BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kota Gorontalo Kecamatan Kota Timur Kelurahaan Ipilo dan Heledulaa Utara selama 2 bulan yaitu bulan Mei sampai Juni tahun 2012. Metode yang digunakan adalah metode survei yang merupakan pengumpulan data emperik berdasarkan wawancara dan observasi. Dimana data terbagi atas data primer dan data sekunder. Teknik survei data sekunder dimaksudkan untuk mendapatkan data yang sudah tersedia dengan analisis bauran pemasaran, sedangkan survei data primer dilakukan pada konsumen rumah tangga untuk mengkaji berapa besar pengaruh bauran pemasaran terhadap keputusan pembelian minyak goreng Bimoli di Kota Gorontalo, hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006), yaitu metode survei digunakan agar peneliti lebih mengetahui keadaan lokasi dan sifat populasi sebelumnya. 3.2 Definisi operasional Variabel Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang variabel penelitian maka definisi operasional variabel sebagai berikut: 1. Pemasaran adalah proses perpindahan minyak goreng merek Bimoli dari produsen ke konsumen. 2. Bauran pemasaran minyak goreng Bimoli yaitu alat pemasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pemasaran minyak goreng Bimoli di pasar sasaran, yang meliputi produk, harga, tempat dan promosi (4P). 3. Produk minyak goreng Bimoli adalah segala hal yang dapat memuaskan kebutuhan konsumen akan minyak goreng Bimoli. seperti : rasa, kemasan, warna, standardisasi variasi produk. 4. Harga minyak goreng Bimoli adalah nilai minyak goreng Bimoli yang dinyatakan dengan uang, yaitu: harga terjangkau, manfaat, kualitas, perbandingan dengan pesaing, potongan harga, variasi harga.
5. Tempat merupakan keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses memperoleh minyak goreng terhadap jasa bagi para pelanggan, yaitu: jarak, tempat belanja, saluran distribusi, kemudahan memperoleh produk. 6. Promosi minyak goreng Bimoli menggambarkan berbagai macam cara yang ditempuh perusahaan dalam rangka menjual produk minyak goreng ke konsumen, yaitu: kemasan, media, iklan, promosi sesuai kegunaan. 7. Sikap merupakan evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang merespon minyak goreng Bimoli secara konsisten berkenaan dengan atau alternatifalternatif pilihan yang diberikan 8. Perilaku konsumen merupakan tindakan langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi, serta menghabiskan minyak goreng Bimoli, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut 9. Kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan konsumen setelah membandingkan antara apa yang diterimanya dengan apa yang diharapkannya 10. Keputusan membeli konsumen adalah kegiatan dalam pembelian merek atau minyak goreng yang diinginkan yaitu minyak goreng Bimoli yaitu: pembelian sesuai kebutuhan, pencarian informasi, selera konsumen dan kepuasan. 3.3 Teknik Pengumpulan Data Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari konsumen rumah tangga yang mengkonsumsi minyak goreng Bimoli sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti BPS, Kantor Kecamatan, Kantor Kelurahan Ipilo dan Kecamatan Heledulaa Utara di Kota Gorontalo. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi Menurut Narbuko dan Ahmadi (2008), observasi digunakan untuk mengamati dan mencatat secara langsung tentang objek atau gejala yang diteliti yaitu minyak goreng Bimoli. 20
2. Wawancara Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi atau keterangan dari responden (Narbuko dan Ahmadi, 2008). Dalam penelitian ini kegiatan wawancara dilakukan langsung ke konsumen rumah tangga pengguna minyak goreng Bimoli. 3. Kuesioner Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang berisikan pertanyaan atau bidang yang akan diteliti. Kuesioner dapat berupa pertanyaan tertutup atau terbuka (Sugiyono, 2009). Kuesioner dalam penelitian ini diberikan langsung kepada konsumen rumah tangga yang menggunakan minyak goreng Bimoli di Kota Gorontalo. Untuk mengukur kuesioner dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Menurut Mardalis (2006), skala likert digunakan apabila kita menginginkan data tentang pendapat responden mengenai masalah yang diteliti. dengan bobot 1 sampai 5 yaitu: sangat setuju (SS) skor 5, setuju skor (S) skor 4, kurang setuju (KS) skor 3, tidak setuju (TS) skor 2 dan sangat tidak setuju (STS) skor 1. 