dengan

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

BAB V PENUTUP. Pada bagian terakhir ini penulis berusaha untuk menyimpulkan dari

SUMBER HUKUM ISLAM 1

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan laporan hasil penelitian yang diuraikan pada BAB IV terlebih di

Objektif. Topik yang akan dipelajari SIMPOSIUM 2015 METODOLOGI PENGELUARAN HUKUM DALAM ISLAM. Ciri-Ciri Syariat Islam Ustaz Sayid Sufyan b Jasin

BAB V PENUTUP. maka penulis dapat menarik kesimpulan mengenai Rekonstruksi Undang-Undang. No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. bidang, baik jumlah maupun waktunya. 1. berkaitan dengan industri. Dalam aktivitas bisnis berusaha menggunakan

5 Oktober 2011 AAEI ITB K-07

SUMBER AJARAN ISLAM. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Modul ke: Fakultas ILMU KOMPUTER

Ceramah Ramadhan 1433 H/2012 M Bagaimana Kita Merespon Perintah Puasa

place, product, process, physical evidence

BAB VI PENUTUP. 1. konsep upah perspektif Hizbut Tahrir adalah sebagai berikut:

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam yang tidak terlalu penting untuk serius dipelajari dibandingkan

HUKUM DAN HAM DALAM ISLAM

TEORI MAQASHID AL-SYARI'AH DALAM HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

Rukun wakalah ada tiga: pertama, dua pihak yang berakad yaitu pihak yang mewakilkan (al-mu wakkil ) dan pihak yang mewakili ( alwakîl

BAB I PENDAHULUAN. ibadah yang setiap gerakannya mengandung do a.1 Shalat adalah kewajiban

LAPORAN AGAMA K-07. Hukum dan HAM dalam Islam. Kelompok 3.a. Anngota kelompok: Kartika Trianita Zihnil Adha Islamy Mazrad

RESUME. MATA KULIAH STUDI ISLAM BAB I s.d. BAB VI. oleh: Muhammad Zidny Naf an ( / TI 1C)

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berlainan jenis antara laki-laki dan perempuan serta menjadikan hidup

c 1 Ramadan d 28 RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PENAMBANGAN BATU DI DESA SENDANG KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. ghoirumahdloh (horizontal). Sebagaimana firman Allah swt berikut:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Oleh: Hafidz Abdurrahman, Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PEMBELAAN TERPAKSA YANG MELAMPAUI BATAS MENURUT PASAL 49 KUHP

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERSYARATAN TEKNIS DAN SANKSI HUKUM MODIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR YANG

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN MENURUT UU RI NOMOR 13 TAHUN 2006 DAN FIQH SIYASAH

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Syarif Hidayatullah (STAIN Jember,

Al-Qur an Al hadist Ijtihad

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Eksistensi spiritualitas guru dalam

FATWA FIQIH JINAYAH : BOM BUNUH DIRI Oleh: Nasruddin Yusuf ABSTRAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

BAB IV TINJAUAN MASḶAHẠH TERHADAP PENERAPAN FATWA DSN NO. 29/ DSN-MUI/ VI/ 2002 TENTANG PEMBIAYAAN PENGURUSAN HAJI DI BRI SYARIAH SIDOARJO

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an

TAFSIR AL-QUR AN INKLUSIF

Sambutan Presiden RI Pd Silaturahmi dg Peserta Musabaqah Hifzil Quran, tgl 14 Feb 2014, di Jkt Jumat, 14 Pebruari 2014

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

HUKUM MENGENAKAN SANDAL DI PEKUBURAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

Modul ke: Peradaban Islam. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

Transkripsi:

