BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keadaan emosional yang mempunyai ciri-ciri seperti keterangsangan fisiologis,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER.

Jenis-jenis Kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. bekerja, semuanya adalah untuk memenuhi kebutuhannya. Instansi Sipil, Perusahaan Swasta, atau di Dinas Pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB II LANDASAN TEORI

SemangatPagiSemuanya^^

Pedologi. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh.

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

#### SELAMAT MENGERJAKAN ####

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai efek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah seseorang yang

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERSALINAN PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRISEMESTER KE-III DI RSNU TUBAN

PENGERTIAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN adalah tugas - tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa-masa tertentu sesuai dengan norma-norma masyar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dimiliki oleh orang lain mengenai individu tersebut. Self Perception (persepsi diri

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa terdapat orang- orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bila dihadapkan pada hal-hal yang baru maupun adanya sebuah konflik.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Dewasa Awal. yang berarti tumbuh menjadi kedewasaan. Akan tetapi, kata adult

ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BABI PENDAHULUAN. menjelang saat-saat kematian, rasa cemas kerap kali singgah dalam diri manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI PADA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) NU TUBAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang baik antara dirinya dan lingkungan (Kristiyani, 2001). Penyesuaian diri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pengalaman yang membahagiakan. Kehamilan merupakan pengalaman yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. terutama bagi masyarakat kecil yang hidup di perkotaan. Fenomena di atas

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik

LAMPIRAN A. Data Try Out A-1DATA TRY OUT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS A-2DATA TRY OUT BERPIKIR POSITIF

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penderitanya semakin mengalami peningkatan. Data statistik kanker dunia tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 KECEMASAN SOSIAL FACEBOOKER A-2 HARGA DIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. umum dan pola hidup. Penelitian Agoestina, (1982) di Bandung (dalam

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI

Perkembangan Sepanjang Hayat

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN KECERDASAN RUHANIAH DENGAN KECENDERUNGAN POST POWER SYNDROME PADA ANGGOTA TNI AU DI LANUD ISWAHJUDI MADIUN.

Transkripsi:

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Nevid, dkk (2005) menjelaskan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri-ciri seperti keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan aprehensif atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Kecemasan menurut Freud (dalam Semiun, 2006) adalah suatu keadaan perasaan afektif yang tidak menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik yang memperingatkan orang terhadap bahaya yang akan datang. Menurut Ghufron dkk (2010) kecemasan adalah suatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental kesukaran dan tekanan yang menyertai konflik atau ancaman. Dari pengertian pengertian para tokoh ahli diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa kecemasan adalah perasaan yang tidak nyaman sebagai manifestasi dari ketidakmampuannya mengendalikan pikiran yang ditandai dengan munculnya rasa takut dan khawatir untuk menjalani kehidupan dimasa mendatang. 7

8 2. Macam macam Kecemasan Lazarus (1991) menyebutkan ada dua macam kecemasan, yaitu a. State Anxiety, merupakan segala kecemasan yang timbul apabila individu dihadapkan pada situasi tertentu yang dirasakan sebagai suatu ancaman sehingga menyebabkan individu mengalami kecemasan. b. Trait Anxiety, yang merupakan gejala kecemasan yang menetap pada individu. Freud (dalam Semiun, 2006) membedakan kecemasan menjadi tiga bagian, yaitu: a. Kecemasan Realistis Kecemasan ini merupakan kecemasan atau rasa takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar, seperti banjir, gempa, runtuhnya gedung. Kecemasan realistis ini merupakan yang paling pokok, karena kedua kecemasan yang lain, kecemasan neurotis dan kecemasan moral berasal dari kecemasan yang realistis ini. b. Kecemasan Neurotis Kecemasan neurotis adalah kecemasan terhadap tidak terkendalinya naluri yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan yang bisa mendatangkan hukuman baginya. Freud membaginya dalam tiga kelompok, yaitu:

