BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP LEMBAR INDEKSASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP LEMBAR INDEKSASI

BAB I PENDAHULUAN. dunia merupakan hasil tangkap sampingan dari perikanan rawai tuna (Prager et

BEBERAPA PARAMETER POPULASI IKAN PEDANG (Xiphias gladius) DI SAMUDERA HINDIA BAGIAN TIMUR

DINAMIKA POPULASI IKAN PEDANG (Xiphias gladius L.) DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH

BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP

BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP

KORELASI PARAMETER MORFOMETRIK, NISBAH KELAMIN DAN KOMPOSISI UKURAN IKAN PEDANG (Xiphias gladius L.) DI SAMUDERA HINDIA

STRUKTUR UKURAN DAN PARAMETER PERTUMBUHAN HIU MACAN (Galeocerdo cuvier Peron & Lesuer, 1822) DI PERAIRAN SELATAN NUSA TENGGARA BARAT

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP

UMUR, PERTUMBUHAN DAN MORTALITAS HIU KERTAS (Mustelus manazo, Bleeker 1854) DI TANJUNG LUAR, NUSA TENGGARA BARAT

FOKUS DAN RUANG LINGKUP MEDIA AKUAKULTUR INFORMASI INDEKSASI MEDIA AKUAKULTUR

Pola Rekrutmen, Mortalitas, dan Laju Eksploitasi Ikan Lemuru (Amblygaster sirm, Walbaum 1792) di Perairan Selat Sunda

3. METODE PENELITIAN

PARAMETER POPULASI UDANG DOGOL (Metapenaeus ensis) DAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) DI LAUT ARAFURA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

Analisis Potensi Lestari Sumberdaya Perikanan Tuna Longline di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam kelompok ikan berparuh, yang mana istilah tersebut digunakan untuk ikan

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR

PARAMETER POPULASI IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus malabaricus) DI PERAIRAN LAUT JAWA BAGIAN TIMUR

Identifikasi Ikan Berparuh (Billfish) di Samudera Hindia Perikanan Pelagis. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan

spesies yaitu ikan kembung lelaki atau banyar (Rastrelliger kanagurta) dan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)(sujastani 1974).

Length-Weight based Stock Assesment Of Round Scad ( Decapterus russelli ) From Mapur Fishing Ground and Landed at Pelantar KUD Tanjungpinang

PERTUMBUHAN DAN MORTALITAS IKAN TAWES (Barbonymus gonionotus) DI DANAU SIDENRENG KABUPATEN SIDRAP Nuraeni L. Rapi 1) dan Mesalina Tri Hidayani 2)

HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2

DINAMIKA POPULASI IKAN PEDANG (Xiphias gladius L.) DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA

Length-Weight based Stock Assessment Of Eastern Little Tuna (Euthynnus affinis ) Landed at Tarempa Fish Market Kepulauan Anambas

BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP

3. METODE PENELITIAN

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYANG (Decapterus russelli) DAN IKAN BANYAR (Rastrelliger kanagurta) YANG DIDARATKAN DI REMBANG, JAWA TENGAH

BEBERAPA PARAMETER POPULASI UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis de Mann) DI PERAIRAN TARAKAN, KALIMANTAN UTARA SOME POPULATION PARAMETERS OF BANANA PRAWN

Gambar 5 Peta daerah penangkapan ikan kurisi (Sumber: Dikutip dari Dinas Hidro Oseanografi 2004).

STUDI PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN SELAR KUNING

HASIL TANGKAPAN IKAN MADIDIHANG (Thunnus albacares) DI SAMUDERA HINDIA BERDASARKAN HASIL TANGKAPAN YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN BENOA, BALI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

DINAMIKA POPULASI IKAN

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN TUNA MATA BESAR (Thunnus obesus) DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA RIA FAIZAH

POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN DI SELATAN JAWA TIMUR

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

structure Population of Indian Mackerel, Rastrelliger kanagurta Catch in Pancana Waters, Barru District

KOMPOSISI UKURAN, PERBANDINGAN JENIS KELAMIN, DAN TINGKAT KEMATANGAN GONAD IKAN TODAK BERPARUH PENDEK (Tetrapturus angustirostris) DI SAMUDERA HINDIA

3. METODE PENELITIAN

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. Common property & open acces. Ekonomis & Ekologis Penting. Dieksploitasi tanpa batas

MASPARI JOURNAL Januari 2017, 9(1):43-50

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDUGAAN POTENSI LESTARI DAN PERTUMBUHAN IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp.) YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Wilayah Spawing Ground dan Migrasi Tuna Sirip Biru (Anthony Cox, Matthew Stubbs and Luke Davies, 1999)

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN TONGKOL

2. TINJAUAN PUSTAKA Rajungan (Portunus pelagicus)

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

PROPORSI DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING TIGA LAPIS (TRAMMEL NET) DI PELABUHAN RATU

Parameter Populasi Hiu Lanjaman (Carcharhinus falciformis) di Perairan Indonesia

UKURAN PERTAMA KALI MATANG GONAD DAN NISBAH KELAMIN TUNA MADIDIHANG

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUKTIVITAS ARMADA PENANGKAPAN DAN POTENSI PRODUKSI PERIKANAN UDANG DI LAUT ARAFURA

Oleh : Rodo Lasniroha, Yuniarti K. Pumpun, Sri Pratiwi S. Dewi. Surat elektronik :

PEMANTAUN PARAMETER DINAMIKA POPULASI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger sp) DI PERAIRAN PESISIR PULAU TERNATE PROVINSI MALUKU UTARA

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

DAERAH PENANGKAPAN, LAJU PANCING DAN PARAMETER POPULASI IKAN GINDARA (Lepidocybium flavobrunneum) DI SAMUDERA HINDIA

PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp.) DI PERAIRAN SELAT MALAKA PROVINSI SUMATERA UTARA YULI WULANDARI

Exploitation of Southern Bluefin Tuna(Thunnus maccoyii) on Hindia Ocean based on fish catch, landed in Benoa Port, Denpasar, Bali.

Growth Analysis and Exploitation rate of Tuna Fish (Auxis thazard) landed on Belawan Ocean Fishing Port Sumatera Utara

3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Teknik Pengambilan Data Pengumpulan Data Vegetasi Mangrove Kepiting Bakau

BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP

Sp.) DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN (BY CATCH) TUNA LONG LINE DI PERAIRAN LAUT BANDA

STRUKTUR UKURAN IKAN DAN PARAMETER POPULASI MADIDIHANG (Thunnus albacares) DI PERAIRAN LAUT BANDA

3. METODE PENELITIAN

EVALUASI TINGKAT EKSPLOITASI SUMBERDAYA IKAN GULAMAH (Johnius sp) BERDASARKAN DATA TPI PPS CILACAP

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Ikan kuniran (Upeneus moluccensis).

5 EVALUASI UPAYA PENANGKAPAN DAN PRODUKSI IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

PENDUGAAN BEBERAPA PARAMETER DINAMIKA POPULASI IKAN LAYANG (Decapterus macrosoma, BLEEKER 1841) DI PERAIRAN TELUK BONE, SULAWESI SELATAN

METODE PENELITIAN. Gambar 7 Lokasi penelitian di perairan dangkal Semak Daun.

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF

HUBUNGAN PANJANG DAN BOBOT, SEBARAN FREKUENSI PANJANG, DAN FAKTOR KONDISI TUNA MATA BESAR (Thunnus obesus) YANG TERTANGKAP DI SAMUDERA HINDIA

PERTUMBUHAN DAN MORTALITAS IKAN TUNA MATA BESAR (Thunnus obesus) DI SAMUDERA HINDIA YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN BENOA, DENPASAR, BALI

The study of Sardinella fimbriata stock based on weight length in Karas fishing ground landed at Pelantar KUD in Tanjungpinang

BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP

Study Programme of Management Aquatic Resource Faculty of Marine Science and Fisheries, University Maritime Raja Ali Haji

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) BERDASARKAN SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

DISTRIBUSI PANJANG DAN ESTIMASI TOTAL TANGKAPAN TUNA SIRIP BIRU SELATAN (Thunnus maccoyii) PADA MUSIM PEMIJAHAN DI SAMUDERA HINDIA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ASPEK BIOLOGI DAN PARAMETER POPULASI UDANG JINGA(Metapenaeus affinis H. Milne Edwards, 1837) DI PERAIRAN KOTABARU, KALIMANTAN SELATAN

Transkripsi:

Lembar Indeksasi BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP LEMBAR INDEKSASI FOKUS DAN RUANG LINGKUP BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap (http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/bawal) memiliki p-issn 1907-8226; e-issn 2502-6410 dengan Nomor Akreditasi: 620/AU2/P2MI-LIPI/03/2015 (PeriodeApril 2015-April 2018). Terbit pertama kali tahun 2006 dengan frekuensi penerbitan tiga kali dalam setahun pada bulan April, Agustus dan Desember. Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap memuat hasil-hasil penelitian bidang natural history (parameter populasi, reproduksi, kebiasaan makan dan makanan), lingkungan sumber daya ikan dan biota perairan. Naskah yang masuk ke Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap akan dicek mengenai pedoman penulisannya oleh Administrasi, apabila sudah sesuai akan direview oleh 2 (dua) orang Dewan Penyunting dan 1 (satu) orang Bebestari (Peer-Reviewer) berdasarkan penunjukan dari Ketua Dewan Penyunting. Keputusan diterima atau tidaknya suatu naskah menjadi hak dari Ketua Dewan Penyunting berdasarkan atas rekomendasi dari Dewan Penyunting dan Mitra Bestari. INFORMASI INDEKSASI JURNAL Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap (http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/bawal) memiliki p-issn 1907-8226; e-issn 2502-6410 yang sudah terindeks di beberapa pengindeks bereputasi, antara lain: World Cat, Cross Ref, Indonesian Scientific Journal Database (ISJD), SCILIT, Sherpa/Romeo, Google Scholar dan Directory Open Access Journals (DOAJ).

p-issn 1907-8226 e-issn 2502-6410 BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP Volume 8 Nomor 2 Agustus 2016 Nomor Akreditasi: 620/AU2/P2MI-LIPI/03/2015 (Periode: April 2015-April 2018) BAWAL, Widya Riset Perikanan Tangkap adalah wadah informasi perikanan, baik laut maupun perairan umum. Publikasi ini memuat hasil-hasil penelitian bidang natural history (parameter populasi, reproduksi, kebiasaan makan dan makanan), lingkungan sumber daya ikan dan biota perairan. Terbit pertama kali tahun 2006 dengan frekuensi penerbitan tiga kali dalam setahun, yaitu pada bulan: APRIL,AGUSTUS, DESEMBER. Ketua Penyunting: Drs. Bambang Sumiono, M.Si. (Biologi Perikanan-Puslitbangkan) Anggota Penyunting: Dr. Wijopriono (Hidro Akustik Perikanan-Puslitbangkan) Dewan Penyunting: Prof. Dr. Krismono, M.Si. (Konservasi dan Lingkungan Sumberdaya Perairan-BP2KSI) Dr. rer. nat. Mufti Petala Patria, M.Sc. (Biologi Kelautan-Fakultas MIPA, Universitas Indonesia) Dra. Sri Turni Hartati, M.Si. (Lingkungan Sumberdaya Perairan-Puslitbangkan) Prof. Dr. Agus Djoko Utomo, M.Si. (Biologi Perikanan-BPPPU) Ir. Sulastri (Limnologi-LIPI) Editing Bahasa: Andhika Prima Prasetyo, S.Pi. Penyunting Pelaksana: Dra. Endang Sriyati Darwanto, S.Sos. Administrasi: Amalia Setiasari, A.Md. Alamat Redaksi/Penerbit: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Gedung Balitbang KP II, Jl. Pasir Putih II, Ancol Timur, Jakarta Utara, 14430 Telp. (021) 64700928; Fax. (021) 64700929 e-mail: bawal.puslitbangkan@gmail.com. Website: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/bawal BAWAL-WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan-Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan-Kementerian Kelautan dan Perikanan.

BEBESTARI PADA BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP Lembar Bebestari 1. Prof. Dr. Ir. M.F. Rahardjo (Iktiologi, Ekologi Ikan, Konservasi Sumber Daya Hayati Perairan-IPB) 2. Prof. Dr. Ali Suman (Biologi Perikanan Udang-BPPL) 3. Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M. Si. (Metode Penangkapan Ikan-IPB) 4. Prof. Dr. Ir. Wudianto, M.Si. (Teknologi Penangkapan Ikan-Puslitbangkan) 5. Prof. Dr. Ir. Husnah, M. Phil. (Toksikologi-Puslitbangkan-Puslitbangkan) 6. Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc. (Hidro Akustik Perikanan-Institut Pertanian Bogor) 7. Prof. Dr. Ir. John Haluan, M. Sc. (Teknologi Penangkapan Ikan-IPB) 8. Prof. Dr. Ir. Ngurah N. Wiadnyana, DEA. (Ekologi Perairan-Puslitbangkan) 9. Dr. Ir. Purwito Martosubroto (Pengelolaan Perikanan-KAJISKAN) 10. Ir. Badrudin, M.Sc. (Biologi Perikanan Demersal-BPPL) 11. Dr. I. Gede Sedana Merta, M.Sc. (Biologi Perikanan) 12. Ir. Duto Nugroho (Teknologi Penangkapan Ikan-Puslitbangkan) 13. Dr. Ir. Zainal Arifin, M.Sc. (Pencemaran Perairan-LIPI) 14. Dr. Achmad Sarnita (Pengelolaan Sumberdaya Perikanan) 15. Dr. Wijopriono, M.Sc. (Hidro Akustik Perikanan-Puslitbangkan) 16. Lilis Sadiyah, Ph.D. (Permodelan Perikanan-Puslitbangkan) 17. Dr. Haryono (Limnologi-LIPI) 18. Dr. Lukman, M.Si. (Kimia Lingkungan-Limnologi LIPI) 19. Dr. Ir. Syahroma Husni Nasution, M.Sc. (Biologi Perikanan-Limnologi LIPI) 20. Dr. Estu Nugroho (Sumber Daya Genetik Ikan-Puslitbangkan) 21. Dr. Priyanto Rahardjo, M.Sc. (Biologi Konservasi-Sekolah Tinggi Perikanan) 22. Drs. Wisnu Wadhana, M.Si. (Planktonologi-Universitas Indonesia) i

UCAPAN TERIMAKASIH Lembar Bebestari Ketua Penyunting BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap (BAWAL) mengucapkan terimakasih kepada para Bebestari yang telah berpartisipasi dalam menelaah naskah yang diterbitkan di jurnal ilmiah ini, sehingga jurnal ini dapat terbit tepat pada waktunya. Bebestari yang berpartisipasi dalam terbitan Volume 8 Nomor 1 April 2016 adalah: 1. Prof. Dr. Ir. Ngurah N. Wiadnyana, DEA. (Ekologi Perairan-Puslitbangkan) 2. Prof. Dr. Ali Suman (Biologi Perikanan Udang-BPPL) 3. Ir. Duto Nugroho, M.Si. (Teknologi Penangkapan Ikan-Puslitbangkan) 4. Ir. Badrudin, M.Sc. (Biologi Perikanan Demersal-BPPL) 5. Dr. Priyanto Rahardjo, M.Sc. (Biologi Konservasi-Sekolah Tinggi Perikanan) 6. Drs. Wisnu Wadhana, M.Si. (Planktonologi-Universitas Indonesia) ii

KATAPENGANTAR Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap merupakan wadah untuk menyampaikan informasi hasil penelitian yang dilakukan para peneliti dari dalam maupun luar lingkup Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan di tahun 2016 memasuki Volume 8. Proses penerbitan jurnal ini dibiayai oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan tahun anggaran 2016. Semua naskah yang terbit di jurnal ini telah melalui proses evaluasi oleh Dewan Penyunting dan Bebestari serta editing oleh Penyunting Pelaksana. Pengelolaan BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap di tahun 2016 mulai mengacu pada Open Journal System (OJS). Dalam segi tampilan mengalami sedikit perubahan, yaitu: 1. Pencantuman p-issn dan e-issn di pojok kanan atas pada halaman kulit muka, halaman judul, dan halaman daftar isi terbitan, tanpa titik dua. 2. Pencantuman nomor daftar atau barcode ISSN di pojok kanan bawah pada halaman kulit belakang. 3. Lembar khusus bebestari. 4. Lembar ucapan terima kasih untuk bebestari yang terlibat dalam penelaahan pada tiap nomornya. 5. Setiap lembar judul ada tambahan informasi mengenai website, alamat email dan informasi mengenai BAWAL, serta logo dan cover pada sebelah kiri dan kanannya. Informasi ini akan ditampilkan pada setiap kata pengantar selama 3 (tiga) terbitan. BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap pada terbitan nomor 2 tahun 2016 menampilkan 7 (tujuh) artikel hasil penelitian diantaranya: Perkembangan Larva dan Ekologi Ikan Six-Banded Tiger Barb (Desmopuntius hexazona Weber & de Beaufort, 1912) di Cagar Biosphere Bukit Batu, Riau; Kematian massal ikan dan sebaran parameter kualitas air di Teluk Jakarta; Hubungan Antara Kelimpahan Meroplankton dengan Konsidi Kualitas Perairan di Teluk Jakarta; Pola dan Pemijahan Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis Cantor, 1850) di Laut Jawa; Kajian Biologi Udang Jerbung (Penaeus merguiensis De Man, 1888) di perairan Utara Jawa Tengah; Beberapa Parameter Populasi Ikan Pedang (Xiphias gladius) di Samudera Hindia Bagian Timur; Parameter Populasi Ikan Kakap Laut-Dalam (Etelis radiosus, Anderson 1981) di Perairan Teluk Cendrawasih, Papua. Diharapkan terbitan BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap ini dapat memberikan kontribusi bagi para pengambil kebijakan dan pengelola sumberdaya perikanan di Indonesia. Ketua Penyunting mengucapkan terima kasih atas partisipasi aktif para peneliti dari lingkup dan luar Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan yang telah mengirimkan artikel ke BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap. Ketua Penyunting iii

