KEBIJAKAN PENGANGGGARAN DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

dokumen-dokumen yang mirip
Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (KAITANNYA DGN PENGANGGARAN PEMBIAYAAN AMPL DLM APBD)

PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN DAERAH

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

STRATEGI PENGANGGARAN KEGIATAN TIM TERPADU DAN RENCANA AKSI PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

Proses Perencanaan dan Penganggaran Daerah. Syukriy Abdullah

KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Mekanisme Pengalokasian Anggaran APBA Badan Pengelolaan Keuangan Aceh 2017

STRATEGI PENGANGGARAN KEGIATAN TIM TERPADU DAN RENCANA AKSI PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG

Pengelolaan Keuangan Daerah

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA

SALINAN. 3. Undang-Undang...

PECAPP. Proses Perencanaan dan. Penganggaran Daerah. Syukriy Abdullah. A-PDF Watermark DEMO: Purchase from to remove the watermark

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SIKLUS ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BREBES

Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya. 4. Prinsip APBD 5. Struktur APBD

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 1 TAHUN 2015 SISTEM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG POKOK - POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN ALOKASI BELANJA PEGAWAI DAN BELANJA PUBLIK. Oleh: DIREKTUR JENDERAL KEUANGAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN /2009 TENTANG

SISTEM DAN PROSEDUR PENYIAPAN RANPERDA APBD

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

[A.1] PENYUSUNAN KUA DAN PPAS. 1. Berdasarkan Peraturan Gubernur tentang RKPD dan Peraturan Menteri Dalam

PERATURAN BUPATI KARAWANG

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 76 TAHUN 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E

PERMENDAGRI NOMOR 32 TAHUN 2011 PERMENDAGRI NOMOR 39 TAHUN 2012 PERMENDAGRI NOMOR 14 TAHUN 2016

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PERANAN KEMENTERIAN KEUANGAN DALAM ALOKASI ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH GUNA MENDUKUNG INPRES NOMOR 12 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PADANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2006

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

TAHUN : 2006 NOMOR : 07

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 4 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN INDRAMAYU

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 2 TAHUN 2007

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO SERI C

Pengelolaan Keuangan Daerah & APBD

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI DAIRI,

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA METRO,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA.

BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI RIAU

Menimbang: Mengingat:

ERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN 2016

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK

PROGRESS PERUBAHAN RKPD TAHUN 2015 DAN FINALISASI RKPD TAHUN 2016

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKALIS

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA PRIORITAS PLAFON ANGGARAN SEMENTARA PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG

BAGAN ALIR SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAK BIDANG KEHUTANAN DALAM APBD TA 2014 DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2009

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA. PENYUSUNAN RKA SKPD

PENINGKATAN KUALITAS PENYUSUNAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD TA 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH

PENGELOLAAN DANA HIBAH YANG BERSUMBER DARI APBD

Transkripsi:

KEBIJAKAN PENGANGGGARAN DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH Disampaikan Oleh : I B R A H I M, SH Kepala Bidang Anggaran BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN MAMUJU

LANDASAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH UU 25/2004 UU 17/2003 UU 32/2004 UU 1/2004 UU 15/2004 UU 33/2004 PP PP PP PP UU 23/2014 Tentang Pemerintahan Daerah misal: SAP, dstnya PP 58/2005 (Omnibus Regulation) PERMENDAGRI 13/06 PERMENDAGRI 59/07 PP 38/07 PP 18/2016 PP 2/12 PERMENDAGRI 21/11 PERMENDAGRI 32/11 & 39/12 PERMENDAGRI 64/13 PP 24/05 PP 71/10

KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA MERUPAKAN BAGIAN DARI KEKUASAAN PEMERINTAHAN PRESIDEN selaku KP memegang KPKN (Pasal 6 ayat (1) UU 17/2003 MENYERAHKAN sbg implikasi desentralisasi GUBERNUR BUPATI/WALI KOTA Pasal 6 ayat (2) huruf c UU 17/2003 MEMILIKI OTORITAS DAN TANGGUNGJAWAB ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 3

