BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Desa Tualango Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PROVINSI GORONTALO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERGANTUNGAN DALAM ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA

BAB 6 PEMBAHASAN. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian orang lanjut usia meliputi

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

IRMA MUSTIKA SARI J

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan aktivitas sehari-hari (Nugroho,2008). Kemandirian lansia dalam

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia didunia sebesar 400 juta berada di Asia (Data Informasi &

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PENERIMAAN DIRI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDHI LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi lansia di dunia mengalami

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KEMANDIRIAN LANSIA DENGAN KONSEP DIRI LANSIA DI KELURAHAN BAMBANKEREP KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya. adalah intellectual impairment (gangguan intelektual/demensia).

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MINAT KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU DI WILAYAH PUSEKSMAS MONGOLATO TAHUN 2014

BAB VI PENILAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM CSR

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. 1

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 2 Februari 2017

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana data yang menyangkut

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB III METODE PENELITIAN. antar variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan pendekatan cross

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut data statistik Indonesia, dari tahun ke tahun jumlah penduduk di

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik yaitu peneliti tidak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB IV HASIL PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

BAB 6 HASIL PENELITIAN

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO. Jurnal yang berjudul

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ( orang di tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Maleo. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Popayato

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk merujuk kepada cara kita berpikir tentang dan mengevaluasi diri kita

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL LANJUT USIA DI DESA TOMBASIAN ATAS KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT. Andriano H Sengkey Mulyadi Jeavery Bawotong

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PSTW YOGYA UNIT BUDILUHUR KASONGAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Muhammadiyah Ponorogo, bermaksud melaksanankan penelitian dengan

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG

Peneliti, Win Hally Sulubere. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. parameter yang ditanyakan kepada responden yaitu: lama

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di 14 posyandu lansia Tamantirto Kasihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara demografi, lansia di Indonesia termasuk lima besar terbanyak

PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA SOSIAL TERHADAP KEMANDIRIAN LANSIA DALAM AKTIVITAS SEHARI-HARI DI PELAYANAN SOSIAL LANSIA BINJAI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional.

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KESEPIAN PADA LANSIA

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Lansia umumnya

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. Kerangka konseptual pada penelitian ini menggambarkan bahwa variabel

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB III METODA PENELITIAN

PENGARUH KOMPETENSI PETUGAS TERHADAP KINERJA PELAYANAN KESEHATAN DIPUSKESMAS PEUREUMEUEKABUPATEN ACEH BARAT

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Kondisi Kesehatan dan Kondisi Sosial dengan Kemandirian Lanjut Usia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga. Hasil penelitian diuraikan melalui proses analisa univariat yang meliputi karakeristik responden yaitu jenis kelamin, umur, pendidikan, agama, kondisi kesehatan, kondisi hubungan sosial dan kemandirian pada lanjut usia. Analisa bivariat meliputi hubungan kondisi kesehatan dengan kemandirian serta, hubungan kondisi sosial dengan kemandirian pada lanjut usia. Hubungan dua variabel diuji dengan menggunakan Chi Square (X2) dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 artinya bila p α (0,05), maka H 0 ditolak, berarti secara signifikan ada hubungan antara dua variabel yang diukur, tapi bila p > α (0,05), maka H 0 diterima, berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara dua variabel yang diukur. 52

53 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Analisa Univariat Gambaran karateristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, kondisi kesehatan, kondisi hubungan sosial dan kemandirian. 4.1.1.1 Umur Tabel berikut menyajikan karakteristik responden berdasarkan umur. Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan umur di Panti Wredha Salib Putih Salatiga (n=30) Umur Frekuensi Presentase (%) 60-74 Tahun 19 63,3 75-90 Tahun 11 36,7 Total 30 100 Kategori umur dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan kategori umur WHO yaitu elderly (60-74 tahun) dan old (75-90 tahun). Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa rata- rata umur lansia dalam penelitian ini adalah 60-74 tahun yaitu sebanyak 19 responden (63,3%) dan responden yang berumur antara 75-90 tahun sebanyak 11 responden (36,7%).

54 4.1.1.2 Jenis Kelamin Tabel berikut menyajikan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin. Tabel 4.2 Distribusi frekuensi jenis kelamin responden di Panti Wredha Salib Putih Salatiga (n=30) Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki-laki 6 20 Perempuan 24 80 Total 30 100 Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 24 responden (80%) dan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 6 responden (20%).