p-issn 1907-8226 e-issn 2502-6410 BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Volume 8 Nomor 2 Agustus 2016 DAFTAR ISI DAFTAR BEBESTARI... UCAPAN TERIMAKASIH... KATAPENGANTAR... DAFTAR ISI... ABSTRAK... Perkembangan Larva dan Ekologi Ikan Six-Banded Tiger Barb (Desmopuntius hexazona Weber & de Beaufort, 1912) di Cagar Biosphere Bukit Batu, Riau Oleh: Melta Rini Fahmi, Siti Zuhriyyah Musthofa, Asep Permana, Mohammad Zamroni dan Rendy Ginanjar... Kematian Massal Ikan dan Sebaran Parameter Kualitas Air di Teluk Jakarta Oleh: Masayu Rahmia Anwar Putri, Sri Turni Hartati dan Fayakun Satria... Hubungan Antara Kelimpahan Meroplankton dengan Konsidi Kualitas Perairan di Teluk Jakarta Oleh: Adriani Sri Nastiti, Masayu Rahmia Anwar Putri dan Sri Turni Hartati... Pola dan Pemijahan Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis Cantor, 1850) di Laut Jawa Oleh: Thomas Hidayat, Endah Febrianti dan Yoke Hani Restiangsih... Kajian Biologi Udang Jerbung (Penaeus merguiensis De Man, 1888) di perairan Utara Jawa Tengah Oleh: Tirtadanu dan Tri Ernawati... Beberapa Parameter Populasi Ikan Pedang (Xiphias gladius) di Samudera Hindia Bagian Timur Oleh: Bram Setyadji, I Wayan Arthana dan I Wayan Kasa... Parameter Populasi Ikan Kakap Laut-Dalam (Etelis radiosus, Anderson 1981) di Perairan Teluk Cendrawasih, Papua Oleh: Nurulludin, Suprapto dan Prihatiningsih... PEDOMANPENULIS... SERTIFIKATAKREDITASI... i ii iii iv v-vi 65-76 77-90 91-100 101-108 109-116 117-124 125-130 App.131 App.132 iv

BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP Volume 8 Nomor 2 Agustus 2016 Lembar Abstrak PERKEMBANGANLARVADANEKOLOGIIKAN SIX- BANDED TIGER BARB (Desmopuntius hexazona Weber & de Beaufort, 1912) DI CAGAR BIOSPHERE BUKITBATU, RIAU Melta Rini Fahmi BAWAL, Vol.8 No.2, Hal: 65-76 ABSTRAK Ikan hias, Desmopuntius hexazona merupakan salah satu ikan yang mendiami perairan gambut di wilayah Asia Tenggara, dari Mekong hingga Malay Peninsula, Sumatra dan Borneo. Sebagai ikan hias D. hexazona telah diperdagangkan secara internasional, namun ketersediaanya masih mengandalkan hasil tangkapan alam, disisi lain upaya budidayanya sangat minim dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan larva D. hexazona hingga ukuran benih dan faktor lingkungan yang mempengaruhi pemijahan sebagai data dukung penelitian ini juga melakukan kajian ekologi ikan D. hexazona. Koleksi dan studi ekologi D. hexazona dilakukan di hutan gambut propinsi Riau pada Agustus2014, sedangkan proses pembenihan dan pengamatan perkembangan larvanya dilakukan di laboratoriumdengan menggunakan mikroskop cahaya yang terhubung dengan sistem komputer. Pemijahan ikan D. hexazona terjadi pada media pemeliharaan dengan kandungan bahan organik 200-300 ppm. Proses ontogeni D. hexazona pada suhu 28-30oC terjadi sebanyak 12 fase (stage) perkembangan selama 31 hari yaitu fase bintik mata, fase gelembung renang, fase bukaan mulut, fase penyempurnaan organ mulut, fase membran sirip mereduksi, fase terbentuk dua bagian gelembung renang, fase pita hitam (bar), fase sirip belakang (anal fin), fase sirip perut (pectoral fin) dan fase terakhir yaitu perkembangan larva. Pada hari ke 31 panjang total larva mencapai ±10,17 mm. Organ pencernaan mulai sempurna seiring dengan berkurangnya volume kuning telur yaitu pada hari kesembilan setelah menetas. Perkembangan sirip larva dimulai dari sirip dorsal dan anal selanjutnya sirip ventral dan sirip caudal dan terakhir sirip pectoral. Pigmen pita(barb) mulai terbentuk hari kesembilanbelas setelah menetas dan mulai sempurna pada hari ke-27 setelah menetas. Secara ekologi ikan D. hexazona ditemukan di zona penyangga dan zona inti yaitu perairan gambut dengan kualitas air sebagai berikut; ph: 3,69-3,85; DO: 0,7-4,7 ppm; TDS: 292-346 ppm; konduktifitas: 96-134 µs/l; NO3: 7,4-20,3 ppm dan kandungan bahan organik berkisar antara 200 hingga 400 ppm. Kata Kunci: Perkembangan larva; ekologi; lahan gambut; Desmopuntius hexazona; Bukit Batu Riau KEMATIAN MASSAL IKAN DAN SEBARAN PARAMETERKUALITASAIRDITELUK JAKARTA Masayu Rahmia Anwar Putri BAWAL, Vol.8 No.2, Hal: 77-90 KUMPULAN ABSTRAK Kematian ikan yang sering terjadi akan menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan. Identifikasi faktor penyebab terjadinya peristiwa ini sangat penting untuk diketahui dalam rangka pengelolaan populasi ikan dan penyusunan tindakan pencegahan sehingga bisa mengurangi frekuensi dan besarnya tingkat kematian ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran spasial beberapa parameter kualitas airguna mengidentifikasi faktor penyebab kematian masal ikan di Teluk Jakarta yang terjadi pada tanggal 30 November 2015. Pengamatan dilakukan pada tanggal 1-3 Desember 2015 di 14 stasiun penelitian mencakup14 parameter fisika, kimia dan biologi perairan. Sebaran spasial beberapa parameter perairan dipetakan dengan menggunakan software ArcGIS 9.3. Parameter perairan (kedalaman, kecerahan, suhu air, ph, oksigen terlarut dan ORP (Oxidation Reduction Potential)) diukur secara insitu dan contoh air permukaan diambil untuk pengamatan plankton serta parameter kimia air di laboratorium (nitrat, fosfat, ammonia, biochemical oxygen demand, total suspended solid, sulfide dan bahan organik terlarut). Berdasarkan analisa dari 14 parameter fisika, kimia dan biologi perairan diketahui faktor penyebab kematian masal ikan di Teluk Jakarta pada 30 November 2015 disebabkan karena rendahnya kandungan oksigen terlarut(0,07mg/l pada lokasi pusat kematian ikan),kadar nutrien yang berlebihan(nitrat,0,003-0,389 mg/l dan fosfat 0,811-1,653 mg/l,)dan tingginya konsentrasi ammonia yang merupakan gas beracun dan berbau (0,227-1,944 mg/l). Kata Kunci : Kematian ikan; nutrient; oksigen terlarut; Teluk Jakarta HUBUNGAN ANTARA KELIMPAHAN MEROPLANKTON DENGAN KONDISI KUALITAS PERAIRANDITELUK JAKARTA Adriani Sri Nastiti BAWAL, Vol.8 No.2, Hal: 91-100 Meroplankton adalah organisme akuatik yang sebagian dari daur hidupnya bersifat planktonik dan merupakan fase paling kritis karena belum dapat menghindar dari predator. Untuk tumbuh, meroplankton membutuhkan kualitas perairan yang sesuai dan kawasan yang terlindung. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi kelimpahan meroplankton dan kualitas perairan di Teluk Jakarta. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April, Juni, Agustus dan Oktober 2009 (10 stasiun) serta April dan Juni 2010 (5 stasiun) dengan metode stratified sampling. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa meroplankton di Teluk Jakarta tahun 2009, 2010 terdiri dari 4 kelompok yaitu:ikan, telur, udang dan kepiting. Komposisi meroplankton di Teluk Jakarta pada tahun 2009 dan 2010 didominasi oleh larva udang masing-masing sebesar 56,17-90,40 % dan 72,1-75,5 %. Kelimpahan larva udang tahun 2014 lebih rendah dibanding tahun 2009-2010. Kelimpahan larva udang dipengaruhi oleh ph, salinitas, kecerahan dan suhu air. ABSTRAK Berbagai jenis ikan, dengan bobot total lebih dari 650 kg ditemukan mati di pesisir Pantai Ancol tanggal 30 November 2015, diantaranya yang dominan adalah gulamah (Scianidae). Kata Kunci: Komposisi; meroplankton; kualitas perairan; Teluk Jakarta v