3.4 Teknik Penarikan Sampel Teknik penarikan sampel menggunakan multistage sampling karena jumlah populasi yang diteliti terlalu banyak. Penarikan sampel dilakukan bertahap mulai dari Kota, Kecamatan, Kelurahan sampai ke konsumen. Kota Gorontalo terdiri dari enam Kecamatan, yaitu Kota Barat, Dungingi, Kota Selatan, Kota Timur, Kota Utara, dan Kota Tengah. Dalam pengambilan sampel ditetapkan kriteria yaitu daerah dominan mengkonsumsi minyak goreng Bimoli. Kecamatan dipilih secara purposive sampling adalah Kecamatan Kota Timur. Selanjutnya untuk penarikan sampel kelurahan dipilih dua kelurahan yang menjadi sampel yaitu Kelurahan Heledulaa Utara dan Kelurahan Ipilo. Pengambilan sampel untuk konsumen rumah tangga dalam penelitian ini adalah mengggunakan purposive sampling. Menurut Sumarni dan Wahyuni (2006), purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan 21
menyesuaikan diri berdasar krikteria atau tujuan tertentu (disengaja). Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen rumah tangga yang membeli minyak goreng Bimoli. Menurut Umar (2003), untuk menentukan jumlah ukuran sampel dari populasi yang akan diteliti digunakan rumus slovin yaitu: Dimana: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi e = Tingkat kesalahan Berdasarkan rumus tersebut menggunakan tingkat presisi 90% atau taraf nyata (tingkat kesalahan 10%), diperoleh jumlah sampel penelitian sebagai berikut: n Jadi jumlah sampel minimal dalam penelitian ini adalah 97 orang. Menurut Nazir (2003), ukuran sampel yang diperoleh akan dialokasikan dengan menggunakan rumus: dimana : n i = f i x n n i = sampel strata i f i = jumlah sampel tiap area dibagi jumlah seluruh populasi n = jumlah sampel dari populasi Adapun jumlah sampel di setiap wilayah penelitian sebagai berikut : Tabel 1. Jumlah Sampel di Dua Kelurahan. No Kecamatan Desa Populasi Sampel 1 Kota Timur Ipilo 1.590 58 Heledula'a Utara 1.162 42 22
Total sampel yang diambil adalah 100 orang, dimana pada Kelurahaan Ipilo 58 orang dan Heledulaa Utara 42 orang. 3.5 Metode Analisis Data Metode analisis data dalam penelitian terdiri dari analisis keampuhan instrumen dan uji hipotesis. 3.5.1 Uji Keampuhan Instrumen Uji keampuhan instrumen dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang Validitas dan reliabilitas angket yang digunakan. 1). Uji Validitas Uji validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Misalnya peneliti menggunakan kuesioner dalam pengukuran pengumpulan data penelitian, maka koesioner tersebut tersusun dan teruji validitasnya, dalam praktek belum tentu data yang dikumpulkan adalah data yang valid. Oleh sebab itu sebelumnya diukur validitas (Singarimbun dan Effendi, 2006). Untuk menghitung validitas digunakan rumus korelasi product moment yang rumusnya adalah sebagai berikut: Keterangan : r = koefisien korelasi N= jumlah observasi/responden X= skor pertanyaan Y= skor total Uji validitas dapat dilakukan dengan melihat korelasi antara skor masingmasing item dalam kuesioner dengan total skor yang ingin diukur yaitu menggunakan Coefficient Corelation Pearson dalam SPSS. Jika kooefisien r hitung > r tabel maka item pertanyaaan valid. Sedangkan apabila nilai r hitung < r tabel maka item petanyaan tidak valid. 23
2). Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukan konsistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala yang sama (Singarimbun dan Effendi, 2006). Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten. Pada alat pengukur penomena fisik seperti berat dan panjang badan konsistensi hasil pengukuran bukanlah hal yang sulit dicapai. Tetapi untuk pengukuran penomena sosial seperti sikap, opini dan persepsi, pengukuran yang konsisten agak sulit dicapai. Berhubung gejala sosial tidak semantap gejala fisik, maka dalam gejala sosial selalu diperhitungkan unsur kesalahan pengukuran. Dalam penelitian sosial, kesalahan pengukuran ini cukup besar (Singarimbun dan Effendi, 2006). Tingkat reliabilitas suatu konstruk dapat dilihat dari hasil uji statistik Cronbach Alpha. Suatu konstruk dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.60. Menurut Arikunto (2006), untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus sebagai berikut: K r 11 = 1 - k 1 σ 2 (b) σ 2 (t) keterangan: r 11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir instrumen σ 2 (b) = jumlah varians butir instrumen σ 2 (t) = varians total instrumen 3.5.2 Uji Hipotesis 1) Analsis Regresi Berganda Analisis regresi berganda adalah salah satu analisis statistik yang digunakan untuk mendistribusikan hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat. Analisis ini adalah merupakan bagian dari statistika parametik dengan data 24
penelitian harus memiliki skala pengukuran minimal interval. Mengingat data penelitian menggunakan skala likert, dengan skala pengukuran ordinal, maka data penelitian dikonversi dari skala ordinal menjadi skala interval dengan menggunakan alat analisis Metode Succsive Interval (MSI) Adapun rumus regresi berganda sebagai berikut : Y = a + b X + b X + b X + b X + ei 1 1 2 2 3 3 4 4 Keterangan: Y a b 1 b 2 b 3 b 4 X 1 X 2 X 3 X 4 Ei = variabel keputusan pembelian = bilangan konstanta = koefisien regresi produk = koefisien regresi harga = koefisien regresi tempat = koefisien regresi promosi = produk = harga = tempat = promosi = variabel lain yang tidak diteliti/standar error 2) Pengujian secara Simultan Pengujian secara simultan menggunakan uji F. Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Uji F ini digunakan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel pada taraf α =0,05. Hipotesis statistik yang digunakan adalah: H 0 : β 1 = 0 H 1 : minimal satu β 1 0 Menurut Sulaiman (2002), untuk menentukan F hitung adalah: itun r r si r sidual 25
Dimana : Y = nilai pengamatan Y = nilai Y yang ditaksir N = jumlah pengamatan/sampel K = jumlah variabel independen Kriteria pengujian adalah apabila F hitung < F tabel maka diterima H o berarti terdapat pengaruh yang tidak nyata secara bersama-sama antara variabel bebas dengan variabel terikat. Jika F hitung > F tabel maka H o ditolak dan H 1 diterima, yang berarti terdapat pengaruh nyata secara bersama-sama antara variabel bebas dengan variabel terikat. 3) Pengujian secara parsial Uji parsial menggunakan statistik uji t dilaksanakan untuk melihat signifikasi dari pengaruh individu variabel bebas terhadap variabel terikat variabel lain bersifat konstan. Uji ini dilaksanakan dengan membandingkan t hitung dan t tabel. Menurut Sulaiman (2002) untuk menghitung uji t adalah: t itun s i- β i di mana: b 1 β 1 Se (bi) = koefisien variabel ke-i = perameter ke-i yang dihipotesiskan = kesalahan standar b i Kriteria pengujian adalah apabila F hitung < F tabel maka diterima H o berarti terdapat pengaruh yang tidak nyata secara parsial antara variabel bebas dengan variabel terikat. Jika F hitung > F tabel maka H o ditolak dan H 1 diterima, yang berarti terdapat pengaruh nyata secara parsial antara variabel bebas dengan variabel terikat. 4) Koefesien Korelasi dan Koefisien Determinasi Untuk mengetahui arah dan kekuatan hubungan antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) digunakan koefisien korelasi (R). Besarnya koefisien korelasi adalah : -1, 0, dan +1. Jika koefisien korelasi 0 berarti hubungan antara 26
variabel bebas dan variabel terikat tidak ada hubungan. Apabila koefisien korelasi semakin mendekati +1 maka hubungan tersebut positif dan kuat. Jika koefisien korelasi mendekati 1, maka hubungan tersebut negatif dan kuat. Koefisien determinasi (R 2 ) digunakan untuk mengetahui tingkat yang paling baik antara dua variabel atau digunakan untuk mengukur besarnya kontribusi (share) dari variabel X terhadap variasi naik turunnya variabel Y yang biasanya dinyatakan dalam persentase. 27