55 4.1.1.3 Pendidikan Tabel berikut menyajikan karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan. Tabel 4.3 Distribusi frekuensi pendidikan responden di Panti Wredha Salib Putih Salatiga (n=30) Pendidikan Frekuensi Presentase (%) Tidak sekolah 12 40 SD 10 33,3 SMP 3 10 SMA 3 10 Perguruan Tinggi (S1) 2 6,7 Total 30 100 Hasil analisa tabel 4.3 didapatkan bahwa tingkat pendidikan responden paling banyak tidak bersekolah yaitu sebanyak 12 responden (40%), sedangkan reponden yang berlatar belakang pendidikan SD sebanyak 10 responden (33,3%), SMP dan SMA dengan nilai yang sama masingmasing 3 responden (10%) dan yang berlatar belakang perguruan tinggi sebanyak 2 responden (6,7%)

56 4.1.1.4 Agama Tabel berikut menyajikan karakteristik responden berdasarkan Tabel 4.4 Distribusi frekuensi agama responden di Panti Wredha Salib Putih Salatiga (n=30) Agama Frekuensi Presentase (%) Kristen 26 86,7 Islam 4 13,3 Total 30 100 Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden beragama Kristen yaitu sebanyak 26 responden (86,7%), sisanya sebanyak 4 responden (13,3%) beragama Islam. 4.1.1.5 Kondisi Kesehatan Hasil penelitian mengenai variabel kesehatan mengungkapkan permasalhan responden lansia yang menyangkut baik kesehatan fisik maupun kesehatan psikis. Indikator variabel kesehatan pada penelitian ini berdasarkan pada 14 pernyataan mengenai kondisi

57 kesehatan responden, jawaban responden atas pernyataan tersebut kemudian di beri skor. Untuk mempermudah analisis, setelah diperoleh skor total dari seluruh pernyataan, maka variabel kondisi kesehatan dikategorikan menajdi dua yaitu kondisi kesehatan kurang dab kondisi kesehtan baik. Hasil selengkapnya distribusi variabel kesehatan responden dapat di lihat pada tabel 4.5 di bawah ini : Tabel 4.5 Distribusi frekuensi kesehatan reponden di Panti Wredha Salib Putih Salatiga (n=30) Kesehatan Rentang Nilai Frekuensi Persentase (%) Kurang 0-7 10 33,3 Baik 8-14 20 66,7 Total 30 100 Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa mayoritas hasil dari kuesioner yang diisi oleh responden menunjukkan tingkat kesehatan yang baik yaitu sebanyak 20 responden (66,7%) dan responden yang memiliki kondisi kesehatan kurang baik sebanyak 10 responden (33,3%).

58 4.1.1.6 Kondisi Sosial Hasil penelitian mengenai variabel kondisi sosial mengungkapkan permasalahan responden lansia yang menyangkut hubungan sosial antara lansia dengan sesama penghuni panti, perawat atau tenaga kesehatan, keluarga lansia jika berkunjung. Item kuesioner yang di gunakan sebagai indikator variabel sosial sebayak 10 item. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden mempunyai hubungan sosial yang baik, selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini: Tabel 4.6 Distribusi frekuensi kondisi sosial di Panti Wredha Salib Putih Salatiga (n=30) Hubungan sosial Rentang Nilai Frekuensi Persentase (%) Kurang 0-5 6 20 Baik 6-10 24 80 Total 30 100

59 Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa mayoritas hasil dari kuesioner yang diisi oleh responden mempunyai hubungan sosial yang baik yaitu sebanyak 24 responden (80%) sedangkan sebagian dari responden mempunyai tingkat hubungan sosial yang kurang hanya 6 responden (20%). 4.1.1.7 Kemandirian Hasil penelitian mengenai variabel kemandirian mengungkapkan permasalahan responden lansia yang menyangkut perilaku yang dilihat dari perlakuan lansia terhadap diri sendiri dan lingkungan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidupnya. Item kuesioner yang digunakan sebagai indikator variabel kemandriran sebnayak 15 item, di dapat hasil penelitian mayoritas responden mempunyai kemandirian dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini dapat di lihat pada tabel 4.7 di bawah ini :

60 Tabel 4.7 Distribusi frekuensi kemandirian di Panti Wredha Salib Putih Salatiga (n=30) Kemandirian Frekuensi Presentase (%) Mandiri 27 90 Ketergantungan ringan 0 0 Ketergantungan sedang 3 10 Ketergantungan berat 0 0 Ketergantungan total 0 0 Total 30 100 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat kemandirian yang baik yaitu sebanyak 27 (90%) responden dan hanya 3 (10%) responden yang menunjukkan kertergantungan sedang. 4.1.2 Analisa Bivariat Analisa bivariat dalam penelitian ini menghubungkan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan dilakukan tabulasi silang, yaitu kondisi kesehatan dengan kemandirian dan kondisi sosial dengan kemandirian, sedangkan untuk data demografi seperti: jenis kelamin, usia, pendidikan dan agama tidak dilakukan penelitian hubungan dengan kemandirian.