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian terdahulu ini akan diuraikan sejauh mana orientasi dan posisi penelitian yang hendak dilakukan, kemudian akan diberikan uraian singkat tentang penelitian yang telah dipublikasikan sebelumnya. Peneliti sebenarnya bukan orang pertama yang mengkaji pemikiran Abdullah Saeed. Para peneliti sebelumnya telah banyak melakukan kajian atas pemikiran tokoh tersebut, baik dalam bentuk tesis, skripsi dan karyakarya ilmiah lainnya. Beberapa kajian yang dilakukan oleh beberapa peneliti mengenai pemikiran Abdullah Saeed adalah sebagai berikut: Syaparuddin (Kritik-Kritik Abdullah Saeed terhadap Praktik Pembiayaan Murabahah Pada Bank Islam, Tesis). 44 Dalam penelitian tesis ini, Syaparuddin berupaya untuk melakukan kritik terhadap kritik Abdullah Saeed terhadap praktik pembiayaan murabahah dalam Perbankan Islam. Penelitian ini mencoba menelusuri latar belakang Abdullah Saeed dalam melakukan kritik terhadap persoalan ini, bentuk dari kritik yang dilakukan dan implikasi kritik tersebut dalam dunia Perbankan Islam. Melalui metode deduktif-induktif dan komparatif Syaparuddin berkesimpulan bahwa kritik Saeed dilatarbelakangi karena Saeed menganggap dalam pembiayaan murabahah, ada kesenjangan antara praktik yang menurutnya merupakan 44 Syaparuddin, Kritik-kritik Abdullah Saeed terhadap Praktik Pembiayaan Murabahah, Tesis Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga (Yogyakarya: Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2007). 22

23 praktik bunga terselubung. Kritik Saeed ini, menurut Syaparuddin, mempunyai implikasi yang signifikan dalam hal menimbulkan paradigma bahwa Bank Islam tidak berbeda dengan Bank Konvensional. Lien Iffa Naf atu Fina (Interpretasi Kontekstual: Studi atas Pemikiran al-qur an Abdullah Saeed, Skripsi: 2009). 45 Dalam penelitian ini Lien berupaya untuk menjelaskan landasan teoritis dan epistemologi penafsiran kontekstual Abdullah Saeed dalam menafsirkan ayat-ayat al-qur an khususnya ayat-ayat ethico-legal. Melalui metode deskriptif, taksonomi dan interpretatif, Lien berkesimpulan bahwa Abdullah Saeed merupakan salah satu tokoh pemikir Muslim yang mendukung terhadap penafsiran kontekstual yang merupakan lawan dari penafsiran tekstual dan semi-tekstual dengan berpegang pada tiga epistemologi diantaranya (1) pengakuan terhadap kompleksitas makna, (2) memperhatikan konteks sosio-historis penafsiran, dan (3) merumuskan hirarki nilai-nilai bagi ayat-ayat ethico-legal. Di akhir kesimpulan tersebut, Lien juga mengungkapkan bahwa interpretasi Abdullah Saeed memiliki kesamaan dengan teori double movement Fazlur Rahman. Keduanya sama memberikan porsi yang seimbang kepada baik konteks pewahyuan maupun konteks saat ini. Namun demikian Abdullah Saeed telah memberikan sumbangan yang berarti terhadap hermeneutika Rahman dengan merincikan double movement dengan hirarki nilai (a hierarchy of values) ayat-ayat ethico legal al-qur an. 45 Lien Iffah Naf atu Fina, Interpretasi Kontekstual (Studi atas Pemikiran Hermeneutika al- Qur an Abdullah Saeed), Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, (Tidak diterbitkan).

24 Dari dua penelitian di atas, terdapat kesamaan dengan peneliti yakni sama-sama mengkaji tentang pemikiran Abdullah Saeed. Perbedaannya, jika Syaparuddin mengkaji pemikiran Saeed terhadap pembiayaan murabahah dalam perbankan Islam, Lien mengkajinya dari segi landasan teoritis dan epistimologis terhadap penafsiran kontekstual yang ditawarkan oleh Abdullah Saeed dalam menafsirkan ayat al-qur an khususnya ayat ethico-legal. Sedangkan yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini berfokus pada pemikiran Abdullah Saeed tentang pembagian nilai-nilai ayat ethico-legal al- Qur an yang dirumuskannya dengan hirarki nilai (a hierarchy of values) dan teori dasar dalam perumusan nilai-nilai tersebut sebagai pedoman terhadap penafsiran kontekstual dalam menafsirkan ayat-ayat ethico-legal al-qur an. Pembahasan hirarki nilai (a hierarchy of values) tersebut terdapat di bab kesebelas dalam bukunya Saeed yang berjudul Interpreting Qur an toward Contemporary Approach. B. Kajian Teori: Pembagian Hukum Islam yang Tetap dan yang Berubah (Tsawâbit wa mutaghayyirât) 1. Definisi Dalam pengertiannya tsawabit merupakan masalah-masalah prinsip yang berdalil qath î (mutlak dan pasti), baik qath iyyuts-tsubut (kehujjahannya mutlak dan pasti serta tidak diperselisihkan diantara para ulama), maupun qath iyyud-dilâlah (makna dan pengertiannya mutlak,