U R U S A N P E M E R I N TA H A N (Berdasarkan Pasal 9, 10, 11, 12, 13 dan 25 UU No. 23 Tahun 2014 ) ABSOLUT KONKUREN PEMERINTAHAN UMUM (Pasal 25) 1. POLITIK LUAR NEGERI 2. PERTAHANAN 3. KEAMANAN 4. YUSTISI 5. MONETER & FISKAL NASIONAL 6. AGAMA (Pasal 9) 1. Dilaksanakan sendiri 2. Dilimpahkan Wew. Kpd Ins Vert di Drh Atau Gub sbg Wkl Pem Pus Berd Asas Dekon YAN DASAR (Pasal 12 Ayat 1 ) S P M WAJIB NON YAN DASAR (Pasal 12 Ayat 2) DESENTRALISASI PILIHAN (Pasal 12 Ayat 3) Dibagi berdasarkan kriteria Eksternalitas, Akuntabilitas dan Efisiensi 4

U R U S A N P E M E R I N T A H A N K O N K U R E N WAJIB PILIHAN Berkaitan dengan pelayanan dasar Tidak berkaitan dengan pelayanan dasar 1. pendidikan; 2. kesehatan; 3. pekerjaan umum & penataan ruang; 4. perumahan rakyat & kawasan pemukiman; 5. ketentraman & ketertiban umum serta perlindungan masyarakat; 6. sosial. 1. tenaga kerja; 2. pemberdayaan perempuan dan pelindungan anak; 3. pangan; 4. pertanahan; 5. lingkungan hidup; 6. administrasi kependudukan dan pencatatan sipil; 7. pemberdayaan masyarakat dan desa; 8. pengendalian penduduk dan keluarga berencana; 9. perhubungan; 10.komunikasi dan informatika; 11.koperasi, usaha kecil, dan menengah; 12.penanaman modal; 13.kepemudaan dan olah raga; 14.statistik; 15.persandian; 16.kebudayaan; 17.perpustakaan; dan 18.kearsipan. 1. kelautan dan perikanan; 2. pariwisata; 3. pertanian; 4. kehutanan; 5. energi dan sumberdaya mineral; 6. perdagangan; 7. perindustrian; dan 8. transmigrasi 5

Prinsip Money Follows Function Pendanaan atas fungsi-fungsi pemerintahan dilakukan berdasarkan pembagian urusan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pusat Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai dari didanai dari A P B N A P B D Termasuk kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuan 6

PENDANAAN PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DI DAERAH (Pasal 282 UU 23/2014) (1) Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah didanai dari dan atas beban APBD. (2) Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat di Daerah didanai dari dan atas beban APBN. (3) Administrasi pendanaan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terpisah dari administrasi pendanaan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (2). 7

PEMEGANG KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (Pasal 283 UU 23/2014) (1) Pengelolaan keuangan Daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah sebagai akibat dari penyerahan Urusan Pemerintahan. (2) Pengelolaan keuangan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. 8

KEUANGAN DAEARAH semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang AZAZ UMUM APBD 1. Disusun sesuai kebutuhan dan penyelenggaraan pemerintah daerah 2. Berpedoman pada RKPD dalam rangka Mewujudkan Pelayanan Kepada Masyarakat 3. Mempunyai fungsi Otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi 4. Ditetapkan dengan PERDA APBD (Rencana Keuangan Tahunan Daerah yang Ditetapkan dengan Perda)

SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH MERUPAKAN SUATU RANGKAIAN PROSES PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH YANG DIMULAI DARI PENGANGGARAN YANG DITANDAI DENGAN DITETAPKANNYA APBD, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN ATAS APBD, SERTA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD.

PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Perencanaan Pelaksanaan Penatausahaan Pertgjwban Pemeriksaan RPJMD PEDUM APBD o/ MDN KUA Nota Kesepakatan RKPD PPAS Pedoman Penyusunan RKA-SKPD o/ KDH Rancangan DPA-SKPD Verifikasi DPA-SKPD Pelaksanaan APBD Pendapatan Belanja Pembiayaan Penatausahaan Pendapatan Bendahara penerimaan wajib menyetor penerimaannya ke rekening kas umum daerah selambat-lambatnya 1 hari kerja Penatausahaan Belanja Penerbitan SPM-UP, SPM- GU, SPM-TU dan SPM-LS oleh Kepala SKPD Penerbitan SP2D oleh PPKD Penatausahaan Pembiayaan Disusun dan disajikan Sesuai SAP Laporan Keuangan Pemerintah Daerah LRA Neraca Lap. Arus Kas CaLK Raperda PJ Pel APBD Persetujuan Bersama (KDH + DPRD) Laporan Keuangan diperiksa oleh BPK RKA-SKPD Laporan Realisasi Semester Pertama Dilakukan oleh PPKD setelah 3 hari RAPBD Evaluasi Raperda APBD oleh Gubernur/ Mendagri Perda APBD R P-APBD Evaluasi R P-APBD Oleh Gbrnr/MDN Perda P-APBD Kekayaan dan Kewajiban daerah Kas Umum Piutang Investasi Barang Dana Cadangan Utang Akuntansi Keuangan Daerah Evaluasi o/ Gubernur/MDN 15 hari 7 hari penyesuaian o/ Pemda Perda PJ Pel APBD DPRD melakukan pengawasan bukan pemeriksaan

5 tahun Renstra SKPD Renja SKPD pedoman pedoman 1 tahun 1 tahun PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGGARAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI diacu KUA RPJPD RPJMD RKPD 5 tahun Diserasikan dg 1 tahun 1 tahun Musrenbang PPAS 5 tahun Dibahas bersama DPRD RPJPN 20 tahun 20 tahun dijabarkan pedoman Diacu Diperhatikan pedoman RPJMN RKP dijabarkan pedoman diacu 5 tahun 1 tahun Renstra K/L Renja K/L pedoman NOTA KESEPAKATAN PIMPINAN DPRD DGN KDH RKA-SKPD PEDOMAN PENYUSUNAN RKA-SKPD TAPD KUA = Kebijakan Umum APBD PPAS = Prioritas & Plafon Anggaran Sementara TAPD = Tim Anggaran Pemda RKA-SKPD= Rencana kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah PERDA APBD dievaluasi RAPERDA APBD Dibahas dan disetujui oleh DPRD

13 SINKRONISASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PERENCANAAN Pasal 310 PENGANGGARAN RPJMD RKPD KUA & PPAS APBD

FUNGSI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH FUNGSI DPRD PEMBENTUKAN PERDA ANGGARAN PENGAWASAN DALAM RANGKA MELAKSANAKAN FUNGSI DPRD MENJARING ASPIRASI MASYARAKAT 14 Pasal 96 dan Pasal 149

FUNGSI ANGGARAN pembahasan untuk persetujuan bersama terhadap rancangan Perda Provinsi /Kab/Kota tentang APBD yang diajukan oleh Gubernur/Bupati/Walikota 1. Membahas KUA dan PPAS yang disusun oleh Gubernur/Bupati/Walikota berdasarkan RKPD; 2. Membahas rancangan Perda Provinsi/Kab/Kota tentang APBD Provinsi/Kab/Kota ; 3. Membahas rancangan Perda Provinsi tentang perubahan APBD Provinsi/Kab/Kota; dan 4. Membahas rancangan Perda Provinsi/Kab/Kota tentang Pertanggungjawaban APBD Provinsi/Kab/Kota. 15 Pasal 99 dan Pasal 152

PERAN DPRD DAN PEMDA DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DPRD PEMDA Perencanaan Pembentukan Perda Anggaran APBD Pelaksanaan Penatausahaan Pelaporan Pengawasan P-jawaban Pengawasan 16

17 KEMENTERIAN DALAM NEGERI MEKANISME PENGANGGARAN DALAM KONTEKS TUGAS DAN WEWENANG KEPALA DAERAH Pasal 65 ayat (1) huruf d UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, tugas KDH adalah menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD, rancangan Perda tentang perubahan APBD dan rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD untuk dibahas bersama DPRD Pasal 101 ayat (1) huruf b dan Pasal 154 ayat (1) huruf b UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, tugas dan wewenang DPRD adalah membahas dan memberikan persetujuan rancangan Perda Provinsi/Kab/Kota tentang APBD Provinsi/Kab/Kota yang diajukan Gubernur/Bupati/Walikota

