`Lampiran 1 Ringkasan Cerita Mukashi Banashi Urashima Tarou Suatu hari, ketika Urashima Tarou akan pergi memancing ke pantai seperti biasanya, dia melihat sekumpulan anak sedang menangkap seekor kura-kura. Mereka lalu memukuli dan menendang kura-kura tersebut. Urashima Tarou merasa kasihan terhadap kura-kura tersebut. Dia lalu menghampiri anak-anak tersebut dan berkata, Hei, apa yang kalian lakukan dengan kura-kura itu? tanya Urashima Tarou. Kami akan menjualnya ke kota, jawab salah satu anak yang paling besar. Kalau begitu, berikan padaku. Urashima Tarou kemudian memberikan uang kepada masing-masing anak tersebut. Dengan senang hati mereka memberikan kura-kura itu pada Urashima Tarou. Setelah anak-anak itu pergi, Urashima Tarou melepaskan kura-kura tersebut ke laut. Si kura-kura merasa bahagia dan menganggukan kepalanya pada Urashima Tarou lalu pergi menghilang diantara deburan ombak. Keesokan harinya, ketika Urashima Tarou sedang memancing di atas sebuah batu, seekor kura-kura tiba-tiba muncul dari permukaan laut. Tuan Urashima, Tuan Urashima! panggil si kura-kura. Urashima Tarou melihat si kura-kura itu dengan terkejut. Saya adalah kura-kura yang kamu tolong kemarin. Sebagai ucapan terima kasih, saya bermaksud untuk mengundangmu ke sebuah istana para dewi laut. Naiklah ke punggung saya. Setelah si kura-kura berkata demikian, lalu dia pun berubah menjadi seekor kura-kura raksasa. Lalu Urashima Tarou naik ke punggungnya kura-kura, entah bagaimana ada perasaan yang menyenangkan dari dirinya, sesaat kemudian dia tertidur pulas. Kita sudah sampai di istana para dewi laut. Urashima Tarou kemudian L1
dibangunkan oleh kura-kura. Dia sangat terkejut ketika membuka matanya, dia tidak pernah melihat istana yang sangat megah sebelumnya. Atapnya yang terbuat dari emas, dan dindingnya yang terbuat dari perak. Ketika Urashima Tarou dan kura-kura memasuki gerbang, mereka berpapasan dengan seorang puteri yang ditemani dayang-dayangnya. Cantik sekali, pikir Urashima Tarou. Begitu cantiknya sang puteri sehingga membuat Urashima Tarou tidak mampu berkata-kata. Saya sangat senang atas kedatangan Anda. Terima kasih Anda telah menolong kura-kura saya, Otohime Sama berkata dengan suara merdu. Otohime Sama mengajak Urashima Tarou untuk masuk ke dalam ke istana. Lantainya terbuat dari marmer, pada tirai emas yang terlipat terdapat meja yang dilapisi dengan mutiara dan mutiara yang besar. Di atas meja itu terdapat banyak makanan yang menggunung. Makanlah Otohime Sama menuangkan sake untuk Urashima Tarou. Enak sekali sake ini pikir Urashima Tarou. Tanpa berpikir panjang, Urashima Tarou menutup matanya lalu berkata Saya tidak pernah minum sake seenak ini sebelumnya. Tidak terlalu lama dia berpikir dia mulai mendengar musik, para dayang muncul dengan berpakaian warna yang beragam, dengan tenang mereka kemudian mulai menari. Urashima Tarou lupa akan segalanya karena terpikat akan tarian para dayang itu. Hari berlalu dengan cepat seperti dalam mimpi. Hingga pada suatu hari, Urashima Tarou teringat akan ibunya. Seketika itu juga dia merasa sangat rindu pada rumahnya. Sudah lama saya tinggal di istana ini, sudah waktunya saya untuk pulang, kata Urashima Tarou. Lalu Otohime Sama berkata, Sayang sekali, saya ingin tinggal bersamamu selamanya. Tapi rasanya tidak mungkin. Lalu Otohime Sama membawa sebuah kotak bercat pernis, dan berkata Kotak ini adalah tanda mata. Anggaplah kotak ini sebagai saya, dan simpanlah selamanya. Apapun yang terjadi jangan pernah L2
