FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN Fitria Nelda Zulita, Gustina Indriati dan Armein Lusi Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat ABSTRACT Intestinal helminth infections which transmitted through soil (Soil Transmitted Helminths) is it still a health problem in public Indonesia. Intestinal parasitic worm infections are generally age children of primary school, it was caused have not been able to control the hygiene and healthy. In the elementary School 32 Muara Air Haji, it is located in Linggo Sari Baganti, district Pesisir Selatan. Livelihoods of fishermen and the generally as the average economic low level and medium level. Most people in this Nagari Muara Air Haji does not have BAB / WC is ± 54.41 %. In that regard it has been studied in order to determine the frequency of Soil Transmitted Helminths Primary School Students 32 Muara Air Haji Linggo Sari Baganti district pesisir selatan. The research was conducted in June 2013 with using a descriptive survey method. The population in this study was elementary school student No. 32 Muara Air Haji as 135 people. Sampling was done by random sampling from a population of 68 peoples. Stool examination conducted at the Laboratory of Biology Education Program STKIP PGRI West Sumatra by way of direct observation. The results showed elementary school students No. 32 Muara air haji that has been infected Soil Transmitted Helminths was 76.47 %, with 36.54 % details of Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura 28.85 %, 1.92 % Hookworm, Ascaris lumbricoides and Trichuris trichiura 28.85 %, Trichuris trichiura and Hookworm 1.92 %, then Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura and Hookworm 1.92 %. Highest frequency of Soil Transmitted Helminths found that Ascaris lumbricoides. Key word : Frequency, Soil Transmitted Helmints
PENDAHULUAN Indonesia adalah Negara yang beriklim tropis dengan kelembaban yang tinggi yang merupakan tempat yang baik untuk perkembangan parasit. Oleh sebab itulah penyakit parasit sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia, terutama parasit infeksi usus yang ditularkan melalui tanah yang disebut dengan Soil Transmitted Helminths. Adapun cacing yang termasuk Soil Transmitted Helminths (STH) adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Necator americanus, dan Ancylostoma duodenale (Gandahusada, 2004). Penyakit cacingan merupakan penyakit endemik dan kronik diakibatkan oleh cacing parasit dengan prevalensi tinggi tidak mematikan tetapi menggerogoti kesehatan tubuh manusia sehingga berakibat menurunnya kondisis gizi dan kesehatan masyarakat. Hal ini terjadi karena kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan sangatlah kurang, seperti tidak mencuci tangan sebelum makan, kuku jari tangan yang panjang-panjang dan kotor, sarana MCK keluarga yang kurang memadai serta kebiasaan anak-anak yang tidak menggunakan alas kaki saat beraktivitas. Masih tingginya prevalensi penyakit cacing ini dapat dilihat pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Diana Rahmadani (2013) pada Murid SD Negeri 31 Pasir Kandang Kecamatan Koto Tangah Kota Padang yang terinfeksi Soil Transmitted Helminths adalah 59,65%, Yulian (2012) pada murid SD Negeri 07 Mudiak Lawe Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan yang terinfeksi Soil Transmitted Helminths adalah 52,23% dan Meysri Haryani (2012) pada murid SD Negeri No. 18 Kulemban Surian Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Solok yang terinfeksi Soil Transmitted Helminths adalah 52,5%. SD Negeri No. 32 Muara Air Haji terletak di Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan. Mata pencarian masyarakat umumnya sebagai nelayan dan tingkat ekonomi rata-rata tergolong rendah dan menengah. Sebagian masyarakat di Nagari Muara Air Haji ini belum mempunyai sarana BAB/WC yaitu ± 54,41%, sehingga mereka masih memanfaatkan pantai dan semak-semak