STRATEGI PENYUSUNAN APBD Menerapkan Prinsip Efisiensi, Efektifitas, Transparansi, Akuntabilitas, dan Partisipasi; Keterpaduan dan Sinkronisasi Antar Kegiatan; Disesuaikan dengan TUPOKSI SKPD dan Urusan yang menjadi Kewenangan Daerah; Taati Jadwal sesuai dengan Tahapan Penyusunan APBD.

NO URAIAN WAKTU KET 1. Penyusunan RKPD Awal Bulan Mei 2. Penyampaian KUA dan PPAS oleh TAPD kpd KDH 3. Penyampaian KUA dan PPAS oleh KDH kpd DPRD Minggu I Bulan Juni 4. KUA dan PPAS disepakati antara KDH & DPRD Akhir Bulan Juli 5. SE KDH perihal Pedoman RKA-SKPD dan RKA- PPKD KEMENTERIAN DALAM NEGERI Jadwal Penyusunan & Penetapan APBD Awal Minggu ke-2 (dua) Bulan Juni Awal Bulan Agustus 1 Minggu 6 Minggu 1 Minggu 6. Penyusunan RKA-SKPD & RKA-PPKD Agustus s/d September 7 Minggu 7. Penyampaian RAPBD kpd DPRD Minggu pertama Bulan Oktober 8. Pengambilan Kep.Bersama (DPRD & KDH) Paling lama 1 (satu) Bulan sebelum TA yang bersangkutan (tgl 30 Nopember) 8 Minggu 9. Hasil evaluasi RAPBD 15 hari kerja ( bulan Desember) 10. Penetapan Perda ttg APBD & Raperkada ttg Penjabaran APBD sesuai dgn hasil evaluasi Akhir Desember (31 Desember) 19

SANKSI ADMINISTRATIF (PASAL 311-313 UU 23/2014) Kepala daerah wajib mengajukan rancangan Perda tentang APBD disertai penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh ketentuan peraturan perundangundangan untuk memperoleh persetujuan bersama. Kepala daerah yang tidak mengajukan rancangan Perda tentang APBD dikenai sanksi administratif berupa tidak dibayarkan hak-hak keuangannya yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan selama 6 (enam) bulan. Rancangan Perda dibahas kepala daerah bersama DPRD dengan berpedoman pada RKPD, KUA, dan PPAS untuk mendapat persetujuan bersama. Atas dasar persetujuan bersama DPRD dan kepala daerah, kepala daerah menyiapkan rancangan Perkada tentang penjabaran APBD dan rancangan dokumen pelaksanaan anggaran.

Pasal 312 UU 23/214: KEMENTERIAN DALAM NEGERI Lanjutan. Ayat (1) Kepala daerah dan DPRD wajib menyetujui bersama rancangan Perda tentang APBD paling lambat 1 (satu) bulan sebelum dimulainya tahun anggaran setiap tahun. Ayat (2) DPRD dan kepala daerah yang tidak menyetujui bersama rancangan Perda tentang APBD sebelum dimulainya tahun anggaran setiap tahun sebagaimana dimaksud ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa tidak dibayarkan hak-hak keuangan yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan selama 6 (enam) bulan. Ayat (3) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat dikenakan kepada anggota DPRD apabila keterlambatan penetapan APBD disebabkan oleh kepala daerah terlambat menyampaikan rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD dari jadwal yang telah ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Lanjutan. Psl 313 ayat (1) & ayat (2): Apabila KDH dan DPRD tidak mengambil persetujuan bersama dalam waktu 60 (enam puluh) Hari sejak disampaikan Ranperda tentang APBD oleh KDH kepada DPRD, KDH menyusun dan menetapkan Perkada tentang APBD paling tinggi sebesar angka APBD Tahun Anggaran sebelumnya untuk membiayai keperluan setiap bulan. Ranperda dapat ditetapkan setelah memperoleh pengesahan dari Menteri bagi Daerah provinsi dan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat bagi Daerah kabupaten/kota.

