REDUKSI PASIR BESI PANTAI SIGANDU KABUPATEN BATANG MENJADI SPONGE IRON MENGGUNAKAN BURNER GAS ASETILIN

dokumen-dokumen yang mirip
UJI KARAKTERISTIK SPONGE IRON HASIL REDUKSI MENGGUNAKAN BURNER LAS ASITELIN DARI PASIR BESI PANTAI NGEBUM KENDAL

UJI COBA PROSES REDUKSI BIJIH BESI LOKAL MENGGUNAKAN ROTARY KILN

STUDI RANCANG BANGUN MICROWAVE BATCH FURNACE UNTUK PROSES REDUKSI PASIR BESI DENGAN OPTIMASI LAMA RADIASI

KARAKTERISTIK FISIK PELLET DAN SPONGE IRON PADA BAHANBAKU LIMBAH KARAT DENGAN PASIR BESI SEBAGAI PEMBANDING

BAB III METODELOGI PENELITIAN

METODOLOGI. Langkah-langkah Penelitian

STUDY PENGGUNAAN REDUKTOR PADA PROSES REDUKSI PELLET BIJIH BESI LAMPUNG MENGGUNAKAN ROTARY KILN

PROSES REDUKSI BIJIH BESI MENJADI BESI SPONS DI INDONESIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

STUDI REDUKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI EKSTRAKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO

Material dengan Kandungan Karbon Tinggi dari Pirolisis Tempurung Kelapa untuk Reduksi Bijih Besi

Deskripsi METODE PEMBUATAN BAHAN BAKAR PADAT BERBASIS ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)

PENGOLAHAN BIJIH BESI DARI TASIKMALAYA DENGAN METODE REDUKSI

Study Proses Reduksi Mineral Tembaga Menggunakan Gelombang Mikro dengan Variasi Daya dan Waktu Radiasi

PENINGKATAN KADAR NIKEL BIJIH LIMONIT MELALUI PROSES REDUKSI SELEKTIF DENGAN VARIASI WAKTU DAN PERSEN REDUKTOR

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai bulan

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

Afdal, Elio Nora Islami. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

ANALISA KINETIKA REAKSI PROSES REDUKSI LANGSUNG BIJIH BESI LATERIT SKRIPSI. Oleh Rosoebaktian Simarmata

KARAKTERISTIK CAMPURAN BATUBARA DAN VARIASI ARANG SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DALAM PEMBUATAN BRIKET

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6 No. 2 Desember 2014 Hal :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai bulan

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I

BAB I PENDAHULUAN. bidang perindustrian. Salah satu konsumsi nikel yang paling besar adalah sebagai

PENGUKURAN INDUKSI MAGNETIK TOTAL DAN IDENTIFIKASI KANDUNGAN ELEMEN ENDAPAN PASIR BESI DI PANTAI BAGIAN SELATAN KOTA PADANG SUMATERA BARAT

Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung dan Tempurung Kelapa Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non Karbonisasi

Lampiran 1 Bahan baku dan hasil percobaan

Pengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap Shrinkage dalam Pengecoran Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron)

III. METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam. AZT2.5 = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam +

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

UNIVERSITAS INDONESIA STUDI PENGARUH PENAMBAHAN KARBON PADA PROSES REDUKSI LANGSUNG BATU BESI SKRIPSI

Hubungan Ukuran Butir Terhadap Suseptibilitas Magnetik dan Kandungan Unsur Mineral Magnetik Pasir Besi Pantai Sunur Kabupaten Padang Pariaman

PERCOBAAN PENINGKATAN KADAR MANGAN MENGGUNAKAN MAGNETIC SEPARATOR

KARAKTERISTIK PASIR BESI DARI PANTAI SELATAN KULONPROGO UNTUK MATERIAL PESAWAT TERBANG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

PENENTUAN TINGKAT KEMAGNETAN DAN INDUKSI MAGNETIK TOTAL ENDAPAN PASIR LAUT PANTAI PADANG SEBAGAI FUNGSI KEDALAMAN

Lenny Marcillina, Erwin, dan Tengku Emrinaldi

Bab III Metodologi Penelitian

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

KUALITAS BRIKET ARANG DARI KOMBINASI KAYU BAKAU

PEMBUATAN BATANG SILINDRIS DENGAN VARIASI UKURAN PARTIKEL SEKAM DARI SEKAM PADI

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembuatan Briket Hasil Pemanfaatan Eceng Gondok dan Sampah Plastik HDPE Sebagai Energi Alternatif

