PENGEMBANGAN CULTURE 3.0 DI PERPUSTAKAAN KOTA YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
KOMUNIKASI ILMIAH MENGGUNAKAN GOOGLE SCHOLAR DI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

IMPLEMENTASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA KELAS ATAS SD MUHAMMADIYAH 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan wajah baru yang juga menyediakan berbagai macam ruang, area baca,

PROBLEMATIKA KINERJA PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ARTIKEL ADE AGUS PUTRA NPM.

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya jika suatu kebutuhan informasi

TUGAS AKHIR 131/ BAB I PENDAHULUAN

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 1 PANJER TAHUN AJARAN 2014/1015

INTERNALISASI NILAI SOFT SKILL DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI DI SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN 2016/2017

ANALISIS PELAYANAN PRIMA DENGAN KONSEP A6 PADA PERPUSTAKAAN TINGGI NEGERI DI SURABAYA. Oleh : Deby Julia Laurena ( ))

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

KREATIVITAS GURU KETRAMPILAN DALAM MENGATASI KETERBATASAN SARANA PRASARANA PEMBELAJARAN

BAB III METODE PENELITIAN. perencanaan audit atas laporan keuangan pada KAP Drs. Joseph Munthe, M.S.,

Librarians, space, and the atmosphere

BAB III METODE PENELITIAN

INOVASI PERPUSTAKAAN BERBASIS TEKNOLOGI UNTUK LAYANAN INFORMASI, PENELITIAN DAN REKREASI DI STMIK AKAKOM YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. dan kesehatan masyarakat sekitar. Dampak yang sangat jelas terlihat yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan rekreasi bagi pemustaka. Salah satu perpustakaan umum

I. PENDAHULUAN. beberapa ciri yang perlu diketahui oleh masyarakat diantaranya adalah tersedianya

BAB III METODE PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA TINGKAT KUNJUNGAN DI PERPUSTAKAAN DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KOTA PADANG

Eksplorasi Karakteristik Pembangunan Ekonomi Desa Melalui Unsur-Unsur Budaya Universal di Desa Ngadas Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

CLASSROOM ACTION RESEARCH

PERSEPSI GURU TERHADAP PENILAIAN AUTENTIK YANG TELAH DISEMPURNAKAN DALAM PERMENDIKBUD NOMOR 23 TAHUN 2016 DI SD MUHAMMADIYAH PROGRAM KHUSUS KOTTABARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dila Farida Nurfajriah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA BENDA KONKRET

PENGAWASAN PEMANFAATAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN DI SMK NEGERI 5 KABUPATEN TANGERANG

PEMBERDAYAAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) PADA GUGUS HASANUDIN DI KECAMATAN KARANGRAYUNG KABUPATEN GROBOGAN TESIS

1.4 Metodologi Penelitian

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM KREATIVITAS DI RUMAH BELAJAR MODERN DESA BANGUNHARJO SEWON BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan UUD 1945 alinea empat menyatakan empat pokok cita-cita

Oleh: IMA NUR FITRIANA A

JURNAL ILMU PERPUSTAKAAN Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013 Halaman 1-5 Online dari http:

KARAKTER KREATIFITAS DAN KEMANDIRIAN PADA SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian merupakan metode ilmiah (scientific method). Metode ilmiah

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ROTATING TRIO EXCHANGE BERBASIS LKS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andi Wijaya, 2014 Pemanfaatan Internet Pada Perpustakaan Daerah Kabupaten Karawang

BAB III METODE PENELITIAN

JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ISSN Vol. 4, No. 1 (2015)

BAB III METODE PENELITIAN

PUBLIC SPACE DAN PRIVATE SPACE : POSISI STRATEGIS PERPUSTAKAAN DALAM MENDUKUNG PEMBELAJARAN KOLABORATIF

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah merupakan Perpustakaan

SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN (SIAK) DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN KARANGANYAR

