4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunan Berdasarkan pendapat yang dikemukakan pada Bab II kriteria untuk mencapai arahan pengembangan

dokumen-dokumen yang mirip
JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 30 SEPTEMBER 2015

PRODUKSI PANGAN DUNIA. Nuhfil Hanani AR

PASAL 4 PENENTUAN STATUS PENDUDUK

Kajian SSM terhadap komoditas ekspor Indonesia

PASAL 5 AGEN TIDAK BEBAS YANG DAPAT MENIMBULKAN BUT BAGI SUATU PERUSAHAAN

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN SELATAN BULAN APRIL 2011

sebagai kawasan konservasi serta kawasan lindung yang mengesankan seolaholah pamali untuk dijamah. (Bappeda Propinsi Jawa Barat,2005) Faktor lain

LAMPIRAN. Lampiran 1. Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Tahun 2010

Elaun - Tugas Rasmi Luar Negara

A. Kakitangan (Bagi kerja lapangan,seminar,bengkel & dll) / Academic staff (workshop,fieldwork,seminar and others)




BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia

Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B)

2017, No Perdagangan Indonesia menerima permohonan perpanjangan Tindakan Pengamanan, maka Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia melakukan pe

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRODUK IMPOR BERUPA BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT (COTTON YARN OTHER THAN SEWING THREAD) YANG DIKENAKAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.011/2011 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

STATISTIK TRIWULAN III TAHUN 2009

Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia


Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : PER-16/BC/2011 Tanggal : 20 April 2011

BADAN PUSAT STATISTIK

PASAL 11 & 12 TARIF PPh PASAL 26 ATAS BUNGA DAN ROYALTI UNTUK P3B YANG SUDAH BERLAKU EFEKTIF MAUPUN YANG BARU DIRATIFIKASI

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut Luas Panen (Ha)

Realokasi Kursi Bukan Menambah Kursi Oleh. Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi

KK/BP(S)/DS10/791/441/6 Jld.2(s.k. 3/2009)(8) KEMENTERIAN KEWANGAN SURAT PEKELILING PERBENDAHARAAN BIL. 8 TAHUN 2010

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut Luas Panen (Ha)

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 55/PMK.011/2011 TENTANG

Direktur Perencanaan Kawasan Hutan, Basoeki Karyaatmadja NIP KATA PENGANTAR

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2006

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/PMK.010/2017

TABEL PENDUDUK 7-24 TAHUN MENURUT KECAMATAN, JENIS KELAMIN, DAN PARTISIPASI BERSEKOLAH (SUSEDA KAB. GARUT 2005)

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2007

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu bagian dari negara tropis yang memiliki kekayaan

PP 60, pasal 2 ayat 3

7 Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi Lembaga Keuangan, Real Estat, Usaha Persewaan, dan

Mendobrak Pasar Ekspor Melalui Pendekatan Total Football

MENTERI KEUANGANN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN TENTANG. Tindakan. Perdagangan. dan Tindakan. b. bahwaa. barang. yang.

JUMLAH SEKOLAH, KELAS, GURU, RUANG KELAS, MURID LULUSAN, MENGULANG DAN PUTUS SEKOLAH SD DI KABUPATEN GARUT TAHUN Guru R. Kelas Murid Lulusan

Jumlah Petugas Pelayanan Akseptor Baru Keluarga Berencana di Kabupaten Garut Tahun 2009

Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Sekolah Taman Kanak- Kanak di Kabupaten Garut Tahun Murid laki-laki

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

Geografi. Kab. SUMEDANG. Kab. CIANJUR. Kab. TASIKMALAYA

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda

Ringkasan Eksekutif. Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Mei 2013

Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Januari 2013

Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan April 2013

TABEL 62. PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI MENURUT NEGARA TUJUAN D.I YOGYAKARTA TAHUN

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2/PMK.010/2018 TENT ANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

JASO Presentasi. PROMOSPAIN SERVICES LTD., Pondok Indah Office Tower I, 3rd floor, room 304. Jakarta, Indonesia

12/14/2016. Indonesia berpartisipasi pada studi TIMSS sejak tahun Namun baru tahun 2015 target populasinya kelas 4 SD/MI

Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Oktober 2012

Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Juli 2012

PRODUK IMPOR BERUPA BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT YANG DIKENAKAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN

KINERJA PERDAGANGAN PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN DI KAWASAN AFRIKA DAN TIMUR TENGAH

Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan April 2012

V. KERAGAAN PRODUKSI DAN PERDAGANGAN BUAH DUNIA DAN INDONESIA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG

I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut 2009

BAB I PENDAHULUAN. dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Manusia

Ringkasan Eksekutif. Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Oktober 2014

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

Tabel 1. Neraca Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara Untuk Beberapa Periode Tahun

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

STATISTIK TRIWULAN III TAHUN 2008

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 87/PMK.011/2011 TENTANG

STATISTIK DEPARTEMEN KEHUTANAN Ekspor Impo r. Veneer Sheet. Kayu Gergajian. Particle Board Perkembangan Ekspor & Impor Hasil Hutan.

Sapi Potong. Kerbau Kuda Domba

FOREIGN EMBASSIES IN INDONESIA

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

PEMERIKSAAN PAJAK PASCA TAX AMNESTY

Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

LAPORAN MINGGU XXXI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 8 Agustus 2016 pukul WIB

M SA D E D P E A P N PE P R E T R ANIAN INDO D N O ES E IA? NUH U FI F L HAN A AN A I A R

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER 2014

Profile Perusahaan CEIC DATA COMPANY (HK)Limited.

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

115 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunan Berdasarkan pendapat yang dikemukakan pada Bab II kriteria untuk mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan (diambil dari berbagai literatur), maka dapat disimpulkan yang dimaksud dengan arahan pengambangan komoditas perkebunan dengan kriteria, variabel dan parameter yang digunakan dalam studi ini adalah sebagai berikut : 1. Memiliki daya dukung lahan yang tinggi 2. Mempunyai tingkat produksi tinggi 3. Memiliki prospek untuk diekspor 4. Mempunyai efek pengganda yang besar 5. Mempunyai permintaan pasar yang tinggi, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri 6. Mempunyai tingkat sumber daya manusia yang tinggi 7. Memiliki infrastruktur yang mendukung (sarana dan prasarana) 4.1.1 Penentuan Variabel dan Parameter Variabel yang akan digunakan adalah : 1. Kesesuaian tanam komoditas perkebunan 2. Kontribusi nilai produksi terhadap total nilai produksi 3. Komoditas basis atau berpotensi untuk diekspor ke luar wilayah 4. Perbandingan laju pertumbuhan berbagai komoditas terhadap wilayah yang lebih luas 5. Potensi dan prospek pasar 6. Kontribusi jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian terhadap total jumlah penduduk keseluruhan 7. Kontribusi panjang jalan per kecamatan Parameter yang digunakan adalah 1. Empat kelas kesesuaian lahan 2. Persentase terhadap nilai total produksi 3. LQ sektor lebih dari 1 (Koefisien >1), Koefisien Lokalisasi dan Spesialisasi 4. Mix And Share 5. Nilai ekspor (USD) dan Nilai Impor (USD) yang tinggi.

116 6. Persentase terhadap total jumlah penduduk keseluruhan 7. Persentase panjang jalan per kecamatan. 4.1.2 Metode Pengukuran Yang Digunakan Dalam menganalisis arahan pengembangan komoditas perkebunan diperlukan metode pengukuran sebagai berikut : 1. Kesesuaian Lahan Untuk menganalisis kesesuaian lahan, yang dilihat adalah daerah-daerah mana saja yang cocok untuk ditanami komoditas perkebunan dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan di standar FAO Departemen Pertanian. 2. Persentase Terhadap Total Nilai Produksi Untuk menentukan arahan pengembangan yang dilihat adalah melihat sebesar besar kontribusi tiap komoditas terhadap total nilai produksi 3. Location Quetient (LQ), Koefisien Lokalisasi dan Spesialisasi Location Quetient (LQ) Teori basis ekonomi atau disebut teori Location Quetient (LQ) ini dugunakan untuk menganalis dan menentukan keragaman basis ekonomi di Kabupaten Garut Bagian Selatan. Perhitungan dari LQ ini dibandingkan dengan komoditas-komoditas yang sama diidentifikasi komoditas-komoditas di wilayah pembangunan dan dari analisis LQ tersebut dapat diidentifikasi komoditas-komoditas apa saja yang dapat dikembangkan untuk tujuan ekspor dan tujuan mensuplai kebutuhan lokal sehingga komoditas yang dikatakan potensial di Kabupaten Garut Bagian Selatan dapat dijadikan sektor prioritas utama. Dalam menentukan komoditas unggulan pada analisis LQ dilihat dari nilai LQ komoditas dengan kriteria lebih dari 1. Koefisien Lokalisasi Koefisien lokalisasi dilakukan untuk melihat apakah pengusahaan komoditas tersebut menyebar atau pengusahaan komoditas tersebut tersebar di suatu daerah.