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai

ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

PENGARUH WAKTU PELINDIAN PADA PROSES PEMURNIAN SILIKON TINGKAT METALURGI MENGGUNAKAN LARUTAN HCl

PENGOLAHAN DAN KARAKTERISASI SERBUK HIDROSIAPATIT DARI LIMBAH TULANG SAPI UNTUK BAHAN GIGI PENGGANTI

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Preparasi Awal Bahan Dasar Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa dan Batu Bara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Studi Proses Reduksi Mineral Mangan Menggunakan Gelombang Mikro Dengan Variasi Daya dan Waktu Radiasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Diagram Alir penelitian. SiO 2 Analisis EDX dan FTIR. Pembuatan Arang sekam. Mulai. Sekam Padi. Pembuatan SiO 2

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2014 sampai Juni 2015di

PENGARUH TEMPERATUR DAN MASSA FLUXING TERHADAP PENURUNAN KADAR PENGOTOR PADA PROSES PEMURNIAN ALUMINIUM DENGAN BAHAN BAKU LIMBAH KALENG MINUMAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Cara Membuat Alat Untuk Membakar Sekam Padi (Cerobong)

(Maryati Doloksaribu)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

PENELITIAN BERBAGAI JENIS KAYU LIMBAH PENGOLAHAN UNTUK PEMILIHAN BAHAN BAKU BRIKET ARANG

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENGARUH PERLAKUAN SUHU PADA PEMBUATAN GREEN CARBON PAPER (GCP) TANPA PEREKAT MENGGUNAKAN KULIT PISANG LILIN

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA

KARAKTERISASI LIMBAH HASIL PEMURNIAN Fe 3 O 4 DARI BAHAN BAKU LOKAL PASIR BESI

KARAKTERISASI PELINDIAN PRODUK PEMANGGANGAN ALKALI (FRIT) DALAM MEDIA AIR DAN ASAM SULFAT

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. cairan logam tersebut dicorkan ke dalam rongga cetakan dan didinginkan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS BAJA LATERIT TERHADAP PROSES PENGEROLAN

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Transkripsi:

REDUKSI PASIR BESI PANTAI SIGANDU KABUPATEN BATANG MENJADI SPONGE IRON MENGGUNAKAN BURNER GAS ASETILIN *Itsnain Aji Pangestu 1, Sugeng Tirta Atmadja 2, Yusuf Umardani 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro 2 Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp. +62247460059 *E-mail: itsnainajipangestu@gmail.com Abstrak Pada penelitian ini telah dilakukan pengolahan skala kecil pasir besi dari pantai Sigandu kabupaten Batang menjadi sponge iron dengan proses reduksi langsung menggunakan burner gas asetilin pada suhu 1200 o C. Berdasarkan percobaan yang dilakukan melalui proses pembuatan briket pellet komposit, serta dilakukan uji coba pembakaran menggunakan burner gas asetilin dengan komposisi briket adalah 75% pasir besi ditambahkan arang kayu sebanyak 20% berfungsi sebagai reduktor, dan 5% aci yang berfungsi sebagai perekat. Pasir besi menjadi besi diperlukan sejumlah tahapan produksi yang panjang, diawali dengan ekstraksi atau pemisahan mineral magnetik dengan non-magnetik menggunakan magnet untuk meningkatkan kadar Fe. Dari hasil ekstraksi dapat diketahui kadar pasir besi pantai Sigandu adalah 62,27%. Pada pengujian komposisi menggunakan metode AAS (Atomic Absorption Spectrometry) komposisi pasir besi (raw material) didapatkan 3,56% Si, 6,12% C, 1,42% Mg, dan 51,23% Fe, setelah direduksi menjadi 62,13% Fe, 1,20% Mg, 0,85% C, dan 1,98% Si. Dari data tersebut terlihat peningkatan kadar Fe yang sebesar 10,09 %, disertai dengan penurunan kadar zat pengotor dalam sponge iron. Kata kunci: Bijih besi, pasir besi, pellet komposit, reduksi langsung, sponge iron Abstract In this experiment has been done laboratory scale processing of iron sand from Sigandu beach regency of Batang to be sponge iron by direct reduction using oxyacetylene gas burner at 1200 o C. Based on the experiments conducted through the process of making a composite pellets briquettes, and conducted trials combustion using oxyacetylene gas burner with the composition of the briquettes is 75% iron sand, wood charcoal is added as much as 20% functions as a reductant, and 5% tapioca which functions as glue. The iron sand into iron is required a long production stages, begins with the extraction or separation of magnetic minerals with non-magnetic using magnets to increase levels of Fe. From the results can be known content extraction iron sand of Sigandu beach is 62.27%. In the composition testing using AAS method (Atomic Absorption Spectrometry) iron sand composition (raw material) obtained 3.56% Si, 6.12% C, 1.42% Mg, and Fe 51.23%, after reduced to 62.13% Fe, 1.20% Mg, 0.85% C and 1.98% Si. From these data seen increase in the Fe content of 10.09%, accompanied with a decrease in content impurities in the sponge iron. Keywords: composite pellets, direct reduction, iron ore, iron sand, sponge iron 1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya mineral seperti batubara, bijih nikel, bijih besi, pasir besi dan lain-lain. Akan tetapi pengembangan industri besi baja nasional dirasakan sangat lambat karena salah satu kendala utamanya adalah ketergantungan terhadap luar negeri yang sangat kuat, baik dalam hal bahan baku (pellet, sponge iron), bahan penunjang, maupun dalam hal teknologi [1]. Bahan baku awal dalam pembuatan besi dan baja adalah biji besi (iron ore) yang terkandung dalam pasir besi. Dalam upaya untuk pemanfaatan pasir besi lokal sebagai bahan baku besi dan baja, maka penelitian ini akan mencoba mengolah salah satu potensi tambang berupa pasir besi untuk diolah menjadi sponge iron yang nantinya dapat diolah lebih lanjut untuk kebutuhan industri. Biji besi yang didapatkan dari alam umumnya merupakan senyawa besi dengan oksigen seperti hematite (Fe 2O 3), magnetite (Fe 3O 4), limonite (Fe 2O 3.nH 2O), atau siderite (Fe 2CO 3). Sebelum digunakan sebagai bahan baku pembuatan besi baja, bijih besi yang masih dalam bentuk oksida harus melalui tahapan tertentu. Tahapan tersebut disebut dengan proses reduksi [2]. Reduksi bijih besi berlangsung pada temperatur yang cukup tinggi. Secara kimia reduksi terhadap senyawa besi oksida dapat dilakukan dengan reduktan C atau H 2 yang akan menghasilkan produk gas CO atau uap air [3]. Nomura., dkk menyatakan kebanyakan besi oksida direduksi menjadi logam besi oleh CO yang dihasilkan selama oksidasi karbon pada suhu 1200 [4]. Pada proses reduksi dibutuhkan bahan lain sebagai reduktor yang akan 102 JTM (S-1) Vol. 3, No. 2, April 2015:102-109

