BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah suatu industri yang mulai dikembangkan oleh banyak negara saat ini, hal ini dikarenakan pariwisata dapat menyumbangkan pendapatan yang relatif lebih besar untuk devisa negara melalui wisatawan yang melakukan perjalanannya ke suatu negara. Pariwisata juga menyumbangkan banyaknya lapangan kerja baru bagi suatu daerah atau negara yang benar-benar membentuk daerahnya menjadi tujuan wisata. Oleh karena itu, berdasarkan data jumlah wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia dapat memberi gambaran bahwa prospek pariwisata di tahun-tahun mendatang akan sangat menjanjikan dan memberikan peluang besar bagi Indonesia. Tabel 1.1 Perkembangan Wisatawan Nusantara Tahun 2007-2011 Tahun Wisatawan Nusantara Perjalanan (ribuan orang) Rata-Rata Perjalanan Total Pengeluaran % (ribuan orang) (hari) (triliun Rp) 2007 115.335 222.389 1,93 108,96 2008 117.213 225.042 1,92 123,07 1, 6 2009 119.944 229,733 1,92 137,93 2,3 2010 122.312 234.377 1,92 150,41 1,9 2011* 89.116 172.994 1,96 114, 64 * Angka sementara Triwulan I-III (Sumber: BUDPAR, Februari 2012) Menurut Dinas Pariwisata dan Budaya (2012), pada tahun 2011 pada triwulan pertama jumlah kunjungan wisatawan nusantara berjumlah 89,116. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan untuk berwisata masyarakat Indonesia dari tahun ketahun cukup tinggi dan meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Selain itu, keadaan alam Indonesia yang beragam dan indah mendorong wisatawan untuk berwisata. Hal yang paling menarik adalah tahun 2009 terdapat tiga peristiwa yang cukup besar yang dapat mempengaruhi minat wisman untuk datang ke Indonesia. Tiga peristiwa itu adalah krisis finansial global, menyebarnya wabah flu babi H1N1, dan peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton Jakarta. Menurut Direktur Promosi Dalam Negeri, Depbudpar, Fathul Bahri (Depkominfo, 2009), tiga peristiwa besar tersebut tidak berpengaruh besar terhadap jumlah kunjungan wisman ke Indonesia. Penurunan jumlah kunjungan wisman ke Jakarta hanya sebesar lima persen untuk periode Juli-Agustus 2009. Penurunan tersebut tidak diikuti dengan penurunan untuk destinasi wisata lain, misalnya Bali dan Lombok. WTO melaporkan adanya indikasi perubahan dan perkembangan baru dalam dunia pariwisata. Perubahan ini terkait kedalam motivasi wisatawan untuk melakukan wisata, khususnya wisatawan mancanegara (dalam Ariyanto, 2003). Motivasi wisatawan mulai beralih menuju wisata yang berbasis alam. Perubahan yang terjadi ditandai oleh munculnya kesadaran baru yang lebih dalam terhadap keadaan lingkungan alamnya. Hal ini ditunjukan dengan mulai banyaknya wisatawan yang menggemari kegiatan di luar lapangan, seperti wisata agro dan out-bond. Jawa barat adalah salah satu propinsi yang memiliki potensi pariwisata yang baik dan sangat beragam, baik dari sisi alam, budaya, sejarah, maupun nilai-nilai seni Jawa Barat. Terdapat banyak atraksi wisata di Jawa Barat yang menghadirkan keindahan alam sebagai daya tarik bagi wisatawan domestik maupun luar negeri. Kabupaten Subang memiliki taman wisata alam yang telah beroperasi mulai tahun 2002 dengan luas 14 hektar, bernama Taman Wisata Alam Capolaga. Lokasinya terletak di Kampung Panaruban, Desa Cicadas, Kecamatan Sagala Herang, Kabupaten Subang Jawa Barat. Jarak dari Subang ke Capolaga sekira 35 km atau 45 menit, dan dari Bandung ke Capolaga adalah 45 km atau 1,5 jam, lebih dekat lagi dari Ciater ke Capolaga adalah 5 km atau 15 menit. Keistimewaan kawasan ini terletak pada keempat air terjunnya. Air terjun dalam bahasa sunda atau bahasa daerah masyarakat lokal disebut Curug. Curug yang
pertama adalah Curug Cimuja yang letaknya berada di kawasan paling hulu. Konon, pada zaman dulu curug ini sering digunakan untuk memuja dan bersemedi memohon sesuatu. Curug kedua adalah Curug Karembong, dan sesuai namanya, curug ini menyerupai karembong (selendang) yang dikibaskan. Curug berikutnya adalah Curug Sawer yang tingginya hanya 5 meter, akan tetapi ketika airnya sedang pasang, maka curug ini menyerupai bunga yang ditaburkan. Curug yang terakhir adalah Curug Goa Badak. Curug ini berbentuk seperti Gua yang besar dan disirami oleh air, untuk itu dinamakan Curug Goa Badak. Menurut Wowor, Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Utara (dalam kompas.com), Keberadaan tempat wisata seharusnya mensejahterakan masyarakat setempat, bukan malah membatasi akses dan memiskinkan masyarakat. Oleh karena itu dalam mengembangkan sebuah kawasan pariwisata, kapasitas masyarakat perlu dilibatkan dan ditingkatkan. Wowor mencontohkan, di Taman Nasional Bunaken sejak masyarakat menjual tanah mereka untuk investor, mereka justru tidak mendapat keuntungan. Masyarakat yang bekerja di resort milik investor, hanya mendapat gaji yang minim dan Keuntungan terbesar masuk ke kantong investor. Fenomena ini harus menjadi perhatian para pembantu kebijakan sebagaimana diamanatkan bahwa pembangunan kepariwisataan nasional diarahkan menjadi sektor andalan dan unggulan secara luas akan diterjemahkan sebagai penghasilan devisa terbesar yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan daerah, memberdayakan perekonomian masyarakat, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat lokal. Berdasarkan penjelasan diatas, Capolaga adalah kawasan wisata yang telah berdiri sejak tahun 2002 dan diminati wisatawan dalam maupun luar negeri, namun demi terwujudnya kesejahteraan bagi stakeholder dan tidak menguntungkan pihak pengelola saja, maka perlu juga memperhatikan kesejahteraan masyarakat lokal agar mendapatkan hal positif dari kegiatan pariwisata di daerahnya. Dengan demikian, perlu diketahui bagaimana sikap masyarakat lokal dan berapa besar tingkat partisipasi masyarakat akan adanya Taman Wisata Alam Capolaga.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tugas akhir ini di beri judul: ANALISIS SIKAP DAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT LOKAL DI TAMAN WISATA ALAM CAPOLAGA DESA CICADAS, KECAMATAN SAGALA HERANG, SUBANG, JAWA BARAT 1.2 Identifikasi masalah Berdasarkan dari latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penulis mengidentifikasikan masalah antara lain: 1.2.1 Bagaimana sikap masyarakat lokal akan keberadaan Taman Wisata Alam Capolaga? 1.2.2 Bagaimana partisipasi masyarakat lokal di Taman Wisata Alam Capolaga? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penulis menulis tugas akhir ini adalah: 1.3.1 Agar dapat mengukur dan menganalisis sikap masyarakat lokal yang sebenarnya akan keberadaan TWA Capolaga. 1.3.2 Untuk mengukur dan menganalisis tingkat partisipasi masyarakat lokal dalam mengembangkan TWA Capolaga. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian sikap dan tingkat partisipasi masyarakat lokal tehadap pengembangan Taman Wisata Alam Capolaga ini memiliki manfaat bagi beberapa pihak, antara lain: 1.4.1 Penulis dapat menyelesaikan tugas akhirnya dan diharapkan dapat menerapkan ilmu yang telah didapat selama masa pembelajaran juga dapat turut serta dalam pengembangan TWA Capolaga. 1.4.2 TWA Capolaga, dapat terbantu dalam meneliti bagaimana sikap masyarakat lokal akan keberadaan TWA Capolaga, dan menanggulangi penyebab kontra masyarakat.
1.4.3 Masyarakat Desa Cicadas, Kecamatan Sagala Herang, Subang, Bandung: dapat meningkatkan kesadaran terhadap kegiatan pariwisata dan dampak positif yang dapat ditimbulkan dari kegiatan pariwisata tersebut.