117 Koefisien Spesialisasi Koefisien spesialisasi dilakukan untuk melihat apakah daerah tersebut tidak menspesialisasikan untuk menanam komoditas tertentu atau daerah tersebut telah menspesialisasikan untuk menanam komoditas tertentu. 4. Shift Share Analisis ini bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh kontribusi komoditas terhadap Provinsi Jawa Barat untuk pertumbuhan komoditas tersebut. Dalam menentukan komoditas unggulan dalam analisis shift share, dilihat komponen national share, propotional shift dan differential shift yang bernilai (+). 5. Pasar Analisis ini bertujuan untuk melihat kondisi pasar nasional dan internasional terhadap komoditas perkebunan yang ada (tingkat produksi). 6. Sumber Daya Manusia Analisis ini bertujuan untuk melihat seberapa besar tingkat sumber daya manusia yang ada dengan melihat jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian (sektor pertanian) per kecamatan. 7. Infrastruktur (Jalan) Analisis ini bertujuan untuk melihat sebesar besar pengaruh kondisi jaringan jalan yang ada di tiap kecamatan agar dapat memberikan kemudahan didalam pola aliran barang hasil komoditas perkebunan.

118 No Tabel IV.1 Kriteria, Variabel, dan Metode Analisis Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunan Kriteria Arahan Variabel Parameter Metode Pengembangan 1 Memiliki daya dukung lahan yang tinggi 2 Tingkat produktivitas tinggi sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi daerah 3 Komoditas tersebut memiliki prospek untuk diekspor 4 Berspesialisasi pada komoditas yang secara nasional tumbuh cepat 5 Mempunyai permintaan pasar yang tinggi, baik pasar luar negeri maupun dalam negeri 6 Mempunyai tingkat sumber daya manusia yang tinggi 7 Memiliki infrastruktur yang mendukung Sumber : Dari Berbagai Literatur Kesesuaian tanam komoditas perkebunan Kontribusi nilai produksi terhadap total nilai produksi perkebunan Empat kelas kesesuaian lahan Persentase terhadap total produksi perkebunan nilai hasil Komoditas basis LQ komoditas lebih dari >1 Perbandingan laju pertumbuhan berbagai komoditas terhadap wilayah yang lebih luas Potensi dan prospek pasar Kontribusi jumlah penduduk menurut mata pencaharian Kontribusi panjang jalan per kecamatan Komponen regional share, propotional shift dan differential shift (+) Nilai ekspor (USD) dan nilai impor (USD) yang besar Persentase terhadap total jumlah penduduk keseluruhan Persentase panjang jalan per kecamatan Kesesuaian lahan komoditas perkebunan Analisis nilai presentase kontribusi hasil produksi tiap komoditas terhadap total hasil produksi perkebunan Location Quetions, koefisien lokalisasi, koefisien spesialisasi Shift share Perbandingan nilai ekspor dan impor Analisis nilai persentase kontribusi jumlah penduduk tiap kecamatan terhadap total jumlah penduduk keseluruhan Analisis nilai persentase kontribusi panjang jalan tiap kecamatan terhadap total panjang jalan keseluruhan

119 4.2 Analisis Untuk Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunan Di Wilayah Garut Bagian Selatan 4.2.1 Analisis Kesesuaian Lahan Kawasan Lindung dan Budidaya Dalam rangka penentuan analisis kesesuaian lahan, maka kriteria yang digunakan adalah Keppres No. 57 Tahun 1989 tentang Kriteria Kawasan Budidaya dan SK Mentri Pertanian No. 683/Kpts/Um/8/1981 dan No. 837/Kpts/Um/11/1980 berkaitan dengan penetapan kriteria kawasan hutan produksi. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Sedangkan Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. 1. Kawasan Lindung Merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa. Yang termasuk ke dalam kawasan lindung yaitu berupa kawasan hutan lindung, kawasan suaka alam. Di Kabupaten Garut Bagian Selatan sebaran kawasan lindung relatif besar dan terutama di bagian utara Garut Selatan, sehingga pengembangan kawasan relatif terbatas.. a. Kawasan Hutan Lindung Yaitu kawasan yang berfungsi memberikan perlindungan terhadap kawasan dibawahnya, berdasarkan analisis kemiringan, ketinggian dan curah hujan maka kawasan hutan lindung dengan kriteria kemiringan > 40 %, dan ketinggian > 2000 meter diatas permukaan laut. Di Kabupaten Garut Bagian Selatan, hampir semua kecamatan memiliki ketinggian di atas 2000 m dpl, kecuali Kecamatan Cibalong, Mekarmukti dan Pameungpeuk dengan luas kawasan hutan lindung yaitu sebesar 70.079,39 ha.

120 b. Kawasan Resapan Air Yaitu suatu kawasan yang mempunyai kriteria kemiringan > 40 % dan curah hujan > 2500 mm/tahun. Di Kabupaten Garut Bagian Selatan tidak mempunyai kawasan resapan air. c. Kawasan Suaka Alam Di Kabupaten Garut Bagian Selatan terdapat 3 kecamatan yang termasuk didalam kawasan suaka alam meliputi Kecamatan Cibalong, Cikajang dan Pamulihan dengan luas 3.357,76 ha. 2. Kawasan Budidaya Merupakan kawasan yang dapat ataupun memiliki lahan yang sesuai untuk dikembangkan, yaitu meliputi : a. Kawasan Pertanian Lahan Kering Kawasan budidaya pertanian di Kabupaten Garut Bagian Selatan relatif lebih luas dan tersebar hampir di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Garut Bagian Selatan dengan kriteria ketinggian < 1000 meter dpl, kemiringan < 40 % dan kedalaman efektif lapisan tanah > 30 cm. Kecamatan yang termasuk ke dalam kawasan tersebut yaitu Kecamatan Bnajarwangi, Bungbulang, Caringin, Cibalong, Cikelet, Cisewu, Cisompet, Mekarmukti, Pakenjeng, Paundeuy, Singajaya, dan Talegong dengan luas kawasan pertanian lahan kering yaitu 18.089,90 ha. b. Kawasan Pertanian Lahan Basah Yaitu suatu wilayah yang mempunyai kriteria ketinggian < 1000 meter dpl, kemiringan < 15 %, curah hujan 2000 mm/tahun, ketinggian 1000 meter dpl kesuburan tanah baik dan kedalaman efektif tanah > 60 cm. Kawasan pertanian lahan basah di Kabupaten Garut Bagian Selatan relatif lebih luas dan tersebar hampir di seluruh Kabupaten Garut Bagian Selatan. Yang termasuk kawasan pertanian lahan basah meliputi Kecamatan Bungbulang, Caringin,Cibalong, Cikelet, Cisewu, Cisompet, Mekarmukti, Pakenjeng, Pameungpeuk dan Pamulihan dengan luas kawasan pertanian lahan basah yaitu 18.216,73 ha.

121 c. Kawasan Hutan Produksi Terbatas Di Kabupaten Garut Bagian Selatan, kawasan yang memiliki tingkat kesesuaian untuk kawasan hutan produksi terbatas tampaknya cukup luas dan menyebar di hampir seluruh kecamatan dengan luas kawasan hutan produksi terbatas yaitu 54.095,92 ha. d. Kawasan Pertanian Tanaman Tahunan Di Kabupaten Garut Bagian Selatan, kawasan yang memiliki tingkat kesesuaian untuk kawasan pertanian tanaman tahunan cukup luas dan menyebar hampir seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Cisewu, Pakenjeng, Pamulihan dan Talegong dengan luas kawasan pertanian tanaman tahunan yaitu 16.875,74 ha. 4.2.2 Analisis Kesesuaian Lahan Pengembangan Komoditas Perkebunan Berdasarkan Kondisi Fisik Pertumbuhan tanaman sangat tergantung pada manusia dan lingkungan alam (lahan). Melalui bantuan manusia (memelihara, pemberian zat hara, pencegahan terhadap hama dan lain-lain) tanaman dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan alam yang sesuai dengan kondisi lahan dan melalui bantuan manusia diharapkan dapat meningkatkan produksi tanaman. Suatu lahan yang ada dapat digunakan sebagai lahan pertanian tanaman tahunan/perkebunan dan juga ada yang tidak dapat digunakan sebagai lahan pertanian tanaman tahunan/perkebunan. Lahan yang dapat digunakan sebagai lahan pertanian tanaman tahunan/prkebunan tergantung pada karakteristik lahan itu sendiri, serta dibatasi oleh penggunaan lahan lainnya selain penggunaan lahan pada pertanian tanaman tahunan/perkebunan. Setiap lahan memiliki karakteristik lahan yang berbeda-beda tergantung pada iklim, jenis tanah dan topografi. Berdasarkan adanya perbedaan karakteristik pada setiap lahan, maka diperlukannya studi mengenai kesesuaian lahan bagi pengembangan pertanian tanaman tahunan/perkebunan.