9 1) Cemas Umum, merupakan cemas yang sederhana karena tidak berhubungan dengan hal tertentu, yang terjadi hanyalah individu merasa takut dan perasaan tidak menentu. 2) Cemas Penyakit, merupakan cemas yang mencakup pengalaman terhadap obyek atau situasi tertentu sebagai penyebab kadang merasa cemas karena takut akan terjadi hal lain, ketakutan akan kejadian itu merupakan ancaman. 3) Cemas dalam bentuk ancaman, merupakan cemas yang menyertai gejala kejiwaan seperti histeria misalnya, orang yang menderita gejala tersebut kadang-kadang tidak ingat apa-apa. c. Kecemasan Moral Ketakutan terhadap hati nurani. Seseorang yang hati nuraninya berkembang dengan baik cenderung merasa berdosa jika melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kode moral yang dimilikinya. Misalnya kecemasan terhadap perbuatan yang melanggar ajaran agama. Orang yang super ego atau aspek sosiologis (das Uber Ich) berkembang baik cenderung untuk merasa berdosa apabila ia melakukan atau berpikir untuk melakukan sesuatu yang yang bertentangan dengan norma-norma moral. Kecemasan moral ini juga mempunyai dasar dalam realistis, karena di masa lampau orang telah mendapatkan hukuman sebagai akibat dari perbuatan yang melanggar kode moral dan mungkin akan mendapat hukuman lagi.

10 Berdasarkan penjelasan beberapa tokoh diatas, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat dua macam kecemasan yaitu kecemasan yang menetap pada individu (trait anxiety) dan kecemasan yang muncul ketika individu dihadapkan dengan sesuatu yang menjadikan dirinya cemas (state anxiety). 3. Ciri Kecemasan Nevid, dkk (2005) mengemukakan bahwa ciri kecemasan ditandai oleh ciri fisik, behavioral dan kognitif. Ciri fisik meliputi: a. Gangguan pada tubuh seperti berkeringat, panas dingin, dan lemas atau mati rasa. b. Gangguan kepala seperti pusing atau sakit kepala. c. Gangguan pernapasan seperti sulit bernapas, jantung berdebar atau berdetak kencang. d. Gangguan pencernaan seperti mual, diare, dan sering buang air kecil e. Merasa sensitif atau mudah marah. f. gelisah/gugup. Ciri-ciri behavoiral meliputi perilaku menghindar dan perilaku tergantung. Ciri kognitif meliputi perasaan khawatir, sulit berkonsentrasi dan adanya pikiran yang mengganggu. Berdasar pendapat dari tokoh ahli, maka disimpulkan bahwa ciri ciri individu yang mengalami kecemasan adalah menunjukan perasaan khawatir, sulit konsentrasi, pikiran pikiran yang mengganggu ketenangan diri,

11 menunjukkan perilaku menghindar, merasa gelilsah, gugup, sensitif, jantung berdebar kencang, gangguan pada tubuh seperti panas dingin dan berkeringat dingin. B. Kecemasan Menghadapi Pensiun 1. Pengertian Kecemasan Menghadapi Pensiun Seperti yang sudah dijelaskan oleh Ghufron, dkk (2010) bahwa kecemasan merupakan pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental kesukaran dan tekanan yang menyertai konflik atau ancaman. Kecemasan juga akan dihadapi seseorang yang akan memasuki masa pensiun, yaitu dimana seseorang akan mengalami suatu pengalaman emosional subjektif yaitu suatu keadaan tertentu yang dapat mencemaskan seseorang sementara orang lain belum tentu demikian. Pengalaman emosional subjektif tersebut muncul dikarenakan adanya suatu keadaan yang dianggap mengancam keberadaan seseorang, sumber yang mengancam itu bersifat tidak jelas, sehingga seseorang merasa tidak tahu ataupun bingung dan takut untuk dapat menghadapi masa yang akan datang sehingga timbul adanya kecemasan (Pradono & Purnamasari, 2009). Ratnasari (2009) mengatakan bahwa kecemasan pada orang yang menghadapi pensiun merupakan keprihatinan atau kekhawatiran pada sesuatu yang tidak pasti dan tidak dapat diprediksi sebagai akibat datangnya masa pensiun

12 Schaie dan Wilis (dalam Dewi, 2011) kecemasan menghadapi masa pensiun adalah gambaran negatif tentang masa pensiun, seperti tidak dapat bertemu dengan teman teman, banyak waktu luang yang terbuang, dana pensiun dan tabungan tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarga sehingga seseorang akan merasa tertekan dengan keadaan tersebut. Dari beberapa penjelasan para tokoh diatas, peneliti menyimpulkan bahwa kecemasan menghadapi pensiun adalah perasaan yang tidak menyenangkan yang muncul pada diri individu karena khawatir, bingung dan merasakan ketidakpastian dalam masa yang akan datang, sehingga menyebabkan individu tidak siap dalam menghadapi pensiun. 2. Aspek Aspek Kecemasan Menghadapi Pensiun Deffenbacher dan Hazaleus (dalam Ghufron dkk, 2010) mengemukakan bahwa aspek aspek kecemasan meliputi: a. Kekhawatiran (worry), merupakan pikiran negatif tentang dirinya sendiri, seperti perasaan negatif bahwa ia lebih jelek dibandingkan dengan teman temannya b. Emosionalitas (imosionality), sebagai reaksi diri terhadap rangsangan saraf otonomi, seperti jantung berdebar debar, keringat dingin, dan tegang. c. Gangguan dan hambatan dalam menyelesaikan tugas (task generated interference), merupakan kecenderungan yang dialami seseorang yang selalu tertekan karena pemikiran yang rasional terhadap tugas.