25 pasti dan tidak diperdebatkan di antara para ulama). 46 Adapun mutaghayyirât, ia adalah hal-hal yang mungkin mengalami penggantian, perubahan, takwil, dan pengembangan. Dan perubahan di dalamnya bukanlah merupakan pelanggaran terhadap hal -hal pokok (ushûl) dan asasi. Ia merupakan hal yang fleksibel. Sebab, perubahan waktu dan tempat menuntut adanya fleksibilitas, adaptasi, dan respon, sembari tetap menjaga tsawâbit. 2. Dimensi Tsawâbit wa mutaghayyirât a. Tsawâbit Permasalahan yang terdapat dalam tsawâbit merupakan dimensi hukum yang tidak dapat berubah dalam situasi apapun dan aplikasinya berlaku sepanjang masa. Tsawâbit juga disebut sebagai suatu ruang yang bersifat tertutup dalam pengertian ia tidak boleh menerima sembarang pembaharuan, ijtihad dan perubahan. Termasuk dalam ruangan ini adalah perkara-perkara aqidah, prinsip-prinsip umum, hukum-hukum qath i (hukum yang jelas melalui dalil-dalil yang jelas daripada al-qur an dan al-sunnah yang tidak boleh ditakwilkan lagi) 47 yang menyatukan pikiran, perasaan dan suluk (peradaban ummah). Menurut Husein Muhammad hal-hal yang baku dan tidak dapat 46 https://id.scribd.com//doc/30917327/at-tsawabit-wal-mutaghayyirat-dalam-tart-asy#scribd. Definisi dan Dimensi Tsawabit-Wal-Mutaghayyirat. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2015. 47 Contoh ats-tsawâbit yang dapat dilihat dari teks al-qur an diantaranya wajibnya shalat, zakat, dan puasa; prinsip kewarisan yang telah menetapkan porsi para ahli waris, dan pada level implementasinya memberi ruangan sulh (perdamaian) ; haramnya perbuatan fahsyâ, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, seperti: zina, menuduh orang lain berzina, minum minuman keras, memakan harta orang lain secara tidak sah, membunuh tanpa alasan yang dibenarkan, makan bangkai, makan daging babi; dan pokok akidah, masalah-masalah iman.

26 berubah-ubah (bersifat tetap) diantaranya, 48 pertama adalah kepercayaan kepada Allah swt, utusan-utusan Allah swt, kitab-kitab suci, dan pada kehidupan setelah kematian atau yang populer disebut akhirat. Kedua, pokok-pokok ibadah, seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Ketiga, prinsip-prinsip kemanusiaan universal. 49 Dalam permasalahan prinsip-prinsip kemanusiaan universal, para ulama menyebutkan sebagai al-kulliyat al-khams (lima prinsip universal) atau al-dharuriyyat al-khams (lima prinsip keniscayaan) dan maqâsid syarîah (tujuan syariat/agama). Prinsip-prinsip ini telah dirumuskan dengan cerdas oleh antara lain Imam al-ghazali dalam al- Mustashfâ min Ilm al-ushûl. Boleh jadi sebelumnya telah diisyaratkan oleh gurunya: Imam al-haramain. Ia kemudian diuraikan secara lebih luas oleh Imam al-syatibî dalam bukunya al-muwafaqât fi Ushûl al- Syarîah. Lima prinsip itu ialah; (1) Hifdz al-dîn (perlindungan agama/keyakinan), (2) Hifdz al-nafs (perlindungan terhadap hak hidup), (3) Hifdz al- Aql (perlindungan terhadap hak berfikir dan mengekspresikannya), (4) Hifdz al-nasl (perlindungan terhadap hakhak reproduksi) dan (5) Hifdz al-mâl (perlindungan terhadap hal-hal milik/property. Lima prinsip di atas dinyatakan oleh al-syatibî sebagai 48 Husein Muhammad, Hukum Islam, Yang Tetap dan Yang Berubah Dalam Islam Nusantara (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2015), 6. 49 Akhmad Sahal dan Munawir Aziz (edt), Islam Nusantara: Dari Ushul Fiqh Hingga Konsep Historis (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2015), 101.