122 Tabel IV.2 Kesesuaian Lahan Kawasan Garut Selatan

123 Gambar 4.1 Peta Analisis Kesesuaian Lahan Kawasan Lindung dan Budidaya

124 Sebagian besar lahan di Kabupaten Garut Bagian Selatan merupakan lahan pertanian yang produktif meskipun banyak sekali lahan yang belum termanfaatkan secara optimal. Upaya optimalisasi penggunaan lahan salah satunya adalah melalui pengembangan pola pertanaman yang salah satunya melalui penyesuaian pemanfaatan lahan. Analisis kesesuaian lahan berdasarkan kondisi fisik bertujuan untuk mengarahkan penggunaan lahan yang sesuai dengan kondisi fisik dan mengendalikan perkembangan penggunaan lahan untuk kawasan budidaya, kesesuaian lahan dapat memberikan indikasi terhadap potensi dan kendala dalam pengembangan kegiatan pertanian tanaman tahunan/perkebunan. Proses analisis kesesuaian lahan dapat dilakukan dengan menggunakan teknik tumpang tindih peta-peta tematik yang menjadi kriteria dalam proses kesesuaian lahan. Peta-peta tematik tersebut antara lain adalah peta kemiringan, peta kedalaman efektif tanah dan peta tekstur tanah. Adapun proses analisis overlay tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.2 di bawah ini Peta Kemiringan Gambar 4.2 Proses Analisis Tumpang Tindih Kesesuaian Lahan Peta Kedalaman Efektif Tanah Peta Tekstur Tanah Kesesuaian lahan mengahasilkan penggunaan lahan pertanian tanaman tahunan/perkebunan Sumber : Sitorus 1985 Kriteria yang digunakan dalam melakukan analisis overlay (tumpang tindih) untuk menghasilkan kesesuaian lahan dapat dilihat pada Tabel II.2 sampai dengan Tabel II.9 seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Kriteria tersebut diantaranya yaitu kemiringan lereng, kedalaman efektif tanah dan tekstur tanah.

125 A. Analisis Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Berdasarkan Kemiringan Lereng Ketinggian terendah yang dimiliki Kabupaten Garut Bagian Selatan adalah 25 m dpl, sedangkan ketinggian tertinggi yang dimiliki adalah 1500 m dpl. Ketinggian di suatu wilayah merupakan salah satu kriteria yang berpengaruh terhadap tumbuhnya komoditas perkebunan di Kabupaten Garut Bagian Selatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel IV.3 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Kakao Berdasarkan Kemiringan Lereng No Kemiringan Lereng (%) Kecamatan 1 < 8 (S 1 ) Tidak ada 2 8 16 (S 2 ) Cibalong 3 16 30 (S 3 ) Tidak ada 4 > 30 (N) Tidak ada Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa komoditas perkebunan tanaman kakao harus berada pada kemiringan lereng antara < 8% - 30%. Di Kabupaten Garut Bagian Selatan, hampir di seluruh wilayah tidak sesuai untuk ditanami tanaman lada kecuali di Kecamatan Cibalong. Tabel IV.4 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Jambu Mete Berdasarkan Kemiringan Lereng No Kemiringan Lereng (%) Kecamatan 1 < 8 (S 1 ) Caringin 2 8 16 (S 2 ) Caringin 3 16 30 (S 3 ) Pakenjeng, 4 > 30 (N) Tidak ada Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa komoditas perkebunan tanaman jambu mete harus berada pada kemiringan lereng antara < 8% - 30%. Di Kabupaten Garut Bagian Selatan, hanya sebagian wilayah yang sesuai untuk ditanami tanaman jambu mete seperti di Kecamatan Caringin, Mekarmukti, Pakenjeng.

126 Tabel IV.5 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Kapuk Berdasarkan Kemiringan Lereng No Kemiringan Lereng (%) Kecamatan 1 < 8 (S 1 ) Caringin, Pakenjeng 2 8 16 (S 2 ) Bungbulang, Caringin, 3 16 30 (S 3 ) Pakenjeng, Talegong, Pamulihan 4 > 30 (N) Bungbulang Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa komoditas perkebunan tanaman kapuk harus berada pada kemiringan lereng antara < 8% - 30%. Di Kabupaten Garut Bagian Selatan, hanya sebagian wilayah sesuai untuk ditanami tanaman kapuk seperti di Kecamatan Caringin, Pakenjeng, Bungbulang, Talegong, Pamulihan. Tabel IV.6 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Kelapa Berdasarkan Kemiringan Lereng No Kemiringan Lereng (%) Kecamatan 1 < 8 (S 1 ) Cikelet, Pameungpeuk, Cibalong, Caringin, Pakenjeng, Cisompet 2 8 16 (S 2 ) Bungbulang, Pameungpeuk, Cisompet, Cibalong 3 16 30 (S 3 ) Talegong, Pamulihan, Banjarwangi, Cisompet 4 > 30 (N) Banjarwangi, Cihurip, Bungbulang Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa komoditas perkebunan tanaman kelapa harus berada pada kemiringan lereng antara < 8% - 30%. Di Kabupaten Garut Bagian Selatan, hampir di seluruh wilayah sesuai untuk ditanami tanaman kelapa seperti di Kecamatan Cikelet, Pameungpeuk, Cibalong, Caringin, Pakenjeng, Cisompet Tabel IV.7 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Teh Berdasarkan Kemiringan Lereng No Kemiringan Lereng (%) Kecamatan 1 < 8 (S 1 ) Pakenjeng 2 8 16 (S 2 ) Cikajang 3 16 30 (S 3 ) Talegong, Pamulihan, Banjarwangi, Cikajang, Pakenjeng 4 > 30 (N) Cikajang, Banjarwangi, Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007

127 Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa komoditas perkebunan tanaman teh harus berada pada kemiringan lereng antara < 8% - 30%. Di Kabupaten Garut Bagian Selatan, hanya sebagian wilayah yang sesuai untuk ditanami tanaman teh seperti di Kecamatan Pakenjeng. Tabel IV.8 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Cengkeh Berdasarkan Kemiringan Lereng No Kemiringan Lereng (%) Kecamatan 1 < 8 (S 1 ) Cikelet, Pameungpeuk, Cibalong, Caringin, Pakenjeng, Cisompet 2 8 16 (S 2 ) Bungbulang, Pameungpeuk, Cisompet, Cibalong 3 16 30 (S 3 ) Talegong, Pamulihan, Banjarwangi, Cisompet 4 > 30 (N) Banajarwangi, Cihurip, Bungbulang Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa komoditas perkebunan tanaman cengkeh harus berada pada kemiringan lereng antara < 8% - 30%. Di Kabupaten Garut Bagian Selatan, hampir di seluruh wilayah sesuai untuk ditanami tanaman cengkeh seperti di Kecamatan Cikelet, Pameungpeuk, Cibalong, Caringin, Pakenjeng, Cisompet. Tabel IV.9 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Lada Berdasarkan Kemiringan Lereng No Kemiringan Lereng (%) Kecamatan 1 < 8 (S 1 ) Cibalong, Caringin, Cisompet 2 8 16 (S 2 ) Bungbulang, Cisompet 3 16 30 (S 3 ) Talegong 4 > 30 (N) Bungbulang Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa komoditas perkebunan tanaman lada harus berada pada kemiringan lereng antara < 8% - 30%. Di Kabupaten Garut Bagian Selatan, hanya sebagian wilayah yang sesuai untuk ditanami tanaman lada seperti di Kecamatan Cibalong, Caringin, Cisompet.

128 B. Analisis Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Berdasarkan Kedalaman Efektif Tanah Kedalaman Efektif Tanah merupakan salah satu kriteria yang berpengaruh terhadap tumbuhnya komoditas perkebunan di Kabupaten Garut Bagian Selatan. Kabupaten Garut Bagian Selatan mempunyai kedalaman efektif tanah antara 0 cm sampai dengan > 90 cm. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel IV.10 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Kakao Berdasarkan Kedalaman Efektif Tanah No Kedalaman Efektif Tanah Kecamatan 1 > 100 cm (S 1 ) Cikelet, Cibalong 2 75 100 cm (S 2 ) Cikelet, Cibalong 3 50 75 cm (S 3 ) Cikelet, Cibalong 4 < 50 cm (N) Cibalong Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi fisik kedalaman efektif tanah, lahan yang sangat sesuai dan cukup sesuai untuk ditanami komoditas kakao yaitu terdapat di Kecamatan Cikelet dan Cibalong. Lahan sangat sesuai maksudnya yaitu lahan tersebut dapat ditanami komoditas kakao tanpa ada pembatas sehingga dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi. Tabel IV.11 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Jambu Mete Berdasarkan Kedalaman Efektif Tanah No Kedalaman Efektif Tanah Kecamatan 1 > 100 cm (S 1 ) Caringin, Talegong 2 75 100 cm (S 2 ) Caringin, Pakenjeng 3 50 75 cm (S 3 ) Caringin, Pakenjeng 4 < 50 cm (N) Pakenjeng Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi fisik kedalaman efektif tanah, lahan yang sangat sesuai dan cukup sesuai untuk ditanami komoditas jambu mete yaitu terdapat di Kecamatan Caringin dan Talegong. Lahan sangat sesuai maksudnya yaitu lahan tersebut dapat ditanami