13 Spielberger, dkk (1999) membagi kecemasan ini menjadi dua dimensi utama, yaitu: a. Kekhawatiran Khawatir ini merupakan aspek kognitif dari kecemasan yang dialami berupa pikiran negatif tentang diri dan lingkungannya dan perasaan negatif terhadap kemungkinan kegagalan serta konsekuensinya seperti tidak adanya harapan mendapat sesuatu sesuai yang diharapkan, kritis terhadap diri sendiri, menyerah terhadap situasi yang ada, merasa khawatir berlebihan tentang kemungkinan apa yang dilakukan. b. Emosionalitas Dimensi emosi ini merujuk pada reaksi fisiologis dan sistem syaraf otonomik yang timbul akibat situasi atau objek tertentu. Juga merupakan perasaan yang tidak menyenangkan dan reaksi emosi terhadap hal buruk yang tidak menyenangkan dan reaksi emosi terhadap hal buruk yang dirasakan yang mungkin terjadi terhadap sesuatu yang akan terjadi, seperti ketegangan bertambah, jantung berdebar keras, tubuh berkeringat, dan badan gemetar saat mengerjakan sesuatu.

14 Bucklew (dalam Ratnasari, 2009) membagi aspek kecemasan menjadi dua, yaitu: a. Tingkat psikologis Artinya kecemasan yang berwujud gejala kejiwaan seperti tegang, bingung, khawatir, sukar berkonsentrasi dan perasaan tidak menentu atau gelisah. b. Tingkat fisiologis Artinya kecemasan sudah mempengaruhi atau terwujud pada gejala fisik, terutama pada fungsi sistem saraf pusat, misalnya: tidak dapat tidur, jantung berdebar-debar, keluar keringat dingin berlebihan, sering gemetar dan perut mual. Shah (2000) yang membagi kecemasan menjadi 3 komponen yaitu: a. Komponen Fisik, seperti rasa pusing, sakit perut tangan berkeringat, perut mual, mulut kering, grogi, dan lain-lain b. Emosional, seperti panik dan takut c. Mental atau Kognitif, seperti gangguan perhatian dan memori, kekhawatiran, ketidakteraturan dalam berfikir, dan bingung. Dari beberapa aspek yang dijelaskan para tokoh diatas, peneliti menyimpulkan bahwa ada tiga aspek kecemasan dalam menghadapi pensiun yaitu: a. Kekhawatiran Yaitu merupakan pikiran negatif tentang dirinya sendiri dan lingkungan yang ditandai dengan perasaan negatif, merasa khawatir yang berlebihan tentang

15 segala kemungkinan yang dilakukan individu, menyerah pada keadaan dan lebih kritis terhadap diri sendiri. b. Emosionalitas Merupakan reaksi pada diri terhadap rangsangan saraf otonom yang timbul akibat situasi atau objek tertentu. Hal ini ditandai dengan jantung berdebar debar, tubuh berkeringat, ketegangan bertambah dan badan gemetar ketika mengerjakan atau memikirkan sesuatu. c. Gangguan & hambatan dalam menyelesaikan tugas Merupakan kecenderungan seseorang yang selalu tertekan karena pemikiran yang irasional terhadap tugas. Biasanya ditandai dengan sulitnya berkonsentrasi dalam bekerja dan merasa bingung dalam melakukan sesuatu. 3. Faktor Penyebab Kecemasan Menghadapi Pensiun Kecemasan seseorang dalam menghadapi masa pensiun ini muncul karena beberapa sumber penyebab. Brill dan Hayes (dalam Ratnasari, 2009), menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan seseorang menghadapi pensiun, yaitu: a. Menurunnya pendapatan atau penghasilan, termasuk didalamnya adalah gaji, tunjangan fasilitas dan masih adanya anak-anak yang belum mandiri yang membutuhkan biaya atau masih adanya tanggungan keluarga. b. Hilangnya status, baik status jabatan seperti pangkat dan golongan maupun status sosialnya, termasuk didalamnya adalah hilangnya wewenang