BAB III METODE PENELITIAN

MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN SMA NEGERI 07 KENDARI. Sri Hapsari *M. Najib Husain **Jumrana ***

SUATU TINJAUAN TENTANG PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PENUNJANG KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SMKN 5 PADANG

PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR BAGI MASYARAKAT DI KANTOR ARSIP PERPUSTAKAAN DAN DOKUMENTASI KOTA PADANG

IMPLEMENTASI MAKERSPACE DI PERPUSTAKAAN KOTA YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

FAKTOR PENYEBAB KURANGNYA MINAT GURU MEMANFAATKAN PERPUSTAKAAN SDN 09 AIR TAWAR BARAT

STRATEGI MAHASISWA PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN KEPENDIDIKAN (PPLK) MENGHADAPI PERILAKU BELAJAR SISWA DI SMAN 1 V KOTO KAMPUNG DALAM JURNAL

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA MPANAU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE

UPAYA PEMERINTAH KELURAHAN DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN PELAYANAN MASYARAKAT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN EDMODO UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PEMASARAN DI SMK NEGERI 1 JEMBER TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan informasi kepada pengguna yang mempunyai minat serta

PARTISIPASI PENGEMBANGAN ANYAMAN LOKAL OLEH KAUM PEREMPUAN DI DESA PANTOK KECAMATAN NANGA TAMAN KABUPATEN SEKADAU

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 058 TAHUN 2017 TENTANG TRANSFORMASI PERPUSTAKAAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB III METODE PENELITIAN. diungkap untuk dapat bermanfaat bagi manusia (Aan Komariah, 2011:22).

Learning Commons sebagai Upaya Perpustakaan Perguruan Tinggi Menghadapi Perubahan Perilaku Generasi Internet

BAB I PENDAHULUAN I.1

REDESAIN INTERIOR PERPUSTAKAAN DAERAH DENGAN PENDEKATAN ETNIK RUMAH ADAT MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan publik dibidang perpustakaan, diselenggarakan atas

MANFAAT PENGGUNAAN BUKU PENGHUBUNG SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI GURU DENGAN ORANG TUA SISWA KELAS IIA SD MUHAMMADIYAH 3 NUSUKAN SURAKARTA

Strategi Pengembangan Perpustakaan Instansi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Projek Gagasan awal. Projek akhir arsitektur berjudul Pusat Rekreasi dan Interaksi

IDENTIFIKASI HAMBATAN-HAMBATAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS III A SEKOLAH INKLUSI SDN GIWANGAN YOGYAKARTA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. belajar dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif dengan struktur

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam sebuah penelitian untuk mencapai sebuah tujuan dibutuhkan suatu

2016 IMPLENTASI PROGRAM EDU-TOURISM DI PERPUSTAKAAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. bahasa Arab di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Ponorogo.

MAKALAH PERPUSTAKAAN SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR BAGI SISWA SEKOLAH DASAR. Dosen Pengampu : Nanik Arkiyah, M.IP

BAB III METODE PENELITIAN

ISSN: X 155 ASPEK HUMANISTIK PEMBELAJARAN MATEMATIKA DISKRIT DAN KARAKTER TANGGUNG JAWAB MAHASISWA (STUDI KASUS DI AMIK PGRI KEBUMEN)

Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

SIKAP DAN KEBIASAAN BELAJAR MAHASISWA TUNANETRA PRODI PLB FKIP UNINUS

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI MENGGUNAKAN MODEL CONCEPT SENTENCE JURNAL. Oleh ENDANG SRI JAYANTI SUWARJO SITI RACHMAH S

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk melakukan sebuah penelitian, metode penelitian hendaklah tersusun

EVALUASI LAYANAN REFERENSI DI BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI SUMATERA BARAT

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MAN 2 JEMBER YANG MEMILIKI GAYA BELAJAR VISUAL

Makalah PPM Guru dalam perkembangan. Oleh Mada Sutapa, M.Si

Naskah Publikasi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Srata-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk melakukan sebuah penelitian, metode penelitian hendaklah tersusun

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG JENIS- JENIS TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) BERBASIS EKSPERIMEN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian lapangan (field work

Nomor Induk Mahasiswa :. Jenis Kelamin :.