mengubah oksida besi dengan muatan tinggi menjadi oksida dengan muatan yang lebih rendah atau bahkan menjadi logam. Ketika suatu reduktor direaksikan secara langsung dengan bijih besi, maka reaksi disebut reduksi langsung. Sebaliknya jika suatu reduktor tidak secara langsung direaksikan dengan bijih besi maka reaksi disebut reduksi tidak langsung [5]. Sponge iron merupakan besi yang diperoleh dari reduksi bijih besi secara langsung pada temperatur dibawah titik lelehnya, bijih besi ini sering dalam bentuk pellet atau bulatan, dan mengacu kepada proses produksi yang dibuat menggunakan reduktor gas alam atau gas dari batubara atau reduktor padat misalnya batubara [6]. Dalam perkembangan selanjutnya istilah reduksi langsung menjadi lebih umum digunakan sebagai suatu teknologi pembuatan besi spons. Adapun besi spons digunakan sebagai salah satu bahan baku pada industri baja yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas baja yang dihasilkan [5]. Pada penelitian ini bertujuan untuk meneliti meneliti kandungan Fe pasir besi pantai Sigandu kabupaten Batang, mengetahui persentase campuran bahan baku reduksi, mengetahui mekanisme reduksi pasir besi menjadi sponge iron menggunakan burner gas asetilin, dan meneliti pengaruh reduksi pasir besi terhadap peningkatan presentase kandungan Fe. 2. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Mulai Preparasi sampel: Separasi magnet (dilakukan 3-5 kali) Arang Sieving 100 mesh Analisis komposisi kimia Benefisasi Grinding Sieving 100 mesh Mixing (75% pasir besi + 20% arang + 5% aci + akuades Reduksi menggunakan burner gas asetilin suhu 1200 C Sponge Iron: Grinding dan sieving Uji komposisi sponge iron hasil reduksi A JTM (S-1) Vol. 3, No. 2, April 2015:102-109 103

A Uji EDX Uji AAS Pengolahan data, analisa, dan pembahasan dalam penulisan laporan Kesimpulan dan saran Selesai Gambar 1. Diagram Alir Reduksi 2.1 Metode Ekstraksi Pada Gambar 1 proses ekstraksi oksida besi (hermetite) pada pasir besi untuk menjadi besi diperlukan sejumlah tahapan produksi yang panjang, diawali dengan pemisahan mineral magnetik dengan non-magnetik. Pemisahan dilakukan dengan menggunakan magnet secara berulang 3-5 kali sehingga mineral yang mengandung magnetik akan tertarik, sedangkan konsentrat-konsentrat lain yang bersifat non-magnetik dan kotoran akan tertinggal dalam ruahnya. Hasil pemisahan ini disebut konsentrat oksida besi. Dengan membandingkan berat konsentrat (gr) dan berat pasir mula (gr), maka didapat harga persentase magnetik dengan rumus: MD = Berat Konsentrat Berat Pasir 100%... (1) 2.1.1 Sieving (pengayakan) Pasir besi dari hasil ekstrasi dengan menggunakan magnet kemudian dilakukan pengayakan, untuk memisahkan pasir besi yang masih berukuran besar dan kecil, agar seragam ukuran butirannya sesuai dengan ukuran mesh. Pada pemasangan mesh dapat bervariasi sesuai ukuran mesh. Pada penelitian ini menggunakan ukuran 100 mesh (0,152 mm) seperti yang ditunjukan pada Gambar 2. Gambar 2. Proses Sieving 2.1.2 Benefisasi Pasir besi dari pantai Sigandu yang sudah melewati proses ekstraksi oleh magnet dan proses pengayakan (sieving) dengan ukuran 100 mesh kemudian dilakuakan benefisasi melalui pencucian berulang pada sampel menggunakan air dan detergen dengan bantuan magnet. Menurut Novyanto., proses pembuangan kotoran, gas, tanah liat, dan pasir adalah pencucian [4]. Proses pencucian juga dipercaya dapat memaksimalkan kadar Fe yang terkandung dalam bijih besi. Pasir besi yang telah dicuci kemudian dijemur dan dikeringkan dengan panas matahari selama 1-2 hari (sampai kering), selanjutnya dilakukan proses pemanggangan (roasting) untuk mengurangi zat-zat seperti oksida besi, zat arang dan sebagainya. 104 JTM (S-1) Vol. 3, No. 2, April 2015:102-109