16 penghormatan orang lain atas kemampuannya dan pandangan masyarakat atas kesuksesannya. c. Berkurangnya interaksi sosial dengan teman kerja. Kerja memberikan kesempatan untuk bertemu orang-orang baru dan mengembangkan persahabatan, namun dengan tibanya masa pensiun hal ini kurang bisa dilakukan karena kondisi fisik dan ekonomi yang tidak memungkinkan sehingga tidak berhubungan seperti dulu. d. Datangnya masa tua, yaitu terutama menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan. Penyebab menurunnya kekuatan fisik yaitu suatu perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus tetapi karena proses menua yang mempengaruhi turunnya kekuatan dan tenaga. Jadi dapat disimpulkan bahwa yang menyebabkan seseorang mengalami kecemasan menghadapi pensiun adalah karena berkurangnya penghasilan, hilangnya status baik status jabatan maupun status sosialnya, kemudian merasa berkurang interaksi sosialnya dengan rekan kerjanya, dan datangnya masa tua seperti menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan. C. KONSEP DIRI 1. Pengertian Konsep Diri Agustiani (2006) mengatakan konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Brooks (dalam Rahmat, 1996)

17 mendefinisikan konsep diri sebagai pandangan dan perasaan kita terhadap diri kita. Hurlock (1998) mengatakan bahwa konsep diri adalah gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri mencakup citra fisik diri dan citra psikologis diri. Citra fisik diri biasanya terbentuk pertama tama dan berkaitan dengan penampilan fisik, daya tarik, kesesuaian dan ketidakseusaian dengan jenis kelamin. Citra psikologis diri didasarkan atas pikiran, perasaan dan emosi yang terdiri atas kualitas dan kemampuan yang mempengaruhi penyesuaian pada kehidupan. Setelah memahami definisi dari para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah pandangan dan penilaian secara menyeluruh baik secara fisik maupun psikologis tentang apa yang dipikirkan dan apa yang menjadi kepercayaan individu mengenai dirinya sendiri. 2. Aspek- aspek Konsep Diri Menurut Dariyo (2007) menyebutkan empat aspek konsep diri, yaitu: 1. Aspek fisiologis Aspek fisiologis dalam diri berkaitan dengan unsur- unsur fisik seperti warna kulit, bentuk, berat, atau tinggi badan, raut muka ( tampan, cantik, sedang, jelek), memiliki kondisi badan yang sehat, normal/ cacat dan sebagainya. Karakter fisik mempengaruhi bagaimana seseorang menilai diri sendiri demikian pula tak dipungkiri bahwa orang lain pun

18 menilai seseorang diawali dengan penilaian terhadap hal hal yang bersifat fisiologis. Walaupun belum tentu benar masyarakat seringkali melakukan penilaian awal terhadap penampilan fisik untuk dijadikan sebagai dasar respon perilaku seseorang terhadap orang lain. 2. Aspek Psikologis Dalam aspek psikologis, dibagi dalam tiga hal yaitu: a. Kognisi (kecerdasan, minat & bakat, kreatifitas, kemampuan, konsentrasi) b. Afeksi( ketahanan, ketekunan, dan keuletan,motivasi, toleransi stress) c. Konasi (kecepatan & ketelitian, coping stress, resitiensi). Pemahaman dan penghayatan unsur- unsur aspek psikologis tersebut akan mempengaruhi penilaian terhadap diri sendiri. Penilaian yang baik, akan meningkatkan konsep diri yang positif. Sebaliknya penilaian yang buruk cenderung akan mengembangkan konsep diri yang negatif. 3. Aspek psiko-sosiologis Apek psiko-sosiologis adalah pemahaman individu yang masih memiliki hubungan dengan lingkungan sosialnya. Aspek psiko sosiologis dibagi menjadi tiga unsur: a. Orangtua saudara kandung, dan kerabat dalam keluarga b. Teman pergaulan dan kehidupan bertetangga. c. Lingkungan sekolah (guru, teman sekolah, aturan sekolah)

19 Oleh karena itu seseorang yang menjalin hubungan dengan lingkungan sosial dituntut untuk dapat memiliki memampuan berinteaksi sosial, komunikasi, menyesuaikan diri dan bekerjasama dengan mereka. Tuntutan sosial secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi agar individu mentaati aturan- aturan sosial. Individu pun juga berkepentingan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya melalui lingkungan sosialnya. Dengan demikian terjadi hubungan mutualisme antara individu dengan lingkungan sosialnya. 4. Aspek psikoetika dan moral Yaitu kemampuan memahami dan melakukan perbuatan berdasarkan nilai- nilai etika dan moralitas. Setiap pemikiran, perasaan dan perilaku individu harus mengacu pada nilai- nilai kebaikan, keadilan, kebenaran, dan kepantasan. Oleh karena itu proses penghayatan dan pengamatan individu terhadap nilai- nilai moral tersebut menjadi sangat penting karena dapat menopang keberhasilan seseorang dalam melakukan kegiatan penyesuaian diri dengan orang lain. Menurut Calhoun & Acocella (1995) konsep diri memiliki tiga dimensi yaitu: a. Pengetahuan Dimensi pertama dari konsep diri adalah mengenai apa yang kita ketahui mengenai diri kita, termasuk dalam hal ini jenis kelamin, suku