129 komoditas jambu mete tanpa ada pembatas sehingga dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi. Tabel IV.12 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Kapuk Berdasarkan Kedalaman Efektif Tanah No Kedalaman Efektif Tanah Kecamatan 1 > 100 cm (S 1 ) Talegong, Bungbulang, 2 75 100 cm (S 2 ) Caringin, Bungbulang, Pakenjeng 3 50 75 cm (S 3 ) Caringin, Pakenjeng, Pamulihan 4 < 50 cm (N) Pamulihan, Pakenjeng Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi fisik kedalaman efektif tanah, lahan yang sangat sesuai untuk ditanami komoditas kapuk yaitu terdapat di Kecamatan Talegong dan Bungbulang. Lahan sangat sesuai maksudnya yaitu lahan tersebut dapat ditanami komoditas kapuk tanpa ada pembatas sehingga dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi. Lahan yang cukup sesuai untuk ditanami komoditas kapuk terdapat di Kecamatan Caringin dan Pakenjeng. Tabel IV.13 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Kelapa Berdasarkan Kedalaman Efektif Tanah No Kedalaman Efektif Tanah Kecamatan 1 > 100 cm (S 1 ) Talegong, Pakenjeng, Cikelet, Cibalong, Cisompet, 2 75 100 cm (S 2 ) Caringin, Bungbulang, Pakenjeng, Cikelet, Cisompet, Cibalong, Banjarwangi, Pamulihan 3 50 75 cm (S 3 ) Caringin, Pakenjeng, Cikelet, Cisompet, Cibalong, 4 < 50 cm (N) Pakenjeng, Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi fisik kedalaman efektif tanah, lahan yang sangat sesuai untuk ditanami komoditas kelapa yaitu terdapat di Kecamatan Talegong, Pakenjeng, Cikelet, Cibalong dan Cisompet. Lahan sangat sesuai maksudnya yaitu lahan tersebut dapat ditanami komoditas kelapa tanpa ada pembatas sehingga dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi. Lahan yang cukup sesuai untuk ditanami komoditas kelapa terdapat di Kecamatan Caringin, Bungbulang, Banjarwangi dan Pamulihan.

130 Tabel IV.14 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Teh Berdasarkan Kedalaman Efektif Tanah No Kedalaman Efektif Tanah Kecamatan 1 > 100 cm (S 1 ) Talegong, Banjarwangi 2 75 100 cm (S 2 ) Pakenjeng, Banjarwangi 3 50 75 cm (S 3 ) Pamulihan, Cikajang 4 < 50 cm (N) Pakenjeng Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi fisik kedalaman efektif tanah, lahan yang sangat sesuai untuk ditanami komoditas teh yaitu terdapat di Kecamatan Talegong dan Banjarwangi. Lahan sangat sesuai maksudnya yaitu lahan tersebut dapat ditanami komoditas teh tanpa ada pembatas sehingga dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi. Lahan yang cukup sesuai untuk ditanami komoditas teh terdapat di Kecamatan Pakenjeng dan Banjarwangi. Tabel IV.15 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Cengkeh Berdasarkan Kedalaman Efektif Tanah No Kedalaman Efektif Tanah Kecamatan 1 > 100 cm (S 1 ) Talegong, Pakenjeng, Cikelet, Banjarwangi, 2 75 100 cm (S 2 ) Caringin, Bungbulang, Pakenjeng, Cikelet, Cisompet, Cibalong, Pamulihan 3 50 75 cm (S 3 ) Caringin, Pakenjeng, Cikelet, Cisompet, Cibalong 4 < 50 cm (N) Pamulihan dan Pakenjeng Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi fisik kedalaman efektif tanah, lahan yang sangat sesuai untuk ditanami komoditas cengkeh yaitu terdapat di Kecamatan Talegong, Pakenjeng, Cikelet dan Banjarwangi. Lahan sangat sesuai maksudnya yaitu lahan tersebut dapat ditanami komoditas cengkeh tanpa ada pembatas sehingga dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi. Lahan yang cukup sesuai untuk ditanami komoditas cengkeh terdapat di Kecamatan Caringin, Bungbulang, Cisompet, Cibalong dan Pamulihan.

131 Tabel IV.16 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Lada Berdasarkan Kedalaman Efektif Tanah No Kedalaman Efektif Tanah Kecamatan 1 > 100 cm (S 1 ) Talegong, Cibalong, Cisompet 2 75 100 cm (S 2 ) Caringin, Bungbulang, Cibalong, Cisompet 3 50 75 cm (S 3 ) Caringin, Cibalong, Cisompet 4 < 50 cm (N) Cisompet Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi fisik kedalaman efektif tanah, lahan yang sangat sesuai untuk ditanami komoditas lada yaitu terdapat di Kecamatan Talegong, Cibalong dan Cisompet. Lahan sangat sesuai maksudnya yaitu lahan tersebut dapat ditanami komoditas lada tanpa ada pembatas sehingga dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi. Lahan yang cukup sesuai untuk ditanami komoditas lada terdapat di Kecamatan Caringin, dan Bungbulang. C. Analisis Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Berdasarkan Tekstur Tanah Tekstur tanah merupakan salah satu kriteria yang berpengaruh terhadap tumbuhnya komoditas perkebunan di Kabupaten Garut Bagian Selatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel IV.17 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Kakao Berdasarkan Tekstur Tanah No Tekstur Tanah Kecamatan 1 Halus, agak halus, sedang (S 1 ) Cikelet, Cibalong 2 Halus, agak halus, sedang (S 2 ) Cikelet, Cibalong 3 Agak kasar, sangat halus (S 3 ) Cikelet, Cibalong 4 Kasar (N) Cikelet Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 Berdasarkan hasil analisis kesesuaian komoditas perkebunan tanaman kakao berdasarkan tekstur tanah yang telah dilakukan, maka dapat dilihat bahwa kecamatan yang memiliki lahan sangat sesuai terdapat pada Kecamatan Cikeletdan Cibalong.

132 Tabel IV.18 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Jambu Mete Berdasarkan Tekstur Tanah No Tekstur Tanah Kecamatan 1 Halus, agak halus, sedang (S 1 ) Caringin, Pakenjeng 2 Halus, agak halus, sedang (S 2 ) Caringin, Pakenjeng 3 Agak kasar (S 3 ) Talegong, Pakenjeng 4 Kasar (N) Talegong, Pakenjeng Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 Berdasarkan hasil analisis kesesuaian komoditas perkebunan tanaman jambu mete berdasarkan tekstur tanah yang telah dilakukan, maka dapat dilihat bahwa kecamatan yang memiliki lahan sangat sesuai terdapat pada Kecamatan Caringin dan Pakenjeng. lahan sesuai marjinal dimiliki oleh Kecamatan Talegong dan Pakenjeng. Tabel IV.19 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Kapuk Berdasarkan Tekstur Tanah No Tekstur Tanah Kecamatan 1 Halus, agak halus, sedang (S 1 ) Caringin, Bungbulang, Pakenjeng, Pamulihan 2 Halus, agak halus, sedang (S 2 ) Caringin, Bungbulang, Pakenjeng, Pamulihan 3 Agak kasar (S 3 ) Talegong, Pakenjeng 4 Kasar (N) Talegong, Pakenjeng Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 Berdasarkan hasil analisis kesesuaian komoditas perkebunan tanaman kapuk berdasarkan tekstur tanah yang telah dilakukan, maka dapat dilihat bahwa kecamatan yang memiliki lahan sangat sesuai terdapat pada Kecamatan Caringin, Bungbulang, Pakenjeng dan Pamulihan. Lahan sesuai marjinal dimiliki oleh Kecamatan Talegong dan Pakenjeng. Tabel IV.20 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Kelapa Berdasarkan Tekstur Tanah No Tekstur Tanah Kecamatan 1 Halus, agak halus, sedang (S 1 ) Pamulihan, Banjarwangi, Cisompet, Cibalong, Cikelet, Bungbulang, Caringin Talegong, Pamulihan, Banjarwangi, Cisompet, Cibalong, Cikelet, Pakenjeng, Bungbulang, Caringin. 2 Halus, agak halus, sedang, agak kasar (S 2 ) 3 Sangat halus (S 3 ) Pakenjeng, Pamulihan, Cibalong 4 Kasar (N) Talegong, Pakenjeng, Cikelet Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007

