BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya dapat hidup berkembang dan

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi perilaku yang tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses usaha yang dilakukan seseorang suatu proses perubahan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Di lingkungan sekolah Guru tidak hanyan mendidik siswa dalam aspek kognitif saja,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. itu berlangsung seumur hidup dimulai dari keluarga kemudian di teruskan dalam

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Kematangan Emosional. hati ke dalam suasana hati yang lain (Hurlock, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. karena dengan belajar manusia dapat berkembang dan berubah dalam sikap dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. depan, seperti pendidikan formal di universitas mahasiswa diharapkan aktif, kunci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat pada setiap manuasia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan, dapat dilihat pada akhir akhir ini telah timbul akibat negatif

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan suatu masa dalam kehidupan yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. mampu memecahkan masalah di sekitar lingkungannya. menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembaharuan di bidang pendidikan telah dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. moyang, teman teman, milik, uang dan lain lain. Kalau semuanya bagus, ia

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan tahap perkembangan yang harus dilalui oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja juga merupakan priode yang penting, dimana pada masa remaja

1. PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah wadah untuk mencari ilmu pengetahuan bagi siswa. Selain

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. yang di selenggarakan di lingkungan keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan

BAB II LANDASAN TEORI. satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam. persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan.

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. Ungkapan bahwa banyaknya pelajar yang tidak berpikir sering kita. yang diajarkan oleh guru mereka (Hassoubah, 2004:9).

BAB II LANDASAN TOERI

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahap perkembangannya, seperti pada tahap remaja.

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset masa depan bagi suatu bangsa. Remaja di ibaratkan

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak adalah masa dimana potensi-potensi dipotret. Usia ini

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Layanan Bimbingan Kelompok Pengertian layanan bimbingan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan digunakan sebagai indikator kemajuan suatu bangsa yang

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial. Sebagai makhluk individu ia memiliki sifat dan ciri-ciri yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kajian Teori

PENERAPAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGELOLA EMOSI SISWA KELAS XII IPS 3 DI SMA NEGERI 12 MEDAN

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pembangunan dibidang pendidikan. dalam satu program kegiatan belajar dalam rangka kegiatan belajar dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Perilaku Asertif dalam Bimbingan Sosial. untuk mencapai perkembangan optimal. Jamal Ma mur (dalam Ratnawati,

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar

2015 METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN INTERKASI SOSIAL ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLBN-A CITEUREUP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks ini, tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sikap merupakan etika, sopan dan santun yang termasuk didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh Anis Ludiyani PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. di mana-mana baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. individu, individu dengan kelompok, ataupun kelompok dengan kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

I. PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing orang selalu menginginkan harga diri yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden age)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB I PENDAHULUAN. ini kita semua pasti pernah merasakan tekanan-tekanan batin akibat kesalahan

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan wadah bagi individu untuk mengembangkan aspek-aspek

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak menimbulkan perubahan dan perkembangan, sekaligus menjadi tantangan. Tantangan akibat perubahan dan perkembangan yang cepat, terjadi baik pada aspek sosial, budaya, dan teknologi. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi akibat perubahan tersebut semakin komplek, baik masalah pribadi, sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain. Untuk menghadapi tantangan ini diperlukan kesiapan individu secara fisik dan mental, agar lebih mampu mengatasi berbagai hal dalam mencapai kesuksesan. Secara umum, perkembangan individu dari masa anak-anak ke masa dewasa dapat dilihat dari perkembangan fisik, psikis dan sosial. Perkembangan fisik individu ditandai pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Perkembangan psikis individu ditandai dengan perkembangan kognitif dan perkembangan emosi. Perkembangan kognitif tingkat kemampuan berfikir, kreatif, memecahkan masalah dan individu juga dapat berbeda dalam cara memperoleh, menyimpan serta menerapkan pengetahuan. Menurut Chaplin (dalam Hajar 2011:47) Kognitif diartikan sebagai proses berfikir, daya menghubungkan, kemampuan menilai dan kemampuan mempertimbangkan. Menurut Chaplin (dalam Hajar 2011:83) mendefenisikan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku. Perkembangan emosi ditandai dengan menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional. Perkembangan sosial individu adalah bagaimana individu dapat menyesuaikan diri dengan orang lain dan mampu memahami orang lain untuk menjalin