61 4.1.2.1 Hubungan Variabel Kesehatan Dengan Kemandirian Berdasarkan hasil tabulasi silang antara kondisi kesehatan dengan kemandirian menunjukkan bahwa kelompok lansia yang kurang sehat sebanyak 2 orang (6,67%) dan masuk dalam kategori ketergantungan sedang, sedangkan responden untuk kategori lansia yang kurang sehat dengan kategori mandiri sebanyak 10 responden (33,3%). Responden dengan kondisi kesehatan dalam kategori sehat sebanyak 1 orang (3,33%) dalam kategori ketergantungan sedang dalam memenuhi aktivitas seharihari dan 17 responden (56,7%) dalam kategori mandiri. Tabel 4.8 Tabulasi silang antara kondisi kesehatan dengan kemandirian di Panti Wredha Salib Putih Salatiga (n=30) Kemandirian Ketergantung Mandiri an sedang N % N % Total P value Kesehatan Kurang 2 6,67 10 33,3 12 Baik 1 3,33 17 56,7 18 0,320 Jumlah 3 10 27 90 30

62 Hasil uji statistik diperoleh nilai p value>0,05 yaitu 0,320, yang berarti tidak ada hubungan bermakna antara kondisi kesehatan dengan kemandirian. 4.1.2.2 Hubungan Variabel Sosial Dengan Kemandirian Berdasarkan hasil tabulasi silang antara kondisi sosial dengan kemandirian menunjukkan bahwa sebagian besar pada kelompok lansia yang hubungan sosial baik sebanyak 24 orang (80%) mandiri, sedangkan lansia yang hubungan sosial kurang hanya 3 orang (10%) mandiri. Tabel 4.9 Tabulasi silang antara kondisi sosial dengan kemandirian di Panti Wredha Salib Putih Salatiga (n=30) Kemandirian Ketergantu Mandiri ngan sedang N % N % Total P value Sosial Kurang 3 10 3 10 6 Baik 0 0 24 80 24 0,000 Jumlah 3 10 27 90 30 Hasil uji statistik didapatkan p value sebesar 0,000, artinya p value<0,005 dapat disimpulkan ada hubungan antara kondisi sosial dengan kemandirian.

63 4.2 Pembahasan 4.2.1 Karakteristik Responden Analisa Univariat 4.2.1.1 Umur Hasil analisa karakteristik umur responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden termasuk dalam kategori usia lanjut 60-70 tahun (elderly) yaitu sebanyak 19 orang (63,3%). Data dari lembaga kesehatan dunia menyebut angka harapan hidup penduduk Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Pada tahun 2010 angka harapan hidup usia di atas 60 tahun mencapai 20,7 juta orang naik menjadi 36 juta orang (WHO, 2014). Semakin tinggi usia seseorang akan lebih beresiko mengalami masalah kesehatan karena adanya faktor-faktor penuaan, lansia akan mengalami perubahan baik segi fisik, ekonomi, psikososial, kognitif dan spiritual. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustin (2008) di Panti Wredha Wening Wardoyo Ungaran dimana jumlah lansia usia 60-74 tahun lebih banyak dibanding dengan lansia usia 75 tahun ke atas yaitu sebanyak 80,9%.

64 4.2.1.2 Jenis Kelamin Hasil analisa jenis kelamin menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 24 orang. Jumlah lansia perempuan lebih tinggi daripada jumlah lansia laki-laki. Hasil ini sebanding dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agustin (2008), dimana jumlah responden berjenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu 61,9% dibanding responden laki-laki 38,1%. Hal ini sesuai dengan usia harapan hidup perempuan yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki, yaitu 71,74 tahun untuk usia harapan hidup perempuan dan 67,51 tahun untuk usia harapan hidup laki-laki (BPS, 2010). Hasil penelitian ini sebanding dengan hasil Susenas tahun 2009, menurut jenis kelamin jumlah lansia perempuan 10,44 juta orang atau 8,96% dari seluruh penduduk perempuan. Jumlah lansia perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki yang hanya 8,88 juta orang atau 7,76% dari seluruh penduduk laki-laki, hal ini disebabkan karena usia harapan hidup lansia perempuan lebih tinggi dibandingkan lansia laki-laki (BPS, 2010). Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan Suhartini (2004), dimana jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibanding dengan