133 Berdasarkan hasil analisis kesesuaian komoditas perkebunan tanaman kelapa berdasarkan tekstur tanah yang telah dilakukan, maka dapat dilihat bahwa kecamatan yang memiliki lahan sangat sesuai terdapat pada Kecamatan Pamulihan, Banjarwangi, Cisompet, Cibalong, Cikelet, Bungbulang dan Caringin. Lahan sesuai marjinal dimiliki oleh Kecamatan Pakenjeng, Pamulihan dan Cibalong. Tabel IV.21 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Teh Berdasarkan Tekstur Tanah No Tekstur Tanah Kecamatan 1 Halus, agak halus, sedang (S 1 ) Pakenjeng, Pamulihan, Banjarwangi, Cikajang 2 Halus, agak halus, sedang (S 2 ) Pakenjeng, Pamulihan, Banjarwangi, Cikajang 3 Agak kasar (S 3 ) Talegong, Pakenjeng 4 Kasar (N) Talegong, Pakenjeng Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 Berdasarkan hasil analisis kesesuaian komoditas perkebunan tanaman teh berdasarkan tekstur tanah yang telah dilakukan, maka dapat dilihat bahwa kecamatan yang memiliki lahan sangat sesuai terdapat pada Kecamatan Pakenjeng, Pamulihan, Banjarwangi dan Cikajang. Lahan sesuai marjinal dimiliki oleh Kecamatan Talegong dan Pakenjeng. Tabel IV.22 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Cengkeh Berdasarkan Tekstur Tanah No Tekstur Tanah Kecamatan 1 Halus, agak halus, sedang (S 1 ) Pamulihan, Banjarwangi, Cisompet, Cibalong, Cikelet, Bungbulang, Caringin 2 Halus, agak halus, sedang (S 2 ) Pamulihan, Banjarwangi, Cisompet, Cibalong, Cikelet, Bungbulang, Caringin 3 Sangat halus, Agak kasar (S 3 ) Pakenjeng, Pamulihan, Cibalong, Talegong, Pakenjeng, Cikelet 4 Kasar (N) Talegong, Pakenjeng, Cikelet Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 Berdasarkan hasil analisis kesesuaian komoditas perkebunan tanaman cengkeh berdasarkan tekstur tanah yang telah dilakukan, maka dapat dilihat bahwa kecamatan yang memiliki lahan sangat sesuai terdapat pada Kecamatan Pamulihan, Banjarwangi, Cisompet, Cibalong, Cikelet, Bungbulang, Caringin..

134 Lahan sesuai marjinal dimiliki oleh Kecamatan Pakenjeng, Pamulihan, Cibalong, Talegong, Pakenjeng dan Cikelet. Tabel IV.23 Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Tanaman Lada Berdasarkan Tekstur Tanah No Tekstur Tanah Kecamatan 1 Halus, agak halus, sedang (S 1 ) Caringin, Bungbulang, Cibalong, Cisompet 2 Halus, agak halus, sedang (S 2 ) Caringin, Bungbulang, Cibalong, Cisompet 3 Sangat halus, Agak kasar (S 3 ) Talegong, Pakenjeng 4 Kasar (N) Talegong, Pakenjeng Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 Berdasarkan hasil analisis kesesuaian komoditas perkebunan tanaman lada berdasarkan tekstur tanah yang telah dilakukan, maka dapat dilihat bahwa kecamatan yang memiliki lahan sangat sesuai terdapat pada Kecamatan Caringin, Bungbulang, Cibalong dan Cisompet. Lahan sesuai marjinal dimiliki oleh Kecamatan Pakenjeng dan Talegong. D. Analisis Kesesuaian Lahan Berdasarkan Kondisi Eksisting Komoditas Perkebunan Berdasarkan sumberdaya alam yang dimiliki Kabupaten Garut Bagian Selatan, pengembangan sektor perkebunan mendapat dukungan yang relatif baik. Dimana, hampir setiap kecamatan merupakan wilayah yang potensial dalam pengembangan sektor perkebunan di luar kawasan lindung. Untuk lebih jelas dalam melihat kondisi komoditas perkebunan saat ini (eksisting) yang berhubungan dengan kesesuaian lahan, maka digunakan analisis tumpang susun (superimpose). Dimana kesesuaian lahan merupakan kondisi yang sesuai secara teori dapat menghasilkan produksi maksimal.

135 No Tabel IV.24 Komoditas Ideal Dalam Rangka Menciptakan Kualitas dan Kuantitas Maksimal Di Setiap Kecamatan Di Kabupaten Garut Bagian Selatan Kecamatan 1 Cisewu 2 Caringin 3 Talegong 4 Bungbulang 5 Mekarmukti 6 Pamulihan 7 Pakenjeng 8 Cikelet 9 Pameungpeuk 10 Cibalong 11 Cisompet 12 Peundeuy Komoditas Eksisting 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Teh 5. Cengkeh 6. Lada 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Cengkeh 5. Lada 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Teh 5. Cengkeh 6. Lada 1. Kapuk 3. Cengkeh 4. Lada 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Cengkeh 5. Lada 1. Kapuk 3. Teh 4. Cengkeh 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Teh 5. Cengkeh 1. Kakao 3. Cengkeh 1. Kelapa 2. Cengkeh 1. Kakao 3. Cengkeh 4. Lada 1. Kelapa 2. Cengkeh 3. Lada 1. Kelapa 2. Cengkeh 3. Teh Kesesuaian Lahan 1. Kapuk 3. Cengkeh 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Cengkeh 1. Kapuk 3. Cengkeh 2. Kapuk 3. Kelapa 2. Kapuk 3. Kelapa 2. Kapuk 3. Teh 4. Cengkeh 5. Lada 1. Kelapa 2. Cengkeh 3. Lada 4. Kakao 1. Kapuk 3. Cengkeh 4. Lada 5. Kakao 1. Kapuk 2. Kapuk 3. Kelapa 2. Cengkeh 3. Lada 4. Kakao 1. Kelapa 2. Cengkeh 3. Lada Kelas Kesesuaian Lahan S 2 S 2,S 3 S 2,S 3 S 1,S 2,S 3 S 1,S 2 S 1,S 2,N S 2,S 3,N S 2 S 2,S 3,N S 2,S 3 S 1,S 2,S 3,N S 1,S 2,S 3 S 1,S 2,S 3,N S 1,S 3 S 1,S 2,S 3 S 1,S 3 S 2,S 3,N S 2,S 3,N S 2,S 3,N S 2,S 3,N S 2,S 3,N S 2,S 3 S 2,S 3,N S 1,S 2,S 3 S 1,S 3 S 2,S 3 S 2,S 3 S 2,S 3,N S 1,S 3 S 1,S 3 S 2 S 2 S 1,S 2 S 1,S 2 S 1,S 2 S 2,N S 1,S 2 S 1,S 2 S 1,S 2,S 3 S 2 S 2 S 2 Komoditas Eksisting Yang Sesuai 1. Kapuk 3. Cengkeh 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Cengkeh 1. Kapuk 3. Cengkeh 1. Kapuk 2. Kapuk 3. Kelapa 1. Kapuk 2. Teh 3. Cengkeh 1. Kelapa 2. Cengkeh 1. Kelapa 2. Cengkeh Kelapa Kelapa 1. Cengkeh 2. Lada 1. Kelapa 2. Cengkeh 13 Singajaya 14 Cihurip 1. Kelapa 2. Teh 3. Cengkeh 1. Kelapa 2. Teh 3. Cengkeh 1. Kelapa 2. Teh 3. Cengkeh 4. Lada 5. Kakao 2. Kapuk 3. Kelapa 4. Lada S 2 S 2,N S 2,N S 2 S 1,S 2,S 3 S 2,N S 2,S 3 S 2 S 2 1. Kelapa 2. Teh 3. Cengkeh Kelapa