hubungan yang lebih akrab. Pada perkembangan individu dituntut memiliki kemampuan penyesuain sosial dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pada kenyataannya, perkembangan fisik yang terjadi pada individu tidak semuanya membuat individu merasa nyaman, akan tetapi sebaliknya banyak individu tidak percaya diri akan perubahan fisiknya. Penampilan fisik individu merupakan ciri pribadi atau identitas dari seseorang, sehingga ketika individu tidak percaya diri dengan keadaan fisiknya dan kekurangannya itu, maka akan merasa minder bahkan akan menjauhi teman sebayanya. Selain itu banyak juga individu yang perkembangan kognitifnya berbeda dengan teman sebayanya dan mengikuti pelajaran di sekolah akan terlambat. Perkembangan sosial banyak terjadi konflik antar teman sebaya dan banyak terjadi individu yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan teman-temannya. Sebagai contoh, dalam pergaulan siswa banyak yang salah memilih teman akrab atau teman bermain akibat salah pergaulan siswa merokok di lingkungan sekolah, sering cabut dan sering tidak masuk sekolah. Contoh lainnya adalah siswa yang tidak mampu mengerjakan tugasnya (PR) akan sering mencontek pada temannya akibatnya ia secara perlahan-lahan dijauhi oleh teman-temannya. Dari contoh masalah di atas dapat disimpulkan bahwa pandangan individu terhadap keadaan dirinya baik secara fisik,psikis maupun sosial sangat berpengaruh pada perkembangan dirinya dalam menentukan hidupnya. Cara memandang individu terhadap dirinya disebut dengan konsep diri. Konsep diri adalah persepsi keseluruhan yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri. Mead (dalam Slameto 2010:182) menyebutkan konsep diri sebagai suatu produk sosial yang di bentuk melalui proses internalisasi dan organisasi pengalaman-pengalaman psikologis. Konsep diri merupakan faktor penting di dalam berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan. Setiap individu dapat saja menyadari keadaannya atau identitas yang dimilikinya akan tetapi yang lebih penting adalah menyadari seberapa baik atau buruk keadaan yang

dimiliki serta bagaimana harus bersikap terhadap keadaan tersebut. Tingkah laku individu sangat bergantung pada kualitas konsep dirinya. karakteristik konsep diri terbagi dua macam yaitu konsep diri negatif dan konsep diri positif. Burns (1993:279) Karakteristik mengenai konsep diri yang negatif yang pertama, mereka dapat menjadi sangat peka terdapap kritik, karena kritik dipandang sebagai pengabsahan lebih lanjut kepada inferioritas mereka. Yang kedua, sikap yang hiperkritis dipergunakan utnuk memperthankan citra diriyang goyah dan mengarahkan kembali perhatian kepada kekurangan dari orang-orang lain alih-alih kekurangan dari diri seseorang. Yang ketiga, terdapat kompleks penyiksaan dimanan kegagalan ditempatkan pada rencana-rencana tersembunyi dari orang-orang lain dan kesalahan ditunjukan kepada orang lain; di dalam cara ini kelemahan pribadi dan kegagalan tidak diakui. Yang keempat, sering terdapat respons yang berlebihan terhadap sanjungan; setiap pujian adalah lebik baik dari pada tidak ada sama sekali perasaan aman ditingkatkan dengan berusaha untuk mendapatkannya. Yang terakhir, orang dengan perasaan harga diri yang negatif berkemungkinan besar utnuk menunjukan sikap mengasingkan diri, malu-malu dan tidak ada niat untuk persaingan. Sebaliknya seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan dipandang sebagai kematian, namun lebih menjadikannya sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk melangkah ke depan. Orang dengan konsep diri yang positif akan mampu menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang. Memahami konsep diri sangatlah penting, karena dengan pemahaman konsep diri yang benar seseorang akan dapat lebih mengetahui dirinya sendiri dan belajar untuk lebih menerima dirinya. Hal ini juga akan membuat individu tidak mudah kehilangan arah perjalanan hidup, tidak mudah terpengaruh dan apabila terpaksa melakukan suatu perubahan tidak akan membuat dirinya menjadi shock karena perubahan yang terjadi. Kegiatan bimbingan dan konseling merupakan salah satu cara untuk membantu siswa yang memiliki masalah dengan konsep dirinya. Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu dengan menggunakan berbagai prosedur,

cara dan bahan agar individu tersebut mampu mandiri dalam memecahakan masalah-masalah yang dihadapinya. Bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri dan memangku suat jabatan serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya itu (F.Parson dan Jones dalam Prayitno, 1994:93). Sedangkan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang didasarkan pada prosedur wawancara konseling oleh seorang ahli kepada yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi siswa. Menurut Jones (dalam Prayitno 1994:101) konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan itu. Dengan bimbingan dan konseling siswa dibantu dalam memecahkan masalah-maslah yang dihadapinya. Dalam kegiatan bimbingan dan konseling ada beberapa jenis layanan bimbingan dan konseling yaitu layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan bimbingan belajar, layanan konseling individu, layanan bimbingan kelompok dan layanan konseling kelompok. Begitu banyak layanan bimbingan dan konseling maka peneliti mengambil salah satu layanan bimbingan dan konseling yang digunakan untuk penelitian adalah layanan bimbingan kelompok yang di singkat BKP. Layanan bimbingan kelompok memungkinkan sejumlah siswa secara bersama-sama membahas pokok bahasan tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh bahan dan pengembangan kemampuan sosial. Siswa secara bersama-sama mampu mengekspresikan, mengemukakan pendapat, mengungkapkan perasaan, saling interaksi, dll. Bimbingan kelompok menurut Gazda (dalam Prayitno 1994:309) adalah kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat.