65 jumlah respoden yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 53,8%. 4.2.1.3 Pendidikan Hasil analisa tingkat pendidikan responden menunjukkan bahwa pendidikan responden sebagian besar tidak bersekolah yaitu sebanyak 12 orang (40%). Kualitas hidup penduduk lanjut usia umumnya masih rendah dapat terlihat dari responden yang menyelesaikan pendidikan tertinggi dan angka buta huruf lanjut usia. Sebagian besar penduduk lanjut usia tidak/belum pernah bersekolah dan tidak tamat SD. Hal ini sesuai dengan angka buta huruf penduduk lanjut usia masih tinggi, sekitar 30,62 % pada tahun 2007 (BPS, 2010). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rinajumita (2011), yang menunjukkan bahwa jumlah responden yang berpendidikan rendah SMP ke bawah lebih banyak (71,7%) dibanding responden yang berpendidikan tinggi (SMA keatas). Hasil ini diperkuat dengan penelitian Darmojo (2006) di wilayah Jawa Tengah bahwa lanjut usia pada umumnya memiliki pendidikan rendah.

66 4.2.1.4 Agama Penelitian ini tidak menghubungkan antara agama dengan kemandirian lansia, hanya menggambarkan data demografi agama lansia, sehingga tidak memberikan perlakuan khusus terhadap salah satu agama yang dianut, namun banyak penelitian menyatakan lansia lebih dekat dengan agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme. Agama dapat memenuhi beberapa kebutuhan psikologis yang penting pada lansia dalam hal menghadapi kematian, menemukan dan mempertahankan perasaan berharga dan pentingnya dalam kehidupan dan menerima kekurangan dimasa tua. Secara sosial komunitas agama memainkan peranan penting pada lansia, seperti aktivitas sosial, dukungan sosial, dan kesempatan untuk menyandang peran sebagai guru atau pemimpin (Gunarsa, 2004). 4.2.1.5 Kondisi Kesehatan Kesehatan responden dalam penelitian ini, lansia di Panti Wredha Salib Putih sebagian besar mempunyai kesehatan yang baik yaitu sebanyak 20 responden (66,7%)

67 dan sebanyak 10 responden (33,3%) mempunyai kondisi kesehatan kurang. Beberapa hal yang menyebabkan kondisi fisik responden yang mempunyai kesehatan dengan kategori baik. Pertama, karena mereka secara rutin memeriksa kesehatannya di posyandu lansia. Kedua, mereka selalu mengikuti senam lansia yang diadakan setiap hari Rabu dan kegiatan keterampilan lain yang telah dijadwalkan. Ketiga, jalan-jalan pagi, setiap pagi mereka lakukan. Keempat makan secara teratur dan istirahat yang cukup. Demikian juga dengan keadaan psikis responden yang berada dalam keadaan baik, terlihat dengan penerimaan proses penuaan yang dialami, mampu untuk mengatasi cemas dan merasa bahagia dan bersyukur atas hidupnya. 4.2.1.6 Kondisi Sosial Hasil penelitian menunjukkan kondisi sosial responden dalam keadaan baik yaitu sebanyak 24 responden (80%), sedangkan sebagian dari responden mempunyai tingkat hubungan sosial yang kurang hanya 6 responden (20%). Keadaan sosial baik pada responden penelitian ini ditunjang oleh berbagai kegiatan keagamaan yang mereka

68 lakukan, seperti: hampir sebagian besar responden yang beragama Kristen mengikuti kegiatan sosial secara rutin yaitu ibadah pagi setiap hari. Dalam kegiatan ini selain kegiatan keagamaan, mereka mendapatkan kegiatan olahraga setiap seminggu sekali, sehingga dapat bertemu dan melakukan komunikasi dengan teman sebaya atau orang yang lebih muda. Responden yang masih punya keluarga, hubungan antar responden dengan keluarga terjalin dengan baik dengan berkunjungnya keluarga setiap bulan untuk sekedar menengok. Selain itu responden juga menggunakan waktu senggangnya untuk mengobrol dan menonton televisi dengan teman sebaya/pendeta/petugas panti dan juga dengan para siswa atau mahasiswa yang sedang melakukan praktek lapangan. Demikian sebaliknya perhatian dari petugas panti/pendeta/siswa/mahasiswa pada responden sangat baik. 4.2.1.7 Kemandirian Kemandirian responden dalam penelitian ini ditentukan oleh kondisi kesehatan dan hubungan sosial. Sebagian besar responden adalah mandiri karena sebagian besar