POLA DAN MUSIM PEMIJAHAN IKAN TONGKOL KOMO (Euthynnus affinis Cantor, 1850) DI LAUT JAWA Thomas Hidayat BAWAL, Vol.8 No.2, Hal: 101-108 ABSTRAK Ikan tongkol komo (Euthynnus affinis, Cantor 1850) merupakan salah satu jenis kelompok ikan pelagis besar yang banyak didaratkan oleh armada jarring insang dan pukat cincin di Tegal. Tersedianya data dan informasi tentang pola dan musim pemijahan merupakan bagian dari pengetahuan yang diperlukan untuk mengetahui status sumberdaya bagi upaya pengelolaanya. Penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan pola dan musim pemijahan ikan tongkol komo di Laut Jawa khususnya di pantai Tegal dan sekitarnya. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Desember 2012 di tempat pendaratan ikan kota Tegal, Jawa Tengah. Pendugaan pola pemijahan berdasarkan pengamatan sebaran frekuensi diameter telur sedangkan pendugaan musim pemijahan menggunakan pendekatan Indeks Kematangan Gonad (IKG) atau Gonado somatic index (GSI) bulanan. Analisis data oseanografi khususnya suhu permukaan laut (SPL) dan konsentrasi klorofil-a berdasarkan citra satelitaqua Modis digunakan sebagai data dukung musim pemijahan. Hasil penelitian menunjukkan pola pemijahan tongkol komo di Laut Jawa memiliki strategi reproduksi beberapa kali memijah (partial spawner). Fekunditas berkisar antara 225.760-2.601500 telur. Musim pemijahan terjadi pada Juni-Agustus dimana konsentrasi klorofil-a tinggi. Kata Kunci: Tongkol komo, Euthynnus affinis, musim pemijahan, fekunditas, Laut Jawa KAJIAN BIOLOGI UDANG JERBUNG (Penaeus merguiensis De Man, 1888) DI PERAIRAN UTARA JAWATENGAH Tirtadanu BAWAL, Vol.8 No.2, Hal: 109-116 ABSTRAK Penangkapan berlebih dapat menyebabkan penurunan stok udang jerbung di Perairan Utara Jawa Tengah sehingga mengancam kelestariannya. Oleh sebab itu, diperlukan penelitian tentang kajian biologi udang jerbung sebagai dasar pengelolaan perikanan udang di Perairan Utara Jawa Tengah. Penelitian dilakukan di tempat pendaratan udang di Cirebon dan Pemalang dari bulan April Agustus 2015. Tujuan penelitian adalah mengkaji aspek biologi udang jerbung melalui pengamatan frekuensi panjang, hubungan panjang berat, faktor kondisi, nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad, rata-rata panjang karapas udang matang gonad (Lm) dan rata-rata panjang karapas udang tertangkap (Lc). Hasil penelitian menunjukkan, modus panjang karapas udang jantan dan betina sebesar 28 mm. Pertambahan panjang udang jantan dan betina, lebih cepat dari beratnya dengan tingkat kegemukan yang rendah. Nisbah kelamin seimbang pada bulan April-Mei dan tidak seimbang pada bulan Juli dan Agustus. Persentase tertinggi udang betina matang gonad yaitu pada bulan Mei sebesar 40,2 %. Nilai Lc sebesar 29,4 mmcl lebih rendah dari Lm sebesar 42,85 mmcl yang berarti rata-rata udang yang tertangkap merupakan udang yang belum matang gonad. Kata Kunci: Biologi, Penaeus merguiensis, Utara Jawa Tengah Lembar Abstrak BEBERAPAPARAMETERPOPULASI IKAN PEDANG (Xiphias gladius) DI SAMUDERA HINDIA BAGIAN TIMUR Bram Setyadji BAWAL, Vol.8 No.2, Hal: 117-124 ABSTRAK Komposisi hasil tangkapan ikan berparuh (Istiophoridae dan Xiphiidae) menduduki peringkat kedua terbesar setelah tuna (Thunnus sp.) pada perikanan rawai tuna. Sekitar 90% jenis ikan berparuh yang di daratkan didominasi oleh ikan pedang (Xiphias gladius), yang mana merupakan hasil tangkap sampingan dari perikanan rawai tuna, terutama di Samudera Hindia bagian timur. Meskipun dikategorikan sebagai ikan dengan nilai ekonomis tinggi, akan tetapi studi mengenai parameter populasi untuk spesies ini masih terbatas, terutama di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menduga parameter pertumbuhan, laju mortalitas dan laju ekploitasi ikan pedang berdasarkan data ukuran panjang. Model pengkajian stok menggunakan data frekuensi panjang dipilih karena ketersediaan dan kemudahan pengambilan data tersebut dibandingkan dengan metode lainnya. Penelitian ini menggunakan data pemantau ilmiah tahun 2005 sampai dengan 2014 dan data pengamatan harian pendaratan tuna dan sejenisnya tahun 2002 sampai dengan 2014 di Samudera Hindia. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan ikan pedang relatif cepat, terutama pada awal masa pertumbuhan dengan nilai K = 0,12/tahun, t 0 = -0,76025 tahun dan L = 302,4 cmfl. Nilai F (0,28/tahun) sedikit lebih besar daripada nilai M (0,24/tahun), yang berarti kematian ikan pedang lebih banyak disebabkan oleh penangkapan. Nilai E sebesar 0,55 mengindikasikan bahwa ikan pedang yang tertangkap oleh armada rawai tuna di Samudera Hindia berada pada kondisi optimum. Kata Kunci : Ikan pedang; pertumbuhan; laju mortalitas; laju eksploitasi; Samudera Hindia PARAMETERPOPULASIIKANKAKAPLAUT-DALAM (Etelis radiosus, Anderson 1981) DI PERAIRAN TELUK CENDERAWASIH, PAPUA Nurulludin BAWAL, Vol.8 No.2, Hal: 125-130 ABSTRAK Ikan kakap laut-dalam (Etelis radiosus) adalah salah satu sumberdaya demersal ekonomis penting di Indonesia. Informasi ilmiah tentang ikan kakap laut-dalam ini masih sangat jarang, terutama dari kawasan Teluk Cenderawasih bagian Utara Papua. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari November 2013 di Teluk Cenderawasih. Aanalisis panjang cagak ikan terhadap 3.255 ekor menggunakan software FISAT II, diperoleh beberapa nilai parameter populasi sebagai berikut: laju pertumbuhan (K) sebesar 0,17 per tahun, panjang asimtotik (L ) 108,68 cm FL, laju kematian alami (M) 0,4 pertahun, dan laju kematian karena penangkapan (F) 0,17 per tahun. Estimasi tingkat ekploitasi (E) sebesar 0,30 memiliki pengertian bahwa tingkat pemanfaatan ikan kakap laut dalam masih di rendah dan dapat ditingkatkan. Kata Kunci: Panjang asimptotis; populasi; parameter; eploitasi vi

