1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas manusia tidak terlepas dari kegiatan yang menghasilkan limbah atau sampah baik itu limbah organik maupun non organik. Produksi sampah ini juga selalu mengalami peningkatan yang diakibatkan pertumbuhan penduduk dan ekonomi yang semakin tinggi. Kota Denpasar adalah salah satu kota yang mengalami pertumbuhan penduduk dan ekonomi yang cukup tinggi sehingga memicu meningkatnya kegiatan di bidang jasa, industri, bisnis dan sebagainya. Salah satu dampak yang dihasilkan adalah meningkatnya produksi limbah buangan atau sampah. Sampah merupakan suatu masalah yang sangat mendasar pada kota besar khususnya di Kota Denpasar. Sampah yang tidak terkelola dengan baik dapat menjadi tempat perkembangan penyakit dan menurunkan kualitas lingkungan serta menimbulkan gangguan estetika lingkungan di sekitarnya. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Denpasar, Kota Denpasar dibagi menjadi empat BWK (Bagian Wilayah Kota) utama sesuai wilayah kecamatan (Utara, Timur, Barat dan Selatan) yang semuanya akan terintegrasi sangat kuat dengan Kawasan Pusat Kota. Menyadari fungsi pusat kota sangat kuat sebagai pengikat (fakta lapangan dan sejarah) dan pusat orientasi, serta memperhatikan prinsip Puser dalam tatanan tata ruang budaya Bali, maka dimunculkan satu BWK Tengah yang wilayahnya identik dengan Kawasan Pusat Kota. BWK Tengah terdiri dari pecahan wilayah administrasi tiga wilayah 1
2 kecamatan yaitu Denpasar Utara, Denpasar Timur dan Denpasar Barat yang berada pada Kawasan Tengah Kota. Jumlah penduduk Kota Denpasar pada tahun 2012 adalah sebesar 804.905 jiwa (BPS Provinsi Bali, 2012) dan Jumlah penduduk yang ada BWK Tengah berjumlah 233.920 jiwa. Besaran timbulan sampah yang dihasilkan pada Kota Denpasar perorang rata rata sebesar 2,5 liter/orang/hari (dept. PU, LPMB, Bandung, 1993), sehingga volume sampah yang dihasilkan oleh penduduk yang ada diwilayah ini adalah sebesar 584,4 m 3. Berdasarkan hasil studi Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Kota Denpasar tahun 2013 persentase pelayanan persampahan Kota Denpasar tahun 2013 baru mencapai 51,8 persen. Sistem pengumpulan sampah di Kota Denpasar pada umunya menggunakan tempat penampungan sementara (TPS), dimana sampah yang dihasilkan dari setiap rumah dikumpulkan di TPS dan dari TPS selanjutnya diangkut ke TPA. Jenis TPS yang digunakan di Kota Denpasar terdiri dari berbagai bentuk yaitu TPS BIN, TPS Kontainer dan TPS Transferdepo. Jumlah TPS BIN kapasitas 1 m 3 sebanyak 216 unit dengan jumlah unit dalam kondisi baik 150 unit, 58 unit dalam kondisi sedang dan 8 unit dalam kondisi rusak. TPS Kontainer yang jumlahnya 63 buah diletakkan di 40 lokasi, TPS / Transfer Depo sebanyak 11 buah dan Depo 3R sebanyak 8 buah yang terdiri dari 7 buah milik pemerintah dan 1 buah swakelola mandiri (DKP Kota Denpasar, 2013). Jumlah dan kapasitas TPS di Kota Denpasar masih belum memenuhi akan kebutuhan pelayanan sampah di Kota Denpasar. Jumlah dan kapasitas TPS yang terbatas ini dipengaruhi juga oleh keterbatasan lahan untuk penempatan di
3 Kawasan Pusat Perkotaan. Belum adanya arahan dan strategi yang jelas dalam penentuan lokasi dan sebaran TPS dengan kondisi keterbatasan lahan di wilayah perkotaan dan sulitnya lahan untuk pembangunan TPS yang layak sesuai dengan standar, ini menimbulkan permasalahan yang serius seperti bercecerannya sampah pada TPS yang mengakibatkan menurunnya estetika lingkungan. Proses pengangkutan yang sulit dan membutuhkan waktu yang lama serta sempitnya lahan TPS dapat menggangu fungsi publik lainya yaitu trotoar untuk pejalan kaki dan jalan untuk transportasi. Ceceran sampah disekitar TPS disebabkan oleh kapasitas dan bentuk TPS yang belum sesuai dengan standar, seperti misalnya pada TPS BIN atau TPS bak terbuka yang tidak dilengkapi dengan penutup akan beresiko mencemari lingkungan akibat air hujan yang masuk ke sampah dapat menghasilkan lindi. Ketersediaan lahan yang terbatas di TPS mengakibatkan proses pengangkutan yang membutuhkan waktu lama menyebabkan penurunan efektifitasi operasional pengangkutan sampah. Jarak antara tiap TPS juga memberikan dampak pada tingginya timbunan sampah pada TPS. Berdasakan Peraturan Pemerintah No 81 Tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga disebutkan bahwa keberadaan TPS harus memenuhi persyaratan yaitu luas lokasi dan kapasitas kebutuhan, lokasinya mudah diakses dan tidak mencemari lingkungan. SNI 19-2454-2002 mengamanatkan bahwa untuk pewadahan harus memliki syarat kedap air dan tidak mencemari lingkungan, karena pencemaran lingkungan saat ini menjadi permasalahan yang serius di wilayah perkotaan.