27 konsensus agama-agama (Ittifâq al-milal). Sementara Abdullah Darraz mengatakan bahwa lima prinsip di atas merupakan dasar-dasar pembangunan/kemajuan masyarakat dalam semua agama. Tanpa lima dasar ini, kehidupan bersama manusia tidak akan stabil dan kebahagiaan di akhirat tak akan dicapai. 50 b. Mutaghayyirât Mutaghayyirât merupakan ruangan yang boleh menerima perubahan, pembaharuan dan ijtihad dalam bingkai tsawâbit yang qath i untuk akal. Sebab, mutaghayyirât bersifat zhanni. Maka siapa yang mengingkari pemahaman dari sebuah ayat yang memang dikandung oleh ayat itu sebagaimana juga ayat itu mengandung pemahaman lain maka ia tidaklah keluar dari Islam. Sebab, ia telah beriman kepada tsawâbit yang bersifat qath i dan tidak keluar darinya. Ia hanya menolak salah satu penafsiran dari hukum yang bersifat zhanni yang menjadi kawasan ijtihad. Setiap Mujtahid boleh mengikuti apa yang dalam pandangannya lebih kuat. Jika ia memang berkompeten untuk melakukan ijtihad, maka para pengikutnya pun berada dalam kebenaran. Jika semua dalil bersifat qath i, itu sama saja dengan pembelengguan dan pembekuan akal manusia. Manusia akan hidup dalam kesempitan dan kesulitan. Kita tidak akan berdaya menghadapi berbagai problem yang senantiasa berkembang menuntut manusia untuk 50 Ibid., 101.

28 mengetahui hukumnya. Penyikapannya tidak mungkin dilakukan secara optimal, kecuali jika para mujtahid melakukan kajian terhadap nash yang bersifat zhanni dan mengambil kesimpulan hukum-hukum atas kasus-kasus baru itu darinya. Dengan demikian, syariat ini dapat berinteraksi dengan kepentingan manusia di segala tempat dan waktu. Bahkan, andai nash-nash itu semuanya bersifat qath i niscaya akan ada orang yang berkata, Mengapa nash-nash itu tidak fleksibel sehingga kita, dihadapannya, menjadi mesin yang tidak punya kemauan, pilihan, dan pemfungsian akal. Oleh karena itu, perbedaan pandangan dalam masalah fiqh yang muncul sebagai buah dari ijtihad dalam mutaghayyirât tidaklah membahayakan. Bahkan, itu merupakan keleluasaan untuk umat dalam melakukan pilihan dan beramal. Mereka dapat mengambil dari hukumhukum itu apa yang dapat mewujudkan kemaslahatan bagi mereka dan sesuai dengan tuntutan kehidupan mereka, serta menghilangkan kesulitan dan kesempitan dari mereka. Bahkan perbedaan pandangan dalam hal mutaghiyyirât itu merupakan kekayaan agung perundangundangan Islam dan pusaka fiqh yang indah. Ia mencakup segala kebutuhan manusia dalam naungan syariat Islam yang abadi selama kita memelihara hal yang qath i dan baku. 51 Kebanyakan hukum syara dan urusan kehidupan dunia termasuk dalam ruangan ini seperti yang disabdakan oleh Rasulullah saw: 51 Ibid., 104.

29 Kamu lebih tahu tentang urusan dunia kamu Begitu juga yang termasuk dalam ruangan yang terbuka ini diantaranya adalah masalah-masalah yang menyangkut relasi atau pergaulan antar manusia dalam suatu komunitas, atau dalam konteks fiqh Islam ia populer disebut mu amalah. Bidang ini meliputi aturanaturan mengenai relasi manusia dalam keluarga (family law), dan aturan-aturan mengenai relasi antar manusia dalam kehidupan domestik (rumah tangga), sosial, budaya, ekonomi, politik, serta pergaulan antar bangsa. Mu amalah adalah dimensi hukum Islam yang paling luas, dinamis dan terus bergerak dalam proses yang tidak akan pernah berhenti sejalan dengan keniscayaan perubahan kehidupan manusia sendiri. Dalam konteks perubahan yang terus menerus ini, maka adalah kebijaksanaan Allah bahwa teks-teks keagamaan tidak mengatur secara detail masalah mu amalah dan hukum-hukumnya, melainkan lebih banyak menetapkan dasar-dasarnya (mabadi) yang bersifat moral-etis. Beberapa diantaranya adalah adam al-dharar (tidak merugikan/merusak), adam al-gharar (tidak menipu), adam al-ihtiqar (tidak diskriminatif) adam al-ikrah (tidak merupakan kekerasan), altaradhî (kerelaan pihak yang terlibat), mu asyarâh bi al-ma rûf (pergaulan yang baik), syurâ/musyawarâh (dialog konsultatif) dan sebagainya. Semua dasar ini pada akhirnya bermuara pada satu dasar utama yang bernama maslâhah, kebaikan umum (human welfare).