BAWAL. 8 (2) Agustus 2016: 117-124 Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/bawal e-mail:bawal.puslitbangkan@gmail.com BAWAL WIDYARISET PERIKANAN TANGKAP Volume 8 Nomor 2 Agustus 2016 p-issn: 1907-8226 e-issn: 2502-6410 Nomor Akreditasi: 620/AU2/P2MI-LIPI/03/2015 BEBERAPA PARAMETER POPULASI IKAN PEDANG (Xiphias gladius) DI SAMUDERA HINDIA BAGIAN TIMUR POPULATION PARAMETERS OF SWORDFISH (Xiphias gladius) IN THE EASTERN INDIAN OCEAN Bram Setyadji *1, I WayanArthana 2 dan I Wayan Kasa 3 1) Loka Penelitian Perikanan Tuna Bali, Jl. Jl. Mertasari No. 140, Sidakarya, Denpasar Selatan, Bali. Indonesia 2) Program Pascasarjana Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Kuta Selatan, Jimbaran, Badung, Kabupaten Badung, Bali 3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Kuta Selatan, Jimbaran, Badung, Kabupaten Badung, Bali Teregistrasi I tanggal: 24 Februari 2016; Diterima setelah perbaikan tanggal: 26 Agustus2016; Disetujui terbit tanggal: 30 Agustus2016 ABSTRAK Komposisi hasil tangkapan ikan berparuh (Istiophoridae dan Xiphiidae) menduduki peringkat kedua terbesar setelah tuna (Thunnus sp.) pada perikanan rawai tuna. Sekitar 90% jenis ikan berparuh yang di daratkan didominasi oleh ikan pedang (Xiphias gladius), yang mana merupakan hasil tangkap sampingan dari perikanan rawai tuna, terutama di Samudera Hindia bagian timur. Meskipun dikategorikan sebagai ikan dengan nilai ekonomis tinggi, akan tetapi studi mengenai parameter populasi untuk spesies ini masih terbatas, terutama di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menduga parameter pertumbuhan, laju mortalitas dan laju ekploitasi ikan pedang berdasarkan data ukuran panjang. Model pengkajian stok menggunakan data frekuensi panjang dipilih karena ketersediaan dan kemudahan pengambilan data tersebut dibandingkan dengan metode lainnya. Penelitian ini menggunakan data pemantau ilmiah tahun 2005 sampai dengan 2014 dan data pengamatan harian pendaratan tuna dan sejenisnya tahun 2002 sampai dengan 2014 di Samudera Hindia. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan ikan pedang relatif cepat, terutama pada awal masa pertumbuhan dengan nilai K = 0,12/tahun, t 0 = -0,76025 tahun dan L = 302,4 cmfl. Nilai F (0,28/tahun) sedikit lebih besar daripada nilai M (0,24/tahun), yang berarti kematian ikan pedang lebih banyak disebabkan oleh penangkapan. Nilai E sebesar 0,55 mengindikasikan bahwa ikan pedang yang tertangkap oleh armada rawai tuna di Samudera Hindia berada pada kondisi optimum. Kata Kunci: Ikan pedang; pertumbuhan; laju mortalitas; laju eksploitasi; Samudera Hindia ABSTRACT Billfishes (Istiophoridae and Xiphiidae) are the second largest catch in tuna longline fisheries. About 90% of billfishes landed dominated by swordfish (Xiphias gladius) which was a by-catch from tuna longline fisheries, especially in eastern Indian Ocean. Despite of its high economic value, study on stock assessment for this species is limited, especially in Indonesia. The catch-at-size based stock assessment model was applied, to its availability and ease on collecting the data. The Objectives of this study are to estimate growth parameter, mortality rate and exploitation rate based on catch-at-size data. The primary data was obtained from scientific observer program from 2005 to 2014 and port sampling data from 2002 to 2014. The result showed that swordfish were relatively fast growth, especially on their early age (K = 0.12/year) with t0 estimated around -0.76 year and Linf about 302.4 cmljfl. The estimated of total mortality (Z), natural mortality (M) and fishing mortality (F) from the model were 0.52/year, 0.24/year and 0.28/year respectively. The explitation rate of swordfish in the eastern Indian Ocean is on optimum level (E=0.55). Keywords: Swordfish; age; growth; mortality rate; exploitation rate; Indian ocean Korespondensi penulis: e-mail: bram.setyadji@gmail.com Telp. +62 361 726 201 Copyright 2016, BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP (BAWAL) 117

Setyadji B., et al. / BAWAL 8 (2) Agustus 2016: 117-124 PENDAHULUAN Hasil tangkapan ikan berparuh (Istiophoridae dan Xiphiidae) menempati urutan kedua terbesar setelah tuna, dimana terkadang tidak tercatat dengan baik di logbook (Cramer et al., 1998). Hampir 90% ikan berparuh yang di daratkan di dunia merupakan hasil tangkap sampingan dari perikanan rawai tuna (Prager et al., 1995; Amande et al., 2008, 2010; Chapman, 2001; Cramer & Adams, 1999; Campbell & Tuck, 1998). Ikan pedang (Xiphias gladius) merupakan satu-satunya spesies dari famili Xiphiidae dan telah menjadi obyek eksploitasi di Samudera Pasifik (Brodziak & Ishimura, 2010), Atlantik, dan Laut Mediterania (Tserpes & Tsimenides, 1995). Di Samudera Hindia, eksploitasi ikan pedang, dimulai sejak tahun 1950- an oleh armada Jepang dan didominasi oleh armada Taiwan pada tahun 1990-an (IOTC, 2009) sedangkan Indonesia mulai pada tahun 1983 semenjak diperkenalkannya deep tuna longline (Sadiyah et al., 2011). Hasil tangkapan ikan pedang di Samudera Hindia terus meningkat, sekitar 10.000 ton pada awal tahun 1990 dan mencapai puncaknya pada tahun 1998, yakni sekitar 35.000 ton (Wang & Nishida, 2010). Kontribusi ikan pedang terhadap perikanan tuna di Indonesia pada kurun waktu 2004 2007 sekitar 6.400 ton, dengan rata rata produksi mencapai 1.600 ton (Mahiswara & Prisantoso, 2009) setara dengan 1% dari produksi nasional yang berasal dari Samudera Hindia (Irianto et al., 2015). Seiring dengan tingkat eksploitasi yang terus meningkat, sumberdaya ikan pedang di Samudera Hindia terus menurun, indikatornya adalah penurunan CPUE (Catch per Unit of Effort) secara global dari tahun ke tahun dengan tingkat laju eksploitasi sudah mencapai padat tangkap (fully exploited) (IOTC, 2009). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa jumlah penangkapan sudah mendekati nilai maksimum tangkapan lestarinya (MSY) yakni antara 29.900 34.200 ton (IOTC, 2014). Untuk menghindari adanya penangkapan yang berlebih maka dibutuhkan upaya pengelolaan ikan pedang yang optimal, sehingga sumberdaya ikan pedang dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Penelitian mengenai dinamika populasi ikan peruaya jauh terutama di Samudera Hindia pada umumnya menggunakan model yang rumit dan melibatkan banyak variabel, sehingga tidak semua negara dapat melakukan kajian yang komprehensif. Beberapa pendekatan ataupun model yang digunakan untuk menganalisa dinamika populasi ikan pedang adalah program FISAT (Gayanilo et al., 2005), ELEFAN (Gayanilo & Pauly, 1989) dan LFSA (Sparre & Venema, 1999). Model model tersebut menggunakan data biologi dengan frekuensi panjang sebagai basis analisanya. Data tersebut digunakan karena paling banyak tersedia dan mudah didapatkan dibandingkan data pengukuran jaringan keras (sisik, otolith, sirip dan tulang belakang) dan tagging (Pauly, 1984). Dasar pemikiran dari Model tersebut adalah jika terlalu sedikit ikan tua maka stok sudah lebih tangkap dan tekanan penangkapan terhadap stok tersebut harus dikurangi, begitu juga sebaliknya apabila terlalu banyak ikan tua maka stok masih underfished dan masih lebih banyak lagi ikan yang dapat ditangkap untuk memaksimalkan hasil (Sparre & Venema, 1999). Penelitian ini menggunakan data frekuensi panjang sebagai basis analisa, yang mana selanjutnya akan digunakan untuk menduga umur dan pertumbuhan ikan pedang. Hasil dari pendugaan tersebut akan digunakan untuk menghitung laju mortalitas alami dan penangkapan sehingga didapatkan tingkat laju eksploitasi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam studi kajian stok ikan pedang di masa yang akan datang. BAHANDANMETODE Penelitian ini menggunakan data pengamatan harian penangkapan ikan tuna dan sejenisnya pada kurun waktu 2002 2014 yang berbasis di Pelabuhan Benoa dan data pemantau ilmiah pada kurun waktu 2005 2014. Sebagian besar daerah penangkapan berada di sebelah selatan lintang 13 0 LS, yang merupakan perairan laut bebas karena sudah di luar Zona Ekonomi Esklusif (ZEE) Indonesia. Spesimen ikan pedang yang digunakan untuk penelitian diperoleh dari hasil tangkapan kapal kapal rawai tuna Indonesia (Gambar 1), yang berbasis di Pelabuhan Benoa, Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu dan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Cilacap oleh 118 Copyright 2016, BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP (BAWAL)