20 bangsa, pekerjaan, usia dsb. Kita memberikan julukan tertentu pada diri kita. b. Pengharapan Pandangan tentang diri kita tidak terlepas dari kemungkinan kita menjadi apa di masa mendatang. Pengharapan dapat dikatakan diri ideal. Setiap harapan dapat membangkitkan kekuatan yang mendorong untuk mencapai harapan tersebut di masa depan. c. Penilaian Penilaian menyangkut unsur evaluasi, seberapa besar kita menyukai diri kita sendiri. Semakin besar ketidak-sesuaian antara gambaran kita tentang diri kita yang ideal dan yang aktual maka akan semakin rendah harga diri kita. Sebaliknya orang yang punya harga diri yang tinggi akan menyukai siapa dirinya, apa yang dikerjakanya dan sebagainya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dimensi penilaian merupakan komponen pembentukan konsep diri yang cukup signifikan. Fitts (dalam Agustiani, 2006) membagi konsep diri dalam dua dimensi pokok, yaitu sebagai berikut : 1. Dimensi Internal Dimensi internal disebut juga kerangka acuan internal yaitu penilaian yang dilakukan individu yakni penialain yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya. Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk:

21 a. Diri Identitas Bagian diri ini merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri dan mengacu pada pertayaan siapakah saya? dalam pertanyaan tersebut tercakup label-label dan simbol-simbol yang diberikan pada diri (self) oleh individu-individu yang bersangkutan untuk menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya. b. Diri Pelaku Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya, yang berisikan segala kesadaran mengenai apa yang dilakukan oleh diri. Selain itu bagian berkaitan erat dengan diri identitas. c. Diri Penerimaan atau Penilai Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar dan evaluator. Kedudukannya adalah sebagai perantara (mediator) antara diri identitas dan diri pelaku. Diri penilai menentukkan kepuasan seseorang akan dirinya atau seberapa jauh seseorang menerima dirinya. 2. Dimensi Eksternal Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain diluar dirinya. Fits (dalam Agustiani, 2006) adalah dimensi eksternal

22 yang bersifat umum bagi semua orang, dan dibedakan atas lima bentuk, yaitu : a. Diri Fisik Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai kesehatan diri, penampilan dan keadaan tubuhnya. b. Diri Etik Moral Bagian ini merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya dilihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungan dengan Tuhan, kepuasaan seseorang akan kehidupan keagamaannya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang meliputi batasan baik dan buruk. c. Diri Pribadi Diri Pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauh mana individu merasa puas terhadap pribadinya. d. Diri Keluarga Diri keluarga menunjukkan perasaan harga diri seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukkan sejauh mana seseorang merasa adekuat terhadap

23 dirinya sebagai anggota keluarga, serta terhadap peran maupun fungsi yang dijalankannya sebagai anggota dari suatu keluarga. e. Diri Sosial Bagian ini merupakan penialian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan disekitarnya. Berdasarkan pendapat para tokoh diatas, peneliti menyimpulkan aspek aspek konsep diri terdiri dari : a. Aspek fisiologis Didalam aspek ini mengandung unsur unsur fisik seperti warna kulit, penampilan fisik (kurus, gemuk, pendek, tinggi), paras wajah, kondisi tubuh yang normal atau cacat dan unsur fisik lainnya. Dengan mengetahui karakter fisik yang dimiliki tiap individu, cenderung mempengaruhi penilaiannya terhadap hal yang bersifat fisik karena kebanyakan orang biasanya terlebih dahulu menilai sesuatu dari segi fisik yang akan dijadikan sebagai dasar perilaku individu terhadap individu lainnya. b. Aspek Psikologis Pada aspek ini individu memiliki kecenderungan untuk menilai dan memandang dirinya dari segi kognisi, afeksi dan konasi. Dari tiga aspek tersebut cenderung memberikan pengaruh penilaian pada dirinya sendiri. Penilaian yang baik akan meningkatkan konsep diri menjadi