30 Dengan kata lain, keputusan hukum terhadap permasalahan mu amalah di atas didasarkan pada kemaslahatan (maslâhah) 52 umum. Para ulama ahli hukum telah sepakat bahwa kemaslahatan adalah tujuan hukum/syariat (maqasid syariah). Pertanyaan yang selalu muncul terkait dengan isu ini adalah bagaimana apabila pertimbangan hukum atas dasar kemasalahatan tersebut bertentangan dengan bunyi literal teks suci, baik al-qur an maupun hadits dan dengan ijma ulama. Mengenai hal ini, Musthafa Syalabi dalam bukunya Ta lil Al-Ahkâ menyatakan Apabila kemasalahatan bertentangan dengan nash (teks), 53 dalam bidang mu amalah yang kemaslahatannya telah berubah, maka kemaslahatanlah yang harus dipertimbangkan, dan hal ini tidaklah dapat dikatakan sebagai penentang nash melalui sematamata pendapat nalar. Sebaliknya, ia justru mengaplikasikan nash-nash yang sangat banyak yang menunjukkan keharusan menjaga kemaslahatan tersebut. Akan tetapi, apabila kemaslahatan dalam nas tidak berubah, maka nash sama sekali tidak boleh diabaikan. 54 52 Dalam pengertiannya yang esensial (aslan) maslahah menurut Al-Ghazali adalah suatu ekpresi untuk mencari sesuatu yang berguna atau menyingkirkan suatu yang keji. Namun hal ini bukanlah yang kami maksudkan, sebab mencari manfaat dan menyingkirkan mudarat merupakan tujuan maqasid yang dimaksud oleh penciptaan dana dan kebaikan dari ciptaan terdapat dalam merealisasikan tujuan-tujuan mereka (maqasid). Yang dimaksud dengan maslahah adalah pemeliharaan dari maqsud (objektif) hukum (syar ) yang terdiri dari lima hal: Pemeliharaan agama, hidup, akal, keturunan dan kekayaaan. Apa yang menjamin kelima prinsip (usul) itu merupakan maslahah dan kelalaian apapun terhadap kelima hal tersebut merupakan mafsadah. Al-Ghazali dalam Muhammad Khalid Mas ud, Filsafat Hukum Islam dan Perubahan Sosial, terj. Yudian W. Asmin (Surabaya: Al Ikhlas, 1995), 158. 53 Nas adalah teks ekspisit yang jelas dan tidak dapat ditafsirkan. 54 Muhammad Musthafa Syalabi, Ta lim al-ahkam (Beirut: Dar al-nahdhah al-arabiyah, 1981), 32.

31 Hal ini karena nash sesungguhnya diturunkan (dibuat) dalam rangka menegakkan kemaslahatan tertentu dan bukan untuk menyakiti manusia. Manakala kemaslahatan tersebut telah hilang, maka ia tidak relevan lagi untuk diimplementasikan. Demikian pula apabila nash disertai dengan illat (logika kausalitas)-nya. Manakala illat tersebut telah hilang, maka hukum tersebut juga selesai. Ini adalah pemahaman para sahabat dan generasi sesudahnya. 55 Umar bin Khattab, sahabat Nabi, adalah tokoh besar yang banyak sekali mendasarkan keputusannya berdasarkan prinsip kemaslahatan ini. Beberapa diantaranya pembatalan hukuman potong tangan ketika masyarakat menghadapi krisis ekonomi yang luas. Ia juga tidak membagikan tanah rampasan perang hanya kepada para tentara yang ikut dalam peperangan yang tak digaji, tetapi menyerahkan kepada negara untuk kepentingan masyarakat secara lebih luas. Keputusan yang dibuat Umar ini berbeda dengan keputusan Nabi. Hal ini tidaklah berarti dia menentang Nabi, Umar justru menegakkan maksud dan visi al-qur an. Ia memahami bahwa hukum yang diputuskan Nabi adalah relevan dengan kemaslahatan sosial beliau. Akan tetapi, akibat perkembangan sosial pada masanya, keputusan Nabi tersebut tidak lagi sesuai dengan kemaslahatan sosial yang dihadapi pada masa Umar. 55 Ibid