BAWAL 8 (2) Agustus 2016: 117-124 Gambar 1. Peta daerah penelitian. (Keterangan: bulatan hitam menunjukkan lokasi penangkapan ikan pedang sedangkan garis tipis di luar batas negara merupakan Zona Ekonomi Esklusif (ZEE)). Figure 1. Map of research area. (Remarks: black circles show the fishing ground of swordfish and thin lines outside country border are EEZ). pemantau ilmiah yang berasal dari Loka Penelitian Perikanan Tuna. Pengukuran panjang ikan pedang di atas kapal dengan cara merentangkan pita pengukur di sepanjang tubuh ikan (pengukuran melengkung) dari ujung rahang bawah ke ujung lekukan tengah sirip ekor (LJFL/Lower Jaw Fork Length), sedangkan cara pengambilan ukuran panjang di darat biasanya dilakukan secara tegak lurus dengan menggunakan alat ukur yang sifatnya kaku (rigid), seperti: kaliper (pengukuran lurus). Karena ikan pedang yang didaratkan sudah diproses (potong kepala, sirip, disiangi isi perut dan insangnya) maka pengukuran panjang dilakukan dari dari pangkal sirip dada ke ujung lekukan tengah sirip ekor (PFL/Pectoral Fork Length). Data panjang ikan distandarisasi melalui persamaan regresi linear mengacu pada Setyadji et al. (2014). Analisis data untuk mengetahui parameter pertumbuhan ikan dilakukan dengan menggunakan FiSAT II, program ELEFAN salah satu modul yang terdapat dalam perangkat lunak FiSAT II versi 1.2.2, yang menggunakan data frekuensi panjang. Persamaan yang digunakan oleh ELEFAN adalah rumus standar Von Bertalanffy Growth Function (Sparre & Venema, 1999), yakni: Lt L (1 e K ( t 10) )... (1) Dimana, Lt : panjang pada umur t L : panjang asimtotik K : koefisien pertumbuhan t : waktu yang dibutuhkan untuk mencapai panjang tertentu t 0 : umur teoritis pada saat panjang sama dengan 0. Umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol (=t o ) dapat diduga secara terpisah menggunakan persamaan empiris Pauly (1984) sebagai berikut. Log (-t o ) = 0,3922 0,2752 (Log L ) 1,038 (Log K)...2) Nilai Z pada penelitian ini menggunakan pendekatan kurva hasil tangkapan yang dikonversikan ke panjang (length-converted catch curve) yang diperkenalkan oleh Pauly (1990) dengan asumsi bahwa rekruitmen dianggap tetap selama waktu pengamatan (Punt et al., 2013). Pada dasarnya, length-converted catch curve merupakan plot persamaan regresi linear dimana slope/kemiringan b diasumsikan menjadi nilai Z. ln( N / t) a bt... (3) Dimana, N = jumlah ikan pada kelas panjang yang diberikan, t = waktu yang dibutuhkan ikan untuk tumbuh pada kelas panjang yang tersebut a = intersep t = rata-rata umur (relatif) ikan pada kelas panjang tersebut. Koefisien mortalitas alami (M) menggunakan persamaan empiris Pauly (1984), di mana: Log (M)=-0,0066-0,279 Log (L )+0,654 Log (K)+0,4634 Log (T)... (4) dimana: M = mortalitas alami L = panjang asimtotik K = koefisien pertumbuhan ' Copyright 2016, BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP (BAWAL) 119

Setyadji B., et al. / BAWAL 8 (2) Agustus 2016: 117-124 T = asumsi suhu rata-rata perairan di Samudera Hindia bagian timur sebesar 28,56 0 C (Yuniarti et al., 2013). Berdasarkan hasil penghitungan kedua parameter tersebut, maka nilai kematian akibat penangkapan (F) dapat ditentukan, dengan persamaan: F = Z-M... (5) Laju eksploitasi (E) ditentukan dengan membandingkan laju mortalitas penangkapan (F) dengan laju mortalitas total (Z) (Pauly 1984):... (6) Sebuah stok akan dikatakan dalam kondisi lebih tangkap atau tidak berdasarkan asumsi nilai optimal E (E opt ) 0,5. Asumsi ini juga berarti bahwa hasil yang berkelanjutan akan diperoleh ketika nilai F M (Gulland, 1971). HASIL DAN BAHASAN Hasil Berdasarkan non-parametric scoring of VBGF fit (Rn) menggunakan Electronic Length Frequency Analysis (ELEFAN) I yang terdapat pada program FiSAT II, diketahui berdasarkan data frekuensi panjang ikan pedang pada kurun waktu 2002-2014 didapatkan nilai koefisien pertumbuhan (K) = 0,12 per tahun dengan nilai Rn = 0,134; panjang asimtotik (L ) = 302,4 cm dan nilai t 0 = -0,76 tahun. Nilai koefiesien pertumbuhan (K) sebesar 0,12 menujukkan bahwa ikan pedang bertipe slow growth dengan laju pertumbuhan 0,12/tahun. Panjang asimtotik (L ) sebesar 302,4 cm artinya bahwa secara teoritis panjang ikan pedang berhenti tumbuh pada ukuran tersebut walaupun umurnya terus bertambah. Sedangkan nilai t o = -0,76 artinya bahwa umur ikan pedang (semu) atau secara teoritis pada panjang 0 cm diduga sebesar -0,76 tahun. Ketiga parameter pertumbuhan tersebut kemudian disubstitusikan ke persamaan von Bertalanffy sehingga didapatkan hasil L t = 302,4 (1 - e -0,12(t+0,760245) ), yang kemudian dilakukan kalkulasi mundur untuk mengetahui grafik perbandingan umur dan pertumbuhan ikan pedang (Gambar 2). Grafik tersebut menujukkan bahwa secara teoritis ikan pedang membutuhkan waktu 30 tahun lebih untuk mencapai panjang asimtotiknya. Pertumbuhan cepat di awal-awal tahun (4-6 tahun pertama) kemudian melambat pada tahun-tahun berikutnya. Berdasarkan nilai K dan L yang diperoleh dari ELEFAN I maka nilai M (mortalitas alami) dapat dicari dengan menggunakan persamaan empiris Pauly (1984). Dari perasamaan tersebut didapatkan nilai mortalitas alami sebesar 0,24/tahun dengan asumsi suhu rata-rata perairan Samudera Hindia bagian timur sebesar 28,56 0 C. Dengan menggunakan metode length-converted catch curve yang terdapat pada FISAT II, maka didapatkan nilai mortalitas total (Z) sebesar 0,52/tahun, sehingga nilai mortalitas akibat penangkapan (F) sebesar 0,28/tahun (Gambar 3). Laju mortalitas akibat penangkapan pada penelitian ini sedikit lebih besar daripada laju mortalitas alaminya, hal ini menunjukkan bahwa faktor kematian ikan pedang lebih besar disebabkan oleh kegiatan penangkapan. Gambar 2. Kurva pertumbuhan von Bertalanffy ikan pedang yang tertangkap oleh armada rawai tuna di Samudera Hindia dalam kurun waktu 2002 2014. Figure 2. Von Bertalanffy growth curve of swordfish caught by Indonesian longliners in Indian Ocean during 2002 2014. 120 Copyright 2016, BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP (BAWAL)