Transkripsi:

PENGEMBANGAN CULTURE 3.0 DI PERPUSTAKAAN KOTA YOGYAKARTA Annisa Rohmawati, SIP 1, Maria Ayu Puspita, S.Hum 2 Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta 1, Universitas Negeri Semarang 2 annisarohmawati@gmail.com 1, mariaayupuspita@gmail.com 2 ABSTRAK Culture 3.0 masih jarang diperbincangkan. Apalagi dikaitkan dengan perpustakaan. Perkembangan culture 3.0 tidak lepas dari perkembangan teknologi informasi yang merubah kebiasaan masyarakat. Perpustakaan sebagai sarana interaksi masyarakat sangat dekat dengan culture 3.0. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan culture 3.0 yang dikembangkan di Perpustakaan Kota Yogyakarta. Penelitian ini merupakan social action dengan menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi partisipasi, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini Perpustakaan Kota Yogyakarta telah mengembangkan culture 3.0 dengan menyediakan performative space dan diskusi komunitas. Dengan menyediakan performative space menjadi salah satu strategi perpustakaan. Penyediaan performative space di perpustakaan menawarkan banyak perspektif. Salah satunya adalah lebih kolaboratif dan tidak konvensional, memberikan dampak ekonomi dengan visi pertumbuhan melalui dukungan kreativitas dan inovasi. Kata Kunci: Culture 3.0, Public Library, Makerspace, User Interaction, Perpustakaan Kota Yogyakarta ABSTRACT Culture 3.0 still rarely discussed. Moreover, it is associated with the library. Development of culture 3.0 is not separated from the development of information technology are changing the habits of the society. The library as a means of community interaction is very close to culture 3.0. This study aims to describe the culture 3.0 Library developed in the city of Yogyakarta. This research is a social action by using qualitative methods. Data collection method using interviews, observation, participation and documentation. Data analysis using data reduction, data and cereal drawdown conclusion. The results of the research library of the city of Yogyakarta have developed culture 3.0 by providing a performative space and community discussion. By providing a performative space became one of the strategies the library. Provision of performative space in the library offer plenty of perspective. One of them is more collaborative and unconventional, provide economic impact with the vision of growth through support of creativity and innovation. Keywords: Culture 3.0, Public Library, Makerspace, User Interaction, Perpustakaan Kota Yogyakarta

PENDAHULUAN Perpustakaan umum daerah (provinsi) berdasarkan UU Nomor 43 Tahun 2007 adalah perpustakaan yang diperuntukan bagi masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras agama, Pendidikan dan status sosial-ekonomi. Menurut Sulistyo-Basuki (1993) perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh dana umum dengan tujuan melayani umum. Maka, perpustakaan umum memiliki heterogenitas yang tinggi, memiliki keragaman koleksi dan pemustaka, serta tidak membedakan status sosialekonomi dalam memberikan layanan informasi. Berdasarkan pengertian diatas, budaya yang dimiliki perpustakaan umum tidak lepas dari kedudukan dari perpustakaan umum. Perpustakaan umum pada instansi pemerintah menjadi bagian dari instansi pemerintah. Seperti Perpustakan Kota Yogyakarta menjadi bagian dari pemerintah Kota Yogyakarta, selain sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat, Perpustakaan Kota Yogyakarta memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai bagian dari pemerintah Kota Yogyakarta. Perkembangan budaya pada Perpustakaan Kota Yogyakarta selaras dengan tugas pokok dan fungsi perpustakaan kota, yaitu sebagai bagian penunjang pemerintah kota dalam mencerdaskan masyarakat dan sarana pembelajaran sepanjang hayat. Perkembangan budaya dipengaruhi pula oleh perkembangan teknologi. Budaya yang telah dipengaruhi oleh teknologi dan memiliki dampak lebih besar disebut juga sebagai culture 3.0. culture 3.0 berkembang di kota-kota besar yang budaya masyarakatnya sudah bergantung pada teknologi. Hal ini menjadi perhatian peneliti untuk mengkaji perkembangan budaya dan hubungan dengan kebijakan institusi di Perpustakaan Kota Yogyakarta. Maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana

perkembangan culture 3.0 di Perpustakaan Kota Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dan mengkaji perkembangan culture 3.0 di Perpustakaan Kota Yogyakarta. Culture 3.0 diperkenalkan oleh Pier Luigi Sacco dalam the European Expert Network on Culture (EENC) pada tahun 2011. Tahun 2015, Henrik Jochumsen, Dorte Skot-Hansen dan Casper Hvenegaard Rasmussen mengadopsi konsep culture 3.0 pada penelitian mereka pada perpustakaan umum di Amerika, dengan judul Towards Culture 3.0 - performative space in the public library. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengkaji perkembangan performative space di perpustakaan umum berdasarkan perspektif budaya. Ada tiga konsep budaya, culture 1.0, 2.0 dan 3.0. tiga konsep ini digunakan sebagai media untuk menganalisis perkembangan perpustakaan umum. Performative space menjadi penghubung antara perpustakaan dan pemustaka, terutama pemustaka digital native. Performative space menjadi area untuk melakukan analisis, berdiskusi, berkreasi yang membawa dampak ekonomi. Kesimpulan dari artikel ini adalah performative space memiliki sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini dan selaras dengan kebijakan budaya pada institusi yang menaunginya. Sacco (2011) mengembangkan tiga konsep budaya, yaitu culture 1.0, culture 2.0 dan culture 3.0. Culture 1.0 berorientasi pada konsep patronage. Culture 2.0 adalah hubungan antara masyarakat dengan produktivitas yang menghasilkan nilai ekonomi. Sedangkan culture 3.0 merupakan revolusi dari generasi produktif dengan penggunanya. METODE Penelitian kualitatif dengan pendekatan social action dimaksudkan untuk menggali dan menganalisis perkembangan culture 3.0 di perpustakaan. Fokus penelitian ada pada perkembangan culture 3.0 di Perpustakaan Kota Yogyakarta. Pengumpulan data melalui

pengamatan, pengamat harus mengamati kembali masalah dan tujuan penelitian dan mengembangkan sendiri kebutuhan dilapangan (Bunging, 2011), wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan tiga tahap model air meliputi reduksi data, penyajian data, dan tahap pengembangan atau interaksi model Miles dan Huberman (1992). Pengabsahan data dilakukan dengan teknik perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, mengadakan member check, dan trianggulasi (Moleong, 1989). HASIL DAN PEMBAHASAN Jochumsen, Skot-Hansen, & Hvenegaard Rasmussen, (2015) menerapkan konsep culture 1.0, 2.0 dan 3.0 pada perpustakaan. Tahap culture 1.0 pada perpustakaan sebagai salah satu organisasi yang wajib hadir dalam suatu instansi. Fungsi dan keberadaannya hanya sebagai penunjang tugas pokok dan fungsi dari instansi tersebut. Bergerak pada tahap culture 2.0 perpustakaan menyadari tugas pokok dan fungsi dari suatu instansi, perpustakaan sudah lebih memperhatikan keinginan pemustaka. Mendalami kebutuhan informasi pemustaka yang kemudian mengadopsi layanan yang diminati pemustaka, yaitu dengan mengubah tampilan ruang baca yang lebih nyaman, semakin meningkatkan akses internet dengan tempat yang nyaman, kebijakan membawa makanan dan minuman ketika mengakses wifi di perpustakaan. hal-hal seperti ini tanpa disadari merubah perpustakaan mengikuti budaya yang berkembang dimasyarakat. Berjalan pada culture 3.0 perpustakaan tidak lagi hanya menyediakan layanan yang diminati, perpustakaan melihat kebutuhan pemustaka lebih dalam dengan menyediakan performative space bagi pemustaka, tidak hanya memberikan performative space perpustakaan juga menjadi media pertemuam komunitas-komunitas kreatif yang ingin berdiskusi, berkreasi dan menginspirasi.