2.2 Reduksi Oksida Besi Tahap awal dari percobaan sponge iron adalah pembuatan pellet komposit. Pellet komposit adalah pellet yang sudah mengandung reduktor. Dalam penelitian ini pembuatan dibuat pellet dengan metode briket, bahan yang digunakan adalah pasir besi pantai Sigandu yang telah diayak ukuran yang lolos 100 mesh dicampur dengan hasil gilingan arang kayu (yang lolos ayakan 100 mesh), dan aci (tepung tapioka). Kemudian diaduk hingga homogen, campuran tersebut ditambahkan air akuades dengan perbandingan 1:1, kemudian dibuat briket pellet yang berukuran relatif besar berbentuk silinder dengan diameter 4 cm dan panjang 2 cm seperti yang ditunjukan pada Gambar 3. Gambar 3. Briket pellet ukuran Φ 4 cm, Panjang 2 cm Briket pellet yang cukup besar ini dicetak menggunakan cetakan yang telah disiapkan dan dikompaksi manual menggunakan palu, sehingga membentuk padatan. Setelah proses kompaksi kemudian briket dioven dengan suhu 250 C, dengan penahanan 2 jam untuk mengurangi kadar air yang terkandung didalamnya. Komposisi pembuatan briket adalah 75% pasir besi, 20% karbon, dan 5% zat perekat. Karbon yang digunakan disini adalah arang kayu yang berfungsi sebagai reduktor. Yayat., meneliti bahwa arang kayu memiliki unsur karbon yang cukup tinggi yaitu 76,85%, dan zat perekat menggunakan aci atau tepung tapioka. Proses reduksi briket menggunakan burner gas asitelin sebagai metode dalam pembakaran briket dengan suhu mencapai 1200, sehingga menghasilkan reaksi sebagai berikut: 3Fe 2 O 3 + C 2Fe 3 O 4 + CO, Fe 3 O 4 + C 3FeO + CO, FeO + C Fe + CO,... (2) Gambar 4. Sponge iron hasil reduksi Proses reaksi diatas disebut dengan dengan reaksi reduksi secara langsung (direct reduction), dimana terjadi interaksi langsung antara Fe dan C. Pada reaksi ini juga biasa disebut dengan reaksi interaksi padat-padat, karena Fe 2O 3 dan C pada awal reaksi (sebelum energi diberikan) berwujud padat. Hasil proses reduksi langsung disebut dengan DRI (Direct Reduction Iron), karena hasilnya masih dalam bentuk padatan secara fisik pada permukaannya terlihat ronggarongga atau porositas seperti pada Gambar 4. Proses reduksi langsung berjalan karena terjadi kontak antara oksida besi dan karbon. Kashiwa., menjelaskan kontak oksida besi dan karbon didefinisikan dalam tiga keadaan. Keadaan pertama adalah oksida besi dan karbon terpisah, pada keadaan ini reduksi langsung tidak akan terjadi dan reduksi tidak langsung akan mendominasi pada proses tersebut. Keadaan kedua adalah telah terjadi kontak antara oksida besi dan karbon tetapi kontaknya lemah, hal ini dikarenakan kontaknya hanya terjadi pada tingkat makro dan tanpa tekanan sehingga keadaan pertama akan berulang dimana reduksi tidak langsung akan mendominasi. Keadaan ketiga adalah kontak yang kuat terjadi antara oksida besi dan karbon dalam level atomnya [3]. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Persentase Kemagnetan Pasir Besi Dari pengambilan sampel pasir pantai sebanyak 6 kg didapatkan 3,7355 kg pasir besi yang diperoleh dari proses ekstraksi dengan magnet permanen sebanyak 3-5 kali, maka penentuan persentase kemagnetan dapat dihitung dengan: MD = 3,7355 kg 6 kg 100% = 62,27 % JTM (S-1) Vol. 3, No. 2, April 2015:102-109 105