BAWAL 8 (2) Agustus 2016: 117-124 Laju eksploitasi ikan pedang (E) didapatkan dengan cara membagi antara nilai F (mortalitas akibat penangkapan) dan Z (nilai mortalitas total), yakni sebesar 0,55/tahun. Hal ini berarti 55% kematian ikan pedang di perairan Samudera Hindia disebabkan oleh aktifitas penangkapan. Nilai tersebut juga berarti bahwa laju eksploitasi ikan pedang sudah mencapai nilai optimum/ padat tangkap karena nilai E H 0,5. Gambar 3. Kurva hasil tangkapan yang dikonversikan ke panjang untuk menduga nilai mortalitas yang dihitung dari parameter persamaan pertumbuhan von Bertalanffy pada suhu rata-rata 28,6 0 C. (Keterangan: Z=mortalitas total; M=mortalitas alami; F=mortalitas akibat penangkapan; E=tingkat laju eksploitasi; titik hitam= titik data dalam kurva yang digunakan dalam regresi). Figure 3. Length-converted catch curve for estimating mortality rate calculated based on von Bertalanffy growth curve at average temperature 28.6 0 C. (Remarks: Z=total mortality; M=natural mortality; F=fishing mortality; E=exploitation rate; black dots=data used for regression). Bahasan Ikan pedang mempunyai tipe pertumbuhan yang lambat, akan tetapi bisa tumbuh dengan cepat terutama di awal-awal tahun perkembangannya (Ehrhardt, 1992). Dalam penelitian ini ikan pedang dapat mencapai panjang 57,58 cm hanya dalam waktu 1 tahun (Gambar 2). Bahkan pada penelitian sebelumnya dilaporkan dapat tumbuh sepanjang 74 cm pada enam bulan pertama (Megalofonou et al., 1995) dan 90-100 cm pada umur satu tahun (Sun et al., 2010; Young & Drake, 2004). Nilai koefisien pertumbuhan dalam penelitian ini (0,12/thn) sedikit lebih kecil dibandingkan dengan Varghese et al. (2013) di perairan Laut India dan Wang et al. (2010) di barat dan timur Samudera Hindia. Model dalam penelitian ini tidak diverifikasi dengan model-model lain yang lebih dapat diandalkan, seperti penghitungan lingkaran tahun pada sirip anal maupun otolith, meskipun demikian estimasi nilai K dan L yang diberikan tidak berbeda jauh dengan penelitian-penelitian sebelumnya pada spesies yang sama (Tabel 1). Nilai laju mortalitas alami (M) pada penelitian ini sebesar 0,24/tahun (Gambar 3), sedikit lebih tinggi daripada di perairan Chili sebesar 0,123/tahun (Barbieri et al.,1998) dan kepulauan Hawaii yakni sebesar masing-masing 0,20/ tahun, 0,21/tahun (Yabe et al.,1959; Uchiyama et al.,1998). Sedangkan Griggs et al. (2005) di Perairan Selandia Baru menggunakan persamaan Hoenig untuk menentukan nilai M, dimana hasilnya tidak jauh berbeda yakni berkisar antara 0,21 0,28/tahun dengan estimasi terbaik sebesar 0,2/tahun. Konsep dasar pengelolaan perikanan yang berkelanjutan adalah melalui pendekatan kehati-hatian (precautionary approach), dalam penelitian ini parameter yang digunakan adalah laju mortalitas. Secara teoritis nilai F bisa didapatkan dengan cara mengurangkan nilai mortalitas total (Z) dengan nilai M. Nilai Z sebesar 0,52/ tahun, sehingga nilai mortalitas akibat penangkapan (F) sebesar 0,28/tahun (Gambar 3). Nilai mortalitas akibat penangkapan yang lebih tinggi daripada nilai kematian alaminya menunjukkan bahwa tekanan penangkapan/ eksploitasi pada spesies ini cukup tinggi. Copyright 2016, BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP (BAWAL) 121

Setyadji B., et al. / BAWAL 8 (2) Agustus 2016: 117-124 Tabel 1. Hasil beberapa penelitian mengenai umur dan pertumbuhan ikan pedang. Table 1. Results of selected studies on the growth of swordfish. L (cm) K (1/thn) t0 Jenis Kelamin (Sex) Metode (Methods) Lokasi (Location) Acuan (References) 252,196 0,133-2,432 Campur Sirip anal Laut Aegean Aliçli & Oray, 2001 283,600 0,150-2,090 Campur Sirip anal Sebelah timur Laut Akyol & Ceyhan, 2013 Mediterania 263,500 0,119-2,270 Betina Sirip anal Sebelah barat Laut Valeiras et al., 2008 Mediterania 185,500 0,219-1,968 Jantan Sirip anal Sebelah barat Laut Valeiras et al., 2008 Mediterania 321,000 0,133-2,460 Betina Sirip anal Chili Cerna, 2006 279,000 0,158-2,650 Jantan Sirip anal Chili Cerna, 2006 300,660 0,040-0,750 Betina Sirip anal Taiwan Sun et al., 2010 213,050 0,086-0,626 Jantan Sirip anal Taiwan Sun et al., 2010 227,200 0,534-2,410 Betina Sirip anal Hawai DeMartini, 2007 221,000 0,070-0,150 Jantan Sirip anal Hawai DeMartini, 2007 296,000 0,080-3,700 Betina Sirip anal Australia Young & Drake, 2004 224,200 0,130-3,000 Jantan Sirip anal Australia Young & Drake, 2004 576,600 0,033-4,550 Campur Sirip Anal Selandia Baru Griggs et al., 2005 434,700 0,053-3,460 Betina Sirip anal Selandia Baru Griggs et al., 2005 394,400 0,044-5,860 Jantan Sirip anal Selandia Baru Griggs et al., 2005 274,855 0,138-1,998 Betina Sirip anal Timur Laut dan Barat Laut Samudera Hindia 234,002 0,169-2,181 Jantan Sirip anal Sebelah Utara Samudera Hindia 311,110 0,170-0,530 Betina Frekuensi Perairan sekitar Laut Panjang India 243,790 0,220-0,370 Jantan Frekuensi Perairan sekitar Laut Panjang 302,400 0,120-0,760 Campur Frekuensi Panjang India Sebelah timur Samudera Hindia Wang et al., 2010 Wang et al., 2010 Varghese et al., 2013 Varghese et al., 2013 Studi ini (Present study) Berdasarkan nilai F dan M yang telah diketahui maka didapatkan nilai laju eksploitasi (E) sebesar 0,55. Hal ini berarti tingkat laju eksploitasi ikan pedang di Samudera Hindia berdasarkan hasil tangkapan armada rawai tuna Indonesia berada pada kondisi padat tangkap (fully exploited) akan tetapi belum berada pada kondisi lebih tangkap. Hasil ini sesuai dengan hasil kajian yang dilakukan oleh IOTC (2014) yang menggunakan titik acuan MSY sebagai dasar model yang digunakan. Status stok ikan pedang di Samudera Hindia tidak berada pada kondisi lebih tangkap dan tidak menjadi subyek eksploitasi yang berlebih, walaupun terjadi penurunan hasil tangkapan di sebelah barat Samudera Hindia. 122 Copyright 2016, BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP (BAWAL)