136 No Kecamatan Komoditas Eksisting Kesesuaian Lahan Kelas Kesesuaian Lahan Komoditas Eksisting Yang Sesuai 15 Cikajang Teh 16 Banjarwangi 1. Kelapa 2. Teh 3. Cengkeh Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 5. Kakao S 2 S 2,N 2. Kapuk S2,N 4. Teh S 2,N 2 Kelapa 3 Teh 4 Kakao S 2,N S 2,N S 2,N S 1,S 3 Teh 1 Kelapa 2 Teh 4.2.3 Analisis Kontribusi Hasil Produksi Perkembangan komoditas perkebunan di Kabupaten Garut Bagian Selatan memperlihatkan hasil-hasil yang positif. Hal ini dilihat dari peningkatan produksi yang dicapai selama ini. Selain itu komoditas perkebunan di Kabupaten Garut Bagian Selatan memiliki potensi yang cukup besar untuk pengembangan pada masa mendatang. Di Kabupaten Garut Bagian Selatan terdapat 15 jenis komoditi perkebunan. Masing-masing komoditi perkebunan pada kecamatan tertentu dapat memberikan kontribusinya terhadap Kabupaten Garut Bagian Selatan secara keseluruhan. Untuk lebih jelasnya lihat Tabel IV.25 di bawah ini. Tabel IV.25 Kontribusi Nilai Produksi Komoditas Perkebunan Kabupaten Garut Bagian Selatan Tahun 2005 Komoditas Produksi Harga Jual Nilai Produksi Kontribusi Klasifikasi (Ton) (Rp/Kg) (Rp) (%) Aren (Arenga pinnata) 8.406,14 7.500 63.046.050 53,7 Tinggi Bambu (Bambusa sp) 115.740 * * - - Cengkeh (Eugenia 1.077,07 34.500 37.158.915 31,6 Sedang caryophyllata) Jambu Mete (Anacardium 11,73 6.000 70.380 0,05 Rendah occidentale) Jarak (Ricinus communis) 1,80 * * - - Kakao (Theobroma cacao) 0,08 10.700 856 0,001 Rendah Kapuk (Ceiba pentandra) 51,40 18.000 925.200 0,7 Rendah Kayu Manis (Cinnamonum 8,58 7.525 64.564,5 0,05 Rendah gardamomum) Kelapa (Cocos nucifera) 1.908,74 1.500 2.862.000 2,4 Rendah Kina (Chincona sp) 27,77 22.100 613.717 0,5 Rendah Kopi (Coffea arabica) 1.711,50 1.425 2.438.887.5 2,0 Rendah Lada (Piper nigrum) 5,31 24.000 127.440 0,1 Rendah Pala (Mantis roo) 1,05 25.000 26.250 0,02 Rendah Pinang (Arenga catechu) 0,40 3.000 1.200 0,001 Rendah Teh (Cameila sinensis) 13.319,39 750 9.989.542.5 8,5 Rendah Jumlah 142.271,00 121.675 117.325.002,5 100 Sumber : Hasil Analisis Tahun 2008 Keterangan * = tidak ada data Klasifikasi Sturgeuss Banyaknya Kelas = 3 I = 21.015.064,66 Kelas I : Nilai R = 42.031.841,32 63.046.050 TINGGI A = 63.046.050 Kelas II : Nilai R = 21.015.920,66 42.031.841,32 SEDANG B = 856 Kelas III : Nilai R = 856 21.015.920,66 RENDAH

Gambar 4.3 Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Kakao 137

Gambar 4.4 Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Jambu Mete 138

Gambar 4.5 Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Kapuk 139

Gambar 4.6 Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Kelapa 140

Gambar 4.7 Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Teh 141

Gambar 4.8 Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Cengkeh 142

Gambar 4.9 Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Lada 143

Gambar 4.10 Peta Kesesuaian Lahan Gabungan 144

Gambar 4.11 Peta Kesesuaian Tanaman Perkebunan Kab Garut Bagian Selatan 145

146 Berdasarkan kontribusi nilai produksi dari 15 komoditas perkebunan tetapi data yang didapatkan hanya 13 komoditas perkebunan saja di Kabupaten Garut Bagian Selatan, secara umum kontribusi hasil produksi didominasi oleh komoditas aren (53,7%), kemudian komoditas cengkeh (31,6%) dan komoditas teh (8,5%). Dilihat dari kontribusi nilai produksi komoditas yang berpotensi menjadi komoditas unggulan adalah : 1. Aren 4. Kelapa 2. Cengkeh 5. Kopi 3. Teh 4.2.4 Analisis Location Quetient (LQ), Koefisien Lokalisasi, Koefisien Spesialisasi A. Analisis Location Quetient (LQ) Berdasarkan analisis LQ, dimana komoditas yang memiliki nilai LQ lebih dari satu merupakan sektor unggulan, dan sektor yang berpotensi untuk kegiatan ekspor, maka di Kabupaten Garut Bagian Selatan yang memenuhi kriteria tersebut adalah komoditas kelapa dan cengkeh. Berdasarkan data produksi perkebunan, dapat diketahui bahwa setiap kecamatan di Kabupaten Garut Bagian Selatan memiliki potensi sebagai wilayah penghasil sektor perkebunan yang potensial. Berdasarkan analisis komoditas unggulan perkebunan di Kabupaten yang menggunakan metoda LQ, maka dapat dilihat komoditas unggulan yang terdapat di Kabupaten Garut Bagian Selatan terdapat pada komoditas kelapa hal tersebut dikarenakan komoditas kelapa tersebar di hampir di seluruh kecamatan yang terdapat di Kabupaten Garut Selatan. Untuk komoditas Jambu Mete hanya terdapat di 3 Kecamatan yaitu di Kecamatan Cisewu, Caringin dan Pamulihan. Untuk komoditas Kakao hanya terdapat pada Kecamatan Cisompet. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat hasil nilai LQ produksi perkebunan, dapat dilihat pada Tabel IV.26 di bawah ini.

147 Tabel IV.26 Nilai Locations Quetions (LQ) Produksi Perkebunan Di Kabupaten Garut Bagian Selatan Tahun 2005 No Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 1 Cisewu 0,00 5,99 0,00 1,34 0,00 2,24 3,54 2 Caringin 0,00 18,02 0,00 2,13 0,00 0,52 2,95 3 Talegong 0,00 0,00 0,00 1,15 0,57 1,16 2,46 4 Bungbulang 0,00 0,00 7,88 2,18 0,00 2,19 0,54 5 Mekarmukti 0,00 0,13 6,49 1,80 0,00 0,59 0,00 6 Pakenjeng 0,00 0,00 0,76 0,18 0,95 0,17 0,00 7 Pamulihan 0,00 1,04 5,14 1,29 2,50 1,25 0,00 8 Cikelet 0,00 0,00 0,00 214,37 0,00 342,40 0,00 9 Pameungpeuk 0,00 0,00 0,00 317,30 0,00 59,09 0,00 10 Cibalong 0,00 0,00 0,00 0,84 0,00 0,58 0,00 11 Cisompet 254,82 0,00 0,00 90,80 1,58 345,57 0,00 12 Peundeuy 0,00 0,00 0,00 0,74 2,01 0,15 0,00 13 Singajaya 0,00 0,00 0,00 0,37 3,55 0,07 0,00 14 Cihurip 0,00 0,00 0,00 0,05 0,69 0,09 0,00 15 Cikajang 0,00 0,00 0,00 0,00 13,36 0,00 0,00 16 Banjarwangi 0,00 0,00 0,00 0,08 3,68 0,16 0,00 Sumber : Hasil Analisis Tahun 2007 Ket : 1. Kakao 3. Kapuk 5. Teh 7. Lada 2. Jambu Mete 4. Kelapa 6. Cengkeh B. Analisis Koefisien Lokalisasi Koefisien lokalisasi merupakan suatu ukuran relatif konsentrasi kegiatan tertentu di suatu daerah dibandingkan dengan daerah yang lebih luas dengan besaran tertentu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel IV.27 di bawah ini. Tabel IV.27 Nilai Koefisien Lokalisasi Produksi Perkebunan Di Kabupaten Garut Bagian Selatan Tahun 2005 No Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 1 Cisewu -0,02 0,39 0,25 0,06-0,02 0,13 0,26 2 Caringin -0,01 0,50 0,07 0,05-0,01 0,01 0,09 3 Talegong -0,05-0,01 0,03 0,01 0,00 0,04 0,21 4 Bungbulang -0,01 0,00 0,08 0,04-0,01 0,01 0,00 5 Mekarmukti -0,02-0,02 0,21 0,06-0,02 0,10 0,00 6 Pakenjeng -0,07-0,02 0,06-0,03 0,00-0,01-0,07 7 Pamulihan -0,04-0,04-0,04 0,05-0,02 0,16-0,04 8 Cikelet 0,80 0,00 0,01 0,01 0,00 0,01 0,00 9 Pameungpeuk -0,01-0,01-0,01 0,05-0,01 0,01-0,01 10 Cibalong -0,01-0,01-0,01 0,04-0,01 0,03 0,04 11 Cisompet -0,01-0,01-0,01 0,02-0,01 0,09-0,01 12 Peundeuy -0,03-0,03-0,03 0,00 0,00-0,02-0,03 13 Singajaya -0,14-0,14-0,14-0,13 0,03-0,14-0,14 14 Cihurip -0,01-0,01-0,01-0,01 0,00-0,01-0,01 15 Cikajang -0,12-0,12-0,12-0,12 0,03-0,12-0,12 16 Banjarwangi -0,13-0,13-0,13-0,13 0,03-0,13-0,13 Sumber : Hasil Analisis Tahun 2007 Ket : 1. Kakao 3. Kapuk 5. Teh 7. Lada 2. Jambu Mete 4. Kelapa 6. Cengkeh