4 Kondisi lingkungan perkotaan yang sangat kompleks akan beban pencemaran yang ditimbulkan oleh setiap aktivitas manusia menuntut adanya penataan dan pengelolaan yang baik untuk meminimalkan dampak pencemaran lingkungan. Perencanaan tata ruang kota yang mengklaisifikasikan fungsi kawasan yang berbeda-beda akan mempengaruhi sistem penanganan sampah yang harus dilakukan, hal ini dipengaruhi oleh karakteristik dan volume sampah yang dihasilkan serta ketersediaan lahan pada setiap fungsi kawasan dalam RTRW. Dengan perencanaan sistem pewadahan atau tempat penampungan sampah sementara yang bersinergi dengan RTRW diharapkan dapat memanfaatkan keterbatasan ruang kota dengan maksimal. Penentuan lokasi TPS pada lingkungan masyarakat sering menimbulkan penolakan masyarakat yang tidak menghendaki lokasi TPS berada dekat dengan tempat tinggalnya. Hal ini disebakan TPS yang tidak layak memberikan dampak pencemaran lingkungan seperti bau yang tidak sedap, penurunan estetika lingkungan, kebisingan dan debu yang dapat menganggu aktivitas masyarakat sekitar. Berdasarkan hal tersebut, paradigma penentuan lokasi TPS harus mempertimbangkan aspek masyarakat sebagai pengguna sarana tersebut disamping aspek teknis yang akan digunakan untuk penentuan lokasi TPS. Keberlanjutan pemanfaatan TPS dalam pengelolaan persampahan perkotaan sangat diharapkan dengan dukungan pola hidup masyarakat yang dapat memanfaatkan TPS sebagai sarana pewadahan sampah komunal. Namun motivasi masyarakat dalam mengelola samah saat ini masih tergolong rendah. Pola hidup masyarakat yang masih mengedepankan pemenuhan kebutuhan hidup atau
5 ekonomi menjadi masalah pengelolaan sampah sebagai permasalahan yang belum menjadi prioritas untuk ditangani. Perilaku dan kebiasaan masyarakat atau individu untuk mengelola sampah belum mengarah kepada perilaku yang positif seperti membuang sampah pada tempatnya, membuang sampah pada jam yang telah ditentukan, memisahkan sampah sampah domestik dari rumah tangga (organik dan anorganik) serta membuangnya ke tempat pengumpulan sampah komunal. Mengetahui pola perilaku masyarakat saat ini akan bermanfaat untuk memberikan rekomendasi arahan dan kebijakan dalam menjaga keberlanjutan TPS sebagai sarana pewadahan sampah komunal. Peran lembaga pengelola persampahan sangat menentukan kemajuan pengelolaan persampahan di Kota Denpasar. Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Denpasar sebagai pengelola persampahan memiliki tugas pokok dan fungsi utama untuk mengelola persampahan di Kota Denpasar. Tugas utamanya adalah menyediakan sumber daya manusia yang kompeten di bidang persampahan, hal tersebut terkait erat dengan pelayanan prima terhadap masyarakat. Tugas kedua adalah menyediakan lahan dan fasilitas persampahan untuk menunjang kegiatan masyarakat, terutama pada kegiatan kawasan perkotaan yang memiliki mobilitas tinggi. Pengaturan lokasi TPS menjadi tujuan utama dalam penelitian ini, karena saat ini kebutuhan dan sebaran TPS yang tidak seimbang dengan timbulan sampah yang dihasilkan serta lokasi TPS yang diletakan pada tempat yang tidak semestinya, seperti diatas trotoar atau di badan jalan karena keterbatasan lahan di perkotaan. Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk
6 menganalisis lokasi dan kebutuhan lahan TPS yang ada di Kota Denpasar dengan syarat dan kriteria teknis serta pertimbangan fungsi kawasan Perkotaan. Diharapkan pada nantinya keberadaan TPS tidak mencemari lingkungan dan memberikan kenyamanan bagi penduduk yang tinggal di sekitar TPS. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan dalam uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah kondisi eksisiting TPS dan estimasi kebutuhan kapasitas serta lahan TPS di wilayah studi? 2. Bagaimanakah pendapat masyarakat sebagai pengguna sarana TPS tentang kondisi dan lokasi penentuan TPS serta pola perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah khusunya pada TPS demi keberlanjutan keberadaan TPS sebagai pewadahan sampah komunal? 3. Bagaimanakah strategi penentuan sebaran lokasi dan bentuk TPS sesuai syarat atau kriteria yang ada pada SNI? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang sudah diuraikan maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain : 1. Mengetahui kondisi eksisiting TPS dan estimasi kebutuhan kapasitas serta lahan TPS di wilayah studi. 2. Mengetahui pendapat masyarakat sebagai pengguna sarana TPS tentang kondisi dan lokasi penentuan TPS serta pola perilaku masyarakat dalam
7 pengelolaan sampah khusunya pada TPS demi keberlanjutan keberadaan TPS sebagai pewadahan sampah komunal. 3. Mengetahui strategi penentuan sebaran lokasi dan bentuk TPS sesuai syarat atau kriteria yang ada pada SNI. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung bagi berbagai pihak, antara lain: A. Manfaat Akademis Manfaat akademis dari peneilitian ini adalah hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengkajian lebih lanjut mengenai kebutuhan kapasitas, penentuan lokasi dan kebutuhan lahan TPS dengan pertimbangan fungsi kawasan berdasarkan RTRW. B. Manfaat Praktis 1. Bagi Pemerintah Kota Denpasar, dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam penyusunan kebijakan pengembangan sarana TPS ke depan di Kota Denpasar. 2. Bagi peneliti sendiri, dapat digunakan sebagai pembelajaran serta sebagai bahan kajian ilmiah dalam menyampaikan telahan yang berhubungan dengan penentuan lokasi TPS di Kota Denpasar.