PRINSIP PENGANGGARAN Semua penerimaan baik dalam bentuk uang, maupun barang dan/atau jasa dianggarkan dalam APBD; Seluruh pendapatan, belanja dan pembiayaan dianggarkan secara bruto; Jumlah pendapatan merupakan perkiraan terukur dan dpt dicapai serta berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah cukup dan harus didukung dengan dasar hukum yang melandasinya.

STRUKTUR APBD A P B D PENDAPATAN BELANJA PEMBIAYAAN PAD Pajak Daerah Retribusi Daerah Hsl Pengelolaan Keyaan yg Dipisahkan Lain lain PAD yg Sah DANA PERIMBANGAN DBH DAU DAK LAIN 2 PD YG SAH Hibah Bantuan Keuangan Dana Darurat Dana Penyesuain Belanja Tdk Langsung B. Pegawai B. Bunga B. Subsidi B. Hibah B. Bantuan Sosial B. Bagi Hasil B. Bantuan Keuangan B. Tidak Terduga Belanja Langsung B. Pegawai B. Barang & Jasa B. Modal Penerimaan Pembiayaan SiLPA Pencairan d. cadangan Penj yang dipisahkan Penerimaan pinjaman Penerimaan kembali pemberian pinjaman Penerimaan piutang Penerimaan Pembiayaan Pembentukan dana cadangan Penyertaan modal Pembayaran hutang Pemberian pinjaman

BELANJA DAERAH (Pasal 26 ayat (1), Pasal 27 ayat (1) dan ayat (2) PP 58 Tahun 2005 Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kab/kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundangundangan. Belanja Daerah diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, program dan kegiatan (disesuaikan dg urusan), serta jenis belanja. Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan dengan susunan organisasi pemerintah daerah.

26 KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEKEBIJAKAN PENGANGGARAN TERKAIT ANATOMI BELANJA DLM APBD BELANJA YG DIARAHKAN (EARMARK) BELANJA YG BERSIFAT MENGIKAT/WAJIB BELANJA YG DITENTUKAN PROSENTASENYA SESUAI AMANAT PER UU BELANJA PEMENUHAN URUSAN SESUAI SPM

DAK BELANJA YG DIARAHKAN (EARMARK) DBH - DR DBH CUKAI HASIL TEMBAKAU DANA OTSUS (Untuk Program) DANA BOS DANA INSENTIF DAERAH (DID) DANA PENYESUAIAN (Tunj. Fungsional, Tambahan Penghasilan Guru PNS, Sertifikasi Guru) BANTUAN KEUANGAN YG BERSIFAT KHUSUS BELANJA YANG BERSIFAT MENGIKAT/WAJIB : BELANJA PEGAWAI BELANJA BUNGA KEGIATAN DPA - L DUKUNGAN PROGRAM PRIORITAS NASIONAL (A.L. DANA PENDAMPING DAK) BELANJA PROGRAM/KEGIATAN YG BERSIFAT RUTIN SEPERTI KEPERLUAN KANTOR SEHARI- HARI 27

BELANJA YG DITENTUKAN PROSENTASENYA SESUAI AMANAT PER UU: BELANJA FUNGSI PENDIDIKAN 20% DARI TOTAL BELANJA BELANJA URUSAN KESEHATAN 10% DARI TOTAL BELANJA DILUAR GAJI ALOKASI DANA DESA (ADD) 10% DARI DANA PERIMBANGAN BAGI HASIL KAB/KOTA KEPADA DESA MIN 10% DBH PAJAK KEPADA KAB/KOTA BANTUAN PARPOL INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK BELANJA PEMENUHAN URUSAN SESUAI SPM BELANJA URUSAN WAJIB BERKAITAN DENGAN PELAYANAN DASAR 1. pendidikan; 2. kesehatan; 3. pekerjaan umum & penataan ruang; 4. perumahan rakyat & kawasan pemukiman; 5. ketentraman & ketertiban umum serta perlindungan masyarakat; 6. sosial. 28