24 positif, sebaliknya jika penilannya buruk cenderung akan lebih mengembangkan konsep diri yang negatif. c. Aspek psiko-sosiologis Aspek ini menyangkut tentang pemahaman diri pada unsur - unsur yang berkaitan dengan lingkungan sosialnya yang meliputi : orang tua kandung dan kerabat dalam keluarga, teman pergaulan dan kehidupan bertetangga, lingkungan eksternalnya. Jadi pada aspek ini individu sebenarnya dituntut untuk dapat memiliki kamampuan interaksi sosial, komunikasi, menyesuaikan diri dan saling bekerjasama agar dapat menjalin hubungan dengan lingkungan sosialnya. d. Aspek psikoetika dan moral Yaitu kemampuan individu dalam memahami dan melakukan perbuatan berdasarkan nilai etika dan moral yang berlaku dalam masyarakat. Artinya setiap perilaku harus mengacu pada nilai kebaikan, keadilan, kebenaran dan kepantasan. Oleh karena itu proses penghayatan dan pengamatan terhadap nilai etika dan moral sangat penting guna mencapai keberhasilan dalam kegiatan penyesuaian diri dengan orang lain. 3. Peran Konsep Diri Konsep diri pada dasarnya akan mempengaruhi keadaan psikologi individu juga. Orang akan mampu coping terhadap perubahan dan peristiwa yang menekan jika mempunyai konsep diri yang sehat (Calhoun & Acocella,

25 1995). Eliana (2003) mengatakan ada beberapa pengaruh konsep diri dalam kehidupan individu berupa : a. Dapat mempengaruhi cara berpikir dan berbicara seseorang b. Dapat mempengaruhi cara individu melihat ke dunia luar c. Dapat mempengaruhi individu dalam memperlakukan orang lain d. Dapat mempengaruhi pilihan seseorang e. Dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk menerima atau memberikan kasih sayang. f. Dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan sesuatu. Menurut Felker (dalam Eliana, 2003) ada tiga peran penting dari konsep diri, yaitu: a. Konsep diri merupakan pemelihara keseimbangan dalam diri seseorang. Manusia memang cenderung untuk bersikap konsisten dengan pandanganya sendiri. Hal ini bisa dimaklumi karena bila pandangannya, ide, perasaan dan persepsinya tidak membentuk suatu keharmonisan atau bertentangan maka akan menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan. b. Konsep diri mempengaruhi cara seseorang menginterprestasikan pengalamannya. Pengelaman terhadap suatu peristiwa diberi arti tertentu oleh setiap orang. Hal ini tergantung dari bagaimana individu tersebut memandang dirinya.

26 c. Konsep diri mempengaruhi harapan seseorang terhadap dirinya. Setiap orang mempunyai suatu harapan tertentu terhadap dirinya, dan hal itu tergantung dari bagaimana individu itu melihat, dan mempersepsikan dirinya sebagaimana adanya. Jadi dapat disimpulkan bahwa konsep diri memiliki peranan penting dapat mempengaruhi cara berpikir dan berbicara seseorang, mempengaruhi cara individu melihat ke dunia luar, mempengaruhi individu dalam memperlakukan orang lain, mempengaruhi pilihan seseorang, mempengaruhi kemampuan individu untuk menerima atau memberikan kasih sayang dan mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan sesuatu. D. USIA MADYA 1. Pengertian Usia Madya Menurut Hurlock (1980), usia madya (usia setengah baya) dipandang sebagai masa antara 40 60 tahun. Pada masa tersebut ditandai dengan perrubahan jasmani dan mental. Oleh karena itu usia madya merupakan periode dalam rentang kehidupan manusia, biasanya usia tersebut dibagi bagi kedalam dua subbagian, yaitu: usia madya dini ( usia 40-50 tahun) dan usia madya lanjut ( usia 50-60 tahun). 2. Karakter Usia Madya Hurlock (1980) menjelaskan ada 10 karakteristik usia madya, yaitu: a. Usia madya merupakan periode yang sangat ditakuti.