Dari pengalaman waktu PPL (program pengalaman lapangan) dan pengamatan saya, ternyata banyak siswa yang mengalami kegagalan dalam pelajaran bukan disebabkan oleh tingkat intelegensi yang rendah melainkan oleh adanya perasaan tidak mampu mengerjakan tugas, dalam hal ini ada kaitannya dengan konsep diri siswa tersebut. Pandangan individu terhadap kemampuan yang dimiliki akan mempengaruhi motivasinya dalam mengerjakan tugas. Apa lagi ada kelas unggulan, siswa yang kelasanya terakhir merasa minder dengan kelas yang unggulan dikarenakan siswa-siswa yang kelas unggulan adalah kelas yang siswasiswanya sangat pintar, kreatif, disiplin, dan selalu memenangkan juara setiap kali perlombaan antar kelas. Sehingga kelas yang terakhir merasa terasingkan, merasa kurang mampu dalam pelajaran, tidak kreatif, selalu ribut di dalam kelas, dan kurang disiplin. Ada juga siswa yang tidak masuk sekolah selama 11 hari bahkan ada hampir 1 bulan tidak masuk sekolah dikarenakan siswa mempunyai masalah keluarga, kurangnya perhatian orangtua, dan selalu dimarahi orangtuanya serta siswa merasa tidak dianggap sebagai anak. Ada juga siswa salah pergaulan akibatnya siswa tersebut pernah mengkonsumsi ganja dan ia mengatakan bahwa dirinya telah kecanduan merokok, pihak keluarganya menyuruh ia untuk bekerja setelah pulang sekolah oleh karena itu ia bekerja bersama orang yang lebih tua darinya dan mengajak ia untuk merokok dan mengkonsumsi ganja tersebut. Banyak sekali siswa-siswa mengalami masalah dengan konsep dirinya. Kalau masalah ini dibiarkan maka akan tumbuh konsep diri yang negatif dan akan menghambat masa depan siswa. Peneliti pernah melakukan observasi di SMP Negeri 1 Delitua sebelum melakukan penelitian serta wawancara dengan guru BK SMP Negeri 1 Delitua, ternyata ada siswa yang memiliki konsep diri negatif yang rendah yaitu siswa merasa dirinya pesimis, siswa siswa kurangnya rasa percaya diri, siswa sering terjadi konflik dengan teman sebayanya, siswa tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, adanya siswa yang berkecenderungan sebagian kearah negatif misalnya merokok, cabut, berkelahi.

Keberhasilan siswa dalam pendidikan tidak terlepas dari pihak sekolah salah satunya yaitu guru pembimbing (konselor). Tugas seorang konselor di sekolah adalah mengembangkan bahkan meningkatkan konsep diri siswa melalui proses bimbingan dan konseling. Siswa yang memiliki konsep diri negatif akan berpengaruh terhadap kualitas belajar siswa di sekolah. Perasaan yang tidak mampu untuk mengerjakan tugas akan mempengaruhi sikap belajarnya, sehingga banyak siswa yang kurang motivasi untuk belajar. jika hal ini terus-menerus dibiarkan dan tidak dibantu, maka akan berpengaruh terhadap perilakunya dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, konselor harus melakukan upaya dalam meningkatkan konsep diri siswa. Ada beberapa jenis metode bimbingan kelompok menurut Tohirin (2007:289) adalah 1) program home room, 2) karyawisata, 3) diskusi kelompok, 4) kegiatan kelompok, 5) organisasi siswa, 6) sosiodrama (teknik role playing), 7) psikodrama,dan 8) pengajaran remedial. Dari beberapa metode atau teknik bimbingan kelompok saya memakai teknik sosiodrama (teknik role playing). Tohirin (2007:293) mengatakan sosiodrama dapat digunakan sebagai salah satu cara membimbing kelompok. Sosiodrama merupakan suatu cara membantu memecahkan masalah siswa melalui drama. Sesuai dengan namanya, masalahmasalah yang dramakan adalah masalah sosial. Teknik ini dilakukan melalui kegiatan role playing (bermain peran). Lebih lanjut dijelaskan oleh Winkel dan Hastuti (1997:571) sosiodrama merupakan dramatisasi dari persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan dengan orang-orang lain, termasuk konflik yang sering dialami dalam pergaulan sosial. Untuk itu digunakan role playing, yaitu beberapa orang mengisi peranan tertentu dan memainkan suatu adegan tentang pergaulan sosial yang mengandung persoalan yang harus diselesaikan. Role playing adalah sebuah permainan tingkah laku untuk mengembangkan dan meningkatkan konsep diri siswa dengan cara memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan

berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita bersama, sehingga berkesempatan melakukan, menafsirkan dan memerankan suatu peranan. Uno (2007:25) mengatakan bahwa bermain peran sebagai suatu model pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) di dunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok. Artinya, melalui bermain peran siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang lain. Uno juga mengungkapkan bahwa proses bermain peran ini dapat memberikan contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna sebagai sarana bagi siswa untuk: (1) menggali perasaannya; (2) memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai dan persepsinya; (3) mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah; (4) mendalami mata pelajaran dengan berbagai cara. Hal ini akan bermanfaat bagi siswa pada saat terjun ke masyarakat kelak karena ia akan mendapatkan diri dalam situasi dimana begitu banyak peran terjadi, seperti dalam lingkungan keluarga, bertetangga, lingkungan kerja, dan lain-lain. Sebagai contoh, seorang siswa memilih untuk memainkan peran sebagai ayah yang berkumis tebal dan sangat galak. Penelitian melalui role playing ini dibuat dengan bertujuan untuk membantu siswa agar meningkatkan konsep diri kearah positif dengan memerankan peran yang dapat menumbuhkan kemampuan atau keunggulan dirinya serta meningkatkan penyesuaian diri dalam hidupnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini diberi judul : pengaruh bimbingan kelompok melalui teknik role playing dalam meningkatkan konsep diri siswa SMP Negeri 1 Delitua kabupaten Deli Serdang T.A 2012/2013. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka indentifikasi masalahnya adalah

sebagai berikut: 1. Siswa kurang percaya diri dalam mengerjakan tugas 2. Siswa merasa pesimis 3. Siswa tidak mampu meningkatkan konsep diri yang positif 4. Siswa sering terjadi konflik dengan teman sebayanya 5. Siswa tidak mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya 6. Adanya kecenderungan sebagian siswa yang tidak tahu arah yang positif dan negatif 7. Siswa tidak bisa mengontrol akan dirinya 8. Siswa lebih cenderung mementingkan dirinya sendiri daripada orang lain C. Batasan Masalah Dengan perhitungan keterbatasan kemampuan peneliti, maka peneliti dibatasi pada bimbingan kelompok melalui teknik role playing dalam meningkatkan konsep diri siswa SMP Negeri 1 Delitua kabupaten Deli Serdang T.A 2012/2013. D. Perumusan Masalah Apakah ada pengaruh pelaksanaan bimbingan kelompok melalui teknik role playing dalam meningkatkan konsep diri siswa SMP Negeri 1 Delitua kabupaten Deli Serdang T.A 2012/2013? E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan peneliti adalah Untuk mengetahui adakah pengaruh bimbingan kelompok melalui teknik role playing dalam meningkatkan konsep diri siswa SMP Negeri 1 Delitua kabupaten Deli Serdang T.A 2012/2013. F. Manfaat Penelitian Dengan tercapainya tujuan penelitian maka diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk : 1. Manfaat Teoritis Manfaat dalam penelitian ini sebagai bentuk pembekalan diri yang lebih baik serta mengetahui konsep diri individu dan menambah pengetahuan yang luas tentang konsep diri dan dapat mengaplikasikan ke arah yang lebih positif. Selain itu juga sebagai bahan Pengembangan dan pembelajaran dalam Bimbingan konseling. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa Bagi Siswa manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai bekal untuk bertingkah laku yang baik, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan serta dapat mengembangkan dan meningkatkan konsep diri yang positif. Bagi siswa juga menambah pengalaman dan wawasan untuk kehidupannya serta mampu menghadapi rintangan tugas secara optimal.

b. Bagi guru BK Bagi guru BK sekolah sebagai program perencanaan bimbingan dan konseling di sekolah sekaligus sebagai ilmu pengetahuan dalam mengembangkan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah. c. Bagi peneliti Bagi peneliti manfaat dari penelitian ini adalah menambah pengalaman, pengetahuan dan wawasan yang luas. Secara tidak langsung peneliti sudah menerapkan tingkah laku yang positif, mengembangkan konsep diri positif, mengontrol tingkat emosional, membentuk kepribadian kearah positif. d. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya adalah menambah pengetahuan yang luas tentang konsep diri dan dapat mengaplikasikan ke arah yang lebih positif serta dapat menerapkan ke sekolah-sekolah ketika menjadi guru Bkdi sekolah.