DISKRESI PENAMBAHAN PROGRAM DAN KEGIATAN Pasal 77 ayat (12) Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 Lampiran kode rekening merupakan daftar nama rekening dan kode rekening yang tidak merupakan acuan baku dalam penyusunan kode rekening yang pemilihannya disesuaikan dengan kebutuhan objektif dan nyata sesuai karakteristik daerah. Daerah diberikan diskresi untuk menambah/membuat program dan kegiatan sesuai dengan kebutuhan daerah. Jika nomenklatur program dan kegiatan belum terdapat dalam Lampiran A.VII Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 (Lampiran kode Program dan Kegiatan) daerah boleh menambah sesuai dengan kebutuhan.

PERATURAN BUPATI MAMUJU NO.14 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN, PERTANGGUNG JAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL 30

RUANG LINGKUP Pasal 2 Ruang lingkup Pearturan Bupati ini meliputi penganggaran, pelaksanaan dan penata usahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban serta monitoring dan evaluasi pemberian Belanja Hibah dan Belanja Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD Pasal 3 1) Belanja Hibah dapat berupa uang, barang atau jasa. 2) Belanja Hibah berupa barang dapat berbentuk: a. Tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan,jalan, irigrasi, jaringan dan aset tetap lainnya; b. Hewan dan tumbuhan; dan c. Aset tetap tidak berwujud seperti perangkat lunak. 3) Belanja Hibah berupa jasa dapat berbentuk bantuan teknis, pendidikan,pelatihan, penelitian dan jasa laiannya. Pasal 4 1. Belanja Bantuan Sosial dapat berupa uang atau barang. 2. Belanja bantuan sosial berupa barang dapat berbentuk: a. Peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, aset tetap lainnya; b. Hewan dan tumbuhan; dan c. Aset tetap tidak terwujud seperti perangkat lunak. 31

BAB II HIBAH Bagian Kesatuan Umum Pasal 5 1) Pemerintah Daerah dapat memberikan belanja Hibah sesuai kemampuan keuangan daerah, yang dilakukan setelah memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib, yang ditetapkan berdasarkan ketentuan pemenuhan perundang-undangan. 2) Pemberian Belanja Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditunjukan untuk menunjang pencapaian sasaran program dan kegiatan pemerintah daerah, dengan memperhatikan asas keadilan, kapatutan, rasionalitas dan manfaat untuk masyarakat. 3) Belanja Hibah bersifat bantuan yang tidak mengikat dan tidak wajib serta harus digunakan sesuai dengan persyaratan yang diatur dalam NPHD. 4) Pemberian Belanja Hibah merupakan pengalihan hak dari pemerintah Daerah kepada penerima Belanja Hibah, yang secara spesifik telah ditentukan peruntukannya. Pasal 6 1) Belanja Hibah dapat diberikan kepada: a. Pemerintah; b. Pemerintah Daerah Lainnya; c. Peusahaan Daerah; d. Masyarakat, dan/atau e. Organisasi kemasyarakatan 32

Lanjutan 2) Belanja Hibah kepada pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, diberikan kepada instansi/satuan kerja pada kementerian dan/atau Lembaga pemerintah Non Kementerian yang wilayah kerjanya berada di Daerah. 3) Belanja hibah kepada pemerintah sebagaimana dimkasud pada ayat (2) dikelola dan dilaksanakan dalam mekanisme APBN dan APBD sesuai peraturan perundang-undangan. 4) Belanja Hibah kepada pemerintah Daerah Lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurub b, diberikan kepada daerah otonom baru hasil pemekaran daerah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. 5) Belanja Hibah kepada perusahaan Daearah sebaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, diberikan kepada perusahan Daerah atau Perseroan milik pemerintah Daerah, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 6) Belanja Hibah kepada masyarakat sebagimana dimksud pada ayat (1) huruf d, diberikan kepada kelompok orang yang memiliki kegiatan tertentu dalam bidang perekonomian, pendidikan, kesehatan, keagamaan, kesenian, adat-istiadat, lingkungan hidup, kepemudaan, pertanian, perternakan, perikanan, kelautan, pemberdayaa perempuan dan keolahragaan non profesional. 7) Belanja Hibah kepada kepada organisasi kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, diberikan kepada organisasi kemasyarakatan ang dibentuk berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi organisasi semi pemerintah, organisasi non pemerintah, lembaga ketahan masyarakat, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan kelompok masyarakat. 33