148 C. Analisis Koefisien Spesialisasi Analisis koefisien spesialisasi dilakukan untuk mengetahui apakah suatu daerah melakukan pengkhususan untuk menanam komoditas tertentu. Untuk hasil analisis koefisien spesialisasi di Kabupaten Garut Bagian Selatan dapat dilihat pada Tabel IV.28 di bawah ini. Tabel IV.28 Nilai Koefisien Spesialisasi Produksi Perkebunan Di Kabupaten Garut Bagian Selatan Tahun 2005 No Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 1 Cisewu 0,31 0,01 0,03 0,31-0,65 0,31 0,00 2 Caringin 0,03 0,01 0,01 0,29 0,00 0,03 0,00 3 Talegong 0,22 0,00 0,01 0,35 1,71 0,22 0,00 4 Bungbulang 0,05 0,00 0,01 0,26 0,00 0,05 0,00 5 Mekarmukti 0,27 0,00 0,02 0,43 0,00 0,27 0,00 6 Pakenjeng 0,14 0,00 0,01 0,21 2,69 0,14 0,00 7 Pamulihan 0,48 0,00 0,00 0,52 0,90 0,48 0,00 8 Cikelet 0,02 0,00 0,00 0,04 0,00 0,02 0,00 9 Pameungpeuk 0,04 0,00 0,00 0,31 0,00 0,04 0,00 10 Cibalong 0,09 0,00 0,00 0,24 0,00 0,09 0,00 11 Cisompet 0,22 0,00 0,00 0,16 0,00 0,22 0,00 12 Peundeuy 0,02 0,00 0,00 0,16 1,10 0,02 0,00 13 Singajaya 0,01 0,00 0,00 0,08 6,17 0,01 0,00 14 Cihurip 0,01 0,00 0,00 0,01 0,34 0,01 0,00 15 Cikajang 0,02 0,00 0,00 0,02 5,47 0,02 0,00 16 Banjarwangi 0,00 0,00 0,00 0,00 5,94 0,00 0,00 Sumber : Hasil Analisis Tahun 2007 Ket : 1. Kakao 3. Kapuk 5. Teh 7. Lada 2. Jambu Mete 4. Kelapa 6. Cengkeh 4.2.5 Analisis Pergeseran (Mix And Share) Komoditas Perkebunan Tiap Kecamatan Analisis mix and shares dalam ilmu ekonomi wilayah (atau ekonomi pembangunan), memiliki prinsip dan gagasan yang sama. Peran dari setiap bisnis ditentukan oleh dua faktor yaitu industri mix dan regional share effect. Untuk hasil mix and share dapat dilihat pada tabel di bawah ini. - Industri Mix Effect: pertumbuhan dan pergerakan industri (dalam hal ini komoditas), dapat bergeser lebih cepat (ditunjukkan dengan nilai +) atau lebih lambat (ditunjukkan dengan nilai -) dibandingkan dengan industri lain; - Regional Share Effect: peranan industri dalam kekuatan pangsa pasar (pada analisis mix and shares lebih dikenal sebagai nilai kompetitif industri).

149 Gambar 4.12 Peta Komoditas Unggulan Perkebunan Berdasarkan Analisis LQ

150 Tabel IV.29 Nilai Pertumbuhan Komoditas Perkebunan Di Kabupaten Garut Bagian Selatan No Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 1 Cisewu 0-39,55 0 8,60 0 113,89-44,99 2 Caringin 0-51,30 0 65,26 0 2119,02 59,70 3 Talegong 0 0 0-6,05 431,11 124,95-34,90 4 Bungbulang 0 0 12,88 1,36 0 142,73-74,36 5 Mekarmukti 0-37,50-19,43 12,65 0-22,51 0 6 Pakenjeng 0 0 1014,29 851,35 1203,01 2475,43 0 7 Pamulihan 0-100 -86,60-82,76 0-69,87-100 8 Cikelet 0 0 0 1,59 0 129,71 0 9 Pameungpeuk 0 0 0 0,82 0 142,25 0 10 Cibalong 0 0 0 11,34 0 139,49 0 11 Cisompet -100 0 0 8,90 0 55,91-100 12 Peundeuy 0 0 0 5612,26 1413,32 1096,20 0 13 Singajaya 0 0 0 52,50 2443,57 556,25 0 14 Cihurip 0 0 0-87,67-71,01 79,49 0 15 Cikajang 0 0 0 0 341,86 0 0 16 Banjarwangi 0 0 0 77,58 510,04 301,87 0 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 Ket : 1. Kakao 3. Kapuk 5. Teh 7. Lada 2. Jambu Mete 4. Kelapa 6. Cengkeh Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat pertumbuhan produksi perkebunan di Kabupaten Garut Bagian Selatan, pertumbuhannya bernilai positif (+). Hal tersebut menandakan komoditas perkebunan di Kabupaten Garut Bagian Selatan dapat dikembangkan sesuai dengan fungsinya. Tabel IV.30 Nilai Regional Share Effect dan Mix Effect Komoditas Perkebunan Di Kabupaten Garut Bagian Selatan 1 2 3 4 5 6 7 No Kecamatan M R M R M R M R M R M R M R 1 Cisewu + - - + - - - - - - - - + - 2 Caringin + - - + - - - - - - - - + - 3 Talegong + - - - - - - - - + - + + - 4 Bungbulang + - - - - - - - - - - + + - 5 Mekarmukti + - - + - - - - - - - - + - 6 Pakenjeng + - - - - + - + - + - + + - 7 Pamulihan + - - - - - - - - - - - + - 8 Cikelet + - - - - - - - - - - + + - 9 Pameungpeuk + - - - - - - - - - - + + - 10 Cibalong + - - - - - - - - - - + + - 11 Cisompet + - - - - - - - - - - - + - 12 Peundeuy + - - - - - - + - + - + + - 13 Singajaya + - - - - - - + - + - + + - 14 Cihurip + - - - - - - - - + - - + - 15 Cikajang + - - - - - - - - + - - + - 16 Banjarwangi + - - - - - - + - + - + + - Sumber: Hasil Analisis Tahun 2007 Ket : 1. Kakao 3. Kapuk 5. Teh 7. Lada 2. Jambu Mete 4. Kelapa 6. Cengkeh M= Mix Effect R = Regional Share Effect

Gambar 4.13 Peta Komoditas Unggulan Perkebunan Berdasarkan Analisis Shift Share 151

152 4.2.6 Analisis Terhadap Permintaan Pasar A. Ekspor Per Komoditas Penilaian terhadap komoditas unggulan untuk masing-masing kriteria, dimaksud untuk menunjukkan intensitas tiap sektor untuk tiap kriteria. Intensitas (sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah) ditentukan dengan mengelompokkan data sebenarnya ke dalam 3 kelas tersebut. Pengelompokkan data sebenarnya ke dalam 3 kelompok kelas tersebut, disesuaikan dengan perhitungan bobot kriteria yang menggunakan 3 tingkatan intensitas. Pengelompokkan data sebenarnya ke dalam 3 kelas tersebut diperoleh dengan menggunakan Distribusi Strugess. Distribusi Strugess merupakan cara untuk menyusun suatu rangkaian data dengan menggolongkan besar kecilnya angka-angka tersebut ke dalam kelas-kelas tertentu. Secara teoritis menurut metoda ini, penentuan jumlah kelas yang akan dipakai umumnya tergantung pada pertimbangan-pertimbangan praktis yang masuk akal dari pengolah data. Secara matematis, persamaan untuk menentukan jumlah kelas interval adalah sebagai berikut : k = 1 + 3,322 log n k = jumlah kelas interval n = jumlah unit analisis Sedangkan rentang kelas diperoleh dengan rumus : i = A B k Ada beberapa komoditas perkebunan tertentu yang saat ini dibutuhkan oleh pasar internasional dan dapat diusahakan untuk menerima pasokan dari Kabupaten Garut Bagian Selatan, yaitu negara Inggris, Belanda, Jepang, Timur Tengah, Australia, Belgia, Jerman, Maroko dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya mengenai negara-negara yang menampung hasil ekspor komoditas perkebunan di Kabupaten Garut Bagian Selatan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