Sama seperti tahapan culture 1.0 dan 2.0, Perpustakaan Kota Yogyakarta juga mengembangkan layanan-layanan perpustakaan untuk kenyamanan pemustaka. Perpustakaan Kota Yogyakarta adalah salah satu perpustakaan umum yang berusaha memfasilitasi masyarakat dengan sarana prasarana yang ada. Layanan yang di berikan di perpustakaan kota yogyakarta bertujuan agar masyarakat yang berkunjung merasa nyaman dan segala kebutuhan informasi dapat terpenuhi. Selain itu, sebagian dari fasilitas yang ada berdasarkan pengamatan terhadap pemustaka. Evaluasi dari pemustaka dapat membantu mengatahui hal-hal yang kurang dalam pengembangan perpustakaan. hasil evaluasi ini yang membawa Perpustakaan Kota Yogyakarta mengembangkan culture 3.0 di perpustakaan tersebut. Dari hasil evaluasi dari pemustaka, perpustakaan memfasilitasi pemustaka yang ingin melakukan kegiatan diskusi bersama, misalnya saja ruang untuk berdiskusi bersama. Dengan melengkapi sarana yang dibutuhkan pemustaka dapat merasa nyaman dapat menciptakan sebuah ide atau gagasan baru. Evaluasi ini membantu pustakawan untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan yang ada di perpustakaan. Pustakawan juga perlu bertanya kepada pemustaka atau pengunjung perpustakaan karena selain pegawai, pengunjung juga menikmati ke perpustakaan setiap harinya. Kritik dan saran dari pemustaka dapat membantu pustakawan mengetahui kebutuhan yang diinginkan. Jochumsen, Hvenegaard, & Skot-Hansen, (2012) dalam peningkatan layanan perpustakaan, perpustakaan memiliki 4 golongan yang dapat mewujudkan tujuan perpustakaan, yaitu pengalaman (experience), keterlibatan (involvement), pemberdayaan (empowerment), dan inovasi (inovation).

Gambar 1. The four-space model Proses pemenuhan kebutuhan setiap pemustaka tentunya tidak dapat serta merta dikabulkan. Beberapa diantaranya melalui tahap perencanaan dan evaluasi. Pengalaman (experince) pemustaka dalam memanfaatkan layanan membantu perpustakaan dalam mengevaluasi layanan tersebut. Perpustakaan Kota Yogyakarta melibatkan pemustaka (involvement) dalam mengevaluasi layanan perpustakaan, dengan menyediakan formulir kritik saran yang termasuk dalam Layanan Siska (Sistem Interaktif Pemustaka dan Perpustakaan), dimana pemustaka dapat menuliskan kritik dan saran atau usulan buku yang diinginkan. Dengan cara tersebut pemustaka dapat mengusulkan (inovation) hal apa saja yang dirasa kurang di perpustakaan, baik dari sarana prasarana maupun tata letak perabot. Salah satu kritik dan saran yang penulis dapatkan dari narasumber adalah pemustaka membutuhkan ruang diskusi interaktif guna menunjang kenyamanan dan berbagi pengetahuan, maka pemustaka menuliskan kritik dan saran pada Layanan Siska. Usulan dari pemustaka akan