Setelah proses ekstraksi, dilakukan proses pengayakan dengan menggunakan 100 mesh, didapatkan 2,5079 kg, sehingga persentase menjadi: MD = 2,5079 kg 6 kg 100% = 41,8 % Dari perhitungan diatas dapat diketahui 62,26 % pasir pantai Sigandu adalah pasir besi, dan 41,8 % merupakan raw material yang siap diproses untuk tahap reduksi. 3.2 Berat Briket Pellet Tabel 1. Komposisi berat briket pellet Pasir besi (kg) Arang (kg) Aci (kg) Komposisi 75% 20% 5% Sampel 2,25 0,6 0,15 Dari 3 kg campuran dihasilkan 68 briket siap reduksi dengan berat rata-rata per briket: berat per briket = 3 kg 68 = 0, 044 kg = 4,12 gr 3.3 Berat Sponge Iron Tabel 2. Berat sponge iron hasil reduksi Sampel spesimen uji sponge iron Berat (gr) 1 12,30 2 13,75 3 17,76 rata-rata 14,60 Berat total sponge iron = 14,60 gr 68 = 992.8 gr = 0,993 kg Dari perhitungan diatas, diperoleh persentase proses reduksi sponge iron sebagai berikut: wt% sponge = 0,993 3 100% = 33,1% 3.4 Pengujian EDX (Energy Dispersive X-ray Spectroscopy) Energy Dispersive X-ray Spectroscopy (EDS atau EDX atau EDAX) adalah salah satu teknik analisis untuk menganalisa unsur atau karakteristik kimia dari spesimen. Karakteristik ini bergantung pada penelitian dari interaksi beberapa eksitasi sinar-x dengan spesimen. Kemampuan untuk mengkarakterisasi sejalan dengan sebagian besar prinsip dasar yang menyakatakan bahwa setiap elemen memiliki struktur atom yang unik, dan merupakan ciri khas dari struktrur atom suatu unsur, sehingga memungkinkan sinar-x untuk mengidentifikasinya seperti ditunjukan pada Gambar 5. 20 µm Counts 4000 3600 3200 2800 2400 2000 1600 1200 800 400 0 CKa OKa TiLl TiLa FeLl FeLa MgKa AlKa SiKa TiKesc 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 Element (kev) Mass% C K 0.277 4.40 O 24.40 Mg K 1.253 1.30 Al K 1.486 1.42 Si K 1.739 1.11 Ca K 3.690 0.80 Ti K 4.508 4.58 Fe 6.398 61.60 (a) kev (b) Gambar 5. (a) Posisi pada saat menembakan sinar-x, (b) Grafik parameter dari sinar-x dan unsur yang terkandung pada sponge iron CaKa CaKb FeKesc TiKa TiKb FeKa FeKb 106 JTM (S-1) Vol. 3, No. 2, April 2015:102-109

Berdasarkan hasil analisis EDX yang ditunjukan Gambar 5.(a) daerah yang berwarna abu-abu menunjukan senyawa besi, sedangkan daerah yang berwarna hitam menunjukan impuritas. Berdasarkan Gambar 5.(b) dapat diketahui bahwa unsur-unsur pengotor dalam sponge iron yang terbentuk adalah logam-logam Ti, Mg, Al, Si dan oksigen yang masih terperangkap dalam besi. Fasa impuritas tersebut bisa berbentuk senyawa oksida besi titanium, oksida magnesium atau oksida alumunium. Karena persentase atom Fe, Ti dan O merupakan persentase terbesar dibandingkan atom lainnya, maka dapat dikatakan bahwa senyawa oksida besi titanium merupakan senyawa yang mayor pada fasa impuritas tersebut. Berdasarkan hasil analisis EDX yang ditunjukan Gambar 5(b) dapat disimpulkan bahwa besi yang terbentuk ternyata masih mengandung unsur karbon. Berdasarkan diagram fasa antara Fe-C maka sponge iron yang dihasilkan pada penelitian ini adalah besi cor yang berasal dari proses reduksi sekaligus peleburan karena konsentrasi karbon sebesar 4,80 wt% termasuk pada komposisi besi cor pada diagram fasa sistem Fe-C, dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Diagram Fasa Fe-C [3] 3.5 Pengujian AAS Pengujian AAS (Atomic Absorption Spectrometry) bertujuan untuk mengetahui nilai kandungan senyawa yang terdapad dalam material yang diuji. Tabel 3. Hasil pengujian AAS raw material Parameter Uji Satuan Komposisi Mg (Magnesium) Si (Silikon) C (Karbon) Fe (Besi) % 1,42 % 3,56 % 6,12 % 51,23 Tabel 4. Hasil pengujian AAS sponge iron Parameter Uji Satuan Komposisi Mg (Magnesium) % 1,20 Si (Silikon) % 1,98 C (Karbon) % 0,85 Fe (Besi) % 62,13 Dari Tabel 3 dan 4 dapat diketahui nilai kandungan senyawa Fe yang terdapat pada pasir besi dan sponge iron hasil reduksi dengan pengujian AAS terlihat jelas peningkatannya disertai penurunan pada unsur pengotornya. 3.6 Grafik Data Hasil Pengujian 3.6.1 Perbandingan Komposisi Raw Material dan Sponge Iron Produk sponge iron yang telah direduksi pada suhu 1200 o C dikarakterisasi menggunakan AAS untuk meneliti bagaimana pengaruh persentase komposisi kandungan unsur Fe dan kandungan unsur pengotornya, seperti unsur Mg (Magnesium), Si (silikon), dan C (karbon). Grafik perbandingan komposisi kandungan raw material dan sponge iron JTM (S-1) Vol. 3, No. 2, April 2015:102-109 107