Lanjutan Bagian Kedua Tujuan Pasal 7 1) Belanja hibah kepada pemerintah bertujuan untuk menunjang peningkatan penyelengaraan fungsi pemerintah Daerah. 2) Belanja Hibah kepada pemerintah Daerah Lainnya bertujuan untuk menunjang peningkatan penyelenggaran pemerintah Daerah dan layanan dasar umum. 3) Belanja hibah kepada perusahan daerah bertujuan untuk menunjang peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan peningkatan kinerja. 4) Belanja hibah kepada masyarakat dan/ atau organisasi kemasyarakatan bertujuan untuk meningkatkan partisipasi dalam penyelenggaran pembanguan Daerah atau secara fungsional terkait dengan dukungan kepada penyelenggaran pemerintah. 34

Bagian Ketiga Kriteria dan Persyaratan Paragraf 1 Kriteria Pasal 8 Pemberian Hibah paling sedikit harus memenuhi kriteria : a. Peruntukannya telah ditetapkan secara spesifik b. Tidak wajib, tidak mengikat dan tidak terus menerus setiap tahun anggaran, kecuali ditentukan lain berdasarkan ktentuan peraturan perundangan-undagan; dan c. Memenuhi persyaratan penerimaan Hibah. 35

Paragraf 2 Persyaratan Pasal 9 1) Belanja Hibah kepada Pemerintah dan pemerintah Daerah Lainnya diberikan dengan persyaratan paling sedikit : a. Penggunaan ditunjukan untuk menunjang peningkatan penyelenggaraan fungsi pemerintah Daerah dan pemerintah Daerah Lainnya; b. Penerima belanja hibah berkedudukan dalam wilayah administarasi pemerintah Daerah, kecuali ditentukan lain berdasrkan ketentuan peraturan perundang-undagan. c. Mempertimbangkan kinerja pengelolaan belanja hibah sebelumnya, akumulasi belanja hibah yang pernah diterima dan/ atau kegiatan sejenis yang telah dilaksanakan. d. Khusus untuk pencarian belanja hibah kepada daerah pemekaran untuk pencairan berikutnya terlebih dahulu harus mempertanggungjawabkan pemeberian hibah periode sebelumnya. 36

Lanjutan 2) Belanja Hiabah kepada masyarakat diberikan dengan persyaratan paling sedikit : a. Memiliki kepengurusan yang jelas; b. Penerimaan belanja hibah berkedudukan dalam wilayah administrasi pemerintah daerah; c. Memiliki sekretariat dan/atau alamat tetap dan jelas; dan d. Mempertimbangkan kinerja pengelolaan belanja hibah sebelumnya, akumulasi belanja hibah yang pernah diterima dan/atau kegiatan sejenis yang telah dilaksanakan. 3) belanja hibah kepada organisasi kemasyarakatan diberikan dengan persyartan paling sedikit : a. Memiliki kepengurusan yang jelas b. Telah terdaftar pada pemerintah kabupaten setempat, paling kurang 3 (tiga) tahun, kecuali ditentukan lain berdasrkan ketentuan peraturan perundang-undangan. c. Berkedudukan dalam wilayah administrasi pemerintahan daerah d. Memiliki sekretariat kinerja pengelolaan belanja Hibah sebeleumnya, akumulasi Belanja Hibah yang penah diterima dan/ atau kegiatan sejenis yang telah dilaksanakan. 4) Dalam hal hibah ditunjukan kepada lembaga non pemerintah yang berkaitan dengan tempat peribadatan, pesantren, LSM yang bersifat non formal, serta pengelolaannya berupa partisipasi swadya masyarakat, maka persyartan sebagimana dimaksud pada ayat (4) huruf b dapat dikecualikan. 5) Apabila dalam naskah perjanjian hibah daerah dipersyaratkan untuk menyediakan dana pendamping, maka hibah diberikan kepada penerima hibah yang bersedia mnyediakan dana pendamping. 37