dipertimbangkan, di evaluasi dan direalisasikan. Segala sesuatu keputusan harus bersifat adil dan tidak memihak pada salah satu orang saja. Hasil evaluasi yang telah direalisasikan dimanfaatkan kembali guna memenuhi kebutuhan informasi dan kenyamanan pemustaka. Hasil dari evaluasi Layanan Siska adalah adanya Layanan Raisa (Ruang Diskusi Istimewa). Layanan Raisa ini untuk mengakomodasi pemustaka yang ingin belajar bersama atau diskusi kelompok kecil tanpa mengganggu pemustaka yang lain (empowerment). Dari empat model ini menghasilkan empat visi ruang (spaces) yaitu inspiration space, learning space, meeting space dan performative space. Performative space yang telah di terapkan di Perpustakaan Kota Yogyakarta merupakan representasi culture 3.0. Performative space atau yang juga bisa disebut sebagai makerspaces adalah tempat dimana pemustaka yang terdiri dari individu atau komunitas berbagi pengetahuan, berinovasi dan berkreasi dengan kreativitas yang dimiliki. Hasil dari berbagi pengetahuan ini menjadi suatu aktivitas yang menghasilkan produk. Bukan hanya meningkatkan eksistensi dari individu atau komunitas tersebut, tetapi secara nyata dapat memberikan kontribusi positif terhadap Kota Yogyakarta. KESIMPULAN DAN SARAN Perkembangan culture 1.0 sampai 3.0 di perpustakaan umum merupakan wujud nyata dampak perkembangan teknologi sampai di perpustakaan. Teknologi telah merubah masyarakat, begitu juga dengan perpustakaan. Perpustakaan tidak boleh tertinggal dalam perkembangan teknologi dan masyakarat. Perpustakaan tidak lagi hanya collection orientated tapi sudah bergeser ke makerspace. Perpustakaan umum tidak hanya menyediakan koleksi yang dapat memenuhi kebutuhan informasi pemustaka. Perkembangan teknologi memberikan dampak yang besar bagaimana perpustakaan

umum selanjutnya memberikan layanan kepada pemustaka. Perpustakaan umum tidak hanya memberikan layanan informasi dari buku saja, saat ini dengan memberikan performative space untuk berekspresi sangatlah penting. Perubahan ini telah mengubah perpustakaan yang culture 1.0 menjadi 3.0. Dengan demikian, menyediakan performative space menjadi salah satu strategi perpustakaan. Penyediaan ruang publik di perpustakaan menawarkan banyak perspektif. Salah satunya adalah lebih kolaboratif dan tidak konvensional, memberikan dampak ekonomi dengan visi pertumbuhan melalui dukungan kreativitas dan inovasi.(jochumsen, Skot-Hansen, & Hvenegaard Rasmussen, 2015) Perpustakaan umum pemerintah tidak lagi hanya sebagai pelengkap dalam suatu instansi, tetapi telah berubah memberikan pemberdayaan kepada masyarakat dengan menciptakan ruang publik yang menunjang pembelajaran, inovasi dan kreativitas.

DAFTAR PUSTAKA Bunging, B. (2011). Konstruksi social media massa. Jakarta: Kencana Media Jochumsen, H., Hvenegaard, C., & Skot-Hansen, D. (2012). The four spaces - a new model for the public library. New Library World, 113(11/12), 586 597. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1108/03074801211282948 Jochumsen, H., Skot-Hansen, D., & Hvenegaard Rasmussen, C. (2015). Towards Culture 3.0 performative space in the public library. International Journal of Cultural Policy, 23(4), 512 524. https://doi.org/10.1080/10286632.2015.1043291 Miles, M. B. dan A. Michael H. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: UI-Press. Moleong, L.J. 1989. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Ramadja Karya. Republik Indonesia. (2007). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.: Jakarta Sacco, P. L. (2014). Culture 3.0: A new perspective for the EU 2014-2020 structural funds programming. EENC Paper, (April 2011). Sulistyo-Basuki.(1993). Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Remaja Rosdakarya.