BAWAL 8 (2) Agustus 2016: 117-124 Walupun kondisi stok ikan pedang belum menjadi subyek eksploitasi yang berlebih akan tetapi tingkat laju eksploitasi berada pada kondisi padat tangkap sehingga potensi terjadinya kondisi lebih tangkap sangat tinggi terutama beberapa tahun mendatang. Permasalahan yang dihadapi adalah ikan merupakan hasil tangkapan sampingan dari perikanan rawai tuna, sehingga pengelolaannya lebih sulit untuk dilakukan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah membatasi ataupun moratorium ijin baru untuk kapal rawai tuna, mengingat total armada rawai tuna Indonesia yang terdaftar di IOTC per 26 Desember 2014 cukup besar yakni sebanyak 1.282 unit, dengan komposisi armada di atas 30 GT sebesar 1.040 unit (81,20%) (Irianto et al., 2014), dengan adanya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 56/PERMEN-KP/2014 tentang penghentian sementara (moratorium) perizinan usaha perikanan tangkap di wilayah pengelolaan perikanan negara Republik Indonesia maka akan mempertahankan upaya penangkapan, bahkan isi peraturan tersebut mencakup moratorium perpanjangan izin yang telah habis masa berlakunya, sehingga diharapkan selama moratorium berlaku sumberdaya ikan pedang dapat pulih kembali. KESIMPULAN Ikan pedang tergolong ikan berumur panjang dengan kecepatan pertumbuhan yang tinggi pada awal-awal tahun perkembangannya. Laju kematian ikan ini diduga lebih banyak disebabkan oleh eksploitasi/penangkapan. Tingkat eksploitasi ikan pedang yang tertangkap oleh armada rawai tuna di Samudera Hindia telah berada pada kondisi optimum (padat tangkap). PERSANTUNAN Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dian Novianto, Andi Bahtiar, Yusuf Affandi, Ashadi, Adi Subagio, Irwan Jatmiko, Hasan Syaiful Rizal, Hefi Sukardianto, Gede, dan rekan rekan semuadari Loka Penelitian Perikanan Tuna yang telah bekerja keras mengumpulkan data untuk penyusunan makalah ini. Penghargaan juga diberikan kepada Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO), Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR) dan Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (P4KSI) yang telah mendukung dan mendanai kolaborasi penelitian melalui program FIS/2002/074: Capacity Development to Monitor, Analyse and Report on Indonesian Tuna Fisheries. DAFTAR PUSTAKA Aliçli, T.Z. & Oray, I.K. (2001). Age and growth of swordfish (Xiphias gladius L., 1758) in the Eastern Mediterranean Sea. Col. Vol. Sci. Pap. ICCAT. 52(2), 698-707. Barbieri, M.A., Canales, C., Correa, V., Donoso, M., Casanga, A.G., Leiva, B., Montiel,A., &Yáñez, E. (1998). Development and present satate of the swordfish, Xiphias gladius, fishery in Chile. NOAA technical Report NMFS. 142, 1-10 Brodziak, J. & Ishimura, G. (2010). Stock assessment of North Pacific swordfish (Xiphias gladius) in 2009. Pacific Islands Fish. Sci. Cent., Natl. Mar. Fish. Serv., NOAA, Honolulu, HI 96822-2396. Pacific Islands Fish. Sci. Cent. Admin. Rep. H-10-01. p. 37. Campbell, R.A., & Tuck, G.N. (1998). Preliminary analysis of billfish catch rates in the Indian Ocean. 7 th Expert Consultation on Indian Ocean, Victoria, Seychelles, 9-14 November 1998: p. 19. Cerna, J.F. (2006). Age and growth of the swordfish (Xiphias gladius Linnaeus, 1758) in the southeastern Pacific off Chile. Lat. Am. J. Aquat. Res. p.11. Chapman, L. (2001). Bycatch in the tuna longline fishery. 2 nd SPC Heads of Fisheries Meeting (Noumea, New Caledonia, 23 27 July 2001). Cramer, J., & Adams, H.M. (1999). Pelagic longline bycatch. Col. Vol. Sci. Pap. ICCAT. 49(4), 288-299. Cramer, J., Bertolino,A.,& Scott, G.P.(1998). Estimatesofrecent shark bycatch by U.S. vessels fishing for Atlantic tuna and tuna-likespecies. Col.Vol. Sci. Pap. ICCAT. 48(3),117-128. DeMartini, E. E., Uchiyama, J. H., HumphreysJr,R. L., Sampaga, J.D.,& Williams, H.A.(2007).Age and growth of swordfish (Xiphias gladius) caught by the Hawaii-based pelagic longline fishery. Fish. Bull. 105, 356 367. Ehrhardt, N. M. (1992). Age and growth of swordfish, Xiphias gladius, in the northwestern Atlantic. Bull. Mar. Sci. 50(2), 292"301. Gayanilo, F.C., & D. Pauly. (1989). Announcing the release of Version 1.1 of the Complete ELEFAN Software package. Fishbyte. 7(2), 20-21. Gayanilo, F.C., Sparre, P., & Pauly, D. (2005). FAO- ICLARM Stock Assessment Tools II (FISAT II). Revised version. User s guide. FAO Computerized Information Series (Fisheries). (8). Copyright 2016, BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP (BAWAL) 123

Setyadji B., et al. / BAWAL 8 (2) Agustus 2016: 117-124 Griggs, L., Francis, M., & Maolagáin, C. Ó. (2005). Growth rate, age at maturity, longevity and natural mortality rate of swordfish (Xiphias gladius). New Zealand Fisheries Assessment report 2005/56: p. 29. Gulland, J.A. (1971). The Fish Resources of the Oceans. FAO Fishing News Books, Ltd., Surrey, England. IOTC (Indian Ocean Tuna Commission). (2009). Executive summary of the status of the Indian Ocean swordfish resource. IOTC-2009-SC-04[E]. IOTC (Indian Ocean Tuna Commission). (2014). Report of the Twelve Session ofthe IOTC Working Party on Billfish. Yokohama, Japan, 21-25 Oktober 2014. IOTC 2013 WPB12 R [E]: 102 pp. Irianto, H.E., Wudianto., Suman, A., Susanto, K., Nugraha, B., Satria, F., & Retnowati, S.D. (2014). Indonesia national report to the scientific committee of the Indian Ocean Tuna Commission 2014. IOTC-2014- SC17-NR10, p. 23. Irianto, H.E., Wudianto, Nugraha, B., Widodo, A.A., Satria, F., & Sadiyah, L. (2014). Indonesia national report to the scientific committee of the Indian Ocean Tuna Commission 2015. IOTC-2015-SC18-NR10: p. 27. Mahiswara & Prisantoso, B. I. (2009). Billfish fisheries in Indonesia. IOTC-2009-WPB-14, p. 10. Megalofonou, P., Dean, J.M., de Metrio, G., Wilson, C., & Berkeley, S. (1995). Age and growth of juvenile swordfish, Xiphias gladius Linnaeus, from the Mediterranean Sea. Jour. Exp. Marine Bio. and Ecology. 188, 79-88. Pauly, D. 1984. Fish Population Dynamics in Tropical waters: A Manual for Use with Programmable Calculators. ICLARM Studies and Reviews 8 : 325 pp. Pauly, D. (1990). Length-converted catch curves and the seasonal growth of fishes. Fishbyte. 3(3), 22-38. Prager, M.H., Prince, E.D., & Lee, D.W. (1995). Empirical length and weight conversion equations for blue marlin, white marlin and sailfish from the NorthAtlantic Ocean. Bulletin of Marine Science. 56(1), 201-210. Punt, A.E., Huang, T.C., & Maunder, M.N. (2013). Review of integrated size-structured models for stock assessment of hard-to-age crustacean and mollusc species. ICES Journal of Marine Science. 70(1), 16-33. Sadiyah, L., Dowling, N., & Prisantoso, B.I. (2011). Changes in fishing pattern from surface to deep longline fishingby the Indonesian vessels operating in the Indian Ocean. Ind.Fis.Res.J. 17(2), 87-99. Setyadji, B., Jatmiko, I., Wujdi, A., & Nugraha, B. (2014). Preliminary analysis of length weight relationship of swordfish (Xiphias gladius), black marlin (Makaira indica), and blue marlin (Makaira nigricans) caught by Indonesian longliners in the Indian Ocean. IOTC- 2014-WPB12-13: p. 12. Sparre, P., & Venema, S.C. (1999). Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Buku 1. Manual. Terjemahan. Pus.Lit.Bang.Kan. Jakarta. p. 438. Sun, C.L., Wang, S.P., & Yeh, S.Z. (2010).Age and growth of the swordfish (Xiphias gladius L.) in the waters around Taiwan determined from anal-fin rays. Fish. Bull. 100, 822 835. Tserpes, G., & Tsimenides, N. (1995). Determination of age and growth of swordfish, Xiphias gladius L., 1758, in the Eastern Mediterranean using anal-fin spines. Fishery Bulletin. 93, 594-602. Uchiyama, J.H., Skillman, R.A., Sampagna, J.D., & DeMartini, E.E. (1998). A preliminary assessment of the use of hard parts to age central Pacific swordfish, Xiphias gladius. U.S. Dep. Commer. NOAATech. Rep. NMFS 142, 261-272. Varghese, S.P., Vijayakumaran, K.,Anrose,A.,& Mhatre, V.D. (2013). Biological aspect of swordfish, Xiphias gladius Linnaeus, 1758, caught during tuna longline survey in the Indian Seas. Turk. J. Fish. Aquat. Sci. 13, 529-540. Wang, S.P. & T. Nishida. 2010. Update of the application of an age-structured assessment model to swordfish (Xiphias gladius) intheindianocean. IOTC-WPB-2010-13: 16 pp. Yabe, H., Ueyanagi, S., Kikawa, S., & Watanabe, H. (1959). Study of the life history of swordfish (Xiphias gladius, L.). Rept. Nankai. Reg. Fish. Res. Lab. 10, 107-151. Young, J., & Drake, T. (2004).Age and growth of broadbill swordfish (Xiphias gladius) from Australian waters. Final Report for FRDC Project 2001/014: p. 121. Yuniarti, A., Maslukah, L., & Helmi, M. (2013). Studi variabilitas suhu permukaan laut berdasarkan citra satelit aqua MODIS tahun 2007-2011 di Perairan Selat Bali. Jurnal Oseanografi. 2(4), 416-421. 124 Copyright 2016, BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP (BAWAL)