disekitar rumah sebagai tempat buang air besar. Anak-anak pun sering bermain-main tanpa menggunakan alas kaki. Melihat aktivitas anak-anak di sekitar daerah tersebut, maka ada kemungkinan mereka terinfeksi oleh cacing yang termasuk Soil Transmitted Helminths. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis telah melakukan penelitian tentang Frekuensi Soil Transmitted Helminths pada Siswa Sekolah Dasar Negeri No. 32 Muara Air Haji Kecamatan Linggo Sari Baganti Pesisir Selatan. METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juni 2013 dan bertempat di Sekolah Dasar Negeri No. 32 Muara Air Haji Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan. Pemeriksaan sampel tinja dilakukan di Laboratorium Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. Alat yang digunakan untuk penelitian adalah kaca benda, kaca penutup, lidi bersih, botol film sebanyak jumlah sampel yang diteliti, kertas label, tissu, pensil, pena, buku catatan, mikroskop binokuler. Sedangkan bahan yang diperlukan adalah formalin 4% dan tinja. Penelitian ini dilakukan pada anak-anak SD Negeri No. 32 Muara Air Haji dari kelas satu sampai kelas enam yang diamatai sebanyak 68 orang dari 135 murid secara random sampling. Penelitian menggunakan Metode Survey Deskriptif, sedangkan pemeriksaan sampel tinja di Laboratorium menggunakan metoda secara langsung (Hadidjaja, 1994). Sampel tinja yang didapatkan dari 68 murid diperiksa di Laboratorium Zoologi STKIP PGRI Sumbar. Sebelum pengambilan sampel, disebarkan kuisioner kepada murid yang akan dibawa pulang. Kuisioner berisikan data-data kondisi keluarga masingmasing murid. Data diperoleh secara langsung yaitu dengan pemeriksaan tinja, jika ditemukan telur hasil dinyatakan positif (+) sedangkan yang tidak ditemukan telur hasil dinyatakan negatif (-). Kemudian dihitung ada tidaknya telur cacing berdasarkan jumlah sampel. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian tentang Soil Transmitted Helminths pada Siswa SD Negeri No. 32 Muara Air Haji Kecamatan Linggo Sari Baganti Pesisir
Selatan yaitu dari 68 orang yang dijadikan sampel yang terinfeksi oleh STH Sebanyak 52 orang siswa dengan persentase 76,47%. Selanjutnya persentase dari masing-masing spesies kelompok Soil Transmitted Helminths (STH) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Persentase masing-masing spesies dari kelompok Soil Transmitted Helminths (STH) pada siswa SD Negeri No. 32 Muara Air Haji kecamatan linggo sari baganti pesisir selatan dan distribusi pada masing-masing kelas. No Spesies Parasit Kelas 1 2 3 4 5 6 Jumlah % 1 Ascaris lumbricoides 3 1 3 7 2 3 19 36,54 2 Trichuris trichiura 2 5 3 3 2 0 15 28,85 3 Cacing tambang 0 0 1 0 0 0 1 1,92 4 Ascaris Lumbricoides 3 4 2 0 5 1 15 28,85 Trichuris trichiura 5 Trichuris trichiura 0 0 0 0 0 1 1 1,92 Cacing tambang 6 Ascaris lumbricoides Trichuris trichiura Cacing tambang 0 0 1 0 0 0 1 1,92 Jumlah 8 10 10 10 9 5 52 100 Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa infeksi tertinggi dari kelompok STH yaitu Ascaris lumbricoides sebanyak 19 orang siswa dengan persentase 36,54%. Sedangkan infeksi terendah yaitu cacing tambang, Trichuris trichiura dengan cacing tambang, kemudian Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura dan cacing tambang masing-masing 1 orang siswa dengan persentase 1,92%. Jumlah infeksi berdasarkan kelas yang tertinggi yaitu kelas 2, kelas 3, dan kelas 4 masing-masing 10 orang siswa sedangkan yang terendah yaitu kelas 6 hanya 5 orang siswa. Dari 68 orang yang diperiksa, 52 orang siswa terinfeksi STH dan 16 orang siswa tidak terinfeksi. Hal ini dapat disebabkan oleh banyaknya tanah yang terkontaminasi oleh STH, karena kurangnya sarana BAB/WC dalam keluarga, juga kurangnya kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Sarana BAB keluarga yang masih belum memadai menjadikan masyarakat memiliki kebiasaan buang air besar di sembarang tempat seperti di