27 Hal ini terjadi karena seiring waktu berjalan dan bertambahnya usia, semakin mendekati usia tua maka semakin terasa menakutkan dari seluruh kehidupan manusia. b. Usia madya merupakan masa transisi. Seperti halnya masa puber yang yang merupakan masa transisi dari masa kanak kanak menuju remaja dan kemudian ke masa dewasa. Demikian juga usia madya merupakan massa dimana pria dan wanita meninggalkan ciri ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri ciri jasmani dan perilaku baru. c. Usia madya adalah masa stress. Penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah, khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik, selalu cenderung merusak homeostatis fisik dan psikologis seseorang dan membawa ke masa stress, suatu masa bila sejumlah penyesuaian yang pokok harus dilakukan dirumah, bisnis dan aspek sosial kehidupan mereka. d. Usia madya adalah usia yang berbahaya. Umumnya pada usia madya dianggap sebagai usia yang berbahaya dalam rentang kehidupan. Cara yang biasa menginterpretasi usia berbahaya ini berasal dari kalangan pria yang ingin melakukan pelampiasan untuk kekerasan yang berakhir sebelum memasuki usia

28 lanjut. Selain itu dapat juga dikatakan usia dimana seseorang mengalami kesusahan fisik sebagai akibat karena terlalu banyak bekerja, rasa cemas yang berlebihan, ataupun kurang memperhatikan kehidupan. e. Usia madya adalah usia canggung. Dalam karakteristik ini dikenal dengan usia serba canggung (Awkward Age). Sama seperti remaja, bukan anak anak dan bukan juga dewasa, demikian juga pria dan wanita berusia madya bukan muda lagi tapi juga bukan tua. f. Usia madya adalah masa berprestasi. Menurut Erikson (dalam Hurlock,1980) usia madya merupakan masa krisis dimana baik generasivitas/generativity (kecenderungan untuk menghasilkan) maupun stagnasi (kecenderungan untuk tetap berhenti) akan dominan. Masih menurut Erikson (dalam Hurlock,1980), selama usia madya orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti dan tidak mengerjakan sesuatu apapun lagi. Apalagi orang berusia madya yang mempunyai kemauan kuat untuk berhasil, mereka akan mencapai puncaknya pada usia ini dan memungut hasil dari masa masa persiapan dan kerja keras yang dilakukan sebelumnya. Usia madya seyogyanya menjadi masa tidak hanya untuk keberhasilan keuangan dan sosial tetapi juga untuk kekuasaan dan prestise. Biasanya, pria meraih puncak karir mereka antara usia 40 50 tahun, yaitu setelah mereka puas terhadap hasil

29 yang diperoleh dan menikmati hasil dari kesuksesan mereka sampai mereka mencapai awal usia 60 tahun. g. Usia madya merupakan masa evaluasi. Usia madya pada umumnya merupakan saat pria dan wanita mencapai puncak prestasinya,maka logislah apabila masa ini juga merupakan saat mengevaluasi prestasi tersebut berdasarkan aspirasi mereka semula dan harapan harapan orang lain khususnya anggota keluarga dan teman. h. Usia madya dievaluasi dengan standard ganda. Walaupun di usia madya perkembangannya cenderung mengarah ke persamaan peran antara pria dan wanita baik dirumah, perusahaan, perindustrian, profesi maupun dalam kehidupan sosial, namun masih terdapat standar ganda dalam usia. Meskipun standar ganda ini mempengaruhi banyak aspek terhadap kehidupan pria dan wanita usia madya tetapi ada 2 aspek khusus yang perlu diperhatikan. Pertama, aspek yang berkaitan dengan perubahan jasmani. Contohnya ketika rambut menjadi putih, timbul kerut-kerut dan keriput di wajahdan terjadinya beberapa bagian otot yang mengendur terutama otot disekitar pinggang. Aspek kedua adalah dimana standar ganda dapat terlihat nyata terdapat pada cara mereka (pria & wanita) menyatakan sikap terhadap usia tua.

30 i. Usia madya merupakan masa sepi. Periode masa sepi pada usia madya lebih bersifat traumatik bagi wanita daripada pria. Hal ini benar khususnya pada wanita yang telah menghabisakan masa masa dewasa dengan pekerjaan rumah tangga dan bagi mereka yang kurang memiliki minat atau sumber daya untuk mengisi waktu senggang mereka pada waktu pekerjaan rumah tangga berkurang atau selesai. Banyak pula yang mengalami tekanan batin karena dipensiunkan (retirement-shock). Kondisi yang serupa juga dialani pria ketika meraka mengundurkan diri dari pekerjaan. j. Usia madya merupakan masa jenuh. Banyak atau hampir seluruh pria dan wanita mengalami kejenuhan pada akhir usia 30an dan 40an. Kejenuhan tidak akan medatangkan kebahagiaan ataupun kepuasan pada usia manapun. Akibatnya usia madya seringkali merupakan periode yang tidak menyenangkan dalam hidup. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa usia madya berkisar dari 40 60 tahun. Kemudian dijelaskan pula 10 karakterisik usia madya, yaitu: usia madya merupakan periode yang sangat ditakuti, usia madya merupakan masa transisi, usia madya adalah masa stress, usia madya adalah usia yang berbahaya, usia madya adalah usia canggung, usia madya adalah masa berprestasi, usia madya merupakan masa evaluasi, usia madya dievaluasi