153 Tabel IV.31 Ekspor Komoditas Perkebunan Dilihat Dari Volume dan Nilai Di Kabupaten Garut Bagian Selatan Tahun 2006 No Komoditas Negara Tujuan Ekspor Volume (Kg) Nilai (US$) 1 Cengkeh Thailand Singapore Malaysia Vietnam India Saudi Arabia Syrian Arab Republic Australia United States Brazil Bulgaria 6.192,00 28.800,00 1.105,00 9.438,00 48.010,00 96.000,00 12.000,00 14.520,00 45.407,00 3.716,00 6.621,00 26.127.00 8.585,00 8.532,00 4.893,00 14.592,00 309.125,00 48.000,00 44.972,00 190.464,00 17.152,00 4.321,00 Total 271.809,00 674.763,00 2 Kakao Japan Hongkong Korea, Republic Of Taiwan China Thailand Singapore Philippines Malaysia Brunai Darussalam Maldives India Pakistan Bangladesh Sri Langka Saudi Arabia Kuwait Oman Turkey United Arab Emirates Bahrain Egypt Madagascar Kenya South Africa Mauritius Zaire Australia New Zealand Kiribati Samoa Tonga Timor Leste United States Mexico Chile Argentina Brazil Colombia Uruguay United Kingdom Netherlands France Germany Belgium Switzerland Spain Bulgaria Lithuania 263.146,00 14.886,00 57.906,00 13.361,00 1.995.375,00 904.508,00 3.227.228,00 737.550,00 18.187.960,00 11.551,00 829,00 111.526,00 58.246,00 11.297,00 18.504,00 29.502,00 5.810,00 9.727,00 34.000,00 279.567,00 816,00 32.000,00 14.021,00 7.821,00 344.000,00 31.334,00 14.000,00 900.895,00 74.000,00 158,00 731,00 3.142,00 6.635,00 3.187.918,00 48.000,00 25.000,00 20.000,00 27.373.410,00 149.000,00 79.999,00 99.600,00 1.209.000,00 1.072.506,00 479.500,00 253.000,00 15.418,00 999.880,00 123.500,00 25.000,00 717.628,00 37.330,00 81.274,00 30.643,00 2.112.202,00 921.125,00 4.333.372,00 582.642,00 22.187.919,00 28.615,00 1.191,00 108.920,00 45.900,00 19.217,00 30.853,00 45.712,00 28.090,00 23.219,00 23.375,00 991.301,00 2.333,00 123.200,00 7.979,00 15.683,00 630.000,00 18.020,00 10.500,00 2.899.501,00 173.500,00 480,00 1.522,00 7.150,00 10.450,00 7.148.678,00 36.000,00 13.750,00 9.000,00 35.941.443,00 213.070,00 29.900,00 62.412,00 3.508.936,00 3.751.641,00 847.105,00 373.662,00 19.125,00 427.914,00 44.538,00 18.750,00 Total 62.562.763,00 88.696.770,00 3 Kelapa Japan Hong Kong Korea Taiwan China Papua New Guinea Thailand Singapore 2.255.101,00 3.600.000,00 75.820.076,00 82.404,00 202.119.556,00 33.576,00 7.803.020,00 25.191.568,00 1.048.903,00 1.584.000,00 598.299,00 48.309,00 91.775.859,00 24.235,00 309.745,00 11.712.810,00

154 No Komoditas Negara Tujuan Ekspor Volume (Kg) Nilai (US$) Philippines Malaysia Myanmar Brunai Darussalam Vietnam Maldives India Pakistan Bangladesh Sri Langka Iran Saudi Arabia Jordan Syrian Turkey United Arab Emirates Egypt Algeria Sudan Tanzania Mozambique Equatirial Guinea Togo Ghana Angola Congo Cameroon Mauritania Benin Djibouti South Africa Comoros Mauritius Australia Vanuatu American Samoa Fiji Samoa Tuvalu Timor Leste United States Nicaragua Brazil Jamaica Dominican Republic United Kingdom Netherlands Germany Belgium Sweden Italy Spain Portugal Greece Chekoslovakia Bulgaria Ukraina Rusia 16.516.940,00 47.866.776,00 14.258.798,00 53.065,00 10.828.820,00 172.996,00 328.170.468,00 50.449.657,00 39.746.313,00 52.572.100,00 10.000.000,00 41.970.055,00 1.700.000,00 12.500.126,00 31.967.794,00 7.042.012,00 133.089.958,00 24.455.738,00 20.995,00 15.053.001,00 148.260,00 158.536,00 138.414,00 4.347.323,00 1.502.158,00 35.512,00 705.249,00 181.660,00 295.135,00 313.704,00 7.895.238,00 38.010,00 52.371,00 3.300.000,00 32.786,00 3.050,00 17.272,00 65.451,00 4.665,00 36.332,00 7.000.041,00 42.000,00 16.370.000,00 118.860,00 1,00 2.500.000,00 307.148.947,00 74.494.284,00 3.675.000,00 19.068,00 4.941.862,00 8.240.000,00 6.620.000,00 2.901.870,00 6.535.916,00 355.870,00 30.200.477,00 21.448.625,00 5.089.542,00 20.664.795,00 6.905.467,00 33.867,00 2.103.097,00 128.741,00 147.929.725,00 21.923.345,00 19.662.345,00 24.611.112,00 4.300.000,00 16.794.698,00 909.500,00 5.693.804,00 15.494.903,00 2.948.690,00 61.722.668,00 10.242.711,00 12.975,00 6.633.570,00 104.077,00 107.537,00 102.025,00 2.099.562,00 1.024.136,00 29.757,00 452.804,00 123.000,00 243.365,00 205.272,00 3.588.794,00 25.900,00 42.512,00 1.666.500,00 27.599,00 2.208,00 14.020,00 42.136,00 3.518,00 23.550,00 2.852.516,00 23.016,00 8.467.200,00 63.267,00 10,00 980.000,00 85.061.939,00 24.720.217,00 1.617.000,00 13.609,00 2.541.208,00 3.441.925,00 3.096.950,00 1.179.959,00 2.741.863,00 182.856,00 14.017.706,00 9.946.383,00 Total 1.667.224.860,00 651.783.611,00 4 Lada Japan Hongkong Taiwan China Singapore Malaysia Vietnam India Pakistan Nigeria Australia United States Canada Netherlands France Germany Belgium Italy 118.705,00 19.450,00 79.232,00 61.425,00 549.040,00 49.000,00 289.930,00 513.000,00 14.000,00 7.761,00 30.000,00 590.670,00 16.000,00 187.500,00 69.975,00 60.000,00 15.000,00 15.000,00 432.397,00 42.359,00 167.133,00 88.388,00 1.516.725,00 145.555,00 1.097.344,00 981.183,00 13.200,00 2.100,00 126.800,00 1.409.895,00 58.904,00 552.871,00 194.090,00 185.872,00 55.500,00 44.440,00

155 No Komoditas Negara Tujuan Ekspor Volume (Kg) Nilai (US$) Total 2.685.688,00 7.114.423,00 5 Teh Japan Hongkong Korea Taiwan China Thailand Singapore Philippines Malaysia Vietnam India Pakistan Sri Langka Afghanistan Iran Saudi Arabia Kuwait Yemen United Emirates Arab Egypt Djibouti Australia New Zealand United States Canada Chile United Kingdom Netherlands Germany Belgium Ireland Italy Poland Kyrgyzstan Ukraina Uzbekistan Russia 46.123,00 2.021,00 1.274,00 59.895,00 29.800,00 2.983,00 69.600,00 1.897,00 569.266,00 29.724,00 125.540,00 853.737,00 39.700,00 138.900,00 31.120,00 5.251,00 10.000,00 19.000,00 92.070,00 31.200,00 39.915,00 171.129,00 65.738,00 640.079,00 20.000,00 61.680,00 1.281.605,00 356.200,00 660.485,00 160,00 21.560,00 11.526,00 216.679,00 24.480,00 191.738,00 27.030,00 888.624,00 87.961,00 3.659,00 4.581,00 109.889,00 35.277,00 16.035,00 132.537,00 15.994,00 773.381,00 141.635,00 173.976,00 1.373.260,00 60.302,00 209.372,00 44.368,00 33.070,00 13.800,00 26.980,00 119.557,00 41.502,00 23.949,00 555.855,00 105.397,00 910.540,00 17.250,00 101.637,00 1.806.827,00 472.200,00 742.700,00 320,00 35.466,00 13.627,00 285.231,00 33.048,00 247.812,00 44.329,00 1.229.721,00 Total 6.837.729,00 10.043.045,00 6 Tebu Japan Hongkong Korea Taiwan Singapore Philippines Malaysia Vietnam Maldives Australia United States Canada 6.034.769,00 1.018,00 25.917.841,00 29.500.302,00 11,00 819,00 4.454,00 11.550.000,00 120,00 3.413,00 746,00 24.475,00 543.147,00 1.521,00 2.541.570,00 2.233.537,00 106,00 346,00 3.946,00 791.910,00 269,00 7.525,00 2.058,00 10.671,00 Total 73.037.968,00 6.136.606,00 7 Tembakau China Singapore Philippines Malaysia Vietnam Turkey South Africa United States Honduras Nicaragua Brazil Paraguay Domonican Republic United Kingdom Netherlands Germany Belgium Denmark Poland Ukraina Latvia Rusia 21.521,00 8.642,00 466.474,00 243.428,00 69.400,00 543,00 19.800,00 356.115,00 8.850,00 62.312,00 19.077,00 40.000,00 46.811,00 19.600,00 54.352,00 72.715,00 525.623,00 39.148,00 19.800,00 79.100,00 60.000,00 705.468,00 97.616,00 14.263,00 1.460.870,00 108.675,00 229.250,00 6.524,00 15.840,00 627.877,00 49.866,00 208.568,00 85.528,00 32.000,00 564.625,00 32.966,00 182.263,00 359.727,00 1.200.785,00 124.845,00 44.550,00 19.366,00 12.000,00 292.768,00 Total 2.938.779,00 5.770.772,00 Sumber : Departemen Pertanian, Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2006