pantai, semak-semak dan sekitar pekarangan rumah sehingga menyebabkan banyak tanah yang terkontaminasi oleh STH. Banyaknya tanah yang terkontaminasi oleh STH karena kebiasaan masyarakat tersebut memudahkan mereka untuk terinfeksi. Menurut Sutanto (2004) kurangnya pemakaian jamban keluarga menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja di sekitar rumah, di bawah pohon, di tempat mencuci, di tempat pembuangan sampah, makan tanpa mencuci tangan dan bermain-main di tanah di sekitar rumah maka anak akan terus menerus mendapat infeksi. Anakanak bermain di pantai atau pekarangan rumah yang tanahnya mungkin terkontaminasi oleh tinja kemudian makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu sehingga menyebabkan tingginya infeksi STH. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa infeksi tertinggi diantara parasit Soil Transmitted Helminths (STH) adalah Ascaris lumbricoides yaitu sebanyak 19 orang siswa dengan persentase 36,54 %. Tingginya infeksi oleh Ascaris lumbricoides ini disebabkan oleh banyaknya tanah yang tercemar oleh tinja yang mengandung telur cacing tersebut. Dari hasil penelitian menggunakan angket maka didapatkan hasil bahwa masyarakat yang belum memiliki sarana BAB yaitu ± 54,41% yang buang air besar di WC ± 58,82% dan yang tidak buang air besar di WC misalnya di pantai, semak-semak serta pekarangan sekitar rumah ± 41,18 %. Maka sewajarnyalah bila frekuensi STH pada murid SD tersebut tinggi. Selain itu kemungkinan tingginya frekuensi STH tersebut tergantung dari individu masing-masing yang kurang peduli terhadap kebersihan dirinya. Infeksi cacing tambang cukup rendah karena daerah ini merupakan daerah pesisir pantai yang tidak terlalu cocok untuk perkembangan cacing tambang menjadi bentuk infektif. Menurut Onggowaluyo (2002) lingkungan yang paling cocok untuk cacing tambang adalah habitat dengan suhu dan kelembapan yang tinggi, terutama daerah perkebunan dan pertambangan. Menurut Sutanto (2008) insiden tinggi infeksi cacing tambang ditemukan pada penduduk Indonesia, terutama di daerah pedesaan, khusunya di perkebunan. Selain itu cacing tambang tidak menghasilkan telur
sebanyak Ascaris lumbricoides dan larva-larva cacing tambang tidak dapat bertahan lama hidup di tanah. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan yaitu Frekuensi STH pada siswa SD Negeri No. 32 Muara Air Haji Kecamatan Linggo Sari Baganti Pesisir Selatan adalah 76,47 % (Ascaris lumbricoides 36,54%, Trichuris trichiura 28,85%, Cacing tambang 1,92%, Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura 28,85%, Trichuris trichiura dan Cacing tambang 1,92%, kemudian Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura dan Cacing tambang 1,92%) Onggowaluyo, J.S. 2002. Parasitologi Medik 1 Helmintologi, Pendekatan Aspek Identifikasi Diagnosis Klinik. EGC, Jakarta. Rahmadani, D. 2013. Frekuensi Soil Transmitted Helminths Pada Murid SDN 31 Pasir Kandang Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat: Padang. Sutanto, I., Ismid I. S., Sjarifuddin, P. K. dan Sungkar, S. 2008. Parasitologi Kedokteran. Edisi ke empat. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Yulian, R. 2012. Frekuensi Soil Transmitted Helminths Pada Murid SDN 07 Mudiak Lawe Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat: Padang. DAFTAR PUSTAKA Gandahusada, S., Ilahude, H. D., dan Pribadi, W. 2004. Parasitologi Keedokteran. Edisi Ke Tiga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. Hadidjaja, P. 1994. Penuntun Laboratorium Parasitologi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. Haryani, M. 2012. Frekuensi Soil Transmitted Helminths Pada Murid SDN No 18 Kulemban Surian Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Solok. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat: Padang.