Bagian Keempat Pengajuan Pasal 10 1) Pemerintah, pemerintah Daerah Lainnya, perusahaan Daerah, Mayarakat dan oerganisasi kemasyarakatan mengajukan permohonan tertulis belanja hibah kepada bupati. 2) Permohonan tertulis sebagimana dimaksud pada ayat (1) dibubuhi cap dan ditandatangani oleh: a) Pimpinan/ketua/kepala atau sebutan lain instansi/ satuan kerja bagi pemerintah. b) Kepala Daerah bagi pemerintah Daerah lainnya. c) Direktur utama atau sebutan lain bagi masyarakat dan organisasi kemasyarakatan. 3) Ketentuan mengenai pembubuhan cap dikecualikan bagi permohonan tertulis dari masyarakat. Pasal 11 1) Permohonan tertulis sebagimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1) dan (2), dilengkapi dokumen sebagai berikut: a. Proposal, yang paling sedikit memuat: 1. Latar belakang 2. Maksud dan tujuan 3. Rincian rencana kegiatan; dan 4. Jadwal kegiatan dan rencana penggunaan belanja hibah; b. Surat keterangan tanggungjawab; dan c. Surat pernyataan kesedianan menyediakan dana pendamping, apabila diperlukan. 38

2. KEMENTERIAN DALAM NEGERI 2) Dalam hal permohonan diajukan oleh organisasi kemasyarakatan (TERPOTONG ) 3) Persyaratan administrasi sebagimana a. Akta Notaris mengenai pendirian lembaga kemasyarakatan organisasi dipersamakan; b. Surat peryataan tanggungjawab c. Nomor pokok wajib pajak (NPWP) d. Surat keterangan domisili lembaga. e. Izin operasional/tanda daftar lembaga f. Bukti kontrak sewa gedung/bangunan menyewa g. Salinan/fotocopy kartu tanda penduduk yang masih berlaku atau ketua dan sekretariat atau sebutan lain; dan h. Salinan rekening bank yang masih aktif atas nama lembaga. 4) Persyaratan teknis sebagimana dimaksud pada ayat (2) meliputi gamabar rencana dan konstruksi bangunan atau dokumen lain yang sejenis. 5) Dikecualikan dari ketentuan ayat (3) huruf a,c,e dan f untuk belanja dengan tempat peribadatan, pondok pesantren, dan pengelolaanya berupa partisipasi swadaya masyarakat. 6) Format usulan/proposal hibah tercantum dalam lampiran I peratran bupati ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan bupati ini. 39

2. KEMENTERIAN DALAM NEGERI Pasal 12 1) Surat permohonan,proposal,persyartan administrasi dan dokumen teknis belanja hibah sebagimanadimaksud dalam pasal 11 ayat (1), (2), (3) dan (4) disampaikan kepada bupati melalui badan pengelola keuangan dan aset daerah. 2) BPKAD melakukan seleksi atas dokumen sebagimana dimaksud pada ayat (1)dan selanjutnya dismapaikan/didistribusikan kepada SKPD yang bersangkutan untuk dilakukan evaluasi. 3) Unit kerja sebagimana dimksud pada ayat (2) melakukan evaluasi terhadap permohonan dan dokumen proposal belanja hibah, dan selanjutnya dalam hal terdapat ketidaksesuaian anataera surat permohonan dengan dokumen proposal, maka surat permohonan berikut dokumen proposalnya dikembalikan kepda pemohon belanja Hibah yang bersangkutan melalui BPKAD. 4) Pendistribusian sebagiamnan dimaksud pada ayat (2) melipti: a. Urusan Pendidikan dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Mamuju. b. Urusan Kesehatan,dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju. 40

Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) huruf a mencakup pelampauan p KEMENTERIAN DALAM NEGERI