31 dengan standar ganda, usia madya merupakan masa sepi, dan usia madya merupakan masa jenuh. E. Pengaruh Konsep Diri terhadap Kecemasan Menghadapi Pensiun Konsep diri berkaitan erat dengan cara pandang seseorang mengenai siapa dirinya, bagaimana memberi identitas kepada diri sendiri, menilai dan melihat faktor yang ada di luar diri individu yang dapat dijadikan sebagai komponen konsep diri individu tersebut. Fitts (dalam Agustiani, 2006) yang mengaitkan konsep diri menjadi dua dimensi yaitu dimensi internal dan eksternal. Pada dimensi internal disebutkan bahwa diri individu sebagai objek, diri individu sebagai pelaku, dan sebagai penilai. Dimensi eksternalnya dikatakan bahwa individu sebagai diri fisik, diri etik moral, diri pribadi, diri keluarga dan diri sosial. Dari masing masing komponen itulah yang akan berperan dan menentukan apakah individu akan memiliki konsep diri yang tinggi ataukah rendah. Calhoun dan Acocella (1995) juga menjelaskan jika individu yang memiliki konsep diri tinggi cenderung memiliki penerimaan diri yang baik serta memiliki harga diri, sedangkan konsep diri yang rendah lebih memiliki kecenderungan pda rasa putus asa dan penerimaan diri yang negatif terhadap dirinya. Berkaitan dengan individu yang akan menghadapi masa pensiun pasti akan banyak melakukan penyesuaian untuk menyikapi kondisi dan bermacammacam perubahan yang terjadi setelah memasuki masa pensiun, diantaranya

32 adalah menurunnya penghasilan, hilangnya status, hilangnya interaksi dan datangnya masa tua. Kondisi dan perubahan perubahan yang akan terjadi di masa pensiun membuat individu yang belum memasuki masa pensiun menjadi cemas dan khawatir. Individu dengan konsep diri yang tinggi diharapkan dapat menerima keadaan dirinya secara positif dan menerima perubahan yang terjadi dalam kehidupannya, dengan demikian individu dapat mengatasi kecemasannya akan keadaan dan situasi yang tidak pasti di masa pensiunnya. F. Kerangka Berfikir Individu yang akan pensiun Menerima konsekuensi dari masa pensiun KECEMASAN MENGHADAPI PENSIUN - Kekhawatiran - Emosionalitas - Gangguan & hambatan dalam menyelesaikan tugas KONSEP DIRI - Aspek psikologis - Aspek fisiologis - Aspek psiko-sosiologis - Aspek psikoetika & moral Gambar 1 (Kerangka Berfikir)

33 Bagan kerangka berfikir diatas dijadikan sebagai gambaran tentang pengaruh konsep diri terhadap kecemasan menghadapi pensiun. Pada bagan diatas dapat dijelaskan bahwa individu yang akan menghadapi masa pensiun tentunya akan menerima konsekuensi konsekuensi tertentu yaitu hilangnya berbagai hal yang dapat diperoleh individu dalam bekerja sehingga menjelang masa pensiun pegawai cenderung merasakan adanya kecemasan akan kehilangan status, berkurangnya penghasilan, berkurangnya interaksi dengan rekan kerja, dan memasuki masa tua (Pradono & Purnamasari, 2010) Individu yang akan menghadapi masa pensiun perlu memiliki konsep diri yang tinggi. Individu dengan konsep diri tinggi diindikasikan dapat melakukan penyesuaian diri yang baik dengan perubahannya, sebaliknya jika individu dengan konsep diri rendah cenderung kurang dapat menyesuaikan dirinya dengan baik dalam menghadapi pensiun. Dari konsep diri yang dimiliki tiap individu akan mempengaruhi pada kecemasan individu dalam menghadapi masa pensiun. jika individu memiliki konsep diri yang tinggi maka individu dapat menyesuaikan diri dengan baik sehingga dapat meredakan kecemasannya ketika menghadapi masa pensiun, sebaliknya jika individu memiliki konsep dirinya rendah akan kesulitan menyesuaikan dirinya terhadap perubahan dalam hidupnya, sehingga individu tersebut akan mengalami kecemasan ketika menghadapi masa pensiun.

34 G. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh konsep diri terhadap kecemasan menghadapi pensiun pada pegawai PDAM Kabupaten Banyumas.