dapat ditunjukan pada Gambar 7 dan Grafik peningkatan kandungan Fe sponge iron terhadap raw material ditunjukan pada Gambar 8. Gambar 7. Grafik perbandingan komposisi kandungan raw material dan sponge iron Gambar 8. Grafik peningkatan kandungan Fe sponge iron terhadap raw material Dari Gambar 7 dapat diketahui bahwa dari hasil pengujian komposisi kandungan unsur dalam raw material pasir besi dan sponge iron hasil reduksi menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrometry), diperoleh kandungan unsur dalam raw material terdiri dari 51,23% Fe (besi), 6,12% C (karbon), 3,56% Si (silikon), dan 1,42% Mg (magnesium). Sedangkan pada sponge iron hasil reduksi terdiri dari 62,13% Fe (besi), 0,85% C (karbon), 1,98% Si (silikon), dan 1,20% Mg (magnesium). Dari Gambar 8 dapat diketahui data tersebut terlihat peningkatan persentase kandungan Fe yang signifikan yaitu sebesar 10,9%, karena terjadi penurunan pada unsur pengotornya. 4. KESIMPULAN 1. Pasir besi dari pasir pantai sigandu setelah dikarakterisasi menggunakan AAS didapatkan kandungan Fe pasir besi sebesar 51,23 %. 2. Persentase campuran pembutan briket pellet sebanyak 75% pasir besi, 20% arang kayu, dan 5% aci. sudah cukup baik karena pada saat pencetakan briket dan pengeringan briket cukup keras sehingga ketika direduksi briket tidak hancur. 3. Reduksi pasir besi dipengaruhi oleh gas CO yang dihasilkan karena terjadi kontak dalam bentuk senyawa antara oksida besi dengan C (karbon) yang berfungsi sebagai reduktan dalam bentuk senyawa. Reaksi ini mengurangi oksida besi dan membentuk butiran-butiran besi. 4. Dari hasil uji komposisi didapatkan data pasir besi sebelum direduksi memiliki kandungan Fe sebesar 51,23 % dan setelah direduksi menjadi sponge iron kandungan Fe sebesar 61,13 %. Dari data tersebut terlihat peningkatan kadar Fe sebesar 10,9 % disertai penurunan kadar pengotornya. 5. REFERENSI [1] M. Ansar Nasir., (2011), Reduksi Pasir Besi Menggunakan Energi Gelombang Mikro. Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh November surabaya. 108 JTM (S-1) Vol. 3, No. 2, April 2015:102-109

[2] Suharto. dkk, (2012), Proses Reduksi Bijih Besi Lampung Menjadi Sponge Iron Menggunakan Rotary kiln : UPT.Balai Pengolahan Mineral Lampung LIPI, MT-98. [3] Wahyu F., (2009), Telusuran Eksperimental Proses Reduksi Langsung Pellet Pasir Besi Menjadi Ingot Besi, FMIPA, Universitas Indonesia. [4] Dadang H., (2009), Reduksi Bijih Besi Laterit Dari Bayah Provinsi Banten Dengan Reduktor Batu Bara, FMIPA, Institut Pertanian Bogor. [5] Yayat Imam S., (2012), Study Penggunaan Reduktor Pada Proses Reduksi Pellet Bijih Besi Lampung Menggunakan Rotary kiln, Sains, Tekhnologi, dan Kesehatan, 2089-3582. [6] Adil J., (2010), Pembuatan Briket Besi Sponge Dari Bahan Baku Lokal, UPT.Balai Pengolahan Mineral Lampung LIPI. JTM (S-1) Vol. 3, No. 2, April 2015:102-109 109