membuka kotak ini. Saya mengerti. Sampai akhir hidup saya tidak akan pernah melupakan kebaikan Otohime Sama. Urashima Tarou menerima kotak itu dengan senang hati. Kalau begitu, naiklah ke punggung saya kata si kura-kura sambil mendekatinya. Urashima Tarou kemudian naik ke punggungnya sambil memegang kotak. Sampai jumpa kata Otohime Sama. Urashima Tarou pun melambaikan tangannya. Sesaat kemudian, Urashima Tarou tidak sadarkan diri. Ketika Urashima Tarou terbangun dan duduk di pantai, orang-orang yang tidak pernah dia liat sebelumnya memandang Urashima Tarou dengan tatapan yang aneh. Merasa bingung, Urashima Tarou bergegas lari menuju rumahnya. Akan tetapi Urashima Tarou pun tidak tahu dimana rumah dan juga ibunya berada. Urashima Tarou berjalan kesana kemari dengan kota yang sudah berubah drastis. Tidak ada satupun orang yang dia kenal, Urashima Tarou pun kembali ke pantai dengan membawa kotak. Hanya pemandangannya saja yang tidak berubah dari laut itu. Kalau semuanya seperti ini, saya tidak mau pulang pikir Urashima Tarou. Tidak peduli seberapa banyak dia melihat laut, si kura-kura yang telah membawanya ke istana itu tidak muncul lagi. Urashima Tarou merasa sedih, dia mengingkari janjinya pada Otohime Sama dan membuka kotak itu. Lalu asap putih muncul dari kotak itu, dan tiba-tiba saja Urashima Tarou berubah menjadi seorang kakek tua. L3
Lampiran 2 Ringkasan Cerita Mukashi Banashi Momotarou Dahulu kala, di suatu tempat tinggalah sepasang kakek dan nenek. Ketika kakek pergi ke gunung untuk menebang pohon, dan nenek pergi ke sungai untuk mencuci baju. Terjadilah pada suatu satu hari, ketika nenek sedang mencuci baju di sungai, sebuah persik mengambang. Diambilnya buah persik itu dan dia memakannya. Buah itu enak sekali, sehingga membuat pipinya seakan-akan terjatuh. Di menginginkan agar suaminya juga dapat mencoba buah persik itu. Pada malam ketika hari kakek pulang dari gunung, Suamiku, suamiku, makanlah buah persik manis yang saya temukan ini. Ketika nenek akan memotong buah persik tersebut, buah persik itu terbelah dan muncullah seorang bayi laki-laki. Berdua mereka menamakannya Momotarou, dan mengasuhnya dengan penuh kasih sayang. Jika Momotarou memakan satu porsi nasi maka dia akan tumbuh sebesar satu porsi, jika dia memakan dua porsi nasi maka dia akan tumbuh sebesar dua porsi dan dengan cepat dia menjadi besar, dan bertambah kuat. Apapun yang kakek dan nenek ajarkan kepada Momotarou, dia akan sangat cepat mengikutinya, dan Momotarou pun turut membantu pekerjaan mereka mulai dari pekerjaan rumah sampai ke pekerjaan ke gunung. Jarang sekali ada anak seperti ini. Kakek dan nenek pun mencintai Momotarou lebih dan lebih. Tetapi, pada saat itu, monster-monster sering berdatangan dan melakukan banyak kejahatan. Baiklah, saya akan memberantasnya, kata Momotarou. Pada hari itu, Momotarou duduk dengan kedua tangannya di lantai di hadapan kakek dan nenek dan L4
berkata, Tolong izinkan saya pergi untuk membalas kebaikan kakek dan nenek yang sudah mengasuh saya selama ini. Saya akan pergi ke Pulau Monster untuk melawan mereka, maka tolong buatkan kue beras Jepang yang terbaik untuk saya. Apa kamu bilang? Betapapun kuatnya kamu, kamu tidak akan bisa mengalahkan mereka. Kakek dan nenek itu terkejut dan menghentikan niat Momotarou, akan tetapi Momotarou bersikeras untuk tetap pergi. baiklah kamu memang begitu, tidak ada gunanya juga kami menahan keinginan kamu. Nenek kemudian membuatkan Momotarou kue beras Jepang yang terbaik, bilamana Momotarou memakannya, maka kekuatannya akan bertambah seperti 100 orang. Kakek memberinya kimono baru dan juga membuatkannya bendera. Dengan gagahnya Momotarou memakai ikat kepala, dan dia menaruh pedangnya di