69 mereka berada pada kondisi kesehatan baik, dengan keadaan kesehatan yang baik mereka mampu melakukan aktifitas sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa meminta bantuan kepada orang lain atau sedikit tergantung kepada orang lain. Sedangkan kondisi sosial menunjang kemandirian berada dalam kondisi baik karena sebagian besar responden aktif dalam melakukan kegiatan keagamaan, olahraga seperti senam lansia, sehingga terjalin penyesuaian dengan lingkungan sekitarnya. Tingkat kemandirian yang tinggi pada lansia di panti disebabkan karena kondisi panti dengan latar belakang panti sosial dan minimnya jumlah pengasuh di panti tersebut. Terbatasnya bantuan yang diterima lansia dari petugas panti atau pengasuh memaksa lansia untuk tetap harus mandiri dalam memenuhi aktifitas sehari-hari. Berdasarkan observasi peneliti ditemukan beberapa lansia yang tetap memaksa untuk memenuhi kebutuhan aktifitas sehari-hari secara mandiri misalnya lansia tetap berusaha mandiri untuk pergi ke toilet walaupun sudah tidak mampu berjalan dengan normal.

70 4.2.2 Analisa Bivariat 4.2.2.1 Hubungan kondisi kesehatan dengan kemandirian Hasil uji statistik penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kondisi kesehatan dengan kemandirian lansia (p value= 0,320). Hal tersebut berbeda dengan penelitian Suhartini (2004) yang menyatakan bahwa kemandirian bagi lanjut usia dapat dilihat dari kualitas kesehatan sehingga dapat melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan karena perbedaan tempat penelitian, yang pada umumnya lansia yang ada di panti mempunyai kesehatan yang baik dan mandiri. Hal tersebut terungkap dalam persyaratan penerimaan lansia di Panti Wredha Salib Putih yaitu salah satunya lansia harus sehat jasmani dan rohani serta mandiri (mampu mengurus dirinya sendiri). Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zuraidah (2012) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kondisi kesehatan dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan kebutuhan activity daily living (ADL) di Panti Wredha Budi Luhur Kota Lubuklinggau. Sebagian besar lansia mempunyai kondisi kesehatan dalam kategori sakit tetapi masih mandiri dalam memenuhi aktivitas sehari-harinya

71 4.2.2.2 Hubungan Kondisi Sosial dengan Kemandirian Hubungan sosial dengan kemandirian pada penelitian ini menunjukkan presentase yang paling tinggi adalah mereka yang mempunyai hubungan sosial baik dengan kemandirian (p value= 0,000). Hal tersebut karena mereka aktif dalam mengikuti kegiatan, mereka yang beragama kristen aktif mengikuti kegiatan keagamaan seperti ibadah pagi yang dilakukan setiap hari sedangkan yang beragama islam melakukan ibadah lima waktu. Selain kegiatan keagamaan mereka juga sebagian antusias dalam mengikuti olahraga senam lansia. Menurut Hurlock (2011) mengatakan bahwa kondisi penting yang menunjang kebahagiaan bagi orang lanjut usia adalah menikmati kegiatan sosial yang dilakukan dengan kerabat keluarga dan teman-teman sebaya. Lansia yang masih mempunyai keluarga sangat membantu dalam proses kemandirian, karena keluarga memiliki kedekatan dan keterikatan baik fisik maupun emosional, dengan cara mengunjungi setiap 1-2 bulan sekali. Secara historis anggota keluargalah yang mengerti dan tahu persis segala sesuatu yang dilakukan dalam kesehariannya. Hal ini sejalan dengan penelitian Ermawati (2009) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang

72 bermakna antara kondisi sosial dengan kemandirian, di mana dengan berhubungan dengan orang-orang di sekitarnya dapat saling mendukung, saling tukar pendapat dan saling memahami sehinggga membuat lansia mampu tetap mengembangkan kemandirian yang ada di dalam dirinya. 4.3 Keterbatasan Penelitian 1. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, penelitian hanya dilakukan satu kali pada satu waktu yang bersamaan. Berarti bahwa pengukuran semua variabel yang diteliti dilakukan pada saat yang bersamaan. Teknik penelitian ini dilakukan dengan membacakan kuesioner yang berisikan pertanyaan tentang variabel yang diteliti dan diisi oleh peneliti sesuai jawaban responden tanpa ada intervensi dari peneliti. 2. Kerangka konsep pada penelitian ini hanya menghubungkan faktor-faktor yang diperkirakan mempunyai hubungan dengan variabel dependen, sehingga masih ada kemungkinan variabel lain yang belum masuk dalam kerangka konsep karena tidak sesuai dengan kriteria penelitian.