pinggangnya. Dia seperti lelaki yang kuat. Jika kamu kalah, kami tidak akan memaafkanmu. Berjuanglah dan cepat pulang ujar kakek dan nenek sambil menitikkan air mata. Ketika Momotarou datang ke pinggiran kota, datanglah seekor anjing. Tuan Momotarou, Tuan Momotarou, kamu hendak pergi kemana? Ke Pulau Monster untuk memberantas para monster-monster tersebut Apa yang kamu bawa di pinggangmu itu? Kue beras Jepang yang terbaik. Tolong berilah saya satu, dan saya akan akan menjadi pelayanmu Baiklah, saya akan beri kamu satu. Ikutlah dengan saya. Lalu mereka pergi ke gunung dan seeokar monyet datang. Tuan Momotarou, Tuan Momotarou, kamu hendak pergi kemana? Ke Pulau Monster untuk memberantas para monster-monster tersebut. Apa yang kamu bawa di pinggangmu itu? kue beras Jepang yang terbaik Tolong berilah saya satu, dan saya akan akan menjadi pelayanmu Baiklah, saya akan beri kamu satu. Ikutlah dengan saya. Kemudian mereka pergi menyelusuri gunung dan seekor burung yang sedang terbang datang L5
menghampiri. Tuan Momotarou, Tuan Momotarou, kamu hendak pergi kemana? Ke Pulau Monster untuk memberantas para monster-monster tersebut Apa yang kamu bawa di pinggangmu itu? kue beras Jepang yang terbaik Tolong berilah saya satu, dan saya akan akan menjadi pelayanmu Baiklah, saya akan beri kamu satu. Ikutlah dengan saya. Momotarou berserta anjing, monyet, dan burung, akhirnya mereka tiba di Pulau Monster. Mereka melewati gunung, lembah, mengarungi lautan, dan sesampainya disana ada sebuah kapal salah satu para monster. Mereka lalu menaiki kapal tersebut. Kapal itu melaju sangat cepat sekali. Saya melihat Pulau Monster. kata burung. Di depan Pulau Monster tersebut, terdapat gerbang yang sangat besar sekali. Permisi kata Momotarou sambil mengetuk pintu gerbang tersebut. Akan tetapi, tidak ada jawaban. Lalu si monyet memanjat pintu gerbang tersebut, dan dari dalam dia kemudian membuka pintu gerbang tersebut. Saya adalah Momotarou. Bersiap-siaplah kalian para monster. kata Momotarou ketika memasuki gerbang. Anak laki-laki yang tidak tahu malu! kata salah satu monster sambil memegang batang besi, dan kemudian menyerang Momotarou. Si burung mematuk dengan paruhnya, si monyet menyakar dengan kuku-kuku tajamnya, dan si anjing menggigitnya. Momotarou terus melawan monster itu. Karena dia telah memakan kue beras, maka kekuatannya bertambah seperti 100 orang. Akhirnya tidak hanya satu monster yang terkalahkan. Saya mengaku kalah, tolong jangan bunuh saya. Saya berjanji tidak akan berbuat jahat lagi. Saya akan kembalikan semua harta kalian. Tapi tolong ampuni saya kata ketua monster sambil memohon dan meminta maaf. Momotarou membawa harta curian mereka dengan kereta dan mereka pun kembali ke desa. Sesampainya di desa, kakek dan nenek beserta seluruh warga desa sudah menunggu kehadiran Momotarou. Mereka bersorak gembira ketika melihat L6
Momotarou dengan ketiga sahabatnya dan membawa harta mereka yang dicuri oleh monster. Lalu akhirnya ketiga binatang tersebut pun hidup bahagia bersama-sama dengan Momotarou dan kakek dan nenek. L7
Lampiran 3 Ringkasan Cerita Mukashi Banashi Tsuruno Ongaeshi Pada zaman dahulu kala, tinggalah seorang pemuda miskin pembuat arang di gunung. Itu terjadi pada suatu musim dingin yang beku saat butiran salju-salju turun berjatuhan. Pemuda itu pergi ke kota untuk membeli kursi dengan uangnya yang sudah lama dia kumpulkan. Pemuda itu turun gunung dengan semangat, dan dari dalam semak-semak terdengar suara-suara besi karat. Apakah itu rubah atau semacamnya? Dengan perlahan-lahan dia melihatnya, dan dia melihat bulu putih yang besar. Seekor burung bangau. Burung bangau ini masuk dalam perangkap pemburu. Sini, sini, saya akan menolongmu. Pemuda itu merasa kasihan, lalu dia mencoba untuk membuka perangkap dari kaki si burung bangau tersebut. Lalu, seorang pemburu datang menghampirinya. Hei! Apa yang kamu lakukan? Apakah kamu hendak mengambil bagianku? Si pemburu itu melihat dengan sorotan tajam. Karena ini sangat menyiksa burung bangau tersebut, maka maukah kamu melepaskannya? Kalau tidak mau, saya punya uang. Apakah kamu mau menjual burung bangaunya untuk saya? Pemuda itu memberikan uangnya yang hendak dia beli untuk kursi. Jangan pernah kembali ke tempat ini lagi. Kata pemuda itu, dan dia kemudian membebaskan burung bangau itu terbang ke langit. Itu terjadi keesokan paginya. Seorang gadis cantik yang belum pernah pemuda miskin jumpai sebelumya datang menghampirinya. Lalu berkata, Jadikanlah saya istrimu. Tentu itu tidak mungkin. Seperti yang kamu lihat, saya hanyalah seorang pembuat arang yang miskin. Saya tidak mampu menafkahimu, saya tidak bisa memberimu makan. Pemuda miskin itu menolak, akan tetapi gadis itu berkata lagi L8
Kalau kamu menjadikan saya istrimu, saya tidak peduli semiskin apapun kita, dan mereka pun lalu menikah. Kehidupan pemuda miskin itu pun kemudian berubah. Ketika dia bangun di pagi hari, perapian sudah menyala dengan hangatnya. Ketika dia mencuci muka, Sarapan sudah siap, panggil istrinya. Istrinya sangat mengetahui makanan yang enak di gunung itu, dan menyiapkannya dengan baik. Dia juga menata rumahnya dengan rapi. Dengan kehadiran istri, semuanya seperti di dalam mimpi. Pemuda miskin itu terlihat sangat bahagia. Pada suatu hari sang istri menemui pemuda tersebut. Ketika sedang membersihkan pondok di belakang rumah, saya menemukan sebuah mesin pintal yang penuh debu. Bolehkah saya menggunakannya? Tetapi, pada saat saya sedang menenun di dalam, tolong jangan melihat, kata sang istri seraya memasuki pondok dan menutup pintu. Siang dan malam, pemuda itu mendengar suara mesin pintal dari dalam pondok. Apakah kamu tidak lapar? Bagaimana kalau kamu istirahat sejenak dan makan dulu. Kata si pemuda dari luar pondok. Tetapi, tidak ada jawaban dari dalam. Pemuda itu menjadi makin khawatir. Beberapa kali Ia mencoba untuk membuka pintu pondok, tetapi ia teringat akan janjinya dan mengurungkan niatnya. Pada hari ke-empat, akhirnya sang istri keluar dari dalam pondok tersebut. Dari dalam pondok, dia dapat mendengar suara mesin pintal bekerja. Pemuda itu tidak sadar kalau suara itu semakin hari semakin melemah dari hari-hari sebelumnya. Pemuda itu berbaring di depan perapian, dan sambil menunggu dia minum sake. Akan tetapi, ini sudah malam hari keempat, suara mesin pintal itu masih juga berbunyi. Kenapa dia lambat sekali, saya heran. Pemuda itu kemudian berdiri dan diam-diam dia membuka pintu pondok itu. Hah?! Apa ini? Pemuda itu terkejut dan tidak bergeming. Sangat mengejutkan, di dalam pondok itu hanya ada seekor burung bangau ramping L9
yang sedang menenun. Dengan paruhnya, burung bangau itu mencabut bulunya helai demi helai, lalu ditenunnya untuk dijadikan kain. Akhirnya, saya menyelesaikannya juga. Tapi karena kamu sudah melihat saya, maka saya tidak dapat tinggal disini lagi. Saya adalah seekor burung bangau yang pernah kamu selamatkan. Untuk membalas kebaikanmu saya bersedia menjadi istrimu. Jadi, ambilah kain ini, dan hiduplah bahagia. Selamat tinggal. Saya tidak membutuhkan uang. Mohon tinggallah bersama saya selamanya. Tolong kembalilah. Teriak si pemuda miskin itu. Akan tetapi, burung itu kian terbang tinggi ke atas langit